Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Pupuk dolomit SNI

Metodologi Penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

Pupuk super fosfat tunggal


BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Pupuk kalium sulfat SNI

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

Pupuk SP-36 SNI

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

SNI Standar Nasional Indonesia

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

8. ASIDI-ALKALINITAS

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni melalui penentuan kandungan belerang total, kapasitas netralisasi asam (ANC) dengan penambahan asam HCl berlebih, pemanasan dan titrasi sisa HCl denga NaOH pada ph 7,0, dan nilai potensi produksi asam (NAPP) yang dihitung dari selisih antara MPA dan ANC. Uji NAG didasarkan pada penambahan H 2 O 2 15% untuk mengoksidasi senyawa-senyawa sulfidis yang terdapat dalam contoh batuan, kemudian setelah reaksi selesai dilakukan penentuan ph, Larutan ph < 4,5 dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai ph 4,5. Jumlah ml NaOH yang dibutuhkan digunakan untuk penentuan harga NAG. Hasil yang didapat dari perhitungan asam-basa dan uji NAG dibandingkan terhadap kriteria yang berlaku dan dihitung jumlah contoh yang berpotensi sebagai pembentuk asam. B. Pengambilan dan preparasi contoh : Contoh batuan yang dianalisa merupakan batuan penutup (overburden) yang digunakan untuk penimbunan rawa, contoh diambil dari hasil blasting di lokasi penambangan (pit aktif, sedangkan contoh overburden yang berpotensi menghasilkan air asam tambang, diambil dari disposal). Contoh dikering udarakan kemudian dicampur dan selanjutnya digerus dan disaring sampai 200 mesh. Untuk contoh batuan samping, dilakukan penggerusan sampai <6 mm dan dilakukan pembagian contoh untuk mendapatkan contoh ± 2 kg. Sub contoh ini kemudian dibagi 2, satu bagian disimpan untuk arsip dan bagian lain digerus dengan rod mill sampai fraksi 200 mesh mencapai 80%. C. Pengujian - Peralatan 1. Pelat keramik 2. Gelas piala 150 ml 3. Pipet volume (pipet gondok) 100 ml, 25 ml, dan 10 ml 4. Labu Erlenmeyer 250 ml 5. Buret 10 ml, 25 ml 6. Neraca analitik ketelitian 4 desimal 7. Alat pemanas 8. Kaca arloji 9. ph meter

- Pereaksi 1. Asam klorida (HCl) p.a, 1 N, dan 0,5 N 2. Larutan asam klorida (1 : 3) 3. Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) p.a 4. Larutan Natrium hidroksida (NaOH): p.a., 0,1 N dan 0,5 N 5. Indikator fenolftalin 0,1 % 6. Indikator metal jingga 0,1 % 7. Larutan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) : 30% dan 15% - Prosedur Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Penentuan ANC a. Penentuan Fizzing rate Taruh sedikit contoh (kurang lebih 0,5 g) pada pelat keramik dan teteskan 1 tetes sampai 2 tetes HCl (1:3). Amati pembentukkan gelembung dan tetapkan skala kecepatan reaksinya berdasarkan tabel berikut : Reaksi Fizzing Rate Perkiraan HCl (N) Volume HCl (ml) NaOH (N) Tidak bereaksi 0 0,5 4 0,1 Reaksi kecil 1 0,5 8 0,1 Reaksi sedang 2 0,5 20 0,5 Reaksi kuat 3 0,5 40 0,5 Reaksi sangat kuat 4 0,5 40 0,5 b. Penentuan ANC 1. Timbang (2,0 ± 0,05) g contoh (200 mesh) kering udara dan masukkan ke dalam gelas piala 150 ml 2. Tambahkan HCl yang dibutuhkan (sesuai dengan perkiraan pada penetapan fizzing rate) dan tambahkan pula 20 ml akuades 3. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan panaskan di atas pelat pemanas dengan suhu 80 o C 90 o C. Lanjutkan pemanasan dengan sekali-sekali diaduk sampai reaksi sempurna(paling sedikit 2 jam) 4. Biarkan gelas piala bersama isinya mendingin pada suhu kamar, kemudian bilas kaca arloji dan dinding gelas piala 5. Selanjutnya larutan dalam gelas piala dititrasi dengan NaOH yang konsentrasinya sesuai dengan penetapan fizzing rate menggunakan fenolptalin sebagai indicator 6. Catat jumlah ml NaOH yang digunakan

Uji NAG 1. Timbang (1,00 ± 0,05) g contoh dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml 2. Tambahkan 100 ml H 2 O 2 15 % dengan menggunakan pipet 3. Tutup dengan kaca arloji dan didihkan sampai gelembung-gelembung udara timbul, biarkan 1 malam 4. Setelah bereaksi, panaskan kembali perlahan-lahan di atas pelat pemanas sampai gelembung udara hilang (± 2 jam), Jangan dipanaskan lebih dari 2 jam 5. Biarkan dingin sampai suhu kamar, 6. Tentukan ph masing-masing 7. Jika larutan mempunyai ph < 4,5, titrasi larutan dengan NaOH 0,1 N sampai ph 4,5, catat pemakaian NaOH (ml) - Perhitungan 1. MPA = 30,625 x % S dengan pengertian: MPA : potensi kemasaman maksimum dalam kilogram H 2 SO 4 per ton 30,625 : faktor yang diturunkan dari hubungan stokiometrik antara jumlah pirit (seluruh belerang dianggap berasal dari pirit dengan asam yang dapat diproduksi % S : kandungan belerang dalam persen 2. ANC = (N 1 x V 1 ) (N 2 x V 2 ) x 49 W dengan pengertian: ANC : kapasitas netralisasi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton N 1 : konsentrasi larutan HCl dalam normalitas V 1 : volume larutan HCl yang digunakan dalam milliliter N 2 : konsentrasi larutan NaOH dalam normalitas V 2 : volume larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dalam milliliter W : berat contoh yang digunakan dalam gram 59 : berat ekivalen H 2 SO 4 3. NAG = C x V 2 x 49 W dengan pengertian: NAG : pembentukkan asam netto dalam kilogram H 2 SO 4 per ton C : konsentrasi larutan NaOH dalam normalitas V 2 : volume larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dalam milliliter W : berat contoh yang digunakan dalam gram 49 : berat ekivalen H 2 SO 4

4. NAPP = MPA - ANC dengan pengertian: NAPP : nilai potensi produksi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton MPA : potensi kemasaman maksimum dalam kilogram H 2 SO 4 per ton ANC : kapasitas netralisasi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton - Evaluasi Data Evaluasi data dilakukan dengan cara mengelompokkan contoh ke dalam penggolongan jenis batuan pembentuk masam seperti terlihat pada tabel berikut : No Golongan Jenis Batuan Keterangan 1 Tipe 1 Bukan pembentuk asam 2 Tipe 2 Potensi pembentuk asam kapasitas rendah 3 Tipe 3 Potensi pembentuk asam kapasitas tinggi 4 Tipe 4 Pembentuk Asam Nilai ph uji NAG lebih besar atau sama dengan 4,5 Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih kecil dari 5 kg H 2 SO 4 per ton; NAPP 0-10 Kg H 2 SO 4 per ton Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih besar atau sama dengan 5 Kg H 2 SO 4 per ton ; NAPP lebih besar atau sama dengan 10 kg H 2 SO 4 per ton Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; dan ph batuan (1:2) lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih besar atau sama dengan 5 kg H 2 SO 4 per ton ; NAPP lebih besar atau sama dengan 10 kg H 2 SO 4 per ton,

Lampiran 2 Hasil analisis uji asam basa dan NAG terhadap material overburden Kode Sample % S MPA ANC NAPP ph NAG NAG (Kg H 2 SO 4 /ton) ph 4,5 Tipe Batuan A-1 0,22 6,629 1,127 5,502 3,38 3,724 Tipe 2 A-2 0,18 5,647-3,087 8,734 3,44 2,352 Tipe 2 Keterangan Potensi pembentuk asam kapasitas rendah Potensi pembentuk asam kapasitas rendah B-1 0,20 6,040 26,754-20,71 6,34 0 Tipe 1 Bukan pembentuk asam B-2 0,18 5,647 26,264-20,62 6,61 0 Tipe 1 Bukan pembentuk asam A : contoh overburden dari disposal Agathis (disposal yang paling dekat dengan lokasi penelitian) B : contoh overburden dari hasil blasting di pit tambang aktif 1,2 : ulangan contoh 61

Lampiran 3 Prosedur daya netralisasi dengan penetapan setara CaCO 3 (Balai Penelitian Tanah, 2005) Dasar penetapan Setara CaCO3 ditetapkan secara titrasi asam-basa, contoh dilarutkan dalam larutan standar HCl berlebih dan kelebihan asam dititrasi dengan larutan standar basa. Peralatan Neraca analitik Labu takar volume 100 ml Erlenmeyer volume 50 ml Pipet volume 50 ml Titrator/buret mikro 25 ml Pemanas listrik/hot plate Pereaksi Larutan HCl 0,50 N Larutan NaOH 0,25 N Indikator PP Cara kerja Timbang dengan teliti 0,50 g contoh pupuk ke dalam labu takar volume 100 ml. Tambahkan 50 ml larutan HCl 0,50 N dengan pipet volume 50 ml. Untuk penetapan blanko, pipet 50 ml larutan HCl 0,50 N ke dalam labu takar volume 50 ml yang lainnya. Panaskan pada pemanas listrik/hot plate, baik contoh maupun blanko (10 menit mendidih). Dinginkan, encerkan dengan air bebas ion hingga tanda tera 100 ml, kocok bolak-balik hingga homogen. Pipet 10 ml ekstrak contoh maupun blanko ke dalam masing-masing erlenmeyer volume 50 ml. Tambahkan masing-masing tiga tetes indikator PP dan akhirnya dititar dengan larutan NaOH 0,25 N (sampai berwarna merah jambu muda), dicatat masingmasing ml titran untuk contoh (Vc) dan blanko (Vb). Perhitungan Setara CaCO3 (%) = ( Vb Vc) x N NaOH x 50 x (ml ekstrak/mlekstrak dipipet )x (100/mg contoh) x fk Keterangan: Vb = banyaknya titran untuk penitaran blanko (ml) Vc = banyaknya titran untuk penitaran contoh (ml) 50 = berat setara CaCO3 100 = faktor konversi ke % fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 % kadar air)

Lampiran 4 Hasil analisis daya netralisasi batu gamping asal Suaran Kode Contoh ml titrasi NaOH N NaOH me NaOH me blanko - me contoh Daya netralisasi (%) BLK 13,40 0,47 6,39 6,35 - Sr 1 9,40 0,47 4,45 1,89 75,78 Sr 2 8,60 0,47 4,07 2,27 90,93 Sr 3 8,70 0,47 4,12 2,23 89,04 Rata-rata 85,25 BLK : blanko Sr : Kode contoh batu gamping Suaran 1,2,3 : Ulangan

Lampiran 5 Foto-foto lokasi penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 : Rona awal lokasi penelitian 2 : Hasil penimbunan lokasi penelitian 3 : Organic wall 1 setelah konstruksi 4 : Organic wall 1 setelah pengisian 5 : Organic wall 1 saat inkubasi 10 6 : Organic wall 2 setelah konstruksi 7 : Layering Organic wall 2 8 :Organic wall 2 saat inkubasi 9 : Kolam pertumbuhan 1 pasca layering 10 : Kolam pertumbuhan 1 pasca penanaman

12 11 13 14 Organic wall 2 Kolam pertumbuhan 1 15 Kolam pertumbuhan 2 Organic wall 2 16 11 : Kolam pertumbuhan dua setelah pengisian 12 : Kolam pertumbuhan dua setelah penanaman Cyperus sp. 13 : Kolam pertumbuhan tiga setelah penanaman Eceng Gondok 14 : Kolam pertumbuhan tiga sebelum pemanenan Eceng Gondok 15 : Komponen rawa buatan: organic wall satu dan kolam pertumbuhan satu 16 : Komponen rawa buatan: organic wall dua dan kolam pertumbuhan dua

66 Lampiran 6 Hasil pengukuran ph selama inkubasi anaerob Hari pengamatan Nilai ph pada titik-titik pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) 4,19 3,66 3,43 3,40 3,50 3,55 3,58 3,61 1 HSI **) 4,88 3,80 3,61 3,63 3,94 4,48 4,02 4,06 2 HSI 5,29 6,02 4,76 4,83 4,95 5,26 4,87 4,84 3 HSI 5,61 5,85 4,15 4,29 4,51 5,34 5,16 5,26 4 HSI 6,18 6,22 4,57 4,66 4,93 5,98 6,00 6,09 5 HSI 6,05 6,36 5,98 6,09 5,89 6,12 6,23 6,43 6 HSI 6,06 6,55 6,44 6,53 6,17 6,36 6,98 7,14 7 HSI 6,41 6,88 6,75 6,73 6,38 6,5 7,24 7,02 8 HSI 6,56 6,81 6,76 6,79 6,65 6,62 6,86 7,09 9 HSI 6,34 6,79 6,78 6,81 6,58 6,73 6,96 7,19 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

Lampiran 7 Hasil pengukuran potensial redoks (Eh) selama inkubasi anaerob Hari Nilai Eh (mv) pada titik-titik pengamatan Pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) 67 143 187 198 150 110 175 156 1 HSI **) 34 120 180 180 130 125 170 150 2 HSI 40 120 220 160 210 150 170 170 3 HSI 56 88 161 152 139 99 99 106 4 HSI 60 48 144 138 101 65 66 57 5 HSI 31 27 53 53 56 46 43-8 6 HSI 19 1 13 6 30 22-8 -31 7 HSI 15-10 -3-8 22 17-22 -34 8 HSI 8-12 -4-11 6 8-19 -32 9 HSI -2-15 -5-12 3 6-16 -27 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

Lampiran 8 Hasil pengukuran konsentrasi sulfat terlarut selama inkubasi Hari Konsentrasi sulfat terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) 315,00 225,00 350,00 300,00 250,00 300,00 256,00 215,00 1 HSI **) 276,92 231,82 229,55 227,27 231,82 240,91 252,27 254,55 2 HSI 245,45 232,69 223,46 190,38 190,38 176,92 196,15 192,17 3 HSI 238,75 233,75 182,50 176,25 171,25 192,50 172,50 227,50 4 HSI 218,18 209,09 190,91 163,64 172,73 190,91 179,55 195,45 5 HSI 175,00 198,08 176,92 228,85 205,77 201,92 200,00 190,38 6 HSI 176,00 190,00 192,00 196,00 194,00 202,00 222,00 192,00 7 HSI 159,09 202,27 204,55 179,55 195,45 175,00 147,73 204,55 8 HSI 198,08 225,00 217,31 203,85 207,69 188,46 238,46 238,46 9 HSI 151,92 213,46 171,15 196,15 138,46 105,77 146,15 305,77 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

69 Lampiran 9 Hasil pengukuran ph pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (L/s) ph pada titik-titik pengamatan Inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 Outlet AP *) 0,345 3,02 3,45 3,58 3,83 3,94 4,02 4,18 4,31 4,58 4,54 4,59 2 SP **) 0,195 3,22 3,4 3,65 4,02 4,34 4,42 5,56 5,77 5,85 5,75 5,76 4 SP 0,118 3,12 3,52 3,85 4,22 4,49 4,56 6,16 6,32 6,44 6,36 6,34 6 SP 0,118 3,08 3,93 4,16 4,52 4,84 5,15 6,26 6,49 6,59 6,6 6,58 8 SP 0,230 3,06 3,84 4,31 5,41 5,65 5,81 6,4 6,65 6,75 6,7 6,71 10 SP 0,190 3,05 3,28 3,57 4,41 5,57 5,59 6,12 6,25 6,55 6,63 6,67 12 SP 0,235 3,12 3,11 3,04 3,97 5,28 5,07 5,47 5,78 6,06 6,34 6,36 14 SP 0,190 2,84 3,02 3,14 3,63 4,29 4,51 5,52 5,81 6,18 6,25 6,28 16 SP 0,148 3,08 3,2 3,32 3,83 4,43 4,68 4,95 5,97 6,39 6,34 6,35 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 69

Lampiran 10 Hasil pengukuran konsentrasi sulfat terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi sulfat terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan Inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 Outlet AP *) 0,545 257,69 244,23 250,00 150,00 173,08 126,92 173,08 128,85 134,62 130,77 151,92 2 HSP **) 0,195 306,00 274,00 210,00 206,00 194,00 200,00 192,00 198,00 196,00 254,00 188,00 4 HSP 0,118 361,36 263,64 197,73 243,18 186,36 197,73 170,45 215,91 202,87 325,00 256,82 6 HSP 0,118 381,82 340,91 377,27 213,64 234,09 240,91 200,00 290,91 254,55 304,55 245,45 8 HSP 0,230 297,73 206,82 220,45 125,00 131,82 140,91 213,64 184,09 200,00 259,09 193,18 10 HSP 0,190 259,62 213,46 221,15 282,69 163,46 378,85 326,92 294,23 328,85 296,15 257,69 12 HSP 0,235 467,31 401,92 417,31 323,08 309,62 300,00 307,69 280,77 278,85 344,23 263,46 14 HSP 0,190 286,54 305,77 257,69 250,00 250,00 240,38 230,77 236,54 213,46 223,08 236,54 16 HSP 0,148 373,08 403,85 350,00 276,92 290,38 340,38 319,23 236,54 234,62 209,62 232,69 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 70

Lampiran 11 Hasil pengukuran konsentrasi besi terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi besi terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 outlet AP *) 0,545 7,86 6,54 2,52 1,99 1,26 0,93 0,59 1,65 0,39 0,28 1,29 2 HSP 0,195 5,62 3,10 2,31 0,74 0,53 0,41 0,37 0,02 0,05 0,20 0,93 4 HSP 0,118 5,78 3,00 2,87 0,48 0,37 0,11 0,10 0,01 0,01 0,09 0,54 6 HSP 0,118 6,16 2,17 2,09 0,88 0,65 0,27 0,34 0,01 0,00 0,14 0,87 8 HSP 0,230 6,45 2,54 2,14 0,65 0,87 0,60 0,73 0,49 0,39 0,30 1,30 10 HSP 0,190 7,40 2,47 2,87 0,75 0,45 0,13 0,05 0,02 0,07 0,09 0,21 12 HSP 0,235 12,35 2,44 2,90 0,10 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 14 HSP 0,190 6,72 2,47 2,65 0,17 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 16 HSP 0,148 5,95 2,17 2,05 0,09 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 71

Lampiran 12 Hasil pengukuran konsentrasi mangan terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi mangan terlarut (mg/l) pada titik-titik pengematan inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 outlet AP *) 0,545 3,86 4,04 3,90 3,64 3,71 3,68 3,59 3,57 4,31 4,32 4,18 2 HSP **) 0,195 4,11 3,73 3,66 3,20 2,91 2,85 2,76 2,72 2,60 2,73 2,68 4 HSP 0,118 4,02 3,68 3,72 2,97 2,62 2,63 2,41 1,85 1,64 1,66 1,43 6 HSP 0,118 3,68 3,39 3,49 2,66 2,37 2,27 2,00 0,05 0,03 0,01 0,01 8 HSP 0,230 3,58 3,36 2,85 2,39 2,13 2,28 2,01 0,16 0,08 0,01 0,01 10 HSP 0,190 4,56 4,29 4,01 2,67 2,07 2,01 2,05 1,89 0,73 0,54 0,69 12 HSP 0,235 5,63 4,15 4,44 3,07 2,56 2,63 2,38 2,07 1,71 1,59 1,57 14 HSP 0,190 3,83 4,21 4,45 3,47 2,71 0,84 0,39 0,19 0,01 0,01 0,01 16 HSP 0,148 4,73 4,88 5,08 4,85 4,15 4,08 3,52 3,52 1,80 0,08 0,00 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 72

73 Lampiran 13 Hasil pengukuran ph, konsentrasi sulfat, besi, dan mangan pada substrat Kode Contoh ph Besi Mangan Sulfat ----------------------------ppm------------------------ A I-1 4,35 638,08 37,76 290,92 A I-2 3,86 397,57 23,40 27,17 A II-1 4,93 764,50 25,54 21,89 A II-2 5,00 168,21 29,03 33,14 A III-1 6,10 460,74 23,11 33,17 A III-2 7,04 191,73 48,27 83,29 A IV-1 6,44 228,64 36,01 39,73 A IV-2 7,02 281,55 22,61 36,30 B I-1 6,56 689,22 16,33 159,38 B I -2 6,86 127,79 15,12 203,51 B II-1 6,47 344,54 41,42 269,69 B II-2 6,97 140,52 39,80 75,62 B III-1 7,01 597,30 13,85 368,17 B III-2 7,84 60,00 15,34 280,94 B IV-1 6,82 tr 11,62 31,38 B IV-2 7,06 tr 42,36 135,20 P1 a-1 3,21 206,75 12,34 431,47 P1 a-1 3,74 511,00 21,20 377,17 P1 b-1 4,52 1000,11 30,95 40,37 P1 b-2 3,24 225,50 3,98 20,86 P1 c-1 5,42 671,71 17,87 37,25 P1 c-2 3,73 474,15 20,39 90,04 P2 a-1 4,66 347,76 30,68 74,40 P2 a-2 6,30 57,52 48,13 130,86 P2 b-1 6,35 217,88 22,18 53,48 P2 b-2 6,89 172,62 55,74 69,96 P2 c-1 7,51 165,27 45,16 25,15 P2 c-2 7,40 142,20 19,29 31,02 A : Kode contoh untuk kolam pertumbuhan satu B : Kode contoh untuk kolam pertumbuhan dua P1 : Kode contoh untuk organic wall satu P2 : Kode contoh untuk organic wall dua I,II,III,IV : Kode titik contoh untuk kolam pertumbuhan a, b, c : Kode titik contoh untuk organic wall 1, 2 : ulangan

74 Lampiran 14 Hasil pengukuran konsentrasi sulfur, besi, dan mangan pada tanaman Kode Sample Total sulfur Besi Mangan -------------------------------------(%)-------------------------------- CA a 1,00 2,41 0,01 CA b 1 0,76 1,12 0,02 CA b 2 1,15 1,64 0,03 CA b 3 1,71 2,43 0,02 CA b 4 1,83 2,84 0,02 CD a 0,61 0,61 0,01 CD b 1 0,96 0,51 0,03 CD b 2 0,85 0,87 0,03 CD b 3 1,15 0,47 0,03 CD b 4 1,78 0,82 0,02 TA a 1 1,35 1,20 0,01 TA b 1 1,44 1,70 0,02 TA b 2 0,90 1,31 0,03 TA b 3 1,27 1,10 0,02 TA b 4 1,22 1,53 0,04 TD a 1 1,31 0,34 0,03 TD b 1 1,68 0,10 0,03 TD b 2 1,38 0,10 0,04 TD b 3 2,44 0,30 0,04 TD b 4 1,81 0,34 0,03 E a 1 1,07 0,44 0,09 E b 0,76 0,70 0,05 EA a 1 0,29 1,92 0,26 E b A 1,00 1,91 0,17 ED a 1 1,04 0,42 0,02 ED b 2 1,29 0,34 0,01 CA : Contoh tanaman Cyperus sp bagian akar CD : Contoh tanaman Cyperus sp bagian Daun TA : Contoh tanaman Typha sp bagian akar TD : Contoh tanaman Typha sp bagian daun EA : Contoh tanaman Eceng Gondok bagian akar ED : Contoh tanaman Eceng Gondok bagian daun a : sebelum perlakuan b : setelah perlakuan 1,2,3,4 : ulangan