PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN SINTESIS

BAB VI R E K O M E N D A S I

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

KONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

International Fash on Institute di Jakarta

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

LINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Konsep Penataan Massa

INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills

Transkripsi:

68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green belt dan pereduksi kebisingan), tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro, tata hijau untuk konservasi tanah dan air, tata hijau untuk habitat satwa, serta tata hijau sebagai fungsi estetis. Tata Hijau Penyangga Green Belt Tata hijau penyangga mempunyai fungsi antara lain untuk menjerap debu serta peredam kebisingan. Tata hijau sebagai penjerap debu dialokasikan di green belt di keliling kawasan industri. Tata hijau sebagai penjerap debu menggunakan vegetasi semak dan pohon. Pemilihan vegetasi terutama yang memiliki daun yang rimbun, permukaan daun yang kasar atau berbulu, berdaun jarum, memiliki kerapatan trikoma tinggi, serta toleran terhadap polutan. Untuk menjerap debu (emisi), digunakan 3 spesies tanaman pada area yang berbeda. Vegetasi pohon yang digunakan pada area green belt yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) sesuai dengan hasil analisis jerapan debu oleh tanaman dengan metode gravimetri. Jumlah vegetasinya yaitu 17936 batang. Pola penanaman yang digunakan yaitu pola penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan keliling pabrik 12400 meter maka jumlah baris untuk penanaman vegetasi tersebut adalah 4 baris. Pada area green belt juga ditanam tanaman akasia (Acacia mangium) dengan jumlah satu baris tanaman sebagai pembatas area green belt dengan area industri dengan jumlah tanaman 4133 batang (Gambar 4). Vegetasi semak yang digunakan yaitu bougenvill (Bougenvilla sp.) yang ditanam menutupi cabang pohon utama. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah debu yang keluar dari area industri (Gambar 11). Selain itu, tata hijau penyangga untuk menjerap debu serta peredam kebisingan juga dikembangkan pada area industri seperti area plant (pabrik), area coustic soda, area pengolahan limbah dan air bersih, area unit pembuatan kertas, dan area gudang ruang konperting. Pada area-area tersebut digunakan tanaman akasia (Acacia mangium). Jumlah tanaman yang digunakan yaitu 8889 batang

69 dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Vegetasi tersebut dikombinasikan dengan semak bougenvill (Bougenvilla sp.), yang ditanam mengelilingi area green belt yang menutupi batang utama pohon yang dimaksudkan untuk mencegah debu keluar (Gambar 11). Pereduksi Kebisingan Vegetasi yang digunakan untuk peredam kebisingan adalah yang mempunyai tajuk yang rapat, kerapatan daun yang tinggi dan mempunyai daun yang padat dari permukaan tanah sampai ke atas, ukuran daun besar, kuat, berstruktur keras, dan ditempatkan dekat dengan sumber kebisingan. Vegetasi ini lebih difokuskan untuk ditanam di area power plant baik itu power plant batu bara maupun power plant gas. Dengan luas 8 Ha, jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak 8889 batang. Jenis tanaman yang digunakan untuk meredam kebisingan antara lain kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (acacia manguim) serta tanjung (Mimusoph elengi) bila ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Sebab, vegetasi untuk peredam kebisingan harus ditanam rapat, sehingga area dengan sumber kebisingan yang relatif besar ditanam dengan jarak tanam yang relatif rapat (Gambar 7). Kombinasi semak seperti bougenvill (Bougenvilla sp.) ditanam di sekitar area power plant tersebut untuk menutupi celah dari penanaman vegetasi pohon sehingga kebisingan dari power plant dapat direduksi dengan baik (Gambar 11). Tabel 10. Rencana Penanaman di Kawasan Industri No Jenis penanaman Luas penanaman Jarak tanam (m x m) Populasi (Batang) (Ha) 1 Area Green Belt 14 3 x 3 17936 2 Area Pabrik/Plant 8 3 x 3 8889 3 Area Bukit 10 3 x 3 1111 4 Area Pemukiman 7 3 x 3 7778 5 Area Selamat Datang 5 3 x 3 139 6 Area Hijau di Kawasan Industri 81 6 x 6 90000

70 Tata Hijau untuk Ameliorasi Iklim mikro Tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro di daerah tropis yang paling utama adalah sebagai peneduh. Vegetasi yang dipilih yaitu vegetasi dengan tajuk massif dan berstrata, berbentuk memayung, bersifat evergreen, penanaman dilakukan dengan jumlah banyak, serta tahan terhadap polusi. Vegetasi peneduh terutama dialokasikan disekitar tepi jalan dan lokasi parkir, dengan posisi dan radius yang relatif tegak lurus terhadap arah penyinaran matahari serta vegetasi yang ditanam (Gambar 13). Vegetasi yang digunakan tidak mempunyai cabang terendah yang lebih rendah dari tinggi kendaraan bermuatan yang umum lewat, tajuk tidak terlalu rapat sehingga masih ada cahaya matahari yang masuk untuk mengurangi tingkat kelembaban, bentuk tajuk memayung seperti spread, bulat, atau dome dengan cabang dan batang yang keras, evergreen, tanaman hias daun, maupun hias bunga. Jenis tanaman yang dipilih sebagai peneduh antara lain: Swietenia mahogani (mahoni), Samanea saman (trembesi), Cassia multijuga (cassia) dan tanjung (Mimusoph elengi). Untuk area selamat datang, tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh di tepi jalan yaitu tanaman tanjung (Mimusoph elengi). Tanaman ini di tanam di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office (Gambar 4) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Kombinasi vegetasi semak juga ditanam pada area ini seperti soka (Ixora sp.) (Gambar 9). Untuk area Power Plant tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah tanjung (Mimusoph elengi) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Caustic Soda tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah trembesi (Samanea saman) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment) dan area Pengolahan Air Bersih (Fresh Water Treatment) tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah mahoni (Swietenia mahogani) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.). Untuk area Unit Pembuatan Kertas dan Gudang Ruang Konperting tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah cassia (Cassia multijuga) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.) (Gambar 5).

71 Tata Hijau untuk Konservasi Tanah dan Air Tata hijau untuk konservasi tanah dan air terutama di sekitar tepi sungai yang curam dan peka terhadap erosi serta area bukit di depan main office yang rawan terhadap longsor. Vegetasi yang digunakan mempunyai penutupan yang rapat, perakaran yang dalam dan laju transpirasi rendah. Untuk area disekitar tepi sungai ditanam tanaman Barringtonia asiatica dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Untuk area bukit ditanam tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.). Pola penanaman yang dilakukan adalah dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Selain itu, semak seperti soka (Ixora sp.) digunakan pada penanaman di area bukit ini. (Gambar 10) Tata Hijau untuk Habitat Satwa Tata hijau untuk habitat satwa terutama ditempatkan di bukit di depan main office. Vegetasi sebagai habitat burung terutama yang menghasilkan makanan yang disukai burung baik buah, biji, nektar maupun serangga, mempunyai struktur daun setengah rapat sampai rapat, struktur percabangan yang banyak, tajuk yang kuat dan tidak terlalu lebat. Pola penanaman yang dilakukan berkelompok, sebab lebih disukai oleh habitat burung. Jenis-jenis tanamannya antara lain, Bauhinia purpurea (bunga kupu-kupu), Terminalia cattapa (ketapang), Callophyllum inophyllum (Nyamplung), Antidesma bunius (buni), beringin (Ficus benjamina). Tanaman seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) di tanam di tepi bukit yang mengarah ke area selamat datang, sehingga terlihat lebih estetis karena tanaman tersebut memiliki bunga yang indah. Tanaman tersebut ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Untuk tanaman ketapang (terminalia cattapa), nyamplung (Callophyllum inophyllum), dan buni (Antidesma bunius) di tanam bergantian (selang-seling) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. (Gambar 10). Tata Hijau sebagai Fungsi Estetis Penggunaan vegetasi untuk fungsi estetis digunakan di semua area terutama area selamat datang, area main office, area sekitar jalan dan median jalan, serta area perumahan karyawan. Tanaman untuk fungsi estetis dipilih yang berukuran relatif kecil (mungil), indah baik hias daun, hias bunga maupun karena

72 struktur percabangan yang menarik. Pemilihan tanaman yang berukuran kecil seperti semak, dan penutup tanah bertujuan agar gedung main office tetap mencolok dan tidak terhalangi oleh tanaman sebagai pelengkap bangunan. Walaupun demikian, jenis pohon tetap digunakan terutama jenis pohon peneduh karena iklim tapak yang relatif panas. Jenis tanaman semak yang digunakan adalah soka (Ixora sp.) dan tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla). Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah tanaman kacang-kacangan (Arachis pintoi). Penanaman di taman depan main office dan area penerimaan ditata secara semi formal (simetris dan geometris organik) dan dikombinasikan dengan gradasi ketinggian melalui pemangkasan dan modifikasi kontur tapak yang relatif datar. Pemangkasan dengan metode topiyari yang sudah ada dipertahankan karena tanaman terlihat lebih estetis. Penggunaan vegetasi dapat dikombinasikan dengan elemen taman yang lain seperti air dan batu. Penggunaan elemen air dilakukan dengan membuat kolam dan air terjun untuk menyegarkan dan memberikan kesan dinamis. Pembuatan kolam air terjun pada taman di depan main office memberikan pemandangan yang baik dan dapat mengurangi kesan kaku oleh area pabrik di sekitarnya. Penanaman di sekitar kolam terutama menggunakan tanaman semak dan perdu hias sedangkan pohon besar digunakan sebagai peneduh. Fungsi tanaman sebagai pengarah dan pelembut struktur bangunan juga termasuk tata hijau untuk fungsi estetis. Vegetasi pengarah terutama digunakan dalam lokasi industri, sebagai pemisah jalur kendaraan atau di kiri dan kanan jalan. Kriteria pemilihan tanaman antara lain mempunyai batang yang besar, percabangan sedikit, daun sedikit, tinggi. Vegetasi pengarah ditata secara simetris dengan preferensi terhadap satu jenis tanaman dan untuk mengurangi kesan monoton pola penanaman dapat dikombinasikan dengan pola organik. Selain itu, digunakan kombinasi tanaman jenis evergreen dan deciduous akan memberikan aksen dan variasi visual menurut musim. Penggunaan tanaman pengarah diutamakan yang dapat memenuhi fungsi estetis. Khusus untuk median jalan digunakan semak rendah dengan bentuk daun dan bunga yang menarik. Vegetasi sebagai pelembut struktur bangunan digunakan di sekitar dinding plant dan bangunan gudang yang memberikan kesan kaku dan monoton. Pemilihan tanaman berdasarkan nilai estetis tanaman, terutama tanaman semak

73 dan pohon yang mempunyai tajuk yang tidak lebat, bentuk tajuk melingkar atau kolumnar dan jenis-jenis tanaman yang mempunyai sedikit percabangan seperti ketapang (Terminalia cattapa). Tabel 11. Jenis Penanaman dan Jenis Tanaman di Kawasan Industri No Jenis Penanaman Jenis Tanaman Keterangan 1 Green Belt Pada Area Batas Kawasan 2 Pereduksi kebisingan 3 Tepi jalan sepanjang area selamat datang hingga main office 4 Tepi jalan di sepanjang area pabrik/plant Kayu Putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia mangium), bougenvil (Bougenvilla sp.), Tanjung (Mimusoph elengi) kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia manguim) tanjung (Mimusoph elengi) bougenvil (Bougenvilla sp.) tanjung (Mimusops elengi). soka (Ixora sp.) tanjung (Mimusoph elengi), bougenvil (Bougenvilla. sp), trembesi (Samanea saman), mahoni (Swietenia mahogani), soka (Ixora sp.), cassia (Cassia multijuga). Keliling kawasan industri tersebut sekitar 12400 meter. Penanaman yang dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Jumlah baris tanaman yang ditanam adalah 4 baris. di area power plant dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Kombinasi semak menutupi celah batang pohon utama. Di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Di sepanjang jalan yang menghubungkan pabrik/plant yang satu dengan yang lain penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. 5 Hutan konservasi Barringtonia asiatic, kayu putih (Eucalyptus sp.), soka (Ixora sp.) 7 Gerbang Area Selamat Datang palem raja (Roystonea regia), Delonix regia (flamboyan), soka (Ixora sp.). 8 Main Office Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) 9 Median jalan Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) Di area tepi sungai yang rawan terkena erosi dan area bukit yang rawanlongsor. Penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Penanaman dengan dibentuk menjadi topiyari sehingga terlihat lebih formal. Penanaman dengan dibentuk menjadi pola organik. Fasilitas Rencana fasilitas yang akan dikembangkan berupa penataan fasilitas yang diperlukan serta penambahan fasilitas yang terkait dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai penunjuk jalan, pemisahan jalur dan pengamanan tikungan. Selain itu, dilakukan penambahan fasilitas di kawasan industri tersebut dengan menambahkan fasilitas di perumahan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas

74 shelter, area parkir, lampu, serta bangku taman. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk menunjang produktifitas dari karyawan pabrik tersebut. Fasilitas perumahan Penempatan perumahan karyawan terletak di area depan dengan mempertimbangkan pola penyebaran debu dari lokasi industri dan jarak dengan lokasi perumahan karyawan yang ada. Rumah untuk karyawan dibedakan antara rumah untuk karyawan yang sudah berkeluarga dan rumah untuk karyawan yang belum berkeluarga. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang dapat mencegah masuknya debu ke area pemukiman yaitu dengan menanam tanaman kayu putih (Eucalytus sp.) dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Fasilitas olahraga Fasilitas olahraga yang ada terletak di lahan kosong di sekitar area perumahan. Fasilitas olahraga yang tersedia yaitu lapangan sepak bola dan lapangan basket. Lapangan olahraga tetap ditempatkan pada posisi semula karena terletak pada zona non produksi sehingga berolahraga pun dapat menjadi aman dan nyaman. Di sekitar lapangan olahraga ditanam vegetasi yang berguna untuk menambah kesejukan yaitu dengan menanam kayu putih (Eucalyptus sp.), atau tanjung (Mimusoph elengi), dengan jarak tanaman 3 m x 3 m. Fasilitas rekreasi Fasilitas rekreasi disediakan di area non produksi berupa hutan rekreasi di area bukit. Hutan rekreasi tersebut nantinya digunakan sebagai sarana untuk outbond sehingga perlu ditanam berbagai macam tanaman yang sesuai dengan hutan rekreasi tersebut. Hutan rekreasi ini juga dibuat sesuai dengan hutan sebenarnya dimaksudkan agar suasana yang tercipta di hutan ini lebih terasa dengan adanya kicauan burung dan habitat satwa yang lainnya. Shelter Shelter diletakkan di depan kantor, dan di depan area pabrik yang dipisahkan dengan jalur hijau berupa semak dan perdu untuk meningkatkan kenyamanan. Lampu Lampu jalan yang digunakan memiliki tinggi tiang sekitar 20 meter dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch dan sudut penerangan

75 diusahakan sekitar 80 o. Jenis lampu yang digunakan adalah tipe sodium high pressure atau merkuri karena lampu sesuai untuk daerah industri dan mempunyai daya guna yang relatif tinggi. Jarak antar lampu yang digunakan sekitar 50 meter kecuali di tempat-tempat yang rawan. Lampu taman yang digunakan terdiri dari 2 tipe untuk variasi. Lampu tipe 1 mempunyai ketinggian 1,05 m dan tipe 2 mempunyai ketinggian 1,16 m dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch. Bangku Taman Bangku taman dialokasikan pada ruang pasif di sekitar lapangan olahraga. Bentuk bangku yang direncanakan adalah bangku sandaran. Ukuran bangku sandaran adalah panjang 1,8 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,45 m. Bangku taman dibuat dari bahan besi dengan beralaskan rumput. Parkir Tempat parkir mencakup parkir untuk bis dan kendaraan pribadi. Tempat parkir diletakkan di setiap area plant atau pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang memiliki kendaraan bermotor. Rambu-rambu lalu lintas Rambu lalu lintas yang diperlukan antara lain kaca cembung dan pembatas jalan. Kaca cembung diletakkan pada tikungan yang berbahaya karena terhalang oleh dinding atau pagar yang masif. Pembatas jalan digunakan untuk jalan-jalan kolektor dua arah yang lebar dan sering dilewati kendaraan berukuran besar. Sirkulasi Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara area aktifitas atau antar ruang dan berbagai fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan industri. Sirkulasi primer yang dibuat merupakan sirkulasi utama yang menghubungkan setiap kawasan industri. Sirkulasi utama ini merupakan jalan dengan lebar hingga 20 meter. Pada sirkulasi primer ini terdapat trotoar atau pedestrian dengan lebar 1-2 meter. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan jalan kolektor dengan lebar 8 hingga 12 meter. Pada sirkulasi sekunder ini juga terdapat pedestrian dengan lebar 0,5-1 meter. Di persimpangan jalan dibuat road island untuk mengurangi kemonotonan dengan menggunakan vegetasi semak, penutup tanah dan pohon.

76 Sirkulasi direncanakan dengan memisahkan jalur sirkulasi untuk kendaraan yang besar seperti truk dan kontainer dengan kendaraan yang berukuran kecil seperti mobil dan motor, serta sirkulasi pejalan kaki atau pedestrian. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang sedang melakukan aktifitas di dalam pabrik, baik yang menggunakan kendaraan ataupun yang berjalan kaki.