Prediksi Evolusi Diameter Aorta Berdasarkan Sinyal Trombus dari Magnetic Resonance Images pada Small Abdominal Aortic Aneurysms

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

Manual Book. Evolusi Diameter Aneurisma Aorta. Tentang Aplikasi. Menjalankan Program

Rekonstruksi 4D Citra MRI Aliran Darah dan Trombus pada Pasien Aneurisma Aorta Abdominalis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak. Juga terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

Penyakit Jantung Koroner

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sulit untuk menyelesaikan diagnosa dalam waktu yang singkat.

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Penerapan Pohon Keputusan dalam Mendiagnosa Penyakit Jantung Koroner

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

MANFAAT ILMU KOMPUTER DALAM BIDANG KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

Manual Book. Kecepatan Aliran Darah pada Aneurisma Aorta. Tentang Aplikasi. Menjalankan Program

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

ANGINA PEKTORIS. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

[BAB.I PENDAHULUAN] 2012 BAB I

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

PENYAKIT JANTUNG CORONER

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1. Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION. April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

MAKALAH SISTEM INSTRUMENTASI MEDIS MEDICAL ULTRASOUND ECHOCARDIOGRAPHY KELOMPOK V:

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

SISTEM IDENTIFIKASI MIKROANEURISMA PADA CITRA RETINA DIGITAL

Sistem Pernapasan - 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Magnetic Resonance Image. By Arman

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

A. ETIOLOGI B. PATOFISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

PERANCANGAN SISTEM DETEKSI DAN KLASIFIKASI VOLUME ANEURISMA SEREBRAL MENGGUNAKAN COLOR CLASSIFICATION PADA CITRA ANGIOGRAM

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA LANSIA BEROBAT JALAN DI RSUD LANGSA TAHUN 2014 TESIS. Oleh ARIS WINANDAR /IKM

Comparison Study Between Artifacts Lumbal MRI T1 Spin Echo With Pre Saturation And T1 Spin Echo Without Pre Saturation

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

ABSTRAK KORELASI ANTARA TEKANAN VENA SENTRAL

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Transkripsi:

Prediksi Evolusi Diameter Aorta Berdasarkan Sinyal Trombus dari Magnetic Resonance Images pada Small Abdominal Aortic Aneurysms C. M. Karyati 1, A. Lalande 3, E. Steinmetz 2 dan F. Brunotte 3 1 Faculty of Computer Science and Information Technology, University of Gunadarma, Depok - Indonesia, csyarah@staff.gunadarma.ac.id 2 Central Hospitalier Universitaire (CHU) de Bocage, Dijon - France 3 Groupe Imagerie Mdicale, Le2i, UMR CNRS 5158, Facult de Mdecine, Universit de Bourgogne, Dijon - France Abstrak Mempelajari gambar T1 dan T2 dari hasil pemeriksaan MR Imaging terhadap adanya trombus pada pasien Small Abdominal Aortic Aneurysms (SAAA) untuk mengetahui apakah sinyal trombus bisa dihubungkan dengan evolusi pembesaran diameter aorta, dan kemudian bisa memprediksi risiko pecahnya dinding aorta. Data diperoleh dari 16 pasien dengan SAAA. Gambar MR diperoleh dari Imager 3T (Trio TIM, Siemens Medical Solution, Jerman). Dalam protokol penelitian kami, gambar yang diambil adalah studi anatomi, gambar cine-mr, gambar T1/T2, gambar aliran darah, dan gambar setelah injeksi contrast agents. Manual tracing dilakukan untuk menentukan luas permukaan Aorta dan luas permukaan luminal guna menentukan luas permukaan trombus. Maksimum diameter aorta secara otomatis didapat dari manual tracing pada gambar T1. Parameter digunakan untuk mempelajari sinyal trombus adalah mean, median, standar deviasi, skewness dan kurtosis. Setiap parameter dihitung pada area thrombus, dan sinyal di otot digunakan untuk menormalisasikannya. Setelah itu, semua parameter akan dibandingkan dengan evolusi dari diameter aorta. Ditemukan 13 dari 16 pasien dengan SAAA memiliki trombus. Namun tidak ada korelasi antara sinyal trombus dengan evolusi dari diameter aorta (r sering kali kurang dari 0,3). Tapi beberapa parameter menunjukkan hubungan antara sinyal thrombus dan diameter maksimum (mean (r = 0318)), median (r = 0,318), skewness (r = 0304)) atau dengan evolusi diameter maksimum (mean (r = 0512)). Dapat disimpulkan bahwa perbandingan kategori trombus yang kami kalkulasikan secara matematik dengan kategori thrombus secara visualisasi mencapai 81% tingkat kesesuaian, tapi kita tidak bisa menggunakan sinyal trombus sendiri sebagai parameter untuk memprediksi evolusi dari diameter aorta. Kata Kunci : trombus sinyal, evolusi diameter aorta, gambar T1 dan T2, Abdominal Aortic Aneurysms 1 Pendahuluan 1.1 Aorta Aorta adalah arteri besar yang membawa darah bersama oksigen dari jantung ke seluruh tubuh manusia. Pada gambar 1, dapat dilihat anatomi dari aorta. Banyak studi pada aorta manusia telah berhasil mendeteksi kelainan pada dinding aorta, baik di aorta toraks ataupun abdomen. Secara umum, dinding aorta sangat elastis, jadi jika terjadi pembengkakan, dinding aorta tidak akan dapat menyusut kembali dan hal tersebut bisa berisiko pecah tanpa bisa diprediksi kapan risiko pecahnya dinding aorta tersebut akan terjadi. Hal ini akan mengakibatkan risiko kematian pada si pasien. Parameter yang dipertimbangkan ketika membuat suatu keputusan bedah antara lain adalah: ukuran aneurisma lebih besar dari 5 cm (sekitar dua inci), laju pertumbuhan aneurisma adalah 0,5 cm (periode dari enam bulan sampai satu tahun), dan kemampuan pasien untuk mentolerir prosedur. [1] Gambar 1. Anatomi aorta(health Library, New York- Presbyterian Hospital, 2008)

Sebuah Abdominal Aortic Aneurysm, juga disebut AAA, merupakan daerah menggembung pada dinding aorta yang menghasilkan suatu pelebaran abnormal atau balon yang lebih besar 50 persen dari diameter normal. Beberapa penyebab pembengkakan dinding aorta adalah usia (lebih dari 60 tahun), laki-laki (kejadian pada laki-laki adalah empat sampai lima kali lebih besar daripada perempuan), riwayat keluarga(kerabat tingkat pertama seperti ayah atau saudara laki-laki), faktor genetik, hiperlipidemia (lemak tinggi dalam darah), hipertensi (tekanan darah tinggi), merokok, dan diabetes. 1.2 Trombus Sinyal Trombosis akan mengacu pada pembentukan bekuan darah (thrombus) dalam pembuluh darah atau rongga jantung dalam sistem kehidupan. Abdominal Aortic Aneurysms sering dikaitkan dengan trombus (gumpalan darah) di dalamnya. Hal ini sesuai dengan fakta yang telah dipelajari dan ditunjukkan oleh bidang pemeriksaan patologi, bedah, dan klinis berdasarkan hasil computed tomography (CT), pencitraan ultrasound, angiografi, tradisional spin-echo (SE) ataupun cine-mri. Banyak Metode yang dibuat atau dimodifikasi untuk membantu untuk membuktikan keberadaan sinyal trombus secara utuh dalam aorta. Tapi sampai sekarang, dengan adanya beberapa gangguan yang terjadi pada aorta, sulit untuk mendeteksi atau mengevaluasi dengan benar adanya sinyal trombus. [3] Gambar 2. Aneurysms dengan formasi trombus [4] Pemilihan gambar untuk menganalisa formasi trombus adalah sangat penting. Gambar yang dipilih adalah gambar di mana pemeriksaan terjadi selama relaksasi berlangsung, seperti gambar T1 dan T2 dibawah ini :[5]

3.2 Protokol MRI Dalam protokol penelitian kami, gambar yang digunakan antara lain gambar studi anatomi, gambar cine-mr untuk pemodelan 3D/4D, gambar T1/T2, gambar aliran darah, dan gambar setelah injeksi contrast agents untuk mempelajari aspek inflamasi.menggunakan perangkat lunak MatLab gambar T1 dan T2 telah diproses dan lebih khusus digunakan untuk menganalisa sinyal thrombus. Untuk setiap pasien, gambar ini terletak di posisi yang sama antar satu pemeriksaan dengan pemeriksaan yang lain. 3.3 Proses Pengolahan dilakukan dalam pemeriksaan awal untuk aspek predictiv, dan juga dilakukan di pada pemeriksaan akhir yang memiliki informasi penting tentang keberadaan trombus karena merupakan daerah yang lebih memiliki banyak sinyal. Manual tracing dilakukan untuk menentukan luas permukaan Aorta dan luas permukaan luminal sehingga diperoleh Luas Permukaan Trombus = Luas Permukaan Aorta Luas Permukaan Luminal. Hal ini dapat kita lihat pada gambar berikut : Gambar 3. T1 dan T2 2 Tujuan Dalam studi ini kami mempelajari gambar T1 dan T2 dengan trombus dari pemeriksaan pasien SAAA untuk mengetahui apakah sinyal trombus bisa dihubungkan dengan evolusi pembesaran diameter aorta, dan kemudian bisa memprediksi risiko pecahnya dinding aorta. 3 Data dan Metode 3.1 Data Data diperoleh dari 16 pasien dengan SAAA yang telah diperiksa sejak Juli 2006 sampai Januari 2010. Setiap pasien telah mengalami pemeriksaan minimal 1 sampai 4 kali dengan jarak pemeriksaan setiap 6 sampai 12 bulan. Gambar MR diperoleh dari Imager 3T (Trio TIM, Siemens Medical Solution, Jerman). Berdasarkan dari data klinis yang diperoleh, dapat dilihat bahwa perbedaan karakteristik dari masingmasing pasien ditinjau dari status merokok (smooking/ex smooking), banyak lemak dalam darah (dyslipidemie), dan tekanan darah tinggi (hypertensi). Gambar 4. (a) Manual tracing pada permukaan Aorta, (b) Manual tracing pada permukaan Luminal

Trombus ditemukan jika luas permukaan trombus mencapai 30Setelah melakukan manual tracing pada permukaan aorta, secara otomatis akan diperoleh nilai dari panjangnya diameter aorta yang dilihat dari tiga posisi, yakni : Diameter anterior-posterior, Diameter transversal dan Diameter maksimum, seperti ditampilkan dalam gambar berikut: mengalami perbedaan dari satu pemeriksaan ke pemeriksaan yang lain. Gambar 6. (a) gambar T1, b) T2 setelah manual tracing, c) Area normalisasi pada otot 3.4 Paramater Gambar 5. (a) Anterior-Posterior Diameter, (b) Transversal Diameter, (c) Maximum Diameter Area untuk normalisasi data ditentukan pada daerah otot di sekitar aorta. Hal ini disebabkan karena sinyal pada area otot relative tetap atau hanya sedikit Maksimum diameter aorta secara otomatis diperoleh dari manual tracing pada gambar T1 dalam semua pemeriksaan. Setelah itu kita menghitung evolusi dari diameter aorta (mm / tahun) =? Maksimum diameter (mm) /? Tanggal pemeriksaan (hari) * 365 hari. Beberapa parameter yang digunakan untuk mempelajari sinyal trombus, seperti mean, median, standar deviasi (SD), skewness yang menggambarkan tingkat asimetri sinyal histogram dengan formula?ni (xi-x)3/ns3, dan kurtosis yang menggambarkan bagaimana ketajaman histogram dengan formula?ni (xi-x)4/ns4-3, dimana ni adalah jumlah pixel pada aorta xi, nilai x adalah nilai mean dari aorta, s adalah SD, dan N adalah jumlah sinyal pada puncak histogram. [6] Setiap parameter dihitung pada area thrombus, dan pada sinyal di daerah otot yang digunakan untuk menormalkan mean sinyal pada trombus, median sinyal pada trombus dan standar deviasi sinyal pada trombus. Parameter ini kemudian akan dibandingkan dengan evolusi dari diameter aorta. Dengan menggunakan mean / median / SD dari sinyal thrombus pada aorta dan menormalisasikan mean / median / SD sinyal pada otot, kami membuat klasifikasi thrombus sebagai berikut: thrombus Homogen jika T1 = T2 = sinya rendah, thrombus heterogen jika T1 = T2 = sinyal tinggi dan trombus Indefinite jika T1? T2(sinyal rendah dan sinyal tinggi, atau sebaliknya). [7]

4 Hasil Kami menemukan 13 dari 16 pasien dengan SAAA memiliki thrombus di dalamnya. Berikut adalah contoh gambar T1 yang dapat menjelaskan tentang adanya trombus di SAAA. Gambar 9. Pria, 55, ex smooking, hypertensi, dyslipidemie,? Max Diameter = 2,80 mm/year, 40% surface thrombus, Homogeneous,T1 = T2 = rendah, (a) T1= 0.391 0.815, (b) T2= 0.327 0.788 Gambar 7. Surface thrombus 11.6%, tanpa trombus Gambar 8. Surface thrombus 48.4, dengan formasi trombus Berdasarkan distribusi area pembagian wilayah tinggi rendahnya sinyal trombus, dapat dikategorikan bahwa terdapat 3 pasien tanpa trombus, 5 pasien dengan trombus Homogenous, 7 pasien dengan trombus Heterogeneous dan 1 pasien dengan trombus Indefinite. Beberapa gambar yang mewakili keberadaan kategori thrombus tersebut dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 10. Pria, 83,? Max Diameter = 2,27 mm/year, 90,85% surface thrombus, Heterogeneous, T1 = T2 = tinggi, a) T1= 2.675 0.815, (b)t2 = 0.881 0.788 Gambar 11. Pria, 59, ex smoking,? Max Diameter =1,33 mm/year, 66,93% surface thrombus, Indefinite, T1 = rendah? T2 = tinggi, (a) T1= 0.691 0.815, (b)t2 = 0.853 0.788 Daftar Pustaka 1. S. Ito et al (2008) Differences in Atherosclerotic Profiles Between Patients With Thoracic and Abdominal Aortic Aneurysms, The American Journal of Cardiology, 101 :696-699 2. Eric M. Isselbacher (2005) Thoracic and Abdominal Aortic Aneurysms, Circulation 3. T. Honda et al (1997) Diagnosis Thrombus and Blood Flow in Aortic Aneurysms by use of Tagging Cine MRI, International Journal of Angiology, 6:203-206, 1997 4. M. Xavier et al (2007), Dynamic 4D Blood Flow Representation in the Aorta and Analysis From Cine-MRI in Patients, Computers in Cardiology, 34:375-378 5. C.M. Kramer et al (2004) Magnetic Resonance Imaging Identifies the Fibrous Cap in Atherosclerotic Abdominal Aortic Aneurysm, Circulation, 109; 1016-1021 6. S. Matsuoka et al (2006) Quantification of Thin- Section CT Lung Attenuation in Acute Pulmonary Embolism: Correlations with Arterial Blood Gas Levels and CT Angiography, American Roentgen Ray Society, 186:1272-1279 7. M. Castrucci et al (1995) Mural Thrombi in Abdominal Aortic Aneurysms: MR Imaging Characterization- Useful before Endovascular Treatment?, RSNA, 197