PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN PERINTIS WINDESI KAB. KEPULAUAN YAPEN, PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN DERMAGA KAPAL PERINTIS DI PULAU KURUDU, PAPUA

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI TANJUNG NIPAH, KALIMANTAN TENGAH

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

PERENCANAAN SLIPWAY PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN TANJUNG BONANG REMBANG

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

Oleh: Yulia Islamia

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN TNI AL PONDOK DAYUNG JAKARTA UTARA

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

PERENCANAAN ELEVASI DERMAGA PERIKANAN STUDI KASUS PELABUHAN PERIKANAN TUMUMPA SULAWESI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

CERC.1984.Shore Protection Manual Volume I. Washington: US Army Corps of Engineer.

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

KATA PENGANTAR Perencanaan Pelabuhan Perikanan Glagah Kab. Kulon Progo Yogyakarta

BAB III METODOLOGI MULAI. Investigasi Data Hidro- Oceanografi Dan Kepelabuhan

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data

PENANGANAN ABRASI PANTAI DESA SEI RAJA KABUPATEN SUKAMARA KALIMANTAN TENGAH

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB III DATA DAN ANALISA

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGAMANAN PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

PERENCANAAN SKIDWAY UNTUK PELUNCURAN OFFSHORE STRUCTURE DI PT.PAL SURABAYA

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN NAMLEA PULAU BURU

STUDI EVALUASI PENAMBAHAN KAPASITAS DERMAGA OIL JETTY PLTU PAITON DARI 8000 DWT MENJADI DWT

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perancangan Dermaga Pelabuhan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut:

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

DAFTAR SIMBOL / NOTASI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap.

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

2 Pengantar. Bandung, Juni Penulis

Perencanaan Detail Jetty LNG DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

PERENCANAAN DERMAGA TUKS BARU PT. PETROKIMIA GRESIK (PERSERO)

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Bayuwangi

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

TUGAS AKHIR ANALISIS HIDRO OSEANOGRAFI DAN DESAIN DERMAGA DEAD WEIGHT TON (DWT) DI TERMINAL UNTUK KEPENTIGAN SENDIRI (TUKS)

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DATA

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan.

Perencanaan Dermaga Minyak Untuk Kapal Tanker DWT di Dumai Provinsi Riau

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI SAYUNG DEMAK. Ihwan Nul Hakim, M. Fiqigozari, Sumbogo Pranoto *), Priyo Nugroho P. *)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

5. BAB V ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL CEMPAKA, KRANGGAN TEMANGGUNG

PERENCANAAN PELABUHAN PULAU SALEMO KABUPATEN PANGKEP

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

STUDI PENGAMAN PANTAI DI DESA SABUAI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

PENGEMBANGAN FASILITAS KAWASAN TERPADU PELABUHAN SIKAKAP KABUPATEN MENTAWAI SUMATERA BARAT

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT

BAB III LANDASAN TEORI

DESAIN STRUKTUR PERPANJANGAN DERMAGA B CURAH CAIR PELINDO I DI PELABUHAN DUMAI, RIAU

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB III METODOLOGI III-1

Evaluasi Struktur Atas Dermaga DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata Cara Perencanaan Pelabuhan Tahun 2015

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

Transkripsi:

Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN PERINTIS WINDESI KAB. KEPULAUAN YAPEN, PAPUA Riyan Aditya N., Ivan Kaleb S., Priyo Nugroho P. *), Purwanto *) Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50329, Telp.: (024) 7474770, Fax.: (024) 7460060 ABSTRAK Windesi terletak di wilayah administratif Kabupaten Kepaulauan Yapen, Provinsi Papua. Permasalahan yang terjadi di Windesi adalah belum tersedianya akses transportasi laut yang memadai, sehingga menjadi masalah bagi kapal yang akan bersandar. Dermaga eksisting yang ada di Windesi terbuat dari kayu dan dalam kondisi rusak. Data yang diperlukan untuk perencanaan meliputi peta topografi, peta bathimetri, data angin, data kapal, data tanah, dan data pasang surut. Dasar perencanaan dermaga ini menggunakan data kapal terbesar yang akan bersandar di Pelabuhan Perintis Windesi, yaitu Kapal Papua Lima dengan bobot kapal sebesar 500 DWT. Kebutuhan wilayah perairan terdiri dari kolam putar yaitu 102 m, kedalaman kolam pelabuhan -4,00 LWL dan elevasi dermaga yaitu +3,00 LWL. Metodologi yang digunakan untuk perhitungan pasang surut adalah metode admiralty diperoleh nilai HHWL = 174,51 cm dan gelombang rencana kala ulang selama 50 tahun dengan H = 2,682 dan T = 8,77 detik. Dalam perencanaan struktur dermaga, digunakan program SAP 2000 dengan model 3D. Dermaga terdiri dari bangunan jetty head, trestle, dan causeway. Dimensi jetty head yaitu panjang 62 m dan lebar 6 m. Dimensi trestle yaitu panjang 194 m dan lebar 4 m. Dimensi causeway yaitu panjang 15 m dan lebar 4 m. Estimasi anggaran untuk pembangunan struktur jetty adalah sekitar Rp 48.580.000.000,00. Kata kunci: Windesi, Dermaga, Struktur. ABSTRACT Windesi located in the administrative area of The Kepulauan Yapen Regency, Province of Papua. The problems that occurred in Windesi is the unavailability of adequate access to sea transport, so that it becomes problem the ship that will berth.the data needed for design are topographic maps, bathymetry maps, wind data, ship data, soil data, and tidal data. Ship designs used in designing jetty is the largest ship that will berth on port, with weight of 500 DWT, LOA = 51 m, breadth (B) 9 m and draft (d) 3,2 m. The needs of the region for the sea consists of turning basin is 102 m, sea depth is -4,00 LWL and jetty elevation is +3,00 LWL. The methodology used for the calculation of tidal is admiralty methods value obtained HHWL = 174,51 cm and 50 years design wave period with H= 2,682 m and T = 8,77 seconds. In the design of jetty structure used program SAP 2000 with 3D models. The Jetty consists of a jetty head, trestle, and causeway. The dimension of jetty head is 62 m length and 6 m width. The dimension of trestle is 194 m length and 4 m width. The dimension of causeway is 15 m length and 4 m width. Budget estimation for building the jetty structure cost was around Rp 48.580.000.000,00. Keywords: Windesi, Jetty, Structure. *) Penulis Penanggung Jawab 104

PENDAHULUAN Pengembangan pelabuhan perintis memerlukan dukungan sarana dan prasarana, diantaranya adalah lokasi pengembangan dermaga. Potensi dan kendala dalam pengembangan pada dasarnya akan berpijak pada kondisi dan keberadaan prasarana (simpul dan ruas) dan sarana transportasi yang ada (eksisting) dikaitkan dengan perencanaan pengembangan kebutuhan di masa mendatang. Untuk mengembangkan perekonomian daerah Papua, khususnya Kabupaten Kepulauan Yapen maka direncanakan pembangunan Pelabuhan Perintis Windesi. METODOLOGI Diagram alir Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi ANALISA HIDRO-OSEONOGRAFI Analisa Pasang Surut Data pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi muka air rencana. Pasang surut akan mempengaruhi tinggi muka air rencana yang terjadi di lokasi bangunan. Data pasang surut pada bulan Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Pasang Surut Bulan Desember 2013 105

Sumber: Dishidros Wilayah Biak, 2013 Untuk mengetahui pasang surut periode berikutnya maka dilakukan analisis dengan menggunakan metode admiralty. Dari hasil analisis metode admiralty diperoleh elevasi HHWL = + 1,75, MHWL = + 1,36, MSL = + 0,89, MLWL = + 0,36, dan LWL = ± 0,00. Analisa Angin Data angin digunakan sebagai dasar dalam peramalan gelombang. Peramalan tersebut berupa tinggi dan periode gelombang. Data yang diperlukan adalah data arah angin dan kecepatan angin. Data angin tersebut diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Biak. Gambar mawar angin untuk tahun 1999-2009 dapat dilihat pada Gambar 3. Analisa Fetch Gambar 3. Mawar Angin (Wind Rose) Tahun 1999-2009 Sumber: BMKG Biak, 1999-2009 Fetch efektif (F eff ) dihitung terhadap arah mata angin yang diperkirakan memberikan pengaruh dalam pembangkitan gelombang yaitu arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut. Gambar fetch efektif arah Barat Laut dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. 106

Gambar 4. Fetch Arah Barat Laut Peramalan Tinggi dan Periode Gelombang Akibat Angin Dari perhitungan pembangkitan gelombang berdasarkan data angin, maka tinggi gelombang selama periode 1999-2009 dapat diketahui. Dari data tersebut kemudian dibuat prosentase tinggi gelombang (H 0 ) dan mawar gelombang dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. Gambar 5. Mawar Gelombang (Wave Rose) Tahun 1999-2009 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Untuk keperluan perencanaan desain dermaga Windesi digunakan tinggi gelombang representatif (H 33% ), dihitung dari tinggi gelombang harian tiap tahun yang diurutkan dari besar ke kecil. Analisis gelombang yang digunakan didapatkan dari hasil peramalan gelombang mulai tahun 1999-2009. Tabel 1 merupakan hasil perhitungan gelombang representatif H 33%. Tabel 1. Gelombang Representatif H 33% No. Tahun Arah Utara Arah Timur Laut Arah Barat Laut H 33% T 33% H 33% T 33% H 33% T 33% 1 1999 0,382 3,316 0,348 3,257 0,382 3,416 2 2000 0,348 3,257 0,554 3,575 0,382 3,416 3 2001 0,451 3,426 0,348 3,257 0,315 3,295 4 2002 0,248 3,059 0,451 3,426 0,348 3,357 5 2003 0,451 3,426 0,451 3,426 0,451 3,526 6 2004 0,348 3,257 0,281 3,129 0,348 3,357 7 2005 0,315 3,195 0,315 3,195 0,485 3,578 8 2006 0,520 3,527 0,382 3,316 0,624 3,766 9 2007 0,693 3,751 0,393 3,351 0,624 3,766 10 2008 0,451 3,426 0,348 3,257 0,797 3,969 11 2009 0,281 3,129 0,554 3,575 0,348 3,357 Rerata 0,408 3,343 0,402 3,342 0,464 3,527 Maksimum 0,693 3,751 0,554 3,575 0,797 3,969 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Perkiraan Gelombang dengan Periode Ulang 107

Ada 2 metode untuk memprediksi gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu metode Fisher-Tippett Type I dan metode Weibull (CERC, 1992). Berikut adalah hasil prediksi gelombang metode Fisher-Tippett Type I dan metode Weibull disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Hasil Perhitungan H dan T dari 2 Metode Kala Ulang Tahun FT Weibull Periode Ulang H T H T 2 1,34 2,03 1,22 1,32 5 1,77 4,19 1,64 3,17 10 2,05 5,62 2,02 4,84 25 2,42 7,43 2,58 7,31 50 2,68 8,77 3,04 9,36 100 2,95 10,10 3,53 11,52 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Digunakan kala ulang dengan metode Fisher-Tippet Type I dikarenakan standar deviasi metode ini lebih kecil daripada metode Weibull sehingga tingkat keyakinannya relatif besar. Analisa Gelombang Pecah Untuk menghitung gelombang pecah digunakan perhitungan periode ulang gelombang pecah kala ulang 50 tahun dengan H = 2,682 m dan T = 8,769 det. Karena pengaruh perubahan kedalaman laut, tinggi gelombang berubah selama penjalaran dari laut dalam menuju pantai. Tinggi gelombang semakin besar dan akhirnya akan pecah pada kedalaman tertentu. Hasil hitungan dapat dilihat pada Gambar 6, gelombang mengalami pecah pada kedalaman 3,00 m dengan tinggi gelombang pecah 3,00 m, sedangkan di depan dermaga tinggi gelombang 1,85 m dengan kedalaman tanah dasar 5 m sehingga belum terjadi gelombang pecah. Gambar 6. Gelombang Pecah Untuk Kala Ulang 50 Tahun Sumber: Hasil Analisis, 2016 PERENCANAAN LAYOUT DERMAGA Kapal rencana diperhitungkan berdasarkan jenis kapal yang akan bersandar di Pelabuhan Perintis Windesi, yakni Kapal Papua Lima. Diperoleh data kapal rencana sebagai berikut: Tipe Kapal = Kapal Penumpang dan Barang Tonase = 500 DWT Panjang Kapal = 51,00 m 108

Lebar Kapal = 9,00 m Full Draft = 3,20 m Mesin Penggerak = 2 x 620 HP Kecepatan = 12,00 Knot Dari data kapal di atas dapat ditentukan kebutuhan wilayah perairan pelabuhan, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan Wilayah Perairan Kebutuhan Wilayah Perairan Lebar Alur Pelayaran Kedalaman Alur Pelayaran Elevasi Kedalaman Kolam Pelabuhan Diameter Kolam Putar Panjang Dermaga Panjang Trestle Sumber: Hasil Analisis, 2016 HASIL PERHITUNGAN STRUKTUR Pembebanan Ukuran 76,50 m -5,50 LWL -4,00 LWL 102 m 62 m 194 m Perhitungan beban yang bekerja pada dermaga dibedakan menjadi beban vertikal dan beban horisontal. a. Beban Vertikal, meliputi beban mati (D) dan hidup (L). b. Beban Horisontal, meliputi gaya sandar kapal (B), gaya tambat kapal (M), gaya gelombang (W), gaya gempa (E), dan gaya uplift (U). Struktur harus dirancang sedemikian rupa hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi sebagai berikut: 1. 1,4 D 5. 1 D + 1 L + 1 (Ex/Ey) 2. 1,2 D + 1,6 L 6. 0,9 D + 1 W 3. 1,2 D + 1 L + 1,2 B 7. 0,9 D + 1 (Ex/Ey) 4. 1,2 D + 1 L + 1,2 M 8. 0,9 D + 1 U Output SAP 2000 Berupa Gaya Dalam Gaya Momen dan Gaya Lintang Struktur Balok Nilai gaya momen yang timbul pada struktur balok dermaga pada kondisi maksimum disajikan pada Gambar 7. 109

(a) Gambar 7. Gaya Dalam Pada Struktur Balok Berupa (a) Gaya Momen dan (b) Gaya Lintang Gaya Momen Struktur Plat Lantai Nilai gaya momen yang timbul pada struktur plat lantai dermaga pada kondisi maksimum disajikan pada Gambar 8. (b) Mu + = 104,99 kn-m/m (a) Mu - = 92,43 kn-m/m Gambar 8. Gaya Dalam Pada Struktur Plat Lantai Berupa (a) Gaya Momen Positif dan (b) Gaya Momen Negatif Gaya Aksial Struktur Tiang Pancang (b) Nilai gaya aksial yang timbul pada struktur tiang pancang dermaga pada kondisi maksimum disajikan pada Gambar 9. 110

Gambar 9. Gaya Dalam Maksimum Pada Struktur Tiang Pancang Gaya Aksial PERENCANAAN BALOK Dimensi struktur balok yaitu 40 x 70 cm. Penulangan tumpuan dan lapangan balok dapat dilihat pada Gambar 10. (a) (b) Gambar 10. Penulangan Balok Pada (a) Tumpuan dan (b) Lapangan PERENCANAAN PLAT LANTAI Plat lantai yang direncanakan cor ditempat dengan tebal 30 cm. Penulangan plat lantai dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Penulangan Plat Lantai 111

PONDASI DERMAGA Pondasi yang direncanakan adalah pondasi tiang pancang baja diameter luar 355 mm dan tebal 12 mm dengan kedalaman tiang pancang 43 m. Analisis tegangan menghasilkan nilai stress ratio yang timbul pada tiang pancang disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Nilai Stress Ratio Pada Struktur Tiang Pancang Dari hasil stress ratio diperoleh nilai stress ratio maksimum sebesar = 0,876 < 1, maka dapat disimpulkan pondasi tiang memiliki kemampuan menahan gaya-gaya yang bekerja. PERENCANAAN CAUSEWAY Causeway berfungsi sebagai jalan penghubung antara dermaga dengan darat. Perencanaan causeway menggunakan tanggul dari timbunan tanah yang diperkuat dengan Dinding Penahan Tanah (DPT) yang terbuat dari pasangan batu. Potongan melintang causeway dapat dilihat pada Gambar 13. RENCANA ANGGARAN BIAYA Gambar 13. Potongan Melintang Causeway Berikut rekapitulasi rencana anggaran biaya pada pekerjaan pekerjaan Dermaga Perintis Windesi, Papua tersaji pada Tabel 4. 112

Tabel. 4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya No Jenis Pekerjaan Total Biaya I Pekerjaan Persiapan Rp 563.386.713,47 II Pekerjaan Trestle 1 Rp 8.075.916.069,01 III Pekerjaan Trestle 2 Rp 11.927.886.348,08 IV Pekerjaan Trestle 3 Rp 8.251.203.717,70 V Pekerjaan Dermaga Rp 15.087.325.695,46 VI Pekerjaan Causeway Rp 190.637.903,84 VII Pekerjaan Lain-Lain Rp 68.130.120,00 Jumlah Total Rp 44.164.486.567,55 PPN 10% Rp 4.416.448.656,76 Total Akhir Rp 48.580.935.224,31 Dibulatkan Rp 48.580.000.000,00 Terbilang : Empat Puluh Delapan Milyar Lima Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, perhitungan struktur, dan analisis harga pekerjaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi, Papua yaitu: 1. Lokasi dermaga berada di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. 2. Dari pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut: a. Arah gelombang dominan berasal dari Barat Laut. b. Tinggi gelombang (H) yaitu 2,682 m dan periode gelombang (T) sebesar 8,769 detik. 3. Dimensi dari dermaga yaitu panjang 62 m dan lebar 6 m. Dimensi dari trestle yaitu panjang 194 m dan lebar 4 m. Dimensi causeway yaitu panjang 15 m dan lebar 4 m. 4. Dari hasil perencanaan struktur yang dilakukan didapat dimensi struktur sebagai berikut: a. Balok dengan ukuran 40 cm x 70 cm dengan mutu K-350, yaitu: Lapangan = 2D22 (atas) dan 3D22 (bawah), tulangan geser D13-280. Tumpuan = 5D22 (atas) dan 3D22 (bawah), tulangan geser D13-250. b. Pelat lantai tebal 300 mm dengan mutu K-350. Penulangan pelat : D16-120 (Tumpuan dan Lapangan). c. Pondasi tiang pancang baja dengan spesifikasi sebagai berikut: Diameter luar = 355 mm Tebal = 12 mm Kedalaman = 43 m 5. Rencana Anggaran Biaya yaitu Rp 48.580.000.000,00. DAFTAR PUSTAKA Asroni, Ali, 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta. Bowles, Joseph E, 1997. Foundation Analysis and Design Fifth Edition, The Mc Graw Hill Company, Singapura. BS 6349-1-2000. Maritime Strutures, British Standards Institution, London. Coastal Engineering Research Center, 1984. Shore Protection manual Volume I, US Army Corps of Engineers, Washington. Das, Braja M, 2007. Principles of Foundation Engineering, Nelson, Toronto. 113

Dinas Cipta Karya Provinsi Papua Tahun 2015. Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI), 2002. Technical Standards Commentaries for Port and Harbour Facilities, Tokyo. Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 78 Tahun 2014. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012. Satyarno, Iman, 2011. Belajar SAP 2000, Zamil Publishing, Yogyakarta. SNI 1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. SNI 03-2874-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Departemen Permukiman dana Prasarana Wilayah, Bandung. Standar Desain Fasilitas Pelabuhan Regional, 2015. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Tata Cara Perencanaan Struktur Dermaga 5000 DWT dan 10000 DWT, 2015. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Tomlinson, Michael, 2008. Pile Design and Construction Practice, Taylor and Francis, London. Triatmodjo, Bambang, 2010. Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo, Bambang, 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta. 114