KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG HENDRA NUGRAHA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DIZKY ANTORIDA

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

POTENSI DAN KUALITAS LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN DI KABUPATEN BANDUNG DAN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH MEGA PRATIWI SARAGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

POTENSI JERAMI KACANG TANAH SEBAGAI SUMBER PAKAN RUMINANSIA DI SULAWESI SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG INTEGRASI TERNAK-TANAMAN DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

KETERSEDIAAN LIMBAH TANAMAN PANGAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN POPULASI SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR FEBRIANTI INDAH MARYANI

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI DAN KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN INDRAMAYU

BAB III GAMBARAN UMUM

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KOBATUNAN DAN SUKAMAJU DESA MUNDUNG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Transkripsi:

KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG HENDRA NUGRAHA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung adalah benar merupakan karya tulis saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang ada dalam tulisan ini berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Hendra Nugraha NIM D2410019

ABSTRAK HENDRA NUGRAHA. Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh ERIKA BUDIARTI LACONI dan SRI MULATSIH. Jumlah limbah pertanian berlimpah namun juga berpotensi sebagai sumber hijauan pakan ternak. Penelitian ini bertujuan menentukan daerah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang memiliki potensi pengembangan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan; menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas pakan ternak; dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersediaan nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah. Pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling dengan analisis data deskriptif. Limbah pertanian yang menjadi fokus penelitian ini terdiri dari jerami padi, jagung, kubis, dan buncis. Kecamatan yang memiliki indeks kosentrasi produksi pakan kategori tinggi diantaranya Kecamatan Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, dan Cicalengka dengan jumlah produksi BK 558 066.82 ton tahun -1, PK 21 899.02 ton tahun -1 dan TDN 121 233.49 ton tahun -1. Berdasarkan data dari 16 kecamatan tersebut, 2 kecamatan diantaranya bernilai KPPTR negatif, hanya 14 kecamatan yang berpotensi ditambahkan populasinya sejumlah 18 122.08 ST. Penentuan penambahan yang digunakan berdasarkan ketersediaan TDN. Kata kunci: kapasitas tampung sapi perah, limbah pertanian, sapi perah, ABSTRACT HENDRA NUGRAHA. Agricultural Waste Availability to Support Dairy Cattle Program Development in Bandung District. Supervised by ERIKA BUDIARTI LACONI and SRI MULATSIH. Agriculture produces many waste which is potential as feed source for livestocks. The research objectives were to determine potential area in Bandung District, West Java for develop dairy cattle based on index concentration of feed production; to estimate production of agriculture waste based on feed quality and quantity, and to evaluate potency of feed source based on availability of nutrient for dairy cattle enhancement. Respondents were selected by using purposive sampling method and descriptive analysis. Agriculture waste observed in this research included rice straws, corn, cabbage, and string beans. Sub districts with high index concentration of feed production were Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, Cicalengka with total production 558 066.82 ton per years DM, 21 899.02 ton per years CP, and 121 233.49 TDN. Based on data from 16 sub districts, 2 of them had negative value of KPPTR. Only 14 sub districts were potential for increasing population of dairy cattle 18 122.08 AU based on TDN. Keywords: agricultural waste, dairy cattle, dairy cattle carrying capacity

KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG HENDRA NUGRAHA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung Nama : Hendra Nugraha NIM : D24100019 Disetujui oleh Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS Pembimbing I Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus: ( )

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tema Ketersediaan Limbah Pertanian Untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah Di Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan. Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian lintas Fakultas. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, September 2014 Hendra Nugraha

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Metode Pengumpulan Data 2 Analisis data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim 4 Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan 5 Peternakan Kabupaten Bandung 5 Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian 7 Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung 8 Produksi Limbah Pertanian 9 Pengembangan Ternak Sapi Perah 10 SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 12 LAMPIRAN 14 RIWAYAT HIDUP 22 UCAPAN TERIMA KASIH 23

DAFTAR TABEL 1 Kebutuhan nutrisi ternak ruminansia 3 2 Struktur populasi ternak di Jawa Barat 3 3 Konversi satuan ternak (ST) 4 4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sabagai pakan 5 5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 5 6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 6 7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung 6 8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak 7 9 Indek konsentrasi produksi pakan (IKKPP) di Kabupaten Bandung 8 10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian 8 11 Produksi limbah pertanian 9 12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012 14 2 Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012 15 3 Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012 16 4 Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012 17 5 Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba Kabupaten Bandung tahun 2012 18 6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012 19 7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012 20 8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012 21

PENDAHULUAN Kebutuhan pangan asal hewan untuk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun-ketahun, termasuk untuk daerah Kabupaten Bandung. Rata-rata kebutuhan pangan asal hewan Kabupaten Bandung mengalami peningkatan dari tahun 2009-2011 sebesar 12.22% setiap tahunnya (BPPD Kab. Bandung 2012). Peningkatan produksi pangan hewani dapat dilakukan dengan cara peningkatan populasi ternak agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu kendala dalam peningkatan populasi ternak adalah keterbatasan lahan pengembalaan dan penyedian hijauan pakan akibat perubahan fungsi lahan produktif menjadi lahan pemukiman dan kawasan industri. Ketersediaan pakan tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas tetapi juga dilihat dari aspek kelengkapan nilai nutrien dan kontinuitas. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah memenuhi kebutuhan susu di Jawa Barat dengan populasi 22 701.62 satuan ternak (ST) yang merupakan 30.72% dari total populasi sapi perah di Jawa Barat (BPS Jawa Barat 2013). Daerah tersebut dapat menghasilkan susu sebanyak 62 876 000 liter/tahun (BPS Kab. Bandung 2013). Produksi susu tersebut belum dapat memenuhi permintaan kebutuhan rumah tangga maupun bahan baku industri. Pusat data dan sistem informasi pertanian (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan susu nasional baru terpenuhi 40% produksi dalam negeri sedangkan 60% yang lainnya dipenuhi oleh impor susu. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak di Kabupaten Bandung tidak hanya dari tanaman khusus hijauan makanan ternak akan tetapi juga dengan memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah sebagai pakan mengingat Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil produk pertanian dengan luas area pertanian 110 021 Ha (BPS Jawa Barat 2012). Hasil panen beberapa komoditas pertanian menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk pemenuhan kebutuhan hijauan. Banyaknya limbah pertanian ini belum dapat di manfaatkan secara maksimal. Rendahnya pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan disebabkan petani segera membakar limbah setelah panen dimana limbah ini berfungsi sebagai pupuk organik (Febrina dan Liana 2008). Limbah pertanian memiliki karakteristik nutrien yang berbeda-beda. Ketersedian limbah pertanian tidak kontinu, akan tetapi melimpah di musim panen. Peternakan rakyat perlu memperhatikan ketersediaan bahan baku pakan lokal, komposisi kimiawi bahan pakan, pengolahan, penyusunan ransum dan kebutuhan ternak. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data mengenai informasi kandungan nutrien dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan kuantitas pakan untuk ternak tanpa melihat kecukupan nutrien yang terkandung di dalam pakan. Evaluasi tentang nutrien pakan harus dilakukan untuk menunjang performa ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan. Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah.

2 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada bulan Agustus sampai Desember 2013. Analisa nutrien sampel pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan panduan kuisioner terhadap 30 peternak rakyat sapi perah di 3 kecamatan di Kabupaten Bandung. Jumlah peternak yang yang diambil memenuhi syarat seperti pendapat Mattjik dan Sumertajaya (2002). Metode yang digunakan purposive sampling berdasarkan populasi ternak sapi perah terbanyak dan peternak yang menggunakan pakan limbah pertanian sebagai pakan, dengan rincian Kecamatan Pasirjambu 10 peternak, Kecamatan Ciwidey 10 peternak, dan Kecamatan Pangalengan 10 peternak. Sampel pakan di tetapkan 4 limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan ternak. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Analisis Data Data primer dan data sekunder yang terkait dengan gambaran umum wilayah, indeks konsentrasi produksi pakan, estimasi kuantitas dan kualitas nutrien bahan pakan, serta kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dianalisis secara diskriptif Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) Komoditas limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan ternak diambil dan ditimbang dalam keadaan segar. Tiap bagian dipisahkan dan ditimbang sehingga diketahui proporsinya. Menentukan daerah potensial yang memproduksi hasil limbah tanaman tiap kecamatan di Kabupaten Bandung menggunakan rumus Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman menurut Syamsu (2006) : IKPP = produksi limbah pertanian segar kecamatan (ton tahun 1 ) rata rata produksi limbah pertanian kabupaten (ton tahun 1 ) Wilayah kecamatan dengan angka IKPP 1.0 merupakan wilayah yang memiliki kategori produksi tinggi pada jenis tanaman dibandingkan wilayah lainnya di dalam sebuah kabupaten. Wilayah kecamatan dengan angka IKPP 0.5 - <1.0 termasuk dalam produksi sedang dan wilayah kecamatan dengan angka IKPP <0.5 termasuk dalam kategori produksi rendah. Wilayah yang memiliki angka IKPP tinggi yang akan dianalisa sebagai wilayah berpotensi memiliki produksi limbah pertania.

Estimasi Kualitas dan Kuantitas Nutrien Bahan Pakan Sampel limbah pertanian ditimbang dan dikeringkan dalam oven 60 o C. Sampel bahan limbah pertanian dianalisis kandungan nutrien menggunakan metode analisis proksimat (AOAC 2005). Data Total digestible nutrient (TDN) diperoleh dengan perhitungan menggunakan persamaan menurut (Owens et al. 2010). TDN = 0.9918 PK + 1.272 LK + 0.0318 SK + ( 0.8904 BETN) Produksi limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrient (TDN) dengan rumus: Produksi Total BK (ton) = produksi segar (ton) x kandungan BK (%) Produksi PK (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan PK (%) Produksi TDN (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan TDN (%) Data diperoleh berdasarkan kecamatan dengan nilai indeks konsentrasi produksi pakan tinggi. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kebutuhan hijauan per hari ternak ruminansia yang disuplai dari limbah dapat dilihat dari Tabel 1. Ternak Tabel 1 Kebutuhan nutrisi ternak ruminansia Kebutuhan Nutrien BK Ternak / Hari PK TDN Perbandingan (%) Hijauan : Konsentrat (kg) (kg) (kg) Kebutuhan Hijauan / Hari Bk PK TDN (kg) (kg) (kg) Sapi Potong a 8.9 1.12 6.23 30 : 70 2.67 0.18 1.16 Sapi Perah b 12.4 1.48 8.43 70 : 30 8.68 0.78 5.40 Kambing c 2.7 0.14 1.43 60 : 40 1.62 0.01 0.93 Domba c 1.61 0.25 1.07 60 : 40 0.97 0.15 0.77 a NRC 2000, b NRC 2001, c NRC 2007 Kebutuhan ternak sapi potong yang digunakan adalah sapi Angus dengan bobot 325 kg dan pertambahan bobot badan 1.36 kg hari -1 (NRC 2000). Kebutuhan pada sapi perah dengan bobot badan 425 kg pada saat tengah laktasi dan produksi susu 10 liter hari -1 (NRC 2001). Kebutuhan kambing dan domba dengan bobot 50 kg pada saat laktasi dengan jumlah anak 2-3 ekor (NRC 2007). Struktur populasi ternak ruminansia dapat dihitung berdasarkan presentase yang ada pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur populasi ternak di Jawa Barat Jenis Ternak Anak Muda Dewasa Umur Umur % Umur (bulan) % (bulan) (bulan) Sapi Perah < 12 22.85 12-24 23.56 > 24 53.59 Sapi Potong < 12 16.08 12-24 34.72 > 24 49.20 Kambing < 6 26.67 6-12 26.54 >12 46.79 Domba < 6 28.33 6-12 26.41 >12 45.26 Sumber: BPS Indonesia 2013 % 3

4 Jumlah populasi ternak ruminansia dihitung berdasarkan satuan ternak (ST) dengan konversi pada Tabel 3. Tabel 3 Konversi satuan ternak (ST) Jenis Ternak Anak Muda Dewasa Umur ST Umur ST Umur ST Sapi Perah < 1 tahun 0.25 1-2 tahun 0.5 > 2 tahun 1 Sapi Potong < 1 tahun 0.25 1-2 tahun 0.5 > 2 tahun 1 Kambing < 6 bulan 0.035 6-12 Bulan 0.07 >12 bulan 0.14 Domba < 6 bulan 0.035 6-12 Bulan 0.07 >12 bulan 0.14 Sumber: Rohani et al. (2011) Jumlah populasi ternak dihitung berdasarkan satuan ternak (ST). Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) disuatu kabupaten dihitung dengan rumus KPPTR = Produksi Nutrien ton Kebutuhan Nutrien Ruminansia total(ton) Kebutuhan Nutrien Sapi Perah (ton) Rumus KPPTR ini digunakan sebagai perhitungan peningkatan sapi perah di suatu daerah. HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa barat Indonesia. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6 o.41 sampai dengan 7 o.19 lintang selatan (LS) dan di antara 107 o.22 sampai dengan 108 o.5 bujur timur (BT) dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176 239 km 2 (BPS Kab. Bandung 2013). Topografi wilayah di Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 500 m sampai 1 812 m, sedangkan morfologinya beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 1 500 mm sampai dengan 4 000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12 o C sampai 24 o C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau (BPS Kab. Bandung 2013). Kondisi topografi dan demikian sesuai dengan pemeliharaan sapi perah akan tetapi masih terlalu tinggi untuk kelembapan udara. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan lokasi yang baik untuk beternak sapi perah adalah wilayah yang memiliki ketinggian sekurang-kurangnya 800 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rataan 18.3 o C dan kelembaban 55%

5 Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan. Kabupaten Bandung memiliki potensi sektor pertanian. Limbah dari sektor pertanian tersebut dapat digunakan untuk menunjang ketersediaan pakan ternak. Jenis limbah pertanian yang biasa digunakan sebagai pakan oleh peternak disajikan pada Tabel 4. Ciwidey Pasirjambu Pangalengan Tabel 4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan Kecamatan Limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan Jerami padi, Kubis Jerami padi, Kubis, Jagung, Buncis Jerami padi, Kubis, Jagung Terdapat potensi limbah pertanian di Kabupaten Bandung. Tiga daerah yang menjadi sampel di penelitian ini yaitu Ciwidey, Pasirjambu, dan Pangalengan menunjukkan keberagaman limbah pertanian yang dihasilkan, diantaranya jerami padi, kubis, buncis, dan jagung (Tabel 4). Potensi dari limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Produksi Segar Limbah Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2010-2012 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 Limbah pertanian Produksi limbah (ton tahun -1 ) 2010 2011 2012 Tren 2010-2011 (%) Tren 2011-2012 (%) Jerami Padi 1 623 342.28 1 990 495.37 2 323 122.04 18.45 14.32 Jagung 43 323.38 117 513.08 136 655.78 63.13 14.01 Buncis 2 197.03 2 986.51 3 674.47 26.43 18.72 Kubis 32 567.14 50 928.96 58 512.98 36.05 12.96 Sumber : BPS 2011-2013 Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap komoditi tanaman pangan di Kabupaten Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi. Hal ini dikarenakan penerapan teknologi yang lebih baik di bidang pertanian yang membuat efisiensi lahan pertanian menjadi lebih baik setiap tahunnya. Sukartini dan Solihin (2013) melaporkan penggunaan teknologi pertanian seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan obat pembasmi hama dan pupuk dapat meningkatkan rata-rata hasil panen. Teknologi pengolahan limbah pertanian sangatlah dibutuhkan untuk memberikan suatu peningkatan nilai produk yang bermanfaat. Peternakan Kabupaten Bandung Sektor peternakan Kabupaten Bandung memiliki potensi yang besar pada sapi perah. Populasi ternak sapi perah 30.72 % Jawa Barat berada pada wilayah Kabupaten Bandung (BPS Jawa Barat 2013). Jumlah populasi ternak berdasarkan data BPS 2011-2013 disajikan pada Tabel 6. Sapi perah merupakan komoditas ternak terbesar di Kabupaten Bandung. Peningkatan populasi sapi perah tiap

6 tahunnya mengindikasikan adanya potensi yang baik untuk dikembangkan. Peningkatan sapi perah ini harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan teknologi agar tercapainya kapasitas produksi optimal. Ternak Tabel 6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 Populasi ternak kabupaten Bandung (ST) 2010 2011 2012 Sapi Perah 21 112.92 25 876.16 22 701.62 Sapi Potong 11 757.22 26 008.02 19 809.69 Domba 20 503.25 21 220.84 21 545.49 Kambing 2 128.18 2 202.63 2 333.41 Sumber : BPS 2011-2013 Pola peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung masih dilakukan dengan cara tradisional. Tabel 7 menunjukkan bahwa peternakan di Kabupaten Bandung didominasi oleh peternak yang berumur antara 25-50 tahun (80% dari total). Peternak di kabupaten Bandung yang memiliki pengalaman beternak di atas lima tahun yaitu 90% dari jumlah peternak. Pengalaman beternak umumnya diperoleh turun-temurun dari orang tuanya. Pengalaman beternak yang lama mengindikasikan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan. Menurut Edwina et al. (2006) semakin lama seseorang memiliki pengalaman beternak akan semakin mudah peternak untuk mengatasi kesulitan. Tabel 7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung Uraian Peternak (%) Umur Peternak Umur >70 3.33 50-70 16.67 25-50 80 Pengalaman Beternak < 2 Tahun 3.33 2-5 Tahun 6.67 > 5 Tahun 90 Cara Pemeliharaan Ternak Intensif 100 Semi-Intensif 0 Ekstensif 0 Tingkat Pendidikan SD 60 SMP 33.33 SMA 6.67 S1 0 Penggunaan limbah pertanian Menggunaan 100 Tidak Menggunaan 0 Cara pemeliharaan 100 % peternak secara intensif atau dikandangkan dengan pemberian pakan cut and carry, sehingga dibutuhkan tenaga lebih besar untuk mengambil rumput setiap hari. Hal ini menyebabkan umur produktif peternak yang lebih muda jauh lebih tinggi dibanding umur tua karena tenaga yang dimiliki lebih besar untuk mengambil rumput.

Tingkat pendidikan peternak yang rendah (setingkat SD) menyebabkan keingintahuan tentang ilmu baru cenderung rendah, sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas. Peternak cenderung tidak belajar untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang relativ tinggi memungkinkan peternak mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan usaha ternak (Edwina et al. 2006). Sehinnga harus ada edukasi kepada peternak untuk meningkatkan pengetahuan peternak agar dapat menghasilkan produk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan 100% peternak di Kabupaten Bandung menggunakan limbah pertanian yang terdiri atas sayuran dan jerami padi. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan Indraningsih et al (2005) bahwa 53.5% peternak yang memanfaatkan limbah sayuran sebagai pakan ternak sapi perah di Pangalengan, Jawa Barat. 7 Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak Tanaman Bagian sebagai Bagian sebagai nonpakan Bagian sebagai pangan pakan (%) pakan (%) Jerami padi Selain bulir dan akar 19.20 80.80 Kubis Daun rusak 31.78 68.22 Buncis Daun dan batang 44.27 55.73 Jagung Daun dan batang 36.07 55.46 Proporsi bagian tanaman pangan secara utuh ditunjukkan pada Tabel 8. Seluruh sampel yang diambil memiliki proporsi >50% dari tanaman utuh sebagai bagian yang dapat dijadikan pakan ternak. Proporsi jerami padi yang tidak dimanfaatkan adalah bulir-bulir padi dan dari akar hingga batang 15 cm di atas akar. Limbah pertanian dari tanaman kubis yang di manfaatkan adalah daun rusak yang di tinggalkan oleh petani di ladang. Limbah pertanian tanaman buncis yang dimanfaatkan adalah daun dan batang yang menjalar, sedangkan limbah pertanian tanaman jagung yang digunakan adalah daun dan batang jagung pada kondisi masih segar. Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) yang bersumber dari limbah pertanian menunjukkan daerah atau kecamatan yang potensial. Wilayah kecamatan dengan angka IKKP 1.0 merupakan wilayah yang memiliki kategori produksi tinggi. Dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung hanya 16 kecamatan yang memiliki nilai IKPP kategori tinggi (lampiran 1). Tabel 9 menunjukkan 16 kecamatan yang terpilih tersebut diantaranya Kecamatan Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, dan Cicalengka. Wilayah dengan kategori produksi tinggi memberikan sumbangan lebih besar daripada daerah yang termasuk di dalam kategori sedang dan rendah. Kecamatan yang memiliki produksi limbah tertinggi adalah Ciparay.

8 Tabel 9 Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) di Kabupaten Bandung Kecamatan Produksi limbah 2012 (ton tahun -1 ) IKPP Kategori produksi Ciparay 189 914.10 2.20 Tinggi Paseh 149 677.01 1.73 Tinggi Pangalengan 148 407.40 1.72 Tinggi Arjasari 134 638.99 1.56 Tinggi Kutawaringin 131 480.68 1.52 Tinggi Rancaekek 125 294.62 1.45 Tinggi Cangkuang 118 433.47 1.37 Tinggi Majalaya 107 660.96 1.25 Tinggi Pacet 100 490.37 1.16 Tinggi Soreang 100 219.10 1.16 Tinggi Pasirjambu 97 934.77 1.13 Tinggi Cimaung 97 837.62 1.13 Tinggi Ciwidey 94 430.68 1.09 Tinggi Solokanjeruk 93 256.66 1.08 Tinggi Banjaran 90 044.76 1.04 Tinggi Cicalengka 89 483.00 1.04 Tinggi IKPP: Indeks konsentrasi produksi pakan Produksi limbah pertanian yang berbeda dipengaruhi oleh luas areal tanam dan keadaan lingkungan sekitar. Tanaman dengan perlakuan yang baik di dalam perawatannya akan memberikan hasil yang maksimal yang akan membuat produksi limbah meningkat karena adanya efisiensi dalam penggunaan lahan pertanian. Febrina dan Liana (2008) menyatakan ketersediaan limbah pertanian sangat dipengaruhi oleh pola pertanian tanaman pangan di suatu wilayah Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung Limbah pertanian memiliki kandungan nutrien yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mencukupi kebutuhan ternak. Kualitas nutrien pakan berdasarkan berdasarkan analisa proksimat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian Bahan Pakan Kandungan nutrien BK 100 % ABU BO PK LK SK BETN TDN Jerami padi 22.45 77.55 6.66 0.71 37.68 32.50 37.65 Jagung 8.62 91.38 10.55 2.86 23.16 54.82 63.64 Buncis 11.83 88.17 17.70 2.26 20.16 48.06 63.86 Kubis 14.07 85.93 16.48 4.47 16.97 48.00 65.32 BO: bahan organik; PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: Serat Kasar; BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient Tabel 10 menunjukkan limbah pertanian dapat digunakan sebagai sumber hijauan untuk ternak ruminansia. Hijauan yang baik digunakan untuk pakan ternak memiliki SK > 18% (Sukria dan Krisna 2009). Hata (2006) menyatakan bahwa

kualitas kandungan nutrient jerami padi BK 91.90%, PK 5.36%, Abu 21.51% dan LK 0.91%. Limbah jagung memiliki kandungan PK yang lebih tinggi dan lebih rendah untuk kandungan TDN dibandingkan dengan Sukria dan Krisna (2009) Kandungan nutrient limbah jagung BK 28%, PK 8.2% dan TDN 48%. Menurut Syananta (2009) limbah kubis memiliki kandungan nutrient BK 22.87 %, PK 5.33%, LK 0.61%, SK 48.19% dan abu 2.80%. Hasil kajian menunjukkan kandungan nutrien jerami padi, jagung, dan kubis pada penelitian ini masih standar nilai pada penelitian-penelitian sebelumnya. 9 Produksi Limbah Pertanian Produksi limbah pertanian berdasarkan bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrien (TDN) pada 16 kecamatan di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 11. Kecamatan Tabel 11 Produksi limbah pertanian Produksi limbah pertanian (ton tahun -1 ) BK PK TDN Ciparay 60 145.29 2 061.52 11 685.11 Paseh 47 339.71 1 632.15 9 257.69 Pangalengan 19 299.92 1 980.54 8 657.03 Arjasari 41 403.02 1 561.80 8 907.42 Kutawaringin 41 891.56 1 405.26 7 920.94 Rancaekek 39 924.98 1 330.49 7 522.01 Cangkuang 37 369.87 1 304.65 7 402.48 Majalaya 34 279.93 1 146.39 6 483.39 Pacet 30 083.28 1 056.60 6 003.49 Soreang 31 592.28 1 105.70 6 278.62 Pasirjambu 29 427.12 1 056.90 5 852.06 Cimaung 30 553.37 1 077.80 6 112.15 Ciwidey 29 611.73 2 088.82 11 580.30 Solokanjeruk 29 704.62 991.67 5 607.44 Banjaran 28 247.12 1 010.64 5 745.59 Cicalengka 27 193.03 1 088.10 6 217.78 Jumlah 558 066.82 21 899.02 121 233.49 BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient Kecamatan yang memiliki produksi BK, PK, dan TDN tertinggi adalah kecamatan Ciparay. Tingginya nilai BK pada suatu daerah tidak mencerminkan tingginya nilai PK dan TDN pada daerah. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan nutrien pada masing-masing komoditi. Seperti yang dinyatakan oleh Syamsu et al. (2003) kualitas nutrient limbah pertanian yang rendah dan bervariasi tergantung dari jenis spesiesnya. Apabila suatu komoditi memiliki kandungan nutrien yang tinggi akan menyebabkan produksi nutren tinggi.

10 Pengembangan Ternak Sapi Perah Peningkatan kapasitas tampung ternak sapi perah di Kabupaten Bandung berdasarkan produksi limbah pertanian disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah Kecamatan Kandungan Total kebutuhan Kelebihan nutrien KPPTR (ton tahun -1 ) (ton tahun-1) Sapi perah (ST) Ciparay BK 1 813.49 58 331.80 6 720.25 PK 195.79 1 865.73 2 391.96 TDN 303.13 11 381.98 2 107.77 Paseh BK 4 356.32 42 983.39 4 952.00 PK 477.13 1 155.03 1 480.80 TDN 1 133.08 8 124.61 1 504.56 Pangalengan BK 35 454.77-16 154.85 0.00 PK 3 209.08-1 228.54 0.00 TDN 21 203.09-12 546.06 0.00 Arjasari BK 4 719.03 36 683.99 4 226.27 PK 454.09 1 107.71 1 420.14 TDN 2 227.71 6 679.71 1 236.98 Kutawaringin BK 2 340.46 39 551.10 4 556.58 PK 250.11 1 155.15 1 480.96 TDN 271.99 7 648.94 1 416.47 Rancaekek BK 1 998.02 37 926.96 4 369.46 PK 215.46 1 115.03 1 429.53 TDN 269.30 7 252.70 1 343.09 Cangkuang BK 1 010.84 36 359.03 4 188.83 PK 100.97 1 203.68 1 543.18 TDN 355.76 7 046.72 1 304.95 Majalaya BK 1 407.64 32 872.30 3 787.13 PK 148.45 997.94 1 279.41 TDN 211.43 6 271.96 1 161.47 Pacet BK 5 497.87 24 585.41 2 832.42 PK 550.98 505.62 648.23 TDN 723.73 5 279.76 977.73 Soreang BK 2 765.39 28 826.89 3 321.07 PK 296.35 809.35 1 037.63 TDN 331.38 5 947.24 1 101.34 Pasirjambu BK 11 911.91 17 515.21 2 017.88 PK 1 101.52-44.63 0.00 TDN 6 691.64-839.58 0.0 Cimaung BK 1 764.12 28 789.24 3 316.73 PK 180.22 897.59 1 150.75 TDN 333.65 5 778.50 1 070.09 Ciwidey BK 4 012.65 25 599.08 2 949.20 PK 387.19 1 701.63 2 181.58 TDN 1 799.14 9 781.16 1 811.33 Solokanjeruk BK 2 308.79 27 395.83 3 156.20 PK 244.18 747.48 958.31 TDN 134.09 5 473.35 1 013.58 Banjaran BK 1 213.06 27 034.06 3 114.52 PK 128.25 882.39 1 131.27 TDN 159.82 5 585.77 1 034.40 Cicalengka BK 2 231.57 24 961.46 2 875.74 PK 226.41 861.69 1 104.73 TDN 610.96 5 606.82 1 038.30 Jumlah BK 84 805.93 473 260.90 56 384.30 PK 8 166.17 13 732.85 19 238.49 TDN 36 759.91 84 473.58 18 122.08 BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient; KPPTR: kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia

Limbah pertanian di Kabupaten Bandung dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif sumber hijauan. Produksi bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrient (TDN) di 16 kecamatan yang memiliki potensi produksi limbah pertanian hanya 14 kecamatan yang dapat dilakukan pengembangan populasi untuk sapi perah di wilayah Kabupaten Bandung dapat ditingkatkan hingga kapasitas tampung ternak. Dua kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Pangalengan dan Pasirjambu tidak dapat ditingkatkan populasinya disebabkan memiliki nilai KPPTR yang negativ. Hal ini mengartikan bahwa adanya populasi yang besar melebihi kapasitas tampung pakan berbasis limbah pertanian di daerah tersebut. Peningkatan populasi ditentukan berdasarkan kecukupan nutrien pakan yang berasal dari limbah pertanian. Menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah mengacu kepada ketersedian produksi TDN. Hal ini dikarenakan ketersedian TDN memiliki nilai KPPTR efektif terkecil dari pada nilai BK dan PK. Perbedaan produksi BK, PK, dan TDN yang ada disebabkan kuantitas dan kualitas nutrien berbeda pada setiap limbah yang digunakan pada ternak dan jumlah produksi tanaman yang berbeda pada setiap kecamatan. Peningkatan populasi ternak sapi perah 18 122.08 ST berpotensi dilakukan berdasarkan ketersediaan TDN di 14 kecamatan di Kabupaten Bandung. Hal ini sebanding dengan 1.13 kali lipat dari populasi awal. Peningkatan populasi ini sesuai dengan kapasitas tampung maksimal pakan berbasis limbah pertanian dengan proporsi 70% dalam kebutuhan pakan ternak yang ada di Kabupaten Bandung, sehingga harus disediakan 30% pakan tambahan (konsentrat) untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan pakan tambahan ini dapat digunakan konsentrat untuk mencukupi kebutuhan nutrien setiap hari. Hal ini di karenakan nutrien pada limbah pertanian yang rendah, sehingga belum dapat mencukupi untuk kebutuhan nutrien sapi perah. Penambahan konsetrat dapat menutupi kekurangan nutrien untuk kebutuhan hidup pokok, reproduksi, dan produksi sapi perah. Peningkatan populasi juga harus diikuti oleh penambahan lahan untuk kandang, akses transportasi menuju wilayah, dan sarana penunjang lainnya untuk kelancaran budidaya. 11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 16 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Bandung memiliki nilai indeks konsentrasi produksi pakan berbasis limbah pertanian katagori tinggi. Produksi limbah pertanian berupa limbah sayuran dan jerami padi berdasarkan bahan kering sebesar 558 066.82 ton tahun -1 dengan kandungan protein kasar sebesar 21 899.02 ton tahun -1 dan total digestible nutrient 121 233.49 ton tahun -1. Peningkatan populasi ternak sapi perah sebesar 18 122.08 ST sebanding dengan 1.13 kali lipat populasi awal berpotensi dilakukan di 14 dari 16 kecamatan di Kabupaten Bandung dengan penggunaan pakan berbasis limbah pertanian. Peningkatan populasi ternak sapi perah ini harus diimbangi dengan ketersediaan konsentrat, edukasi terhadap peternak, luas area, dan transportasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Penentuan peningkatan populasi ternak tersebut

12 berdasarkan ketersediaan produksi sumber pakan berdasarkan total digestible nutrient. Saran Penggunaan limbah pertanian harus diimbangi dengan adanya teknologi pakan untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan. Sehingga kontuinitas limbah dapat terjaga. Pemberian pakan berbasis limbah masih harus diimbangi dengan penggunaan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan pada saat produksi. DAFTAR PUSTAKA Agus A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Yogyakarta (ID): PT Citra Adi Parama. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists. [BPPD] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung. 2012. Rancangan Kerja Pembangunan Daerah 2012. Bandung (ID). BPPD Kab. Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2013. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2011. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2011. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2012. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2012. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2013. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID); Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Edwina S, Cepriadi, Zainina. 2006. Analisis pendapatan peternak ayam broiler pola kemitraan di Kota Pekanbaru. J Peternakan. 3(1):1-9. Febrina D, Liana M. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. J peternakan 5 (1):28-7. Hardianto R, Wahyono DE, Anam C, Suryanto, Kartono G dan Soemarsono SR. 2002. Kajian teknologi pakan lengkap (Complete feed) sebagai peluang agribisnis bernilai komersial di pedesaan [makalah seminar]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian. Hata E. 2006. Produktifitas dan karakteristik karkas kerbau yang diberi pakan jerami padi dengan atau tanpa fermentasi selama penggemukan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indraningsih, Sani Y, Widiastuti R. 2005. Evaluation of farmers appreciation in reducing pesticide by organic farming practice. J Agric Sci. 6(2):59-68

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr. [NRC] National Research Council. 2000. National Research Council Requirement of Beef Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. [NRC] National Research Council. 2001. National Research Council Requirement Dairy Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. [NRC] National Research Council. 2007. Nutrien Requirement Small Ruminants. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrien composition of feeds on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88; E151-E169. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Rohani, Hoddi H, Rombe MB, Ridwan M. 2011 Bahan Ajar Pengelolaan Usaha Peternakan. Makasar (ID): Univ Hasanudin Pr. Sukria HA, Krisna R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Sukartini NM, Solihin A. 2013. Respon petani terhadap perkembangan teknologi dan perubahan iklim: studi kasus subak di Desa Gadungan, Tabanan, Bali. JEKT. 6(2):128-139. Syamsu JA, Sofyan LA, Mudikdjo K, Gumbira SE. 2003. daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Jurnal Wartazoa. 13(1):30-37. Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syananta FP. 2009. Uji fisik wafer limbah sayuran pasar dan palatabilitasnya pada ternak domba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yani A, Purwanto BP. 2006. pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan fries holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Petern. 29(1):35-46. 13

14 LAMPIRAN Lampiran 1 Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung 2012 Kecamatan Produksi Limbah Pertanian (ton tahun -1 ) IKPP Jerami Padi Jagung Buncis Kubis Ciwidey 87 827.92 3 567.15 1 386.42 1 649.19 1.09 Rancabali 30 691.38 5 157.00 599.84 3 677.43 0.66 Pasirjambu 90 184.58 1 153.17 693.39 857.86 1.13 Cimaung 93 349.25 3 517.95 15.12 106.68 1.13 Pangalengan 26 470.42 7 138.92 444.05 26 674.52 1.72 Kertasari 10 053.71 2 747.63 44.45 5 961.01 0.63 Pacet 92 011.00 3 501.04 0.00 0.00 1.16 Ibun 66 066.63 3 393.41 0.00 602.15 0.81 Paseh 146 117.54 3 559.46 0.00 0.00 1.73 Cikancung 65 246.00 15 760.05 33.21 63.91 0.94 Cicalengka 77 643.75 10 833.69 4.62 281.04 1.04 Nagrek 54 544.21 17 294.54 0.00 0.00 0.83 Rancaekek 125 231.58 63.04 0.00 0.00 1.45 Majalaya 107 350.38 310.59 0.00 0.00 1.25 Solokanjeruk 93 096.75 159.91 0.00 0.00 1.08 Ciparay 186 180.88 3 716.30 16.93 0.00 2.20 Baleendah 78 026.71 5 884.26 0.00 0.00 0.97 Arjasari 122 121.63 11 175.03 130.92 94.99 1.56 Banjaran 85 635.38 4 335.94 73.45 0.00 1.04 Cangkuang 114 685.50 3 696.31 0.00 51.66 1.37 Pameungpeuk 63 524.79 276.76 0.00 0.00 0.74 Ketapang 46 973.42 319.81 0.00 0.00 0.55 Soreang 96 808.50 3 390.33 20.26 0.00 1.16 Kutawaringin 131 207.42 0.00 128.29 144.97 1.52 Margaasih 43 905.54 2 121.84 0.00 0.00 0.53 Margahayu 3 476.08 287.52 0.00 0.00 0.04 Dayeuhkolot 8 092.63 0.00 0.00 0.00 0.09 Bojongsoang 70 350.71 1 020.94 0.00 0.00 0.83 Cileunyi 60 086.58 6 617.68 30.43 158.06 0.78 Cilengkrang 21 390.96 1 712.85 0.00 648.83 0.28 Cimenyan 24 770.25 13 942.65 53.09 17 540.68 0.67 Jumlah 2 323 122.04 136 655.78 3 674.47 58 512.98 31.00

15 Lampiran 2 Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Produksi BK Limbah Pertanian (ton tahun -1 ) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis Total Ciwidey 27 990.76 773.72 276.80 570.45 29 611.73 Rancabali 9 781.34 1 118.55 119.76 1 272.02 12 291.68 Pasirjambu 28 741.83 250.12 138.44 296.73 29 427.12 Cimaung 29 750.41 763.04 3.02 36.90 30 553.37 Pangalengan 8 436.12 1 548.43 88.66 9 226.72 19 299.92 Kertasari 3 204.12 595.96 8.87 2 061.91 5 870.86 Pacet 29 323.91 759.38 0.00 0.00 30 083.28 Ibun 21 055.43 736.03 0.00 208.28 21 999.75 Paseh 46 567.66 772.05 0.00 0.00 47 339.71 Cikancung 20 793.90 3 418.35 6.63 22.11 24 240.99 Cicalengka 24 745.06 2 349.83 0.92 97.21 27 193.03 Nagrek 17 383.24 3 751.19 0.00 0.00 21 134.43 Rancaekek 39 911.31 13.67 0.00 0.00 39 924.98 Majalaya 34 212.56 67.37 0.00 0.00 34 279.93 Solokanjeruk 29 669.93 34.68 0.00 0.00 29 704.62 Ciparay 59 335.84 806.06 3.38 0.00 60 145.29 Baleendah 24 867.11 1 276.30 0.00 0.00 26 143.41 Arjasari 38 920.16 2 423.86 26.14 32.86 41 403.02 Banjaran 27 291.99 940.46 14.66 0.00 28 247.12 Cangkuang 36 550.27 801.73 0.00 17.87 37 369.87 Pameungpeuk 20 245.35 60.03 0.00 0.00 20 305.38 Ketapang 14 970.43 69.37 0.00 0.00 15 039.80 Soreang 30 852.87 735.36 4.05 0.00 31 592.28 Kutawaringin 41 815.80 0.00 25.61 50.15 41 891.56 Margaasih 13 992.70 460.23 0.00 0.00 14 452.92 Margahayu 1 107.83 62.36 0.00 0.00 1 170.19 Dayeuhkolot 2 579.12 0.00 0.00 0.00 2 579.12 Bojongsoang 22 420.77 221.44 0.00 0.00 22 642.21 Cileunyi 19 149.59 1 435.38 6.08 54.67 20 645.72 Cilengkrang 6 817.30 371.52 0.00 224.43 7 413.25 Cimenyan 7 894.28 3 024.16 10.60 6 067.32 16 996.36

16 Lampiran 3 Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Produksi PK Limbah Pertanian (ton tahun -1 ) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis Total Ciwidey 1 864.18 81.63 48.99 94.01 2 088.82 Rancabali 325.72 118.01 21.20 209.63 674.55 Pasirjambu 957.10 26.39 24.50 48.90 1 056.90 Cimaung 990.69 80.50 0.53 6.08 1 077.80 Pangalengan 280.92 163.36 15.69 1 520.56 1 980.54 Kertasari 106.70 62.87 1.57 339.80 510.94 Pacet 976.49 80.11 0.00 0.00 1 056.60 Ibun 701.15 77.65 0.00 34.33 813.12 Paseh 1 550.70 81.45 0.00 0.00 1 632.15 Cikancung 692.44 360.64 1.17 3.64 1 057.89 Cicalengka 824.01 247.91 0.16 16.02 1 088.10 Nagrek 578.86 395.75 0.00 0.00 974.61 Rancaekek 1 329.05 1.44 0.00 0.00 1 330.49 Majalaya 1 139.28 7.11 0.00 0.00 1 146.39 Solokanjeruk 988.01 3.66 0.00 0.00 991.67 Ciparay 1 975.88 85.04 0.60 0.00 2 061.52 Baleendah 828.07 134.65 0.00 0.00 962.72 Arjasari 1 296.04 255.72 4.63 5.41 1 561.80 Banjaran 908.82 99.22 2.60 0.00 1 010.64 Cangkuang 1 217.12 84.58 0.00 2.94 1 304.65 Pameungpeuk 674.17 6.33 0.00 0.00 680.50 Ketapang 498.52 7.32 0.00 0.00 505.83 Soreang 1 027.40 77.58 0.72 0.00 1 105.70 Kutawaringin 1 392.47 0.00 4.53 8.26 1 405.26 Margaasih 465.96 48.55 0.00 0.00 514.51 Margahayu 36.89 6.58 0.00 0.00 43.47 Dayeuhkolot 85.88 0.00 0.00 0.00 85.88 Bojongsoang 746.61 23.36 0.00 0.00 769.97 Cileunyi 637.68 151.43 1.08 9.01 799.20 Cilengkrang 227.02 39.20 0.00 36.99 303.20 Cimenyan 262.88 319.05 1.88 999.89 1 583.70

Lampiran 4 Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Produksi TDN Limbah Pertanian (ton tahun -1 ) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis Total Ciwidey 10 538.52 492.39 176.77 372.62 11 580.30 Rancabali 1 841.34 711.85 76.48 830.89 3 460.55 Pasirjambu 5 410.65 159.18 88.41 193.83 5 852.06 Cimaung 5 600.51 485.60 1.93 24.10 6 112.15 Pangalengan 1 588.10 985.42 56.62 6 026.89 8 657.03 Kertasari 603.17 379.27 5.67 1 346.84 2 334.95 Pacet 5 520.23 483.27 0.00 0.00 6 003.49 Ibun 3 963.69 468.41 0.00 136.05 4 568.15 Paseh 8 766.36 491.33 0.00 0.00 9 257.69 Cikancung 3 914.45 2 175.44 4.23 14.44 108.57 Cicalengka 4 658.26 1 495.43 0.59 63.50 6 217.78 Nagrek 3 272.39 2 387.25 0.00 0.00 5 659.65 Rancaekek 7 513.30 8.70 0.00 0.00 7 522.01 Majalaya 6 440.52 42.87 0.00 0.00 6 483.39 Solokanjeruk 5 585.37 22.07 0.00 0.00 5 607.44 Ciparay 11 169.97 512.98 2.16 0.00 11 685.11 Baleendah 4 681.23 812.24 0.00 0.00 5 493.47 Arjasari 7 326.72 1 542.55 16.69 21.46 8 907.42 Banjaran 5 137.72 598.51 9.36 0.00 5 745.59 Cangkuang 6 880.59 510.22 0.00 11.67 7 402.48 Pameungpeuk 3 811.19 38.20 0.00 0.00 3 849.39 Ketapang 2 818.18 44.15 0.00 0.00 2 862.33 Soreang 5 808.05 467.99 2.58 0.00 6 278.62 Kutawaringin 7 871.83 0.00 16.36 32.76 7 920.94 Margaasih 2 634.13 292.89 0.00 0.00 2 927.01 Margahayu 208.55 39.69 0.00 0.00 248.24 Dayeuhkolot 485.52 0.00 0.00 0.00 485.52 Bojongsoang 4 220.71 140.93 0.00 0.00 4 361.64 Cileunyi 3 604.91 913.47 3.88 35.71 4 557.98 Cilengkrang 1 283.36 236.43 0.00 146.60 1 666.39 Cimenyan 1 486.10 1 924.58 6.77 3 963.17 7 380.62 17

18 Lampiran 5 Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba Kabupaten Bandung tahun 2012 Kecamatan Populasi Ternak (ST) Sapi Perah Sapi Potong Kambing Domba Ciwidey 810.34 42.65 82.02 554.71 Rancabali 503.26 125.11 27.84 548.56 Pasirjambu 3 254.16 24.17 119.29 593.52 Cimaung 8.53 302.10 84.26 570.12 Pangalengan 10 660.95 216.09 44.09 626.74 Kertasari 3 247.05 53.31 29.52 521.40 Pacet 35.54 1 088.27 86.04 1 895.18 Ibun 2.13 290.02 92.01 1 706.70 Paseh 13.51 110.18 472.68 1 408.47 Cikancung 41.94 12 710.26 67.91 317.50 Cicalengka 192.63 138.61 76.97 598.29 Nagrek 2.84 120.84 47.83 628.12 Rancaekek 0.00 76.06 105.75 767.69 Majalaya 2.13 130.79 67.73 510.66 Solokanjeruk 2.84 147.14 29.52 959.93 Ciparay 6.40 66.82 116.96 665.01 Baleendah 41.94 243.10 7.85 1 590.99 Arjasari 984.49 49.76 118.73 581.69 Banjaran 2.84 98.09 50.26 454.23 Cangkuang 108.05 81.03 48.39 217.39 Pameungpeuk 0.00 147.85 60.07 322.00 Ketapang 2.13 208.98 34.47 540.85 Soreang 0.71 135.77 121.53 1 075.55 Kutawaringin 8.53 114.44 92.20 910.84 Margaasih 0.00 253.05 14.76 739.52 Margahayu 0.00 98.80 20.18 239.50 Dayeuhkolot 2.13 105.20 18.50 57.90 Bojongsoang 2.13 46.91 17.84 294.01 Cileunyi 408.72 34.83 53.34 363.29 Cilengkrang 1 702.43 863.65 51.75 546.91 Cimenyan 653.25 1 826.82 73.14 738.23

Lampiran 6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012 Kecamatan Produksi BK (ton tahun -1 ) Total kebutuhan (ton tahun -1 ) Sisa BK (ton tahun -1 ) KPPTR (ST) Ciwidey 29 611.73 4 012.65 25 599.08 2 949.20 Rancabali 12 291.68 2 975.27 9 316.41 1 073.32 Pasirjambu 29 427.12 11 911.91 17 515.21 2 017.88 Cimaung 30 553.37 1 764.12 28 789.24 3 316.73 Pangalengan 19 299.92 35454.77-16 154.85 0.00 Kertasari 5 870.86 11 543.25-5 672.39 0.00 Pacet 30 083.28 5 497.87 24 585.41 2 832.42 Ibun 21 999.75 4 219.26 17 780.49 2 048.44 Paseh 47 339.71 4 356.32 42 983.39 4 952.00 Cikancung 24 240.99 13 374.03 10 866.97 1 251.95 Cicalengka 27 193.03 2 231.57 24 961.46 2 875.74 Nagrek 21 134.43 1 606.98 19 527.45 2 249.71 Rancaekek 39 924.98 1 998.02 37 926.96 4 369.46 Majalaya 34 279.93 1 407.64 32872.30 3 787.13 Solokanjeruk 29 704.62 2 308.79 27 395.83 3 156.20 Ciparay 60 145.29 1 813.49 58 331.80 6 720.25 Baleendah 26 143.41 3 844.06 22 299.35 2 569.05 Arjasari 41 403.02 4 719.03 36 683.99 4 226.27 Banjaran 28 247.12 1 213.06 27 034.06 3 114.52 Cangkuang 37 369.87 1 010.84 36 359.03 4 188.83 Pameungpeuk 20 305.38 989.18 19 316.20 2 225.37 Ketapang 15 039.80 1 468.68 13 571.11 1 563.49 Soreang 31 592.28 2 765.39 28 826.89 3 321.07 Kutawaringin 41 891.56 2 340.46 39 551.10 4 556.58 Margaasih 14 452.92 1 888.49 12 564.44 1 447.52 Margahayu 1 170.19 665.40 504.79 58.16 Dayeuhkolot 2 579.12 279.93 2 299.19 264.88 Bojongsoang 22 642.21 734.30 21 907.92 2 523.95 Cileunyi 20 645.72 2 247.31 18 398.41 2 119.63 Cilengkrang 7 413.25 7 548.66-135.41 0.00 Cimenyan 16 996.36 5 630.75 11 365.61 1 309.40 19

20 Lampiran 7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012 Kecamatan Produksi PK (ton tahun -1 ) Total kebutuhan (ton tahun -1 ) Sisa PK (ton tahun -1 ) Kpptr (ST) Ciwidey 2088.82 387.19 1701.63 2181.58 Rancabali 674.55 288.20 386.36 495.33 Pasirjambu 1056.90 1101.52-44.63 0.00 Cimaung 1077.80 180.22 897.59 1150.75 Pangalengan 1980.54 3209.08-1228.54 0.00 Kertasari 510.94 1058.75-547.80 0.00 Pacet 1056.60 550.98 505.62 648.23 Ibun 813.12 446.51 366.61 470.01 Paseh 1632.15 477.13 1155.03 1480.80 Cikancung 1057.89 940.98 116.91 149.89 Cicalengka 1088.10 226.41 861.69 1104.73 Nagrek 974.61 169.85 804.76 1031.75 Rancaekek 1330.49 215.46 1115.03 1429.53 Majalaya 1146.39 148.45 997.94 1279.41 Solokanjeruk 991.67 244.18 747.48 958.31 Ciparay 2061.52 195.79 1865.73 2391.96 Baleendah 962.72 403.48 559.25 716.99 Arjasari 1561.80 454.09 1107.71 1420.14 Banjaran 1010.64 128.25 882.39 1131.27 Cangkuang 1304.65 100.97 1203.68 1543.18 Pameungpeuk 680.50 102.49 578.01 741.04 Ketapang 505.83 151.13 354.70 454.75 Soreang 1105.70 296.35 809.35 1037.63 Kutawaringin 1405.26 250.11 1155.15 1480.96 Margaasih 514.51 194.38 320.13 410.42 Margahayu 43.47 68.48-25.01 0.00 Dayeuhkolot 85.88 26.41 59.47 76.25 Bojongsoang 769.97 77.79 692.18 887.41 Cileunyi 799.20 219.19 580.01 743.60 Cilengkrang 303.20 684.59-381.40 0.00 Cimenyan 1583.70 500.20 1083.50 1389.10

Lampiran 8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012 kecamatan Produksi TDN (ton tahun -1 ) Total kebutuhan (ton tahun -1 ) Sisa TDN (ton tahun -1 ) KPPTR (ST) Ciwidey 11580.30 1799.14 9781.16 1811.33 Rancabali 3460.55 1107.32 2353.23 435.78 Pasirjambu 5852.06 6691.64-839.58 0.00 Cimaung 6112.15 333.65 5778.50 1070.09 Pangalengan 8657.03 21203.09-12546.06 0.00 Kertasari 2334.95 6488.69-4153.74 0.00 Pacet 6003.49 723.73 5279.76 977.73 Ibun 4568.15 333.30 4234.84 784.23 Paseh 9257.69 1133.08 8124.61 1504.56 Cikancung 6108.57 5616.46 492.11 91.13 Cicalengka 6217.78 610.96 5606.82 1038.30 Nagrek 5659.65 164.01 5495.64 1017.71 Rancaekek 7522.01 269.30 7252.70 1343.09 Majalaya 6483.39 211.43 6271.96 1161.47 Solokanjeruk 5607.44 134.09 5473.35 1013.58 Ciparay 11685.11 303.13 11381.98 2107.77 Baleendah 5493.47 203.18 5290.28 979.68 Arjasari 8907.42 2227.71 6679.71 1236.98 Banjaran 5745.59 159.82 5585.77 1034.40 Cangkuang 7402.48 355.76 7046.72 1304.95 Pameungpeuk 3849.39 197.28 3652.11 676.32 Ketapang 2862.33 169.97 2692.36 498.58 Soreang 6278.62 331.38 5947.24 1101.34 Kutawaringin 7920.94 271.99 7648.94 1416.47 Margaasih 2927.01 140.24 2786.78 516.07 Margahayu 248.24 87.08 161.16 29.84 Dayeuhkolot 485.52 90.22 395.30 73.20 Bojongsoang 4361.64 64.07 4297.56 795.85 Cileunyi 4557.98 939.94 3618.04 670.01 Cilengkrang 1666.39 3837.19-2170.80 0.00 Cimenyan 7380.62 2225.03 5155.59 954.74 21

22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1991 di Bojonegoro, Jawa Timur. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs Sony Witarto Mpd dan Ibu Dra Masruroh. Penulis menempuh pendidikan di SD Babadan 1, SMP Negeri 1 Wlingi, SMA Negeri 1 Talun dan penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada periode 2011-2012. Penulis juga aktif di Klub Sekolah Peternakan Rakyat (K-SPR) pada periode 2013-2014. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan yaitu Feed Formulation Training 2013. Penghargaan yang pernah diterima penulis yaitu penerima hibah DIKTI tahun 2011 bidang PKM-P dengan judul Pengaruh Penambahan Bawang Putih (Allium Sativum) Dan Limbah Udang Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Pada Telur Itik Lokal. Penulis juga pernah terlibat dalam pengabdian masyarakat dalam rangka IPB Goes to Field (IGTF) di Jombang pada tahun 2013 dan Bojonegoro dalam kegiatan Klub Sekolah Peternakan Rakyat (K-SPR) pada tahun 2014.