PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN DENGAN PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN PESAWAT

PENGGUNAAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL THE POWER OF TWO

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRIT BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

PENGGUNAAN MEDIA KIT BERBASIS SEQIP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYATAKAN LAMBANG BILANGAN ROMAWI

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE MIND MAPPING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

386 Penggunaan Pendekatan Scientific

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER ENERGI MELALUI METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS)

3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENGGUNAAN MEDIA NERACA BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP UANG PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PENERAPAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

SKRIPSI. Oleh : I S M I A T I K X

PENERAPAN TEKNIK LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN BERPASANGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYPNOTEACHING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBASIS MIND MAPPING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI PANAS MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT-BASED LEARNING (PjBL)

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

Kata kunci: Science, Environment, Technology, and Society (SETS), pemahaman konsep, pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING (PjBL)

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENERAPKAN PENGGUNAAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI QAR (QUESTION ANSWER RELATIONSHIPS)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SEKILAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM READING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS MATERI PENJAJAHAN BELANDA.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA REALIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V SDN 2 BANJURPASAR TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI MELALUI METODE MIND MAPPING

Siti Nurhayati, Tri Saptuti 2, Moh. Salimi 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret. Jl. Kepodang 67 A Panjer Kebumen

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN CAMPURAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH Yuni Wiji Praptiwi 1), Yulianti 2), Karsono 3), Kartono 4) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: yuniwijipratiwi@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sederhana melalui penerapan scientific approach. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 38 siswa. Siswa kelas V terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan kajian dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interaktif (Miles & Huberman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengklasifikasikan pesawat sederhana meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata setiap siklus. Nilai rata-rata pratindakan yaitu 54,21, pada siklus I meningkat menjadi 75,70, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 83,38. Persentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan dari pratindakan sebesar 21,05% pada siklus I meningkat menjadi 68,42% dan pada pada siklus II menjadi 89,47%. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan scientific approach dapat meningkatkan sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Abstract: The Purpose of this research is to improve clasification ability of simple machine by applying scientific approach. The type of this research is classroom action research (CAR), it consists of two cycles. The subject of this research are fifth grade students of Karangasem IV No. 204 Elementary School Surakarta in academic year 2014/2015 which consisted of 38 students. The class consists of 22 male and 16 female. The data collection techniques uses observation, interview, test, and documentation. The data analysis uses interactive analysis (Miles & Huberman). The research result shows that students classification ability of simple machine improve. It is shown by the improvement of average grade in precycle is 54.21, in the first cycle increase to 75.70, and in the second cycle also increase to 83.38. The percentage of classical acquired passing grade also improve, from precycle 21.05%, in the first cycle increase to 68.42%, and in the second cycle increase to 89.47%. Based on the data above, it can be concluded that the application of scientific approach can improve the classification ability of simple machine on the fifth grade students of Karangasem IV No. 204 Elementary School Surakarta in academic year 2014/2015. Kata Kunci: Scientific Approach, Kemampuan Mengklasifikasikan, Pesawat Sederhana Menurut Sumaji dalam Nugraha (2005: 27), pembelajaran IPA bertujuan untuk memupuk pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia di mana mereka hidup. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran IPA tidak hanya berfokus pada pemahaman materi, namun juga berupaya membangkitkan minat siswa untuk meningkatkan kecerdasan dan pemahaman mengenai alam dan seisinya. Penyajian pembelajaran IPA haruslah mampu merangsang gairah belajar siswa untuk mengungkap fenomena-fenomena yang dialami dalam kehidupan dan menghubungkannya dengan konsep-konsep dalam IPA yang relevan. Menurut Iskandar (2001: 22) teori belajar yang menonjol dalam pendidikan IPA adalah teori Piaget dan teori konstruktivisme. Teori Piaget mengemukakan bahwa pada usia sekolah dasar antara 6-12 tahun, anak-anak mengalami tahap operasional konkrit. Hal ini menyebabkan siswa memiliki kecenderungan untuk berpikir dari halhal yang konkrit. Materi kajian dalam pembelajaran IPA merupakan fenomena-fenomena yang berada di sekitar siswa dan dialami siswa sehari-hari. Beranjak dari pengalamanpengalaman konkrit tersebut siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep dalam pembelajaran IPA. Teori konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik idealnya mengkonstruksi sendiri hal-hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya, bukan menerima pengetahuan secara pasif. Siswa secara mandiri mengkonstruksi pengetahuannya melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna untuk mendapatkan pemahaman dari permasalahan yang dikaji. Kedua teori tersebut menjadi dasar dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Menganut dua teori di atas, maka pembelajaran IPA harus beranjak dari fenomena dan gejala yang diketahui serta dialami oleh siswa untuk kemudian dikonstruksi dengan konsep baru yang akan dipelajari. Hal ini se- 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3, 4) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

jalan dengan pendapat Semiawan, Tangyong, Belen, Matahelemual & Suseloardjo (1992: 14) yang mengemukakan bahwa, siswa lebih mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak apabila pembelajaran disertai contohcontoh konkrit, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran IPA di SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 belum memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan berpijak dari pengalamannya. Pembelajaran IPA didominasi transfer informasi melalui uraian dan penjelasan dari guru. Hal tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif dan kurang berminat terhadap pembelajaran IPA. Minat yang kurang terlihat dari perhatian siswa yang tidak terfokus pada guru saat menjelaskan di depan kelas. Sejalan dengan hasil observasi, dari hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta diperoleh informasi bahwa keterbatasan waktu untuk menyampaikan materi IPA yang cukup banyak, serta tujuan untuk menyamakan persepsi siswa terhadap materi, maka guru dalam menyampaikan materi secara seragam dengan didominasi transfer informasi dari guru kepada siswa melalui metode ceramah. Guru juga mengalami kesulitan untuk mengatasi perbedaan kemampuan individu di kelas V dengan siswa sejumlah 38 anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi. Adanya sistem ujian akhir nasional yang sangat menekankan pada pemahaman konsep, membuat guru merasa perlu mempersiapkan siswa sejak duduk di kelas V untuk menghadapi ujian tersebut dengan cara drilling agar siswa dapat menjawab soal ujian dengan tepat. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas, maka guru menganggap metode ceramah merupakan metode yang paling efektif untuk digunakan dalam pembelajaran IPA. Hasil dari dokumentasi daftar nilai siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa nilai ulangan siswa pada materi pesawat sederhana masih rendah. Siswa yang dapat mencapai KKM dalam pembelajaran IPA yaitu 70 sejumlah 29,73% atau 11 dari 37 siswa dengan nilai rata-rata kelas 58,78. Hasil wawancara awal dengan guru menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan untuk membedakan atau mengklasifikasi a- lat-alat yang menerapkan prinsip pesawat sederhana. Hal ini disebabkan karena pesawat sederhana terdiri dari banyak jenis yaitu tiga Pengungkit, Bidang Miring, Roda Berporos, dan tiga Katrol dengan karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil dokumentasi tersebut, peneliti mengadakan uji pratindakan sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem 2014/2015. Data hasil uji pratindakan menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 khususnya dalam sederhana masih rendah. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) IPA yang ditetapkan SD tersebut sebesar 70, diperoleh hasil tingkat ketuntasan siswa baru mencapai 21,05% (8 dari 38 siswa mencapai KKM). Nilai tertinggi hasil uji pratindakan adalah 85, dan nilai terendah 30 dengan rata-rata nilai yaitu 54,21. Kondisi ini menggambarkan bahwa sederhana dalam pembelajaran IPA di kelas V SD tersebut masih perlu ditingkatkan. Rendahnya persentase ketuntasan klasikal sederhana siswa pada mata pelajaran IPA menunjukkan kurang optimalnya kinerja belajar siswa dan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran IPA yang masih sederhana belum memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui pengalaman belajar yang bermakna. Solusi dari permasalahan tersebut adalah penerapan scientific approach dalam pembelajaran IPA. Penerapan scientific approach akan memberi peluang bagi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran guna mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri, sehingga akan didapatkan tingkat pemahaman materi yang lebih mendalam. Pemahaman materi yang mendalam akan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengklasifikasikan pesawat sederhana dengan tepat.

Menurut Yani (2014: 121) pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan metode ilmiah secara mandiri. Melengkapi pendapat Yani di atas, Hosnan (2014: 34) menyatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang proses pembelajarannya dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan antara lain: mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Menurut Yani (2014: 125) langkah pembelajaran dalam scientific approach merupakan hasil reduksi dari tahapan dalam metode ilmiah, sehingga menghasilkan langkah pembelajaran yang sering disebut lima M, yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa scientific approach merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis metode ilmiah meliputi tahapan lima M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan untuk memperoleh pengetahuan. Yani (2014: 124) mengungkapkan bahwa, ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dari cara belajar melalui scientific approach antara lain sebagai berikut: 1) Memberi pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa dalam mencari dan membangun pengetahuan. 2) Menanamkan kebiasaan meneliti dan mengembangkan sikap ilmiah. 3) Siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran karena terlibat langsung dengan objek nyata. 4) Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis dan mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru. Menurut pendapat Yani di atas, penerapan scientific approach dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa karena melibatkan langsung objek nyata sebagai sumber belajar. Pembelajaran dengan basis keterampilan proses dapat melatih siswa mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam menemukan konsep-konsep baru. Berdasarkan u- raian di atas, terlihat bahwa scientific approach sangat strategis untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Waktu penelitian selama enam bulan yaitu bulan Desember sampai Mei tahun 2015. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu guru dan siswa kelas V SDN Karangasem IV tahun ajaran 2015/2015 yang menghasilkan data primer berupa hasil wawancara, observasi, dan tes sederhana. Sumber data sekunder adalah dokumentasi berupa silabus dan RPP IPA materi pesawat sederhana, daftar nilai IPA tahun a- jaran 2013/2014, foto dan rekaman proses pembelajaran selama dilakukan tindakan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, tes, dan kajian dokumentasi. Validasi data yang digunakan adalah validitas isi dan triangulasi metode. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan model interaktif Milles dan Huberman yang mencakup tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009: 338). Indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu 85% atau 33 dari keseluruhan 38 siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Prosedur dalam penelitian ini dilakukan melalui siklus-siklus yang setiap siklus terdiri dari empat tahap meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. HASIL Hasil uji pratindakan menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana masih rendah. Tingkat ketuntasan klasikal sebesar 21,05% atau 8 dari 38 siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal. Kondisi

tersebut menggambarkan bahwa kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Karangasem 2014/2015 masih perlu ditingkatkan. Berikut disajikan tabel frekuensi nilai hasil uji pratindakan sederhana siswa kelas V dalam tabel 1. Tabel 1. Frekuensi Nilai Uji Pratindakan Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V No Rentang Nilai Fi Persentase 1. 30-37 7 18,42% 2. 38-45 8 21,05% 3. 46-53 3 07,90% 4. 54-61 9 23,68% 5. 62-69 3 07,90% 6. 70-77 4 10,525% 7. 78-85 4 10,525% Jumlah Siswa 38 Rata-rata 54,21 Nilai Terendah 30 Nilai tertinggi 85 Ketuntasan 21,05% Ketidaktuntasan 78,95% Berdasarkan data pada tabel 1, dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal sebesar 21,05% atau 8 dari 38 siswa dapat mencapai KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada uji pratindakan yaitu sebesar 54,21 dengan nilai terendah 30, dan nilai tertinggi 85. Hasil dari uji pratindakan menggambarkan bahwa 78,95% atau 30 siswa dari keseluruhan 38 siswa kelas V SDN Karangasem 2014/2015 belum mencapai KKM dalam pembelajaran IPA mengklasifikasikan pesawat sederhana. Nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dan persentase ketuntasan klasikal setelah menerapkan scientific approach pada siklus I menunjukkan peningkatan, walaupun belum mencapai indikator kinerja penelitian yang ditentukan. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 68,42% atau 26 dari 38 siswa mencapai KKM. Nilai terendah adalah 53 dan nilai tertinggi adalah 97 dengan nilai rata-rata 75,70. Frekuensi nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V pada siklus I selengkapnya disajikan dalam tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V pada Siklus I No Rentang Nilai Fi Persentase 1. 52-57 3 7,90% 2. 58-63 4 10,53% 3. 64-69 4 10,53% 4. 70-75 7 18,42% 5. 76-81 4 10,53% 6. 82-87 8 21,05% 7. 88-93 6 15,78% 8. 94-99 2 5,26% Jumlah Siswa 38 Rata-rata 75,70 Nilai Terendah 53 Nilai tertinggi 97 Ketuntasan 68,42% Ketidaktuntasan 31,58% Berdasarkan data pada tabel 2, dapat diketahui bahwa bahwa persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 68,42%. Indikator kinerja penelitian yang ditetapkan yaitu 85% siswa mencapai KKM belum tercapai pada siklus I, sehingga dilaksanakan siklus II. Siklus II dilaksanakan sesuai hasil refleksi pada siklus I. Beberapa aspek yang perlu diperbaiki pada siklus II yaitu penggunaan media yang relevan dengan materi pembelajaran dan memantau kemajuan belajar selama proses. Perbaikan pada aspek penggunaan media yang relevan dengan materi pembelajaran dilakukan dengan cara menambah media realia untuk diidentifikasi dalam kegiatan percobaan dan menambah media berupa video. Perbaikan pada aspek memantau kemajuan siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan meningkatkan bimbingan dan pengawasan guru saat siswa melakukan kegiatan percobaan. Hasil tes setelah dilakukan tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa, persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana mengalami peningkatan dan berhasil mencapai indikator kinerja penelitian. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 89,47% atau 34 dari 38 siswa mencapai KKM. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 83,38. Frekuensi nilai sederhana siswa kelas V pada siklus II selengkapnya disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V pada Siklus II No Rentang Nilai Fi Persentase 1. 61-65 1 2,63% 2. 66-70 4 10,53% 3. 71-75 4 10,53% 4. 76-80 6 15,79% 5. 81-85 6 15,79% 6. 86-90 8 21,05% 7. 91-95 6 15,79% 8. 96-100 3 7,89% Jumlah Siswa 38 Rata-rata 83,38 Nilai Terendah 65 Nilai tertinggi 100 Ketuntasan 89,47% Ketidaktuntasan 10,53% Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan klasikal sebesar 89,47%. Indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 85% siswa mencapai KKM telah berhasil dicapai pada siklus II, sehingga penelitian tentang peningkatan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana melalui penerapan scientific approach pada siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dihentikan pada siklus II. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dan persentase ketuntasan klasikal pada setiap siklusnya dalam tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V Setiap Siklus No Siklus Nilai Ratarata Persentase Ketuntasan 1. Pratindakan 54,21 21,05% 2. Siklus I 75,70 68,42% 3. Siklus II 83,38 89,47% Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dan persentase ketuntasan klasikal mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal mengalami peningkatan meskipun belum mencapai indikator kinerja penelitian. Nilai rata-rata meningkat dari pratindakan yaitu 54,21 menjadi 75,70 pada siklus I atau meningkat 21,49. Persentase ketuntasan klasikal meningkat dari pratindakan sebesar 21,05% (8 dari 38 siswa mencapai KKM) meningkat menjadi 68,42% (26 dari 38 siswa mencapai KKM) pada siklus I atau meningkat 47,37%. Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 tahun ajaran 2014/2015 juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi karena proses pembelajaran pada pratindakan masih sederhana dengan dominan menggunakan metode ceramah serta belum menggunakan media, kemudian pada siklus I mulai dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan scientific approach. Penerapan scientific approach pada siklus I memberikan dampak positif pada pembelajaran, dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dan persentase ketuntasan klasikal. Proses pembelajaran menjadi lebih inovatif dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui kegiatan lima M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan). Hal ini membuat siswa dapat memahami materi pesawat sederhana dengan lebih mendalam. Aktivitas siswa sebelum diterapkannya scientific approach dalam pembelajaran IPA cenderung pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa setelah diterapkan scientific approach. Scientific approach memfasilitasi siswa berperan aktif sebagai subjek pembelajaran untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau mengasosiasi, hingga mengomunikasikan pengetahuan yang ditemukan pada orang lain. Siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar yang bermakna berbasis metode ilmiah melalui tahapan lima M. Pernyataan di atas didukung dengan pendapat Hosnan (2014: 34) yang menyatakan bahwa scientific approach sebagai penyajian pembelajaran yang mem-

fasilitasi siswa menemukan suatu konsep, prinsip, atau hukum melalui prosedur ilmiah, sehingga dengan penemuan tersebut siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian dapat tercapai dengan baik. Hal ini ditandai dengan persentase ketuntasan klasikal pada siklus II mencapai 89,47% (34 dari 38 siswa mencapai KKM). Persentase ketuntasan klasikal meningkat 21,05% dari siklus I sebesar 68,42%. Ratarata nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,38 atau meningkat 7,68 dari siklus I sebesar 75,70. Berpijak dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa peningkatan paling signifikan terjadi pada pratindakan ke siklus I. Hal tersebut karena kondisi pembelajaran mengalami perubahan. Proses pembelajaran pada pratindakan masih teacher centre dengan dominasi metode ceramah serta belum menggunakan media, kemudian menjadi student centre setelah scientific approach diterapkan pada siklus I. Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkualitas, sehingga siswa lebih memahami materi ajar. Siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui kegiatan lima M. Peningkatan hasil penelitian pada siklus I ke siklus II lebih rendah dibandingkan dari pratindakan ke siklus I karena pada siklus II hanya memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam siklus I. Peningkatan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuswantari (2014) yang berjudul Penggunaan Scientific Approach melalui Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN 01 Bolon Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian Nuswantari tersebut menyimpulkan bahwa, pendekatan scientific dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas V dengan persentase ketuntasan pada kondisi awal sebesar 28,13% meningkat menjadi 90,62% dalam dua siklus. Scientific approach dalam penelitian ini dan penelitian Nuswantari sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Hasil kedua penelitian tersebut didukung oleh pendapat Wieman (2007: 12) yang menyatakan bahwa, effective teaching facilitates that creation by getting students engaged in thinking deeply about the subject..., pembelajaran yang efektif memfasilitasi penciptaan dengan membuat siswa terlibat dalam pemikiran yang dalam tentang topik. Penciptaan dapat diartikan sebagai pengetahuan yang dikonstruksi secara mandiri melalui penemuan, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik pembelajaran. Scientific approach memenuhi kriteria pembelajaran efektif karena mampu memfasilitasi penemuan pengetahuan bagi siswa melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna dengan tahapan lima M. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun a- jaran 2014/2015, dapat disimpulkan bahwa penerapan scientific approach dapat meningkatkan sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem 2014/2015. Peningkatan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata dan persentase ketuntasan klasikal pada setiap siklus. Nilai rata-rata pada pratindakan adalah 54,21, pada siklus I meningkat menjadi 75,70, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,38. Persentase ketuntasan klasikal pada pratindakan sebesar 21,05% atau 8 dari 38 siswa mencapai KKM, pada siklus I meningkat menjadi 68,42% atau 26 dari 38 siswa mencapai KKM, dan pada siklus II meningkat menjadi 89,47% atau 34 dari 38 siswa mencapai KKM. Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan scientific approach, sehingga indikator kinerja yang telah ditetap-

kan yaitu 85% siswa atau 33 dari 38 siswa dapat mencapai nilai KKM dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia Iskandar. (2001). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Maulana Nugraha, A. (2005). Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Nuswantari, F.C. (2014). Penggunaan Scientific approach melalui Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN 01 Bolon Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Semiawan, C.R., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., Suseloardjo, W. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Grasindo Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta Wieman, C. (2007). Why Not Try a Scientific Approach to Science Education?. 39 (5), 9-15 Yani, A. (2014). Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta