PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah, baik permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun Industri Pengolahan Susu (IPS). Sejak dilakukan impor sapi perah secara besar-besaran dari Australia dan New Zealand pada awal tahun 1980-an, ternyata produktivitas usaha ternak rakyat masih tetap rendah seolah jalan di tempat, karena manajemen usaha ternak dan kualitas pakan yang diberikan sangat tidak memadai (Achmad, 2007). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu nasional antara lain dengan meningkatkan pemberdayaan Koperasi Peternak Susu (KPS). Fungsi KPS di samping sebagai wadah organisasi yang berhubungan langsung meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah melalui upaya pengembangan agribisnis sapi perah, juga sebagai negosiator dengan IPS (Rusdiana dan Wahyuning, 2009). Koperasi sebagai lembaga yang mengelola persusuan dari peternak dan mendistribusikan kepada IPS serta sebagai perwakilan peternak dalam memperjuangkan aspirasi peternak. Koperasi berperan cukup strategis untuk menopang perkembangan persusuan di Indonesia (Achmad, 2007). Di Yogyakarta terdapat tiga koperasi yang bergerak di bidang peternakan sapi perah yaitu Koperasi Warga Mulya Daerah Istimewa Yogyakarta, Koperasi Unit Peternak dan Pemerahan (UPP) Kaliurang, dan Koperasi 1
Sarono Makmur. Koperasi Susu Warga Mulya merupakan koperasi yang bergerak di bidang agroindustri salah satunya adalah usaha pembuatan produk susu di Dusun Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan. Peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam organisasi tersebut. Motivasi menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain perilaku merupakan cermin yang paling sederhana dari motivasi. Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang (Edy, 2009). Koperasi sebagai organisasi, dalam mencapai tujuan berdirinya sangat bergantung pada peran anggotanya. Koperasi Susu Warga Mulya berdiri sejak 26 September 1978 dan berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Km 15.5, Dusun Bunder, Purwobinanganun, Pakem, Sleman Yogyakarta. Performance Koperasi Susu Warga Mulya berdasarkan populasi sapi dan produksi susu dari tahun 2008 hingga tahun 2014 disajikan pada Tabel 1. 2
Tabel 1. Performance Koperasi Susu Warga Mulya Tahun Populasi Sapi (ekor) Produksi Susu (liter) Susu Pasteurisasi (cup) 2008 1.069 1.470.730 90.506 2009 1.047 1.406.584 186.355 2010 1.101 1.451.018 95.609 2011 1.003 1.365.348 130.449 2012 1.114 1.243.780 195.777 2013 1.153 1.413.659 239.005 2014 1.161 1.398.788 241.112 Sumber :Laporan Rapat Anggota Tahunan (2009-2015) Berdasarkan data Tabel 1 diketahui bahwa populasi sapi dan produksi susu pasteurirasi Koperasi Susu Warga Mulya mengalami peningkatan hingga tahun 2014. Produksi susu mengalami fluktuasi dan terakhir mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Penurunan populasi sapi paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yang diakibatkan adanya erupsi Merapi pada akhir tahun 2010. Syaifullah (2014) menyatakan, erupsi Merapi yang terjadi pada 26 Oktober 2010 hingga puncaknya pada 6 November 2010 menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi peternakan sapi perah di daerah bencana. Jumlah produksi susu sapi perah di lereng Gunung Merapi belum pulih pasca erupsi 2010. Setiap harinya rata-rata susu yang dihasilkan hanya 11 ribu liter saja. Produksi susu sapi perah mencapai 17 ribu liter per hari serta jumlah populasi sapi perah di tiga kecamatan yaitu Turi, Pakem, dan Cangkringan berkisar 7.000 ekor sapi sebelum erupsi. Populasi tersebut menurun pasca erupsi menjadi sekitar 4.000 ekor sapi perah. Berkurangnya populasi sapi perah tersebut dikarenakan sapi perah banyak yang mati dan dijual. 3
Koperasi Susu Warga Mulya mampu mempertahankan usahanya meskipun pada tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami penurunan populasi dan produksi susu dari tahun 2010 dikarenakan erupsi Merapi. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh peran pengurus dan anggota, serta tidak terlepas dari motivasi setiap peternak anggota koperasi untuk tetap beternak sapi perah. Jumlah anggota Koperasi Susu Warga Mulya juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah anggota aktif Koperasi Susu Warga Mulya turun 54% dari tahun 2010, sedangkan jumlah anggota pasif mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2008 hingga tahun 2104. Kondisi tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah anggota Koperasi Susu Warga Mulya Tahun Jumlah Anggota (orang) Aktif Pasif 2008 483 798 2009 450 794 2010 469 801 2011 254 1032 2012 272 1016 2013 272 1018 2014 274 1018 Sumber : Laporan Rapat Anggota Tahunan (2009-2015) Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2012) menunjukkan bahwa tingkat motivasi peternak sapi perah anggota Koperasi Sarono Makmur tinggi.seluruh peternak sapi perah mempunyai motivasi yang tinggi untuk beternak kembali pasca erupsi Merapi tahun 2010. Berdasarkan uraian latar belakang, peran peternak anggota Koperasi Susu Warga Mulya sangatlah penting untuk keberlangsungan koperasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang motivasi beternak sapi 4
perah anggota Koperasi Susu Warga Mulya, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis motivasi beternak sapi perah anggota Koperasi Susu Warga Mulya Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yaitu : 1. Memberikan informasi tentang motivasi beternak sapi perah anggota Koperasi Susu Warga Mulya sehingga dapat digunakan bagi pengembangan sumber daya manusia anggota koperasi. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai peternak sapi perah rakyat. 5