III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari2015 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

Inseminasi Buatan (IB)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dikandangkan secara individu di Kandang Kambing Perah Fakultas Peternakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB II JUDUL PRAKTIKUM : INSEMINASI BUATAN [IB]

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

3. METODE PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Spermatogenesis dan sperma ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Gambar 7 Metode penampungan semen babi : a) Metode manual (glovehand method); b) Alat penampungan semen.

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN DENGAN DOSIS KRIOPROTEKTAN GLISEROL YANG BERBEDA DALAM BAHAN PENGENCER TRIS SITRAT KUNING TELUR

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

156 ZIRAA AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman ISSN

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP MOTILITAS, PERSENTASE HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA SAPI ONGOLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

BALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

5 detik dan berada dalam gemngan nitrogen cair (Senger 1980). Waktu. pengambilan sampel semen beku dalam proses pernindahan dari kontainer depo

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENAMPUNGAN SEMEN DAN SNI SEMEN BEKU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DENGAN PERSENTASE YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI. Oleh DIAN DWI ASTUTI

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

III. MATERI DAN METODE

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Transkripsi:

22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian berlangsung pada Juli 2014. Penelitian ini menggunakan semen dari seekor Sapi Brahman milik Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah vagina buatan, tabung penampung berskala, labu didih dan penangas, timbangan elektrik, termometer, spatula, corong, gelas ukur dan tutupnya, kertas label, kertas whatman, waterbath, object dan cover glass, spektrofotometer, micropipet, beaker glass, mesin filling and sealing, ph meter, boks untuk prefreezing dan freezing, mikroskop, air hangat untuk proses thawing, tisu, counter number, stopwatch, hairdryer dan kontainer, serta alat tulis. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah semen segar Sapi Brahman, zat pewarna (eosin), NaCl fisiologik, NaCl 3%, bahan pengencer yang terdiri dari tris,

kuning telur, fruktosa, asam sitrat, antibiotik (penisilin dan streptomisin), gliserol, aquabidestilata dan nitrogen cair. 23 C. Metode Penelitian Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima kali perlakuaan dengan tiga kali pengulangan. Perlakuaan yang dicobakan adalah konsentrasi gliserol sebagai berikut : G1 : penambahan gliserol 5% dalam bahan pengencer G2 : penambahan gliserol 6 % dalam bahan pengencer G3 : penambahan gliserol 7% dalam bahan pengencer G4 : penambahan gliserol 8% dalam bahan pengencer G5 : penambahan gliserol 9% dalam bahan pengencer. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan 1% dan dilanjutkan dengan uji Polinomial Ortogonal (Steel dan Torrie 1993). D. Prosedur penelitian Penelitian ini menguji penggunaan dosis gliserol yang berbeda pada pengencer tris kuning telur terhadap kualitas spermatozoa. Kegiatan penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap kegiatan yaitu proses koleksi atau penampungan semen, evaluasi semen segar, proses pengenceran dengan dosis gliserol yang berbeda, ekuilibrasi (diikuti evaluasi semen), filling dan sealing, prefreezing (diikuti evaluasi semen), freezing (evaluasi semen post thawing), dan penyimpanan semen beku. Prosedur penelitian ini dijelaskan pada gambar di bawah ini :

24 Koleksi dan penampungan Semen Evaluasi semen segar Pengenceran semen (dosis gliserol 5%, 6%, 7%, dan 8%) Ekuilibrasi Evaluasi setelah ekuilibrasi Filling and sealing Prefreezing Evaluasi setelah prefreezing Freezing Evaluasi post thawing Penyimpanan Gambar 4. Prosedur kerja 1. Koleksi dan penampungan semen Proses koleksi semen diawali dengan persiapan alat koleksi semen berupa vagina buatan serta persiapan pejantan pemancing. Proses koleksi pejantan dilakukan secara kompleks dengan upaya yang terkoordinasi oleh kolektor. Pejantan pemancing yang digunakan harus diikat di dalam kandang jepit agar ketika digunakan sebagai pemancing tidak akan lari dan mengurangi stress saat proses penampungan. Usaha untuk meningkatkan libido pejantan dengan melakukan pengekangan (false mount) sebanyak 2--3 kali sebelum semen ditampung. Selain itu Salisbury dan VanDenmark (1985) menyatakan bahwa rangsangan seksual akan menambah spermatozoa yang akan ditampung. Pejantan donor akan menaiki pejantan pemancing dan akan berejakulasi ketika penis mulai dimasukkan

25 ke dalam vagina buatan. Segera setelah ditampung semen yang telah dikoleksi segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dan diproses lebih lanjut. 2. Evaluasi semen segar Layak atau tidaknya semen agar dapat diolah menjadi semen beku harus melalui tahapan kualitas yang telah ditentukan sesuai dengan standar kualitas kontrol yang ada. Kualitas semen ditentukan melalui tahap pengamatan berupa pengamatan mikroskopis dan makroskopis. Uji secara makroskopis yaitu volume, warna, konsistensi semen segar dan ph semen. Uji mikroskopis berupa motilitas massa, motilitas individu dan konsentrasi sperma 3. Pengenceran semen Hafez (1993) menyatakan bahwa proses pengenceran dilakukan dalam tabung reaksi secara steril. Volume bahan pengencer dihitung dengan rumus sebagai berikut Jumlah pengencer (ml) = Volume semen x % Motilitas x Konsentrasi 100 juta/0,25(dosis straw ib) - Volume Semen diencerkan dengan menggunakan bahan pengencer tris sitrat kuning telur. Bahan pengencer tris sitrat kuning telur terdiri dari kuning telur, asam sitrat, fruktosa, antibiotik (penisilin dan streptomisin), aquabides serta gliserol yang berbeda. Komposisi bahan pengencer tris sitrat kuning telur yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Komposisi bahan pengencer berikut ini :

26 Tabel 2. Komposisi bahan pengencer Bahan Perlakuan G1 G2 G3 G4 G5 Tris Aminomethan (g) 1,56 1,56 1,56 1,56 1,56 Citric Acid (g) 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 Fruktosa (g) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Gilserol (ml) 5 6 7 8 9 Penisillin (100.000 IU/100 ml ) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Streptomisin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Kuning telur (ml) 20 20 20 20 20 Aquabides (ml) 80 80 80 80 80 (BIB Poncowati, 2012) Keterangan : G1= Gliserol 5%, G2= Gliserol 6%, G3= Gliserol 7 %, G4= Gliserol 8% G5= Gliserol 9% Proses pembuatan bahan pengencer tris sitrat kuning telur terdiri dari dua tahap yakni pembuatan larutan stock solution dan pengenceran. Pembuatan larutan stock solution dilakukan dengan cara menambahkan tris aminomethan, citric acid, fruktosa, aquabides dengan dosis yang telah ditentukan. Proses pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan larutan ±74% stock solution, ±20% kuning telur, gliserol (dengan dosis yang telah ditentukan),streptomisin dan penisilin. Setelah larutan tercampur, dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk menghomogenkan bahan pengencer (BIB Poncowati, 2012). 4. Ekuilibrasi Proses ekuilibrasi dilakukan setelah semen dicampur dengan bahan pengencer. Ekuilibrasi dilakukan selama 4 jam di dalam cooltop. Waktu ekuilibrasi adalah waktu yang diperlukan spermatozoa sebelum pembekuan untuk menyesuaikan diri dengan pengencer supaya sewaktu pembekuan kematian sperma yang berlebihlebihan dapat dicegah. Semen harus berada di dalam pengencer dengan atau tanpa gliserol selama kurang lebih 4 jam pada suhu 5 o C (Toelihere, 1981).

27 5. Evaluasi post ekuilibrasi Evaluasi dilakukan setelah semen melewati proses ekuilibrasi selama 4 jam. Evaluasi semen meliputi pengamatan motilitas massa dan motilitas individu dari sampel tersebut. 6. Filling and sealing Proses tersebut merupakan proses pengisian dan pengemasan semen yang telah diencerkan karena telah memenuhi syarat setelah proses ekuilibrasi. Semen dikemas di dalam mesin cool top dengan suhu 5--6 o C secara otomatis dan diisi ke dalam straw yang berisi 0,25 ml semen dengan konsentrasi sperma 25x10 6 sel/dosis (BIB Poncowati, 2012). 7. Proses prefreezing Proses prefreezing semen dilakukan dengan cara meletakan straw menggunakan boks diatas uap nitrogen selama 9 menit pada kisaran suhu mencapai -140 o C. Boks yang digunakan untuk proses prefreezing diisi dengan nitrogen cair dengan batas ketinggian 10 cm. Sedangkan, jarak permukaan nitrogen cair dalam boks dengan straw ±6 cm. Proses prefreezing dilakukan dalam kondisi tertutup dengan tujuan untuk mengurangi proses penguapan nitrogen cair di dalam boks (BIB Poncowati, 2012). 8. Evaluasi prefreezing Evaluasi prefreezing merupakan pengujian kualitas semen untuk mengetahui motilitas massa dan motilitas individu serta daya tahan hidup sperma setelah proses prefreezing.

28 9. Proses freezing Proses freezing atau pembekuan dilakukan setelah proses prefreezing. Menurut Toilehere (1981), pembekuan adalah suatu proses sperma setelah mengalami proses ekuilibrasi dan dimasukkan ke dalam kontainer berisi nitrogen cair bersuhu -196 o C. Straw yang telah berisi semen beku dimasukan di dalam goblet dan dalam kanister. Setelah straw siap barulah dimasukan ke dalam kontainer dengan kondisi nitrogen cair telah diisi penuh. Semen beku tersebut siap disimpan dalam kontainer dan dapat digunakan sesuai kebutuhan. 10. Evaluasi post thawing Evaluasi semen beku setelah pencairan kembali (post thawing) merupakan pengujian kualitas terakhir dalam pengolahan semen beku. Menurut SNI 4869. 1-2008, semen beku sesudah dicairkan kembali (post thawing) pada suhu antara 37 C dan 38 C selama 15 detik sampai dengan 30 detik harus menunjukkan motilitas spermatozoa minimal 40 %, dan derajat gerakan individu spermatozoa minimal 2 (dua). E. Peubah Yang Diamati 1. Motilitas spermatozoa Motilitas spermatozoa dapat dilihat melalui pengamatan secara mikroskopis. Semen yang diperoleh diletakan dalam preparat yang dibuat diatas gelas obyek kemudian diamatai di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Preparat semen tersebut dinilai untuk mengetahui gerakan individu spermatozoa di dalam semen.

29 Standar penilaian gerakan individu yang terlihat pada mikroskop adalah 0 % : spermatozoa tidak bergerak; 0--30 % : gerakan berputar ditempat; pergerakan progresif; 30--50 % : gerakan berayun atau melingkar; pergerakan progresif; 50--80 % : ada gerakan massa; pergerakan progresif; 80--90 % : ada gelombang; pergerakan progresif; 90--100 % : gelombang sangat cepat; pergerakan sangat progresif, (Toelihere, 1981). 2. Persentase spermatozoa hidup Proses perhitungan sel yang hidup dilakukan dengan cara membuat preparat ulas menggunakan pengecatan eosin sebesar 2%. Pada gelas obyek larutan eosin diteteskan kemudian dicampur dengan satu tetes semen hingga homogen. Setelah itu dibuat menjadi preparat ulas tipis dengan cara menempelkan ujung kaca penutup pada kedua cairan sehingga cairan tersebut tercampur homogen. Setelah itu dorong gelas penutup ke ujung gelas obyek sehingga terbentuk lapisan tipis dan keringkan menggunakan pengering. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 x 40 (40 kali). Spermatozoa yang mati dan hidup memiliki perbedaan diantaranya spermatozoa hidup akan terlihat tidak berwarna dan untuk spermatozoa mati akan berwarna merah muda atau merah karena dindingnya menyerap warna akibat permeabilitas dindingnya meningkat. Proses pengamatan dapat dilakukan dengan membedakan sel yang hidup dan mati dengan jumlah

minimal sel yang diamati sebanyak 200 sel. Perhitungan spermatozoa hidup dapat dilakukan dengan cara : 30 Spermatozoa hidup (%) = (Kristanto, 2004). Jumlah spermatozoa hidup Jumlah total spermatozoa x 100%