BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
17 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011:93). Stakeholder merupakan

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (shareholder) tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pedoman yang ditetapkan masyarakat. Dalam hal ini, seperti halnya pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, termasuk aktivitas tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak hanya bagi pihak internal tetapi juga bagi pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Konsep Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

Transkripsi:

28 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

29 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Corporate Sosial Responsibility Menurut The World Business Council for Sustainable Development lembaga internasional yang telah berdiri sejak tahun 1955, beranggotakan 120 perusahaan multinasional dari 30 negara dunia mendefinisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan beserta keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar, dan masyarakat lebih luas (Hadi, 2011). Sedangkan menurut draft ISO 26000 yang dimaksud dengan CSR merupakan sebuah tanggung jawab suatu perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka terhadap lingkungan dan masyarakat melalui suatu perilaku yang terbuka dan etis. Menurut Untung (2008:1) CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan suatu bentuk tindakan tanggung jawab sosial perusahaan atas segala aktivitas yang

30 telah dilakukan dengan turut serta memberi kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. 2.1.2 Manfaat Corporate Sosial Responsibility Manfaat CSR bagi perusahaan antara lain: (1) Mempertahankan dan mendogkrak reputasi serta citra merek perusahaan; (2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial; (3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan; (4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan; (5) Membuka peluang pasar yang lebih luas; (6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah; (7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders; (8) Memperbaiki hubungan dengan regulator; (9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (10) Peluang mendapat penghargaan. Sedangkan menurut Mursitama (2011) manfaat CSR dibagi dua yaitu sisi internal dan eksternal. Sisi internal meliputi: 1. Pengembangan aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Aktivitas tersebut butuh praktik-praktik ketenagakerjaan yang bertanggung jawab sosial. 2. Adanya pencegahan polusi dan reorganisasi pengelolaan proses produksi dan aliran bahan baku, serta hubungan dengan pemasok berjalan dengan baik. Muaranya adalah peningkatan performa lingkungan perusahaan. 3. Menciptakan budaya perusahaan, kapabilitas sumber daya manusia, dan organisasi yang baik. 4. Kinerja keuangan perusahaan, terutama harga saham bagi perusahaan yang telah go public, menjadi lebih baik.

31 Sementara itu manfaat eksternal yang didapat perusahaan dari CSR sebagai berikut : 1. Penerapan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai badan yang mengemban dengan baik pertanggungjawaban secara sosial. 2. CSR merupakan satu bentuk diferensiasi produk yang baik. Artinya, sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah lingkungan dan merupakan hasil dari perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial. 3. Melaksanakan CSR dan membuka kegiatan CSR secara publik merupakan instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khalayak. 2.1.3 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun ekternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi ataupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Perusahaan hendaknya memperhatikan kepentingan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika hal ini tidak dilakukan akan menuai protes. Berdasarkan asumsi dasar stakeholder theory, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan tidak hanya bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap kondisi lingkungan dan sosial masyarakat. Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial

32 yang terjadi (Hadi, 2011:93). Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur pada sebatas indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan, kini harus ditambah dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal. Praktik pengungkapan CSR memainkan peran yang penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat sehingga kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Perusahaan diharap mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan melalui pengungkapan CSR. Esensi teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan) masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasi yaitu dengan cara menggeser pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement yang cenderung shareholder orientation ke arah memperhitungkan faktor sosial sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan terhadap masalah sosial masyarakat (stakeholder orientataion) (Hadi, 2011). 2.1.4 Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Dewanta (2011) dalam teori agensi, pemegang saham merupakan pemilik perusahaan dan memiliki hak kepemilikan terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Sementara itu, para manajer merupakan agen yang bertindak untuk kepentingan pemilik perusahaan. Didalam pasar modal yang efisien,

33 pemegang saham secara mutlak akan sepakat bahwa mereka lebih menyukai maksimalisasi laba yang akan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga jika manajemen tidak melakukan maksimalisasi laba maka pasar akan melakukan koreksi terhadap manajemen perusahaan, misalnya mengganti manajernya. Teori keagenan menyatakan adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak dimana satu atau lebih prinsipal menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa dan kepentingan mereka yaitu dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik kepentingan antara manajer dengan pamilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Dalam hubungan agensi tersebut, terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu biaya pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs), dan visibilitas politis. Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah dengan

34 kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat). Selanjutnya, sebagai wujud pertanggungjawaban, manager sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan teori keagenan, maka konsepsi CSR tersebut harus diartikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk memaksimalkan laba. Pengungkapan informasi CSR diharap dapat memberikan informasi tambahan kepada investor, sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak mendasarkan pada informasi laba saja. 2.1.5 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik (Hadi,2011). Deegan dan Tobin (2002) menjabarkan bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan terancam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa legitimasi perusahaan dimata stakeholder merupakan faktor signifikan untuk mendukung citra dan reputasi perusahaan dimata stakeholder (Hadi, 2011). Dengan demikian, maka pengungkapan informasi CSR merupakan investasi jangka panjang dan memiliki

35 manfaat dalam meningkatkan image dan legitimasi, sehingga dapat dijadikan sebagai basis konstruksi strategi perusahaan. 2.1.6 Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory) Adanya interelasi dalam kehidupan sosial masyarakat, agar terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam lingkungan, semua hal tersebut akhirnya memicu timbulnya sebuah kontrak sosial antara perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat. Perusahaan adalah kelompok orang yang memiliki kesamaan tujuan dan berusaha mencapai tujuan secara bersama yang merupakan bagian dari masyarakat dalam lingkungan yang lebih besar. Keberadaannya sangat ditentukan oleh masyarakat, dimana antara keduanya saling pengaruh dan mempengaruhi. Untuk itu, agar terjadi keseimbangan (equality), maka perlu kontrak sosial (social contract) baik secara eksplisit maupun implisit sehingga terjadi kesepakatan-kesepakatan yang saling melindungi kepentingannya (Hadi, 2011). 2.1.7 Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial Crowther (2008) membagi menjadi tiga atas prinsip-prinsip tanggung jawab sosial, yaitu: 1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tentang memperhitungkan keberlanjutan sumber daya dimasa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetapi dengan tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian,

36 sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. 2. Accountability, merupakan upaya perusahaan untuk terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan ekternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif dari aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. 3. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Prinsip ini berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. 2.1.8 Profitabilitas Heinze,(dalam Heckston dan Milne, 1996) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. 2.1.9 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan merupakan ukuran mengenai besar kecilnya suatu perusahaan. Size perusahaan merupakan variabel penduga yang sering

37 menjelaskan berbagai macam variasi pengungkapan sosial yang digunakan perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. Hekston dan Milne (dalam Ratnasari, 2011:80) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat ditentukan dari jumlah karyawan, total aktiva, total penjualan, atau peringkat indeks. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan lebih besar daripada perusahaan kecil. 2.1.10 Leverage Leverage merupakan alat ukur bagi perusahaan seberapa besar perusahaan tersebut tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.

38 2.1.11 Kepemilikan Publik Adanya struktur kepemilikan publik ini mendorong perusahaan untuk lebih luas atas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Hal ini karena adanya saham yang dimiliki oleh pihak luar termasuk masyarakat lingkungan sekitar perusahaan yang dinilai lebih concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kepemilikan publik yang dimaksud adalah proporsi saham yang dimiliki masyarakat luas dengan pihak manajemen. Kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Variabel ini ditunjukkan dengan prosentase saham yang dimiliki oleh publik dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat dengan total saham perusahaan yang beredar. Perusahaan yang go public dituntut untuk lebih transparan mengungkap informasi yang memadai dan relevan dengan tujuan menciptakan pasar modal yang efisien. Dengan proporsi saham yang dimiliki publik lebih besar, akan berakibat pengawasan dari publik lebih besar. Investor dari pihak diluar manajemen atau investor publik membutuhkan perlindungan investasi yang mereka tanam, perlindungan ini dapat berupa informasi non-keuangan dan keuangan yang disampaikan perusahaan melalui laporan tahunan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi saham yang dimiliki publik maka tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan akan semakin tinggi pula.

39 2.1.12 Corporate Social Responsibility Disclosure Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukrela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku yang dilakukan perusahaan, khususnya perusahaan yang go public kepada masyarakat dan memiliki badan khusus yang meregulasi seperti IAI dan Bapepam. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Meskipun semua perusahaan terbuka diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen secara memadai dan relevan akan mengurangi risiko informasi bagi kepentingan investor. Dengan berkurangnya risiko informasi, maka mengurangi kesalahan pembuatan kebijakan investasi. Dengan demikian kepercayaan investor terhadap perusahaan yang mengungkap informasi secara lebih lengkap menjadi meningkat, meningkatnya kepercayaan investor akan dibarengi dengan dukungan terhadap keberadaan dan segala keputusan bisnis perusahaan, perusahaan seperti ini akan memiliki citra

40 yang baik dimata publik, sehingga sekuritas perusahaan menjadi lebih menarik bagi banyak investor dan harga sekuritas otomatis menjadi naik pula. Manfaat utama pengungkapan (disclosure) informasi perusahaan adalah perusahaan memperoleh biaya modal yang rendah. Pengungkapan memberi jaminan kepada investor dan kreditur bahwa laporan keuangan tersebut lebih lengkap dan akurat sehingga mengurangi risiko pengambilan keputusan, sehingga investor dan kreditur bersedia membeli sekuritas dengan harga yang lebih tinggi, dengan tingginya harga sekuritas maka akan mengurangi biaya modal perusahaan. Menurut Na im dan Rachman (2000) kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat tergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara berkembang. Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan (disclosure) laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri manufaktur ditetapkan oleh Bapepam dalam surat edaran no. SE-02/PM20002 tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberi suatu panduan penyajian dan pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberi kualitas informasi keuangan bagi pengguna.

41 2.1.13 Penelitian terdahulu Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Nugraha Kiswara Rindawati (2013) (2009) (2014) Judul Faktor-faktor Faktor-faktor Pengaruh profitabilitas, yang mem- yang mem- ukuran perusahaan, pengaruhi pengaruhi dan kepemilikan publik pengungkapan pengungkapan terhadap pengungkapan Corporate Social Sukarela oleh Corporate Social Responsibility Perusahaan Responsibility(CSR) dalam Laporan Multinasional pada Perusahaan yang Tahunan di Indonesia terdaftar di Bursa Efek Perusahaan Indonesia Objek Perusahaan Seluruh Perusahaan manufaktur manufaktur perusahaan yang terdaftar di sektor industri multinasional BEI barang konsumsi yang terdaftar yang terdaftar di BEJ di BEI Periode tahun 2009-2011 tahun 2005 tahun 2011-2013 Penelitian Metode Purposive Purposive Purposive Pengambilan Sampling Sampling Sampling Sampel Variabel Ukuran perusahaan, Size Profitabilitas, ukuran Bebas ukuran dewan perusahaan, perusahaan, leverage, komisaris, proporsi dan kepemilikan publik Kepemilikan asing, kepemilikan Ukuran komite audit saham oleh publik, basis perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris Variabel Pengungkapan Pengungkapan Pengungkapan Terikat CSR CSR CSR Hasil Ukuran perusahaan Basis perusahaan, Profitabilitas saja Penelitian dan komite audit tipe industri berpengaruh, berpengaruh variabel berpengaruh,variabel variabel lain tidak lain tidak ber- lain tidak berpengaruh berpengaruh pengaruh

42 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan telaah pustaka dan beberapa penelitian terdahulu yang menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR, maka dalam penelitian ini akan menguji faktor profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan kepemilikan publik. Hipotesis yang merupakan alur pikiran dari peneliti, kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut:

43 Perusahaan Go Public Manajemen Opersional Manajemen Non Operasional Teori Stakeholder Teori Agensi Teori Legitimasi Teori Kontrak Sosial Faktor-faktor pengungkapan CSR perusahaan yang terdaftar di BEI Tata Kelola Perusahaan Kinerja Keuangan (2009) Kepemilikan Publik Profitabilitas Ukuran Perusahaan Leverage Pengungkapan CSR Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

44 Keterangan: 1. Perusahaan go public adalah perusahaan yang menjual sahamnya kepada para investor dan membiarkan saham tersebut diperjual belikan atau diperdagangkan di pasar saham. 2. Manajemen perusahaan go public terdiri dari manajemen operasional dan non operasional. Manajemen operasional perusahaan bertanggung jawab terhadap proses produksi barang dan jasa atau kegiatan operasional, serta memastikan operasi bisnis berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. 3. Manajemen non operasional perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan diluar operasional perusahaan yang berdampak langsung terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan seperti hubungan terhadap para stakeholder. 4. Adanya manajemen non operasional perusahaan disebabkan oleh adanya teori agensi, teori stakeholder, danteori legitimasi kemudian dilengkapi dengan teori kontrak sosial. Keempat teori tersebut yang melandasi pentingnya pelaporan CSR bagi perusahaan go public. 5. Penelitian ini membahas pengaruh antar faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR perusahaan yang terdaftar di BEI. 6. Faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah tata kelola perusahaan. 7. Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan diukur berdasarkan

45 total aset yang dimiliki perusahaan. Secara umum perusahaan yang memiliki sumber daya yang besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang memiliki sumber daya yang sedikit. Hal ini disebabkan adanya benturan kepentingan besar antara pemilik dan manajemen perusahaan dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki. 8. Profitabilitas mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR. 9. Ukuran perusahaan dianggap mempengaruhi besaran pengungkapan CSR. 10. Leverage merupakan salah satu faktor yang mendorong pengungkapan CSR oleh perusahaan. 11. Kepemilikan saham publik diharap mampu mendorong pengungkapan CSR. Hal ini disebabkan adanya kepemilikan saham yang dimiliki pihak eksternal turut memperhatikan kondisi lingkungan perusahaan. 12. Keempat variabel independen diukur berdasarkan profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan kepemilikan publik merupakan faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. 2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, serta landasan teori, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada periode waktu tertentu. Dibiyantoro (2011), menyatakan bahwa pengungkapan digunakan oleh para manajer perusahaan kepada para investor dan untuk membantu mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen. Profitabilitas tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, dan dengan laba yang tinggi

46 perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Hal ini berhasil dibuktikan pada penilitian Roberts (1992), Gray et al. (dalam Sembiring, 2005), dan Kouhy (dalam Nurkhin, 2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas sangat berpengaruh terhadap pengungkapan pelaksanaan CSR. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar pula, sehingga akan mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan kecil. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Siregar dan Utama (dalam Nofandrilla, 2008), semakin besar ukuran perusahaan, informasi investasi saham semakin banyak. Gray et al. (dalam Sembiring, 2005) dan Nofandrilla (2008) menemukan pengaruh positif pada ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

47 H 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi berkewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Jensen dan Meckling (1976) dan Apriwenni (2009) menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Berdasar uraian di atas, maka hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian adalah: H 3 : Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility Kepemilikan publik dalam hal ini yang dimaksud adalah proporsi saham yang dimiliki oleh masyarakat dengan pihak internal perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi porsi saham yang dimiliki oleh publik maka tingkat kelengkapan dan keluasan pengungkapan laporan akan tinggi pula. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis terakhir atau hipotesis keempat yang diuji adalah: H 4 : Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap Corporate Sosial Responsibility