BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. primer manusia yang tidak dapat ditinggalkan. Setiap hari manusia membutuhkan makanan dan

Energy Drink, Masih Layakkah dikategorikan sebagai Minuman Fungsional?? [Kelompok 8] [Kelas E] Anggota: Reza Widyasaputra ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan murah yakni mengkonsumsi minuman penambah energi. Padahal dari segi

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi minuman berenergi agar tubuh menjadi segar dan mengatasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik (Desmita, 2005) yang didukung dengan aktivitas olahraga dan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KAFEIN DAN PERFORMA ATLETIK

BAB I PENDAHULUAN. A.1. Latar Belakang. Minuman berenergi termasuk salah satu minuman. suplemen yang mengandung kafein, glukosa, dan taurin

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menyeleksi perhatian (Maramis, 2009). Tidak banyak orang yang dapat

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

Issu Metodologi MOOD AND PERFORMANCE FOOD. Baseline. Expectancy dan Placebo 14/04/2014

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Soft Drink Pada Penggunaan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

Kafein? Berbahayakah atau menguntungkan untuk tubuh?

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

RESPON FISIOLOGIS STRES

PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU BERHAK TINGGI TERHADAP NYERI MYOGENIK PADA OTOT GASTROKNEMIUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

4/11/2015. Nugroho Agung S.

Tinjauan Umum dan Peran Sport Medicine dalam Meningkatkan Prestasi Atlet. Oleh : dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Berenergi 2.1.1. Defenisi Minuman Berenergi Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung zat-zat stimulan untuk meningkatkan energi, kewaspadaan, dan meningkatkan performa (Alsunni, 2011). Menurut Buxton (2012), minuman berenergi adalah minuman yang dipercaya untuk mengurangi dan mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik, psikologi dan kinerja kognitif. Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin dan bahan lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan, metabolisme dan mental performa (Campbell, 2013). Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung bahan-bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan bahan lainnya yang dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun mental. 2.1.2. Perkembangan Minuman Berenergi Pada tahun 2006 berdasarkan data yang diperoleh Zenith International, konsumsi minuman energi di seluruh dunia meningkat sebesar 17% dari tahun sebelumnya menjadi 960 juta galon. Di Indonesia, pada tahun 2001 ada 19 produsen minuman energi dengan total kapasitas produksi 5.49 juta kg/tahun (noncair) dan 79.74 juta liter/tahun (cair). Menurut data yang diperoleh Business Monitor International (BMI) di Indonesia pada tahun 2009, produksi minuman energi dalam bentuk cair sebanyak 1,2 triliun liter dan meningkat menjadi 1.38 triliun liter pada tahun berikutnya. Adapun total penjualan minuman energi pada tahun 2009 sebesar Rp 16,9 triliun dan bernilai Rp 20,54 triliun pada tahun

berikutnya. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas peningkatan produksi minuman energi yang tentunya selaras dengan peningkatan minat konsumsi minuman energi pada masyarakat (Widyarini et al, 2014). 2.1.3. Manfaat Minuman Berenergi Minuman berenergi diciptakan untuk memberi energi yang tinggi kepada konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat energi lainnya. Mengkonsumsi minuman berenergi mampu meningkatkan euphoria, mengurangi agitasi, ansietas, iritabilitas dan insomnia karena zat stimulan itu sendiri seperti kafein. Minuman ini juga mampu meningkatkan ketahanan otot tubuh (Alsunni, 2011). Minuman berenergi yang berkafein dapat meningkatkan kualitas kerja dengan meningkatkan kewaspadaan, performa psikomotor, pengetahuan, memori dan mood. Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam memberi peningkatan energi menunjukkan bahwa minuman energi dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada kelompok subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Dan dikatakan lebih lanjut bahwa kafein merupakan penyebab utama efek ini (McCormack dan Hoffman, 2012). Menurut Putriastuti (2007) dalam penelitiaannya yang berjudul persepsi, konsumsi dan preferensi minuman berenergi yang dilakukan terhadap supir bis malam sebanyak 63,9% responden merasakan efek minuman berenergi hanya satu hingga dua jam saja. Sebanyak 27,8% responden menyatakan efeknya tiga hingga empat jam dan sebanyak 8,3% menyatakan efeknya lima hingga enam jam. Kafein diabsorbsi secara sempurna dalam sistem pencernaan selama 30-60 menit. Maksimum efek di otak akan muncul dalam waktu 2 jam. Minuman berenergi diyakini dapat membantu mengganti energi yang hilang setelah berlatih ataupun berkompetisi.selain itu juga dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang, meningkatkan performa dan mengurangi kelelahan (Buxton, 2012).Pemberian minuman berenergi yang mengandung kafein juga

dapat menigkatkan denyut jantung secara signifikan dan berhubungan dengan tekanan darah pada akhirnya (Sinaga, 2012). 2.1.4. Kandungan Zat Minuman Berenergi dan Efek yang Ditimbulkan Tabel 2.1. Zat Kandungan Minuman Berenergi dan Efeknya Terhadap Tubuh ZAT KANDUNGAN EFEK TERHADAP TUBUH Kafein ( 70-200 mg) Stimulasi sistem saraf pusat sehingga memberikan efek alert. Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Taurine Meregulasi denyut jantung, kontraksi otot dan tingkat energi. Guarana Merupakan zat stimulan yang meningkatkan alertness dan energi. Mempunyai efek yang sama seperti kafein Vitamin B Membantu dalam konversi makanan menjadi energi Ginseng (18-400 mg dalam 16 ons) Meningkatkan energi, mempunyai komponen anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan ingatan. Menstimulasi hipothalamus dan kelenjar pituitari untuk mengekskresi adeno corticotropic hormone (ACTH) Ginkgo Biloba Membantu retensi ingatan, konsentrasi, sirkulasi, mempunyai efek antidepresan. L-Carnitine Merupakan asam amino yang biasanya diproduksi oleh hati dan ginjal. Bersifat termogenik dan membantu dalam pengurangan berat badan dan

meningkatkan daya tahan tubuh sewaktu berolahraga Gula Sumber metabolisme karbohidrat tubuh untuk menghasilkan tenaga Anti-oxidant Membantu pemulihan tubuh daripada efek radikal bebas Glucuronalactone Biasanya dijumpai dalam tubuh dan merupakan glukosa yang dimetabolisme oleh hati. Membantu detoksifikasi, sekresi hormone dan biosintesis vitamin C. Dalam minuman berenergi dipercaya mencegah zat lain menggunakan cadangan glikogen dalam otot Sumber : Babu, K.M., Church,R.J.,Lewander,W., 2008. Energy Drink : The New Eye-Opener for Adolescents, Clinical Pediatric Emergency Medicine. Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein dalam jumlah besar sebagai bahan aktif utama meskipun zat lain seperti taurine, riboflavin, piridoksin,vitamin B, dan berbagai herbal seperti guarana, ginseng dan ginkgo biloba juga ada. Kandungan gula yang tinggi (sekitar 9% atau 10%) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih berkalori tetapi juga menghambat penyerapan cairan dan dapat menyebabkan kram perut. Konsentrasi kafein dalam minuman berenergi dapat berkisar tiga sampai lima kali konsentrasi dalam minuman bersoda. Namun, hal ini telah ditemukan memiliki konsekuensi kesehatan yang merugikan (Buxton, 2012). Kafein sebagai bahan utama dan terbesar dalam minuman berenergi memiliki kesamaan struktur dengan adenosine sehingga disebut sebagai functional adenosine reseptor antagonis. Telah diketahui bahwa adenosin merupakan neurotransmitter yang mengaktifkan reseptor A1 yang mampu menghambat lipolisis yaitu penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Salah satu kerja

kafein adalah menghambat reseptor ini sehingga proses lipolisis meningkat yang kemudian meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam darah sehingga menghemat atau menunda pemakaian glikogen sebagai sumber energi hingga pada akhirnya menunda kelelahan. Penurunan aktivitas adenosine nantinya akan meningkatkan aktivitas dopamin. Kafein dapat juga meningkatkan kadar epinefrin atau adrenalin, dengan cara menghambat potensial post sinaptik. Fungsi epinefrin adalah menstimulasi sistem saraf simpatik, peningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot, penurunan aliran darah ke kulit dan organ viseral, pelepasan glukosa oleh hati. Penggunaan kafein akut juga meningkatkan kadar serotonin, menyebabkan perubahan mood. Kafein dapat berfungsi sebagai diuretik karena menginhibisi adenosine. Hal ini disebabkan karena adenosine menyebabkan konstriksi arteriol aferen glomerulus.inhibisi adenosine menyebabkan vasodilatasi, dengan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus (GFR) (Mrazik, 2004). 2.2. Kekuatan Otot 2.2.1. Defenisi Kekuatan Otot Strength atau kekuatan adalah ketahanan maksimal yang dapat dihasilkan selama kontraksi otot dalam kecepatan kontraksi tertentu (Robergs dan Keteyian, 2003). Kekuatan otot (Muscular Strength) dapat didefinisikan sebagai ketahanan maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah otot atau kumpulan otot (Powers dan Howley, 2007). Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkankomponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan (Chan, 2012). Kekuatan otot adalah istilah umum yang mempunyai pengertian yang bermacam-macam, antara lain : kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup

otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan otot dapat juga berarti kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi (Lesmana, 2014). Berdasarkan pendapat dan pengertian tersebut, maka dapat di gambarkan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi dalam kecepatan kontraksi tertentu untuk mengatasi beban, baik beban tubuh sendiri maupun beban tubuh di tambah beban dari luar tubuh. 2.2.2. Kekuatan Otot Pada Atlet Kekuatan dibutuhkan oleh atlet untuk meningkatkan performanya. Dan dalam upaya serta maksud di waktu tertentu dibutuhkan pertimbangan antara mempertahankan kekuatan itu lebih lama atau meningkatkan kekuatan itu sendiri (Zatsiorsky, 2003). Latihan kekuatan dan ketahanan dibutuhkan oleh atlet untuk menjaga otot-ototnya, menjaga berat badan, mencegah obesitas, mengurangi resiko cedera, mencegah nyeri punggung belakang, meningkatkan kepadatan tulang, menjaga tekanan darah serta menjaga psikologi serta mental untuk tetap baik (Hooger, 2013). 2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot Menurut Lesmana (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah : 1. Usia dan jenis kelamin Kekuatan otot mulai timbul sejak lahir sampai dewasa dan terus meningkat terutama pada usia 20 sampai 30-an dan secara gradual menurun seiring dengan peningkatan usia.pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda sampai menjelang usia puber,setelah itu pria akan mengalami peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding wanita,dan perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30 sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber, karena

setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita. 2. Ukuran cross sectional otot Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat.suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara fisiologis cross sectional area dan tegangan maksimal pada otot ketika dilakukan stimulasi elektrik. Kekuatan otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8 kg/cm2 pada cross sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin. Namun variabilitas cross sectional area pada suatu otot akan berbeda setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas. 3. Hubungan antara panjang dan tegangan otot pada waktu kontraksi Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit perubahan panjang otot ketika berkontraksi. Tenaga kontraktil otot yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh karena pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjang daripada saat istirahat. Tenaga pada otot dapat terus berkurang ketika otot berkontraksi (memendek). Ketika otot dalam kontraksi penuh maka tenaga kontraktil yang dihasilkan dapat berkurang sampai nol. 4. Recruitmen motor unit Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuro-muscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan badan sel) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber). Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch fiberdan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif. Pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan

kekuatan otot akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk meningkatkan endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber. 5. Tipe kontraksi otot Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi eksentrik (memanjang) melawan tahanan. Dan otot juga mengeluarkan tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik serta mengeluarkan tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi konsentrik (memendek) melawan beban. 6. Jenis serabut otot Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat kontraktil otot sepertikekuatan,endurance, power, kecepatan dan ketahanan terhadap kelelahan/fatigue. Tipe serabut IIA dan B (fast twitch fiber) memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah tegangan tetapi sangat cepat mengalami kelelahan/fatigue. Tipe I(slow twitch fiber) menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat dibandingkan dengan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan/fatigue. 7. Ketersediaan energi dan aliran darah Otot membutuhkan sumber energi yang adekuat untuk berkontraksi, menghasilkan tegangan, dan mencegah kelelahan/fatigue. Tipe serabut otot yang predominan dan suplai darah yang adekuat, serta transport oksigen dan nutrisi ke otot akan mempengaruhi hasil tegangan otot dan kemampuan untuk melawan kelelahan/fatigue. 8. Kecepatan kontraksi Torsi yang besar dihasilkan pada kecepatan yang lebih rendah. Kecepatan berarti rata-rata gerakan dalam arah tertentu. Kecepatan pemendekan atau pemanjangan otot secara substansial akan mempengaruhi tegangan otot yang terjadi selama kontraksi. Penurunan tegangan kontraksi terjadi ketika peningkatan kecepatansaat pemendekan otot yang merupakan dasar penjelasan jumlah links yang terbentuk per unit waktu antara filamen aktin dan miosin. Pada kecepatan lambat, jumlah maksimum cross-bridge dapat terbentuk.semakin cepat filamen

aktin dan miosin slide terhadap satu dengan yang lain, semakin kecil jumlah links yang terbentuk antara filamen-filamen dalam satu unit waktu dan semakin kecil tegangan yang terjadi. Kecepatan kontraksi berbanding terbalik dengan besar beban pada otot atau dengan kata lain berarti semakin cepat kontraksi maka tegangan yang dihasilkan semakin kecil. 9. Motivasi Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal. Oleh karena itu seseorang harus mau melakukan usaha yang maksimal agar menghasilkan kekuatan maksimal. 2.3. Minuman Berenergi dan Kekuatan Otot pada Atlet Minuman energi sering dikonsumsi oleh atlet sebelum kompetisi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja mereka. Kepercayaan pada minuman energi dipegang oleh sebagian besar atlet, terutama karena istilah "energi drink" menyampaikan pesan bahwa produk tersebut memiliki hubungan dengan aktivitas fisik. Akibatnya, atlet yang kurang informasi mungkin menganggap bahwa beberapa manfaat akan diperoleh setelah mengkonsumsi minuman ini. Kebanyakan atlet mengkonsumsi minuman berenergi dengan harapan memperoleh energi, meskipun tidak ada konfirmasi ilmiah tentang efektivitas ergogenic minuman energi. Atlet, terutama mereka yang bermain olahraga yang sangat kompetitif, lebih mungkin untuk menunjukkan minat pada produk-produk baru yang menjamin mereka dari peningkatan kinerja mereka atau pemulihan cepat setelah penampilan. Dengan demikian mereka mudah tergoda untuk mengonsumsi minuman energi ini. Selain itu, produsen merekomendasikan minuman energi ini untuk olahraga yang membutuhkan tingkat energi yang tinggi (Buxton, 2012). Dalam meta - analisis baru-baru ini dilaporkan bukti kuat mengenai efek ergogenic kafein pada kekuatan otot kaki, meskipun tidak seperti efek yang ditemukan dalam kelompok otot lainnya. Namun demikian, manfaat baru hadir ketika menelan 6 mg / kg kafein. Kafein yang terdapat pada minuman berenergi

meningkatkan oksidasi lemak dan karbohidrat. Pada penelitian terhadap hewan coba ditemukan bahwa kafein dapat secara langsung mempengaruhi otot melalui peningkatan pengeluaran Ca++ dari reticulum sarcoplasma atau melalui inhibisi adenosin sehingga terjadi peningkatan motor unit pada CNS. Pada manusia dosis 6 mg/kg kafein dapat meningkatkan kekuatan otot ekstensor lutut (Coso et al, 2012). Kafein pada minuman berenergi dapat meningkatkan ekstensi dan fleksi lutut, serta meningkatkan kecepatan kontraksi fleksi siku.penggunaan minuman berenergi juga dapat menjaga performa kekuatan otot setelah latihan berat (McCormack, 2012).