BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan

MATERI 7 EFISIENSI PASAR. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

Kondisi sbg syarat terpenuhi pasar efisien (Tandelilin, 2001) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Perbedaan Abnormal Return dan Trading

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada skripsi ini adalah emiten yang masuk dalam LQ 45 periode

1BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang dapat mempengaruhi atau memancing reaksi pasar. Reaksi pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kt Mas Trisna, Lucy S Musmini dan Edy Sujana, 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim

MATERI 7 EFISIENSI PASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memperoleh modal. Bagi perusahaan go public, beberapa

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

Efisiensi Pasar Modal.

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern dan

ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN STOCK SPLIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia. Sampel yang digunakan merupakan perwakilan dari populasi. Teknik

BAB I PENDAHULUAN. tentunya kondisi perekonomiannya. Dimana kondisi ekonomi negara tidak

METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Stock Split adalah perubahan nilai nominal perlembar saham dengan menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan merupakan pasar yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. keuntungan selama periode tertentu. Keputusan investasi adalah suatu keputusan

MATERI 7 EFISIENSI PASAR

PENGUJIAN EFISIENSI PASAR BENTUK SETENGAH KUAT TERHADAP PERISTIWA PENGUMUMAN DIVIDEN TUNAI MENURUN DI BEJ

BAB II. Kajian Pustaka. perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual

SKRIPSI. Raymond Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Dalam pasar modal, ada banyak informasi yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di pasar modal sebanyak 573 emiten. Jumlah tersebut mengalami

harga saham sebelumnya. Unsur return yang satu ini dimungkinkan menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan

EFISIENSI PASAR EFISIENSI PASAR

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan pada babbab

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia (Purbawati dkk, 2016).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai corporate action. Corporate action adalah aktivitas emiten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian telah melakukan uji pengaruh January Effect terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai peran penting dalam menunjang perekonomian di suatu negara. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini

BAB I PENDAHULUAN. Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini pasar yang efisien masih menjadi perdebatan yang menarik di

BAB I PENDAHULUAN. Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and

BAB I PENDAHULUAN. satunya dari kondisi pasar modalnya apakah efisien atau tidak. Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. modal juga dapat dijadikan indikator bagi perkembangan perekonomian sebuah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hipotesis Pasar Efisien Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Pengertian pasar efisien adalah pasar modal yang apabila terdapat informasi baru, maka informasi tersebut tersebar luas, cepat dan mudah diperoleh oleh investor. Informasi ini meliputi hal yang diketahui dan relevan untuk mempertimbangkan harga saham dan tercermin secara cepat dalam harga saham. Fama (1970) menyajikan 3 macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat, yaitu: (1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form); (2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form); (3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong). 1.1.1 Efisiensi pasar bentuk lemah Efisiensi pasar dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Informasi seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu tidak bisa digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Investor tidak bisa memprediksi nilai pasar saham di masa yang akan datang dengan menggunakan data historis (Tandelilin, 2010:223). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, jika harga-harga dari sekuritas tercermin

secara penuh informasi masa lalu (Hartono, 2009:525). Perubahan harga pada hari ini tidak ada hubungannya dengan perubahan harga yang terjadi kemarin. Jika informasi datangnya secara acak banyak orang menyukai karena bisa mendapatkan keuntungan dari perubahan harga yang terjadi secara acak. Mereka yakin jika harga suatu saham mulai bergerak naik, maka harga saham tersebut bergerak naik untuk suatu jangka waktu tertentu. 2.1.2 Efisiensi pasar bentuk setengah kuat Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk pasar yang harga sahamnya dipengaruhi oleh informasi data historis dan informasi yang dipublikasikan seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan (Tandelilin, 2010:223). Efisiensi pasar bentuk setengah kuat menyatakan bahwa harga-harga saham menggambarkan informasi yang dipublikasikan. Informasi ini meliputi informasi mengenai data harga saham, volume perdagangan, pendapatan perseroan, dividen, saham bonus, inflasi dan stock split. Teori ini menekankan pada kecepatan informasi yang diterima para investor, yaitu informasi tersebar dan diterima oleh para investor pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga harga secara langsung dan cepat melakukan penyesuaian. Salah satu studi yang dilakukan menguji tingkat efiensi setengah kuat adalah peristiwa stock split yang secara langsung tidak mempengaruhi nilai dari suatu perusahaan, sehingga secara logika harga saham yang mengalami stock split seharusnya juga tidak terpengaruh. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa

kenaikan harga yang tajam terjadi sebelum stock split berlangsung, perubahan harga setelah stock split bersifat acak. 2.1.3 Efisiensi pasar bentuk kuat Pasar efisien dalam bentuk kuat semua informasi baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan sudah tercermin dalam harga sekuritas (Tandelilin, 2010:223). Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public information) maupun informasi pribadi (private information). Pasar efisien bentuk kuat tidak ada seorangpun individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return, untuk suatu periode tertentu dengan menggunakan informasi yang tersedia di publik termasuk informasi yang hanya dapat diakses oleh orangorang tertentu. Beberapa bukti empiris mendukung adanya pasar efisien khususnya di Amerika Serikat, tetapi bukti-bukti yang tidak mendukung juga banyak. Efisien tidaknya pasar modal atau masuk dalam kelompok bentuk efisien mana sebuah pasar modal, tergantung dari ada tidaknya bukti tentang abnormal return yang dapat diperoleh oleh investor. Hipotesis pasar efisien menurut Tandelilin (2010:221) pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Informasi didefinisikan sebagai serangkaian pesan yang mungkin dapat digunakan oleh penerimanya untuk melakukan suatu tindakan yang bisa mengubah kesejahteraannya. Fungsi informasi tersebut adalah:

1) Meningkatkan kemampuan penerimanya untuk melakukan tindakan yang bersifat kritis; 2) Memperoleh nilai tertentu dari perubahan pesan-pesannya; dan 3) Mendapatkan nilai positif dari pesan-pesan yang berkorelasi. Hipotesis pasar efisien tersebut apabila terbukti, maka pasar dalam keadaan continous stochastic equilibrium, yang berarti harga pasar saham akan selalu sama dengan nilai fundamental saham tersebut. Nilai fundamental suatu saham tidak akan berubah selama tidak ada informasi baru mengenai saham tersebut. Informasi baru atau berita baru pada umumnya tidak dapat diprediksi, implikasinya adalah harga saham masa lalu tidak dapat dipakai untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Menurut hipotesis pasar efisien, harga pasar suatu aset akan mengikuti langkah acak (randomwalk). Menurut Hartono (2009:499) pasar efisien menjelaskan bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Perubahan harga di waktu yang lalu tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan harga di masa yang akan datang. Apabila perubahan harga saham mengikuti pola random walk, maka penaksiran harga saham tidak dapat dilakukan berdasarkan harga-harga historis, tetapi lebih berdasarkan pada semua informasi yang relevan terhadap penilaiannya. Jika pasar menerima suatu informasi relevan yang berhubungan dengan suatu aktiva, maka informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari aktiva bersangkutan sehingga berakibat

terjadinya pergeseran harga yang membentuk ekuilibrium baru. Harga ekuilibrium tersebut akan tetap bertahan hingga suatu informasi lain merubahnya kembali ke harga ekuilibrium yang baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien. Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (information efficient market). Pasar efisien yang ditinjau dari ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market). Fama (1970) dalam Hartono (2009:500) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga kategori yang dihubungkan dengan bentuk-bentuk efisiensi pasarnya sebagai berikut. 1) Pengujian-pengujian bentuk lemah (weak-form tests), yaitu seberapa kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan. 2) Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semi-strong tests), yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasi.

3) Pengujian-pengujian bentuk kuat (storng-form tests), yaitu untuk menjawab pertanyaan apakah investor mempunyai informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas. Fama (1991) dalam Hartono (2009;525) di artikel selanjutnya mengusulkan untuk mengubah nama ketiga macam kategori pengujian bentuk efisiensi pasar di atas. Nama-nama pengujian yang diusulkan adalah sebagai berikut. 1) Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi pengujianpengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability). Sebelum tahun 1970, pengujian dari efisiensi pasar bentuk lemah difokuskan pada prediksi return atau harga sekuritas berdasarkan return atau harga masa lalu. Setelah tahun 1970, pengujian dari efisiensi pasar bentuk lemah tidak hanya difokuskan pada variabel return atau harga masa lalu untuk memprediksi return atau harga sekarang atau masa depan, tetapi juga melibatkan variabel-variabel lain seperti dividend yield, rasio P/E, suku bunga dan lain sebagainya. Pengujian dari efisiensi pasar bentuk lemah dapat dilakukan dengan cara pengujian statistik atau dengan cara pengujian dengan menggunakan aturan perdagangan teknis. 2) Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat dirubah menjadi studi-studi peristiwa (event studies). Studi peristiwa (event studies) dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda.

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan dan dapat diukur menggunakan abnormal return. 3) Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk kuat dirubah menjadi pengujian terhadap informasi privat (tests for private information). Pengujian informasi privat merupakan pengujian pasar efisien bentuk kuat. Terdapat beberapa permasalahan dalam pengujian efisiensi pasar bentuk kuat yaitu informasi privat yang akan diuji merupakan informasi yang tidak dapat diobservasi secara langsung sehingga pengujian ini harus dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan proksi. Proksi yang digunakan adalah return yang diperoleh oleh corporate insider dan return yang diperoleh oleh portofolio reksadana. Pembagian efisiensi pasar oleh Fama (1970) didasarkan pada ketersediaan informasi (informationally efficient market). Informasi yang digunakan adalah informasi yang tidak perlu diolah lebih lanjut seperti informasi pengumuman laba perusahaan, karena pasar akan mencerna informasi tersebut dengan cepat sehingga efisiensi pasar ditentukan dari seberapa luas informasi tersebut tersedia dipasar. Ketersediaan informasi saja tidak dapat menjamin pasar akan menjadi efisien. Misalnya terdapat informasi tentang pengumuman merjer, maka pada saat

informasi tersebut diumumkan dan seluruh pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, belum tentu harga dari sekuritas telah mencerminkan informasi secara penuh. Sebelum mengambil keputusan dalam hal ini pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi merjer tersebut sebagai kabar baik atau kabar buruk. Untuk mengolah informasi dengan benar, pelaku pasar harus canggih (sophisticated). Jika hanya sebagian pelaku pasar yang canggih, maka hanya kelompok ini yang dapat menikmati abnormal return dan berlaku sebaliknya untuk pelaku pasar yang kurang canggih (naive). Ball dan Brawn (1968) merupakan orang yang pertama mempelajari reaksi pasar akibat informasi akuntansi. Penelitian tersebut menggunakan laporan keuangan tahunan 261 perusahaan pada tahun 1945-1965. Penelitian tersebut mengklasifikasikan pendapatannya meningkat secara relatif dan perusahaan yang pendapatannya turun secara relatif. Kesimpulan yang diperoleh Ball dan Brawn adalah bahwa pasar berbentuk setengah kuat. 2.2 Stock Split Pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu bentuk dari corporate action. Aksi korporasi (corporate action) merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar dan harga saham di pasar. Aksi korporasi merupakan berita yang pada umumnya menarik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal, khususnya pemegang saham (investor). Keputusan aksi korporasi harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik itu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta persetujuan pemegang saham.

Pemecahan saham (stock split) yaitu menambah jumlah lembar saham dengan cara pengurangan nilai nominalnya. Perusahaan melakukan stock split agar harga sahamnya tidak terlalu tinggi, sehingga dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangannya. Harga per lembar saham adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Perubahan jumlah saham yang beredar diikuti dengan perubahan harga saham sehingga tidak mempengaruhi jumlah modal. Harga awal yang diperkirakan terlalu tinggi dapat memberikan kesan mahal bagi investor sehingga tidak semua investor berani membeli saham tersebut. Kemampuan investor untuk membeli saham juga menjadi berkurang. Kebijakan stock split akan menurunkan harga saham sehingga diharapkan mendorong peningkatan transaksi dan meningkatkan likuiditas saham. Stock split merupakan kegiatan memecah selembar saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari saham per lembar sebelumnya (Hartono, 2009:542). Secara teori stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split hanyalah mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 10.000 lembar saham dengan nilai Rp 1.000 per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 10.000 x Rp 1.000 = Rp 10.000.000. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan dua lembar saham (1:2), sehingga harga per lembar saham yang baru adalah Rp 500 dan jumlah saham yang beredar sebanyak 20.000 lembar saham. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 20.000 x Rp 500 = Rp 10.000.000.

Stock split ada dua jenis yaitu: yaitu split-up dan split-down. Split-up merupakan penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah. Split-up lebih dikenal sebagai stock split. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang beredar. Splitdown lebih dikenal sebagai reverse stock. Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3,1:4, 1:5, 1:10. Pemecahan turun (split down atau sering disebut reverse stock). Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 10:1 (Halim, 2005:142). Beberapa alasan mengapa manajer melakukan stock split adalah: 1) Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 2) Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3) Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua bagian yaitu: pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham beredar yang lama. Pemecahan saham

penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham yang beredar yang lama. Peristiwa stock split akan mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah sehingga para investor yang berhubungan dengan aktifitas tersebut dapat menyusun portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak lepas dari pertimbangan risiko saham yang membentuk portofolio sehingga diharapkan akan diperoleh tingkat risiko yang lebih kecil. Investor yang rasional adalah investor yang akan memilih investasi yang mempunyai risiko terkecil bila dihadapkan pada dua investasi yang memberikan tingkat return yang sama. Perusahaan (emiten), berpendapat bahwa stock split dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Harga saham setelah stock split menjadi lebih rendah, sehingga menambah daya tarik bagi investor baru untuk membeli saham. Aktivitas jual beli terhadap saham tersebut menjadi meningkat dan mendorong investor untuk ikut dalam pembelian saham tersebut. Sebuah perusahaan dapat memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal saham. Penurunan nilai nominal saham ini dapat menambah jumlah lembar saham yang beredar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba yang tidak dibagi. Bagi pemegang saham penurunan nilai nominal per lembar saham tidak akan mengubah nilai buku investasi. Satu-satunya perubahan yang ada hanyalah adanya pertambahan jumlah lembar saham yang dimiliki. Dari sudut pandang akuntansi, tidak ada ayat jurnal yang dicatat untuk pemecahan saham. Namun suatu catatan memorandum dibuat untuk menunjukkan bahwa nilai pari saham telah berubah dan jumlah saham telah bertambah (Kieso, 2008 : 366).

2.3 Abnormal Return Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai bagi investor, apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal (Hartono, 2009:557). Aspek kepercayaan (belief) dari investor merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam pasar saham. Oleh sebab itu, suatu pengumuman ditanggapi oleh investor dengan beragam. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return. Normal return merupakan return ekspektasian yaitu return yang diharapkan oleh investor. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan. Abnormal return akan negatif, jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan. Return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian. (Hartono, 2009:558). Abnormal return dihitung dengan rumus sebagai berikut: AR i.t. = R i.t - E(R i.t ).(1) Keterangan: AR i.t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R i.t : return realisasi yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E(R i.t ) : return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t Return sesungguhnya (actual return) merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang relatip terhadap harga sebelumnya. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang

diharapkan akan diperoleh investor di masa depan. Hartono (2009:558) menyatakan bahwa expected return adalah return yang diestimasi menggunakan model estimasi. Model estimasi ada tiga perhitungan yaitu: 1) Mean adjusted model Mean adjusted model atau model rata-rata disesuaikan adalah model yang mengganggap bahwa expected return bernilai konstan yang sama dengan rata-rata actual return sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), dimana periode estimasi pada umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). 2) Market model Perhitungan expected return dengan market model atau model pasar dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi expected return pada periode jendela. Model ekspektasi ini dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinal Least Square) dengan persamaan: R ij = α i +β i.r Mj +ε ij...(2) Keterangan: R ij : expected return untuk saham i pada periode t R Mj : market return pada periode t α i : intercept untuk sekuritas ke-i β i : koefisien slope yag merupakan beta dari sekuritas ke-i ε ij : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t

Koefisien α i dan βi diperoleh dari perhitungan persamaan regresi antara return saham (R it ) dengan return pasar (R mj ). Dari koefisien α dan β tersebut dapat dihitung expected return tiap-tiap saham atau E(R ij ). 3) Market adjusted model Market adjusted model atau model pasar disesuaikan mengganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar (IHSG) pada periode tertentu. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return indeks pasar adalah 18%, dengan metode sesuaian pasar maka return ekspektasian semua sekuritas di hari yang sama tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya, yaitu 18%. 2.4 Volume Perdagangan Volume perdagangan adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada periode tertentu. Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno dkk. 2000). Saham yang volume perdagangannya tinggi menghasilkan return saham yang tinggi (Chordia, et al 2000). Hasil penelitian Gong, et al (2001) menunjukkan bahwa volume perdagangan berpengaruh terhadap return saham. Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam analisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat

reaksi pasar modal terhadap informasi. Volume perdagangan saham yang besar mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. 2.5 Event Study Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Hartono, 2009:536). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi bermaksud untuk melihat reaksi pasar terhadap pengumuman suatu peristiwa dimana reaksi ini ditunjukkan dengan adanya perubahan dari harga sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Tandelilin (2010:565) menyebutkan bahwa event study sebagai penelitian yang mengamati respon pasar terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika investor bereaksi dengan cepat untuk menyerap abnormal return untuk menuju harga keseimbangan yang baru. Pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat dapat ditinjau hanya dari informasi yang dipublikasikan saja (efisiesi pasar informasi), sedangkan pengujian efisiensi

pasar bentuk setengah kuat yang memperhatikan kecanggihan pelaku pasar disebut dengan efisiensi pasar keputusan. Pengujian kandungan informasi hanya melibatkan satu faktor saja yaitu reaksi pasar untuk menunjukkan apakah terdapat abnormal return atau tidak terdapat abnormal return, sedangkan pengujian efisiensi secara informasi melibatkan dua buah faktor yaitu abnormal return dan kecepatan reaksi pasar. Sesuai dengan penjelasan mengenai event study maka penelitian ini akan melakukan pengujian pada tahap pengujian kandungan informasi (information content) terhadap peristiwa stock split, untuk melihat reaksi pasar apakah terdapat abnormal return atau tidak terdapat abnormal return. 2.6 Penelitian-penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Sutrisno dkk. (2000) menunjukkan bahwa stock split hanya mempengaruhi harga, volume perdagangan, dan persentase spread, tetapi tidak mempengaruhi varians dan abnormal return baik ditinjau secara individual atau sebagai sebuah portofolio. Hasil penelitian Marwata (2001) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split yang diukur dengan laba bersih maupun laba per saham, tidak lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Penelitian Kurniawati (2003) merupakan event study dengan jendela peristiwa 11 hari perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengamatan harga saham selama lima hari sebelum tanggal pengumuman, pada hari saat pengumuman dan lima hari setelah tanggal pengumuman. Data yang digunakan dalam penelitiannya adalah perusahaan yang melakukan stock split pada

periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta dan tidak mengeluarkan pengumuman lain selama periode pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman stock split memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar di pasar modal Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sari dan Susanto (2004) menyimpulkan bahwa split factor secara signifikan berhubungan positif atau dapat mempengaruhi laba tahun pertama. Tahun kedua memiliki hasil yang berbeda yaitu split factor dan perubahan laba memiliki hasil yang tidak signifikan dan mempunyai arah hubungan negatif. Tahun ketiga menunjukkan hasil split factor dan perubahan laba menunjukkan arah hubungan negatif dan signifikan. Hasil penelitian Almilia dan Kristijadi (2005) menunjukkan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar. Penelitian Winarso (2005) menyatakan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan stock split lebih baik daripada kinerja keuangan pada perusahaan yang tidak melakukan stock split, namun secara statistik dengan menggunakan independent t-test antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kinerja keuangannya. Ana (2005) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada pengumuman stock split dan terdapat abnormal return negatif yang signifikan pada pengumuman reverse split, yaitu pada t-1 dan t+1. Aktifitas volume

perdagangan juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara aktifitas volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split maupun reverse split. Hendrawaty (2007) menunjukkan bahwa harga saham bergerak secara random sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pemecahan saham (stock split) di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2006. Investor tidak memperoleh abnormal return pada saat pengumuman stock split, ini membuktikan bahwa pasar modal di Indonesia sudah efisien dalam bentuk setengah kuat. Hasil penelitian Ika (2008) dengan menggunakan one sample t-test menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan pada hari t-4 dan t-3 pengumuman stock split. Pengumuman stock split memiliki kandungan informasi sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Reaksi ini ditunjukkan dengan adanya abnormal return negatif yang signifikan pada t-4 dan t-3 sebelum pengumuman stock split dipublikasikan di pasar modal. Penelitian Lestari dan Eko (2008) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan tidak bertumbuh, besar dan kecil. Latifah (2008) membandingkan laporan laba rugi sebelum peristiwa stock split dengan laporan laba rugi setelah peristiwa stock split. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 14 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang melakukan stock split selama periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock split dapat meningkatkan laba secara signifikan. Asquith, et al (1989) melakukan penelitian tentang stock split dengan melihat apakah pengumuman stock split mengandung informasi laba akuntansi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan stock split tahun 1970 sampai

dengan 1980 dan tidak membagikan dividen selama 5 tahun terakhir menjelang stock split. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan stock split mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat tahun sebelum stock split dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Christian (2002) meneliti reaksi pasar terhadap stock split, dengan menggunakan perusahaan yang ada di Jerman, ditemukan abnormal return positif di sekitar pengumuman stock split. Lyroudi, et al (2006) meneliti pengaruh pemecahan saham di Nasdaq. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar terhadap pengumuman stock split adalah positif. Carroll (2010) menyatakan bahwa stock split merupakan sinyal positif dari perusahaan dan menyatakan bahwa perusahaan mereka sebagai investasi yang lebih baik daripada yang tidak melakukan stock split. Reaksi positif ini menyiratkan investor dan manajer merasa stock split sebagai good news mengenai perusahaan mereka. Pavabutr dan Kulpatra (2008) meneliti dampak dari stock split pada harga saham dan berbagai aspek likuiditas yang menggunakan data harian dari Bursa Efek Thailand antara tahun 2002-2004. Hasil penelitian menemukan bukti stock split mempunyai dampak pada harga saham melalui pengurangan perdagangan seperti bid-ask spread dan price impact measures. Penelitian yang dilakukan oleh Carlos dan Bacon (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang mengumumkan stock split tidak mempengaruhi harga saham disaat hari pengumuman tersebut. Martin, et al (2009) meneliti pengaruh intra-industri dari 120 pengumuman stock split dalam industri asuransi, perhitungan abnormal return menggunakan market-

adjusted model. Hasil penelitian menemukan adanya efek kompetitif yang dominan untuk stock split yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kesehatan. Penelitian Aduda, et al (2010) menguji efek dari stock split di Nairobi Stock Exchange, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ada peningkatan di volume perdagangan dari saham yang diperdagangkan ketika stock split diumumkan, terutama terjadi di hari sekitar tanggal stock split. Alon (2011) melakukan penelitian tentang reaksi pasar terhadap stock split yang diukur dengan abnormal return dan trading volume activity dan hasilnya menunjukkan abnormal return negatif pada saat dan sesudah pengumuman stock split. Penelitian oleh Niko dan Lely (2014) menunjukkan bahwa investor kurang bereaksi terhadap perusahaan yang melakukan stock split tahun 2011-2013 yang menyebabkan penurunan atas Average Trading Volume Activity (ATVA) perusahaan setelah stock split. Penurunan yang terjadi disebabkan karena investor tidak melihat stock split sebagai suatu informasi yang menguntungkan dalam kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami inflasi dan kenaikan harga BBM.