DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

Oleh : 1 Ade Sapaat, 2 Dini Rochdiani, 3 Cecep Pardani

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh 3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh.

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

III. METODE PENELITIAN

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

LAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PERKEBUNAN RAKYAT PADA TANAMAN KOPI, TEH DAN LADA

RESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN MODEL DESA KONSERVASI (MDK) DI KAWASAN TAMAN BURU MASIGIT KAREUMBI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DEMONSTRASI PLOT PADI SAWAH

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Pedagang pengecer. Perajin. Konsumen. ANALISIS SALURAN PEMASARAN TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN:

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

Transkripsi:

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Kutawaringin Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) Oleh: Asep Dani 1, Yus Rusman 2, Zulfikar Noormansyah 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh 3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat Penerapan Teknologi PHT sebelum dan sesudah petani mengikuti SLPHT ; (2) Dampak Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) terhadap Tingkat Penerapan Teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang yang penentuan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive) pada Kelompok Tani Kutawaringin Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Analisis data untuk mengetahui penerapan teknologi PHT sebelum dan sesudah petani mengikuti SLPHT dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan untuk mengetahui dampak Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu terhadap tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah, dianalisis menggunakan pendekatan statitiska non parametrik yaitu uji tanda sign test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Tingkat penerapan teknologi PHT sebelum petani mengikuti SLPHT 85 persen termasuk kategori rendah, sedangkan setelah petani mengikuti SLPHT 77,5 persen termasuk kategori tinggi. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu mempunyai dampak positif yang nyata terhadap penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah terutama peningkatan produksi padi sawah di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Kata kunci : SLPHT, PHT, Padi Sawah PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup atau bekerja pada sektor pertanian, sehingga pembangunan pertanian memegang peran penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2004). Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan diwilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang mempunyai keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang (Tarigan, 2005). SLPHT merupakan teknologi yang baik dalam mendorong peningkatan produksi beras nasional dan dipilihnya komoditi padi sawah dalam penelitian mengenai SLPHT ini karena selain beras merupakan makanan pokok penduduk, padi sawah juga dibudidayakan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis, sehingga dampak negatif akibat pemberian input agrokimia yang terus menerus dan tidak terkendali pada padi sawah akan menyebar di seluruh kabupaten Ciamis. Pengertian PHT secara umum merupakan sistem perlindungan tanaman yang erat kaitannya dengan usaha pengamanan produksi mulai dari pra-tanam, pertanaman sampai pasca panen, seperti pengolahan lahan, penentuan varietas, penggunaan benih unggul, penentuan waktu tanam, pemupukan berimbang yang tepat, pengaturan perairan, dan teknis budidaya lainnya. Pada prinsipnya penerapan PHT adalah pengelolaan agroekosistem secara keseluruhan, sehingga dinamika dan variasi keadaan agroekosistem sangat mempengaruhi komposisi pengendalian OPT yang harus dilakukan (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2013) Tujuan jangka panjang PHT adalah untuk menunjang terjadinya PHT oleh petani dimana petani mengambil inisiatif di dalam Halaman 159

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 2 Nomor 3, Mei 2016 pengembangan, penyebarluasan, dan pelembagaan PHT. Agar tujuan tersebut segera terwujud, peran seorang pemandu lapangan sangat penting dalam kegiatan SLPHT. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa, peran dan tugas pemandu SLPHT bukanlah mengajar peserta, melainkan untuk mengajak peserta untuk melibatkan diri didalam proses belajar (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2007). Upaya untuk mengatasi serangan OPT di Kabupaten Ciamis telah dilakukan tersebut dengan diperkenalkannya Pengendalian Hama Terpadu (PHT), namun teknologi PHT yang diperkenalkan dan dikembangkan secara luas sejak tahun 1990 ternyata belum sepenuhnya diterapkan para petani yang disebabkan masih adanya berbagai kendala yang dihadapi petani dalam penerapannya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, 2006). Untuk dapat diterapkan oleh para petani, pemerintah terus berupaya untuk mencari cara yang paling efektif, diantaranya dengan menyelenggarakan SLPHT. SLPHT merupakan suatu model percontohan yang tujuannya adalah untuk melatih petani agar memiliki keahlian dalam pengendalian hama dan mampu menerapkan di lapang (Alisyahbana, 2008). Kegiatan SLPHT di Kabupaten Ciamis telah dilaksanakan sejak tahun 1990 dan hingga tahun 2006-2013 tercatat sebanyak 768 Kelompok Tani yang telah mengikuti dan tersebar di 36 Kecamatan (Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis 2014). Kelompok tani yang mengikuti kegiatan SPLHT Padi Sawah di Kabupaten Ciamis tersebar di 36 Kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan Panawangan yang menerapkan SLPHT Padi Sawah. Kecamatan Panawangan mempunyai luas lahan sawah mencapai 2.226 hektar sehingga dengan adanya SLPHT sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan produksi padi sawah yang telah dicapai di Kabupaten Ciamis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, 2014). Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan mempunyai lima kelompok tani yang telah mengikuti SLPHT yang salah satunya adalah kelompok tani Kutawaringin yang merupakan kelompok tani yang paling banyak pesertanya dibandingkan kelompok lain yang telah mengikuti kegiatan SLPHT Padi Sawah. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah sebelum dan sesudah petani mengikuti SLPHT padi sawah di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan. (2) Dampak nyata kegiatan SLPHT padi sawah terhadap tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus Wirartha (2005) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu secara intensif dan mendetil yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir mengenainya, dimana objek yang dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi dengan menggunakan pendekatan yang bertujuan mempertahankan keutuhan objek penelitian. Dengan demikian hasilnya hanya berlaku bagi kasus itu sendiri atau tidak dapat digeneralisasikan pada yang di luar kasus tersebut. Operasionalisasi Variabel Variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai SLPHT yang dilaksanakan petani. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dioperasionalisasikan sebagai berikut: 1) SLPHT padi sawah adalah sekolah lapangan yang fokus muatannya (Contect) mengenai usahatani Padi Sawah. 2) PHT adalah teknologi pengendalian hama terpadu yang menitikberatkan pada pengelolaan ekosistem dengan menerapkan adanya ambang ekonomis, prinsip budaya tanaman sehat serta pelestarian dan pembudidayaan musuh alami. a. Budidaya tanaman sehat adalah semua cara teknik budidaya tanaman sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman, yaitu :1) Pemilihan bibit yang baik : 2) Penentuan waktu tanam : 3) Pemupukan sesuai dosis : 4) Penyiangan gulma. Penilaiannya dilakukan dengan sistem skoring. b. Pelestarian dan pembudidayaan fungsi musuh alami adalah berbagai upaya untuk memfungsikan musuh alami dan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi berkurangnya fungsi musuh alami, yaitu :1) Teknik bercocok Halaman 160

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Kutawaringin Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ASEP DANI, YUS RUSMAN, ZULFIKAR NOORMANSYAH tanam : (sanitasi, penghancuran dan pembersihan tanaman inang, penetapan jarak tanam) : 2) Penggunaan perangkap : 3) Pengendalian hayati : dan 4) Penggunaan pestisida nabati. Penilaiannya dilakukan dengan sistem skoring. c. Pengamatan secara teratur merupakan dasar analisis ekosistem untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan, yaitu: 1) tinggi air harus mencapai 0-3 cm pada umur tanaman 0-3 hari: 2) tinggi air harus mencapai 10 cm pada umur tanam 4-50 hari: 3) selang waktu pemberian air harus dilakukan selama 10 hari pada tanaman padi: 4) pengambilan sampling pada petakan sawah: 5) melihat populasi hama harus dari sampling. Penilaiannya dilakukan dengan sistem skoring. d. Petani sebagai ahli PHT memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian secara tepat sesuai dengan prinsip PHT, yaitu: 1) harus mengetahui apa yang dimaksud ekonomis: 2) harus dapat menghitung nilai ambang ekonomis: 3) kerusakan tanaman padi oleh hama serangga: 4) mengetahui hama tanaman padi: 5) penggunaan pestisida yang tepat. Penilaiannya dilakukan dengan sistem skoring. 3) Dampak SLPHT adalah perubahan yang terjadi setelah SLPHT selesai dilaksanakan. 4) Budidaya tanaman sehat. a. Benih yang ditanam harus bersertifikat b. Benih di uji dengan media garam dan telur c. Penentuan tanam sesuai dengan anjuran d. Bibit yang dicabut dari persemaian tanah yang melekat pada tanaman harus di hilangkan e. Sebelum ditanam sawah harus diberi pupuk organik 5) Pelestarian/ Pembudidayaan Fungsi Musuh Alami a. Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang tertinggal b. Predator sebagai pemangsa hama tanaman padi c. Laba-laba sebagai pemangsa hama tanaman padi d. Penggunaan pestisida secara tepat e. Penanaman padi dilakukan secara serentak 6) Pengamatan secara teratur/berkala a. Tinggi air pada umur tanaman 0-3 hari harus 0-3 cm b. Tinggi air pada umur 4-50 hari harus 10 cm c. Selang waktu pemberian air dilakukan selama 10 hari d. Pengambilan sampling pada petakan sawah e. Melihat populasi hama dari sampling 7) Petani sebagai ahli PHT a. Harus mengetahui apa yang dimaksud ekonomis b. Dapat menghitung nilai ambang ekonomis c. Kerusakan pada tanaman padi oleh hama serangga d. Mengetahui hama tanaman padi e. Mengunakan pestisda kimia dengan melihat ambang ekonomis. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani yang telah mengikuti kegiatan SLPHT padi sawah yang tergabung dalam Kelompok Tani Kutawaringin di Desa Cinyasag dengan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang telah disiapkan. Sebelum kuesioner disebarkan, kuesioner tersebut diuji validitas dan realibilitasnya terlebih dahulu. Validitas adalah tingkat andalan dan kesehatan alat ukur yang digunakan. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan/pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing penyataan/pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut (Sugiyono, 2013). n( XY 1) X Y r = {n X 2 ( X) 2 }{n Y 2 ( Y) 2 } Halaman 161

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 2 Nomor 3, Mei 2016 dimana: r : koefisien korelasi product moment X : skor tiap item pernyataan/pertanyaan Y : skor total N : jumlah responden Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Item instrumen dianggap valid jika lebih dari 0,3 atau dapat juga dengan membandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka item pernyataan/pertanyaan tersebut dianggap valid, dan sebaliknya jika r hitung r tabel maka item pernyataan/pertanyaan tersebut dianggap tidak valid. Uji realiabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang digunakan dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah rumus Sperman Brown sebagai berikut (Sugiyono, 2013). 2 r b r 1 = 1 + r b Dimana : r i adalah nilai reliabilitas r b adalah nilai koefisien korelasi Nilai koefisien yang baik adalah di atas 0,7 (cukup baik), diatas 0,8 (baik). Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrumen yang digunakan tidak valid dan reliabel, maka dapat dipastikan bahwa hasil penelitiannya pun akan bias. Data sekunder diperoleh dari Dinas/intansi yang terkait dengan penelitian ini dan dari studi kepustakaan. Teknik Penarikan Sampel Reponden ditentukan secara sensus, yaitu dengan mengambil seluruh petani yang telah mengikuti SLPHT yang tergabung dalam Kelompok Tani Kutawaringin di Desa Cinyasag yang berjumlah 40 orang. Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Rancangan Analisis Data Data primer mengenai karakteristik sosial ekonomi responden dianalisis secara deskriptif. Tingkat penerapan teknologi PHT sebelum dan sesudah petani mengikut SLPHT dibagi ke dalam tiga kategori. Untuk menentukan interval masingmasing kategori dilakukan perhitungan sebagai berikut (Sudjana, 2000). = Panjang Kelas Interval Rentang 40 20 = = 6,667 Banyak Kelas Interval 3 Keterangan: Rentang = Nilai Maksimal Nilai Minimal Banyak Kelas Interval = Jumlah Kategori Dari rumusan tersebut, maka dapat ditentukan kriteria sebagai berikut: (1) Tingkat Penerapan Teknologi Rendah: 20,000 Q 26,667 (2) Tingkat Penerapan Teknologi Sedang : 26,667 < Q 33,334 (3) Tingkat Penerapan Teknologi Tinggi : 33,334<Q 40,000 Keterangan : Q = Nilai yang dicapai Sedangkan untuk mengetahui dampak SLPHT terhadap tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah, dianalisis menggunakan statistik non parametrik karena datanya bersifat kualitatif (ordinal) dengan menggunakan uji tanda dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut: a) Setiap jawaban hasil wawancara dengan responden melalui 20 pertanyaan mengungkapkan indikator terhadap penerapan teknologi PHT pada usahatani Padi Sawah, masing-masing jawaban dari setiap pertanyaan diberi nilai maksimal 2 dan minimal 1. Dengan demikian total nilai maksimal yang mungkin dicapai terhadap penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah sebelum dan sesudah petani mengikuti kegiatan SLPHT adalah 40. b) Nilai yang diperoleh responden sebelum SLPHT dimasukan dalam kolom yang dinotasikan Xi, sedangkan nilai sesudah SLPHT dimasukan dalam kolom yang dinotasikan Yi. c) Nilai setiap responden dalam kolom xi diperbandingkan dengan nilai yang ada dalam kolom Yi, apabila Yi-xi hasilnya Halaman 162

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Kutawaringin Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ASEP DANI, YUS RUSMAN, ZULFIKAR NOORMANSYAH positif diberi tanda +, dan apabila Yi-xi hasilnya negatif diberi tanda-. d) Nilai responden yang bertanda +, - dan yang bertanda 0 dihitung. Setelah itu analisis datanya dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. (Sudjana, 2000). x 2 = ( n1 n2 1)2 n1+n2 Keterangan : n 1 =Jumlah responden yang nilai Yi-xi nya bertanda Positif (+) n 2 = Jumlah responden yang nilai Yi-xi nya bertanda Negatif (-) Rancangan Uji Hipotesis Untuk menguji apakah terdapat dampak SLPHT terhadap tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah maka kriteria pengambilan keputusan adalah (Sudjana, 2000). Ho diterima apabila : χ 2 = ( n1 n2 1)2 n1+n2 Ho ditolak apabila : χ 2 = ( n1 n2 1)2 n1+n2 χ 2 α(0,05) > χ 2 α(0,05) HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Umur responden berkisar antara 30-62 tahun, dengan demikian seluruh responden berusia produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Anjayani dan Haryanto (2009) yang menyatakan bahwa penduduk usia produktif adalah penduduk berumur 15 sampai 64 tahun. Pada usia 30 sampai 62 tahun responden cenderung lebih mudah menerima inovasi yang akan membawa pengaruh terhadap peningkatan pendapatannya. Pendidikan formal yang dicapai oleh responden umumnya adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 20 responden, sedangkan yang lainnya yaitu tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 16 responden, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 3 responden, dan tamatan D III sebanyak 1 Orang. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pengalaman responden dalam usahatani padi sawah di Desa Cinyasag sebagian besar lebih dari 11 tahun yaitu sebanyak 22 orang atau 55 persen dan yang kurang dari 11 tahun sebanyak 18 orang atau 45 persen. Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya responden memiliki tanggungan keluarga sebanyak kurang dari 3 orang atau 55,00 persen. Suratiyah (2009) menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (familily farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan memungkinkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Tingkat Penerapan Teknologi PHT Sebelum Petani Mengikuti SLPHT Tingkat penerapan teknologi PHT padi sawah (Oryza Sativa L.) sebelum petani mengikuti SLPHT sebagian besar masih rendah. Sebelum mengikuti SLPHT petani melaksanakan kegiatan budidaya secara tradisional, belum mengenal teknologi budidaya yang dianjurkan oleh pemerintah. Tingkat penerapan teknologi PHT yang meliputi komponen teknologi budidaya tanaman sehat dan pelestarian atau pembudidayaan fungsi musuh alami pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) di Kelompok Tani Kutawaringin sebelum petani mengikuti SLPHT dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Halaman 163

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 2 Nomor 3, Mei 2016 No Tabel 1. Tingkat Penerapan Teknologi PHT Sebelum Petani Mengikuti SLPHT Tingkat Penerapan Teknologi PHT Nilai Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Rendah 20,000 Q 26,667 34 85 2 Sedang 26,667 Q 33,334 6 15 3 Tinggi 33,334 Q 40,000 0 0 Jumlah 40 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebelum mengikuti kegiatan SLPHT yaitu 34 orang atau 85 persen tingkat penerapan teknologi PHT yang dicapai termasuk kategori rendah, sisanya sebanyak 6 orang atau 15 persen termasuk kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya pengetahuan responden terhadap budidaya tanaman sehat dan pelestarian atau pembudidayaan fungsi musuh alami yang dapat meningkatkan pendapatan dari usahatani yang dijalaninya, sehingga perlu ditingkatkan dengan pemberian pendidikan, salah satunya melalui kegiatan SLPHT agar petani lebih memahami dan dapat menigkatkan penerapannya. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya tingkat penerapan PHT termasuk kategori rendah diantaranya tingkat pendidikan yang rendah seperti telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai keadaan pendidikan responden bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD, kurang aktifnya petani kelompok tani dan aparatur pemerintahan desa terhadap perkembangan teknologi pertanian. Tingkat Penerapan Teknologi PHT Sesudah Petani Mengikuti Kegiatan SLPHT Tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) di Kelompok Tani Kutawaringin sesudah mengikuti kegiatan SLPHT mayoritas menjadi lebih baik. Petani menjadi tahu tentang bagaimana cara budidaya padi sawah (Oryza Sativa L.) yang baik, sehat dan menguntungkan. Setelah mengikuti SLPHT cara budidaya yang dilakukan oleh petani relatif sudah sesuai dengan anjuran sehingga produktivitas padi meningkat. Tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) di Kelompok Tani Kutawaringin sesudah mengikuti SLPHT dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Penerapan Teknologi PHT Sesudah Petani Mengikuti SLPHT No Tingkat Penerapan Jumlah Persentase Nilai Teknoligi PHT (orang) (%) 1 Rendah 20,000 Q 26,667 0 0,00 2 Sedang 26,667 Q 33,334 9 22,50 3 Tinggi 33,334 Q 40,000 31 77,50 Jumlah 40 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sesudah mengikuti kegiatan SLPHT yaitu 31 orang atau 77,75 persen tingkat penerapan teknologi PHT yang dicapai termasuk kategori tinggi. Hal ini mengidikasikan bahwa bentuk pelatihan, sekolah lapangan, cara belajar dengan menggunakan POD (mengalami/melakukan, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, menerapkan) dapat meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan petani dalam melaksanakan teknologi baru sehingga dapat diterapkan dalam usahatani dan meningkatkan produksi, pendapatan, serta kesejahteraan. Halaman 164

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Kutawaringin Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ASEP DANI, YUS RUSMAN, ZULFIKAR NOORMANSYAH Dampak SLPHT Terhadap Tingkat Penerapan Teknologi PHT Pada Usahatani Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.) menunjukkan perubahan kearah positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan SLPHT memberikan dampak positif terhadap penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.). Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan uji tanda diketahui bahwa kegiatan SLPHT mempunyai dampak nyata terhadap tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani padi sawah (Oryza Sativa L.), karena berdasarkan hasil perhitungan χ 2 hitung yang diperoleh sebesar 38,025 ternyata lebih besar dari nilai kritis χ 2 pada α = 0,05 (3,841). Kegiatan SLPHT yang telah dilaksanakan memberikan wawasan kepada petani mengenai pentingnya teknologi PHT dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, sehingga setelah mengikuti SLPHT, petani dapat mengerti dan menerapkannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: 1) Tingkat penerapan teknologi PHT yang dicapai sebagian besar responden sebelum mengikuti SLPHT termasuk kedalam kategori rendah, dan setelah mengikuti SLPHT mencapai kategori tinggi terutama pada teknis budidaya tanaman sehat dan pembudidayaan fungsi musuh alami pada tanaman padi sawah (Oryza Sativa L.). 2) Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dilaksanakan pada kelompok tani Kutawaringin di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis memberikan dampak positif yang nyata terhadap penerapan tingkat teknologi PHT pada usaha tani padi sawah (Oryza Sativa L.). Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka saran yang diberikan adalah: 1) Perencanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Ciamis hendaknya menempatkan SLPHT padi sawah sebagai salah satu program prioritas dalam kegiatan pembinaan pertanian. 2) Monitoring dan pembinaan berkelanjutan setelah pelaksanaan SLPHT yang dilaksanakan pada kelompok tani Kutawaringin di Desa Cinyasag, perlu terus dilakukan oleh para penyuluh dan POPT agar para petani terus menerapkan teknologi yang didapatnya pada saat mengikuti SLPHT. DAFTAR PUSTAKA Alisyahbana, Danny. 2008. Hubungan Faktor- Faktor Karakteristik Petani Peserta (SLPHT) Terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Padi. Terdapat pada http://digilib.unej.ac.id/print.php?id=gdlhub- gdl-grey-2008-mdennyalis- 1227&PHPSESSID=95a82c172 bae52782a942520ff62893a. Diakses 30 Oktober 2014. Anjayani, Eni dan Tri Haryanto. 2009. Geografi Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta. BP3K Kecamatan Panawangan. 2013. Data Kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Kecamatan Panawangan Tahun 2013. Ciamis. 2013. Kelompok Tani Peserta Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu dan Tahun Penyelenggaraan di Desa Cinyasag. Ciamis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten Ciamis, 2006. Budidaya Beberapa Komoditas Tanaman Di Kabupaten Ciamis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. 2014. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. Ciamis. Direktorat Perlindungan Tanaman Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. 2002. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Jakarta. Sudjana. 2000. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Tarsito. Bandung. Sugiyono (2001). Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV. Alfabeta (2013). Statistik untuk penelitian, CV. Alfabeta, Bandung Halaman 165

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 2 Nomor 3, Mei 2016 (2013). Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV. Alfabeta Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi+ Regional. PT Bumi Aksara. Jakarta Wirartha, I Made. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta. Halaman 166