BAB I PENDAHULUAN. Desa Kepuharjo salah satu desa yang berada di Kecamatan Cangkringan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Desa Kepuharjo salah satu desa yang berada di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Desa ini didominasi hutan rakyat. Awang (2001). mengemukakan bahwa, hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat maupun hutan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari suatu ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan, barang, dan jasa, serta rekreasi alam. Habun (2007). menyatakan bahwa, dalam sejarah kehutanan Indonesia istilah hutan rakyat belum lama dikenal. Istilah hutan rakyat muncul pada penjelasan Undang-undang UU Nomor 5/1967. tentang Pokok-pokok Kehutanan, hutan rakyat yang tertera pada batang tubuh UU Nomor 5/1967 adalah hutan milik, yaitu hutan atau tanaman pohon-pohonan yang tumbuh di atas lahan milik. Hutan rakyat di Jawa yang bukan jati, misalnya hutan sengon di Bogor, Sukabumi, Bandung, Banjarnegara, Salatiga, dan Yogyakarta. Hutan rakyat yang dimiliki warga di Desa Kepuharjo digunakan untuk berbagai kepentingan seperti memelihara ternak dan lahan bercocok tanam (tanaman keras maupun semusim). 1

2 2 Berdasarkan kepentingannya, sistem yang digunakan merupakan penerapan dari sistem agroforestri. Kurniawan dkk. (2003) menjelaskan bahwa agroforestri merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu pertanian, kehutanan dan peternakan. Masing-masing komponen tersebut dapat berdiri sendiri sebagai suatu bentuk sistem penggunaan lahan. Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya, tingkat pengelolaan teknis atau ciri-ciri sosial-ekonominya. Ditinjau dari komposisi biologis, sistem agroforestri yang berkaitan dengan kebutuhan dibedakan, sebagai berikut : 1 Agrisilvikultur adalah perpaduan antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, bambu, dan lain-lain.) dengan komponen pertanian 2 Silvopastur adalah perpaduan antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan. 3 Agrisilvopastur adalah perpaduan antar komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan. Andayani (2005) menjelaskan bahwa, agroforestri sebagai suatu model usaha tani memiliki peran yang semakin signifikan, terutama bagi sebagian besar petani yang memiliki luas lahan garapan relatif sempit. Sistem agroforestri dapat meningkatkan frekuensi panen. Sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, lingkungan, dan khususnya memberikan tambahan output baik berupa hasil fisik maupun finansial. Agroforestri banyak diterapkan di kawasan hutan rakyat.

3 3 Sistem silvopastur adalah salah satu pengembangan dari sistem agroforestri. Sistem silvopastur ini sangat mendominasi lahan di desa Kepuharjo. Berdasarkan definisi silvopastur tersebut, perpaduan pemanfaatan lahan yang tebentuk di desa ini adalah perpaduan pertanaman antara tanaman keras, tanaman semusim (didominasi oleh pakan ternak dan buah), dan sebagai lokasi memelihara ternak tersebut berada di lahan pekarangan dan tegalan. Perpaduan ini dilakukan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan dan keterbatasan lahan yang mereka miliki. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perpaduan pola tanam agar hasil yang diperoleh masyarakat menjadi lebih optimal. Selain itu, dengan mengetahui pola/struktur dan komposisi sebaran vegetasi / komponen penyusunan lahan tersebut, maka dapat diketahui pola pemenuhan Hijauan Makanan Ternak/HMT pada setiap peternak, dan jenis vegetasi tersebar pada lahan dengan sistem silvopastur. Dan jenis pakan yang digemari oleh ternak baik dari jenis tanaman keras maupun tanaman semusim. Pola silvopastur yang ada di Desa Kepuharjo masih dilakukan dengan cara sederhana sehingga belum ada perhatian serius dari masyarakat mengenai status dari HMT di hutan rakyat, kapasitas produksi HMT ( pengaruhnya terhadap ternak), serta struktur dan komposisi hutan rakyat. HMT masih dianggap sebagai hasil sampingan selain kayu, padahal dilihat dari jumlah ternak yang ada, HMT memegang peranan penting untuk mata pencaharian penduduk, terutama peternak. Mengingat beberapa HMT berada di bawah tegakan hutan rakyat (lantai hutan), diduga kemampuan antar jenis HMT untuk hidup di bawah naungan berbedabeda. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai struktur dan komposisi

4 4 hutan rakyat, agar status HMT terhadap kebutuhan ternak khususnya sapi dapat diketahui, khususnya pada saat pasca erupsi Merapi pada tahun 2010 lalu. Pada tahun 2009 lalu telah dilakukan penelitian skripsi mengenai Hijauan Makanan Ternak di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, dan diperoleh informasi bahwa hutan rakyat Desa kepuharjo mampu menyuplai HMT untuk masyarakat yang memiliki sapi. Pada tahun 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi yang mengakibatakan kerusakan hutan rakyat dan kematian masal ternak warga di daerah Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan. Kemudian warga mendapat bantuan dari Pemerintah berupa ternak khusunya sapi dengan jumlah yang besar. Hal ini menarik untuk diteliti apakah HMT masih tersedia untuk memenuhi pakan ternak warga ataukah tidak Rumusan Masalah. Hutan rakyat yang berada di Desa Kepuharjo memiliki fungsi sebagai penghasil HMT, media untuk menanam tanaman semusim dan atau tanaman keras. Lahan tersebut pada umumnya merupakan silvopasur, yang merupakan salah satu model Agroforestri. Komponen penyusun lahan Hutan Rakyat di Desa Kepuharjo dengan sistem silvopastur, terdiri dari tanaman keras, tanaman semusim dan tanaman pakan ternak. Semua komponen tersebut berada dalam satu luasan lahan dan saling membentuk interaksi. Adapun alasan peneliti menyatakan bahwa kawasan hutan rakyat di Desa Kepuharjo sebagai kawasan yang mempunyai silvopastur karena saat dilakukan observasi awal, banyak ditemukan

5 5 perpaduan antara tanaman pakan ternak, tanaman keras dan tanaman semusim yang berada pada satu luasan lahan tertentu yang saling berinteraksi antar komponen yang satu dengan yang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, sistem silvopastur dan hutan rakyat yang berada di Desa Kepuharjo memilki hubungan yang erat. Hutan rakyat tersebut mampu berperan sebagai media menanam tanaman semusim (pakan ternak) maupun tanaman keras. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar (ketersediaan) lahan tersebut mampu menyediakan pakan untuk ternak khususnya sapi perah. Akan tetapi untuk saat ini besarnya pengaruh penggunaan sistem silvopastur di dalam lahan hutan rakyat belum diketahui. Misalnya seberapa besar kemampuan lahan untuk menyediakan pakan ternak dan mengetahui jenis, struktur, dan komposisi penyusun lahan dengan sistem silvopastur. Berdasarkan hasil observasi selama ini besarnya potensi jenis HMT yang ada di hutan rakyat Desa Kepuharjo belum teridentifikasi dengan baik, sehingga masyarakat cenderung memberikan pakan yang digemari ternak serta belum memikirkan ketersediaan pakan ternak tersebut di waktu mendatang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur komposisi hutan rakyat Desa Kepuharjo, termasuk mengenai jumlah dan jenis HMT yang ada, sehingga dapat diketahui perbandingan antara kebutuhan HMT dengan ketersediaan HMT yang dimiliki masyarakat Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

6 6 1 Komposisi tegakan silvopastur yang mendukung produksi pakan sapi, pada hutan rakyat pasca erupsi Merapi. 2 Ketersediaan produksi Hijauan Makanan Ternak/ HMT yang ada di lahan milik responden (petani ternak). 3 Pemenuhan Hijauan Makan Ternak khususnya untuk sapi berdasarkan jumlah kepemilikan ternak, pada hutan rakyat pasca erupsi Merapi Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai : 1. Pola pemenuhan HMT, dan pola tanam tegakan silvopastur, dan ketersediaan produksi HMT untuk pakan sapi. 2. Pengelolaan lahan secara intensif sehingga dapat memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat pada khususnya, serta menunjang penelitian selanjutnya melalui data yang telah diperoleh pada penelitian ini. 3. Untuk mengetahui ketersediaan HMT pasca erupsi merapi.