BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PERFITRI dan Merck Konsisten Lanjutkan Edukasi Infertilitas dan Bayi Tabung

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Dimana sarana kesehatan pemerintah maupun swasta semakin

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

PERHIMPUNAN FERTILISASI IN VITRO INDONESIA PERKUMPULAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA [PERFITRI - POGI]

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan standar yang telah ditetapkan perusahan dan standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rumah sakit termasuk salah satu BLU (Badan Layanan Umum) yang

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non. akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

INTERNAL SERVICE PROJECT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kearah perbaikan kualitas dan profesionalisme di berbagai sektor. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan perhatian utama. bayi terbesar di Indonesia adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. World Health Organization (WHO), di tahun 2012 ada 14,1 juta kasus baru kanker

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi pemerintah maupun non-pemerintah. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bagi penyedia layanan. Tekanan tersebut merupakan dampak dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Internasional Bintaro

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. sakit swasta di Surabaya yang menangani pelayanan dibidang obstetri dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rumah sakit menghadapi suatu masalah global akan

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan dengan harapannya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

HASIL BISNIS KUARTAL PRUDENTIAL INDONESIA MEMPERTAHANKAN FONDASI KOKOH UNTUK TERUS BERTUMBUH

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat diperlukan masyarakat. Pelayanan rumah sakit termasuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keperawatan Maternitas Abad ke-21

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan atau asuhan pasien. Dewasa ini telah berkembang model pelayanan pasien dari model lama, dimana dokter menjadi pusat pemberi layanan pasien menuju model PCC (patient-centered care) yang berpusat pada pasien atau penyakit yang dikelilingi para profesional pemberi pelayanan, serta peran dokter sebagai pemimpin kelompok atau mentor (Streisfield et al, 2015). PCC merupakan model utama, terkini serta menjadi tren pelayanan kesehatan rumah sakit secara Internasional. Namun, model pelayanan ini belum banyak diterapkan di rumah sakit di Indonesia, sehingga menjadi salah satu alasan pasien lokal mencari pelayanan kesehatan di luar negeri. Berbagai alasan mengapa model PCC layak diterapkan di klinik layanan bayi tabung, meliputi : Pertama, pelayanan yang berpusat pada pasien penting pada seluruh segmen pelayanan kesehatan dan didefinisikan sebagai salah satu dari enam dimensi kualitas pelayanan kesehatan. Kedua, tingkat keberhasilan yang rendah dimana sepertiga pasangan infertil akhirnya tidak dapat memiliki anak meskipun teknik reproduksi berbantu sudah sangat maju. Oleh karena itu, indikator proses, seperti pelayanan berpusat pada pasien, sangat penting sebagai indikator luaran. Ketiga, telah dilaporkan bahwa pasien ingin memiliki pelayanan yang berpusat pada pasien, selain tatalaksana medis yang efektif. Keempat, infertilitas dan penanganannya melibatkan beban fisik dan emosional untuk kedua pihak dan berkontribusi terhadap tingginya angka drop-out. Sebagai contoh, pasien yang secara sukarela berhenti dari terapi infertilitas menyebutkan adanya beban psikologis yang tinggi (72%) dan kurangnya empati staf (32%). Hal ini menunjukkan kurangnya pelayanan berpusat pasien sebagai penyebab drop out karena alasan non-medis. Keempat alasan ini jelas mengindikasikan pelayanan infertilitas perlu berfokus pada aspek kualitas layanan dan tidak hanya efektifitas layanan. 1

2 1. Pendirian Program Melati di RSAB Harapan Kita Teknologi reproduksi berbantu (TRB) mencakup semua teknik yang melibatkan manipulasi langsung oosit di luar tubuh. Bayi tabung pertama didunia dilahirkan di kota London Inggris pada tahun 1978 (Depkes RI, 2001; Edward, 2007). Kelahiran bayi pertama hasil proses teknologi tersebut merupakan hasil dari beberapa kegagalan sebelumnya. Pada teknologi tersebut tidak dilakukan perangsangan folikel melainkan berdasarkan siklus alami. Keberhasilan melahirkan bayi tabung pertama tersebut diikuti oleh keberhasilan serupa di Australia, Amerika, Perancis, Swedia, Belanda, dan Jerman (Edward, 2007). Sepuluh tahun sejak kelahiran bayi tabung pertama di dunia, Klinik Melati RSAB (Rumah Sakit Anak dan Bunda) Harapan Kita mampu melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia. Keputusan Presiden RI No. 018/B/Tahun 1987 tanggal 20 Februari tentang Proyek Melati RSAB Harapan Kita, melalui SK Direktur No: KEP. 011/RSAB/DIR/IV/1987 menetapkan Tim Proyek Melati pada tanggal 16 April 1987. Keberhasilan ini diikuti kelahiran bayi tabung berikutnya, hingga dekade 2004 Klinik Melati menjadi acuan kemajuan bayi tabung di Indonesia (Buku putih melati,1987). Pada kurun periode tersebut, belum banyak rumah sakit lain yang mampu mendirikan pusat pelayanan bayi tabung, terutama karena izin pembukaan klinik tersebut masih diperketat terutama bagi RS swasta. Adapun RS vertikal di bawah Kemenkes pada waktu itu adalah RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) di Jakarta, RS DR Soetomo di Surabaya, RS Sardjito di Yogyakarta, RS Hasan Sadikin di Bandung dan RS Sanglah di Bali. 2. Perkembangan pelayanan bayi tabung di Indonesia Selama dua dekade, Klinik Melati RSAB Harapan Kita menjadi tujuan utama pasutri yang ingin mengikuti program bayi tabung. Namun, dengan semakin banyak didirikannya pusat pelayanan bayi tabung di Indonesia, Klinik Melati kemudian tidak lagi menjadi pilihan utama pasutri dalam mengikuti program bayi tabung. Berdasarkan data 2013, Klinik Melati berada diurutan 9 dari

3 23 pusat pelayanan bayi tabung di Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan pasien (jumlah siklus pertahun). Perkembangan pelayanan bayi tabung di Indonesia dimulai dari pendirian pusat pelayanan bayi tabung oleh RS Swasta seperti Klinik Morula RS Bunda Jakarta, RS Siloam Surabaya, Halim Fertility Center Medan, Family Fertility Center Jakarta, Klinik Teratai RS Gading Pluit, RS SamMarie, RS Asri di Jakarta dan lainya. Dengan semakin berkembangnya layanan bayi tabung oleh berbagai RS Swasta, tanggal 13 Maret 2009 didirikan Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) yang merupakan perkumpulan seminat para dokter yang memberikan pelayanan dan memiliki minat dalam bidang Fertilisasi In Vitro (FIV) di Indonesia yang diresmikan di Jakarta. Dalam bahasa Inggris, PERFITRI disebut Indonesian Association for In Vitro Fertilization (Perfitri update buletin, 2012). Sebagai organisasi nasional, PERFITRI memiliki visi meningkatkan akses, kenyamanan dan kepercayaan pasien dalam menerima pelayanan FIV di Indonesia. Adapun misi dari PERFITRI adalah menyusun standar dan panduan pelayanan FIV di Indonesia, memperbaiki sistem rujukan pelayanan infertilitas di Indonesia, serta mengembangkan pelayanan FIV dengan biaya yang terjangkau. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi pendirian PERFITRI. Diantaranya adalah fenomena semakin banyak pasangan usia subur dari Indonesia yang mengikuti program bayi tabung di luar negeri, terutama di Singapura dan Malaysia. Demikian banyaknya peminatan pasien dari Indonesia hingga penyedia layanan bayi tabung di luar negeri berniat untuk mendirikan cabang di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tingginya biaya pelayanan bayi tabung di Indonesia dibandingkan Malaysia, Thailand atau Vietnam (Wong, 2008). 3. Posisi Klinik Melati dalam pelayanan bayi tabung di Indonesia Pada laporan PERFITRI tahun 2012, Klinik Melati berada pada urutan kedelapan dari 19 pusat pelayanan bayi tabung di Indonesia berdasarkan jumlah pasien dengan siklus yang ditangani per tahun mencapai 84 siklus, namun jumlah ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan klinik bayi tabung Siloam Surabaya

4 yang merupakan urutan pertama dengan pencapaian jumlah 950 per tahunnya, Klinik Morula RS Bunda Jakarta yang mencapai angka 620 serta Klinik Yasmin RSCM yang mencapai 300 siklus pertahun. Asumsi laporan tahun 2016, pencapaian ketiga klinik bayi tabung semakin meningkat dengan jumlah siklus yang hingga 60-75% dari jumlah siklus bayi tabung di Indonesia. Saat ini, ada sebanyak 26 pusat pelayanan bayi tabung di Indonesia yang tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo, Magelang, Bali dan Medan. Keadaan sebaliknya terjadi di klinik Melati RSAB Harapan Kita, dimana tidak terdapat tren peningkatan jumlah siklus yang ditangani dan cenderung menetap hingga menurun bila dibandingkan periode 10 tahun lalu. Kurangnya peningkatan mutu pelayanan dapat disebabkan ketidakmauan peningkatan ilmu dan pemilihan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), fasilitas pelayanan yang tidak diperbaharui serta kurangnya kenyamanan pasien. Kunjungan pasien yang semakin berkurang bukan saja dikarenakan semakin banyaknya fasilitas pelayanan bayi tabung yang baru dibuka, tetapi juga kurangnya promosi atau pemasaran yang dilakukan, kurang menjaga relasi terhadap pelanggan melalui peningkatan kualitas pelayanan dan keramahan serta belum diterapkannya model PCC infertilitas dalam pelayanan.

5 Grafik 1. Data kunjungan pasien di Klinik Melati RSAB tahun 2007-2015 140 120 100 80 60 40 Pasien BATAB OPU ET HAMIL 20 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 2. Data keberhasilan pasien bayi tabung di Klinik Melati RSAB Berangkat dari permasalahan tersebut, kami mencoba mencari penyebab kenapa klinik melati tidak lagi menjadi tujuan utama bagi pasutri yang ingin mengikuti program bayi tabung di Indonesia. Berbagai asumsi yang dapat menjadi penyebab paling dominan adalah kualitas pelayanan yang berhubugan dengan kepuasan pelanggan dan belum dijalankanya model pelayanan infertilitas berpusat pada pasien (PCC Infertilitas). Pelayanan berkualitas tinggi untuk pasien infertilitas harus berorientasi pada pasien. Beberapa penelitian telah menunjukkan pendapat pasien yang memahami mengenai pelayanan tersebut, tetapi sejauh yang kami ketahui, belum ada penelitian yang menyediakan model untuk konsep pelayanan infertilitas berorientasi pada pasien (PCC Infertilitas) yang kompleks. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif ini ditujukan untuk memahami PCC Infertilitas dari sudut pandang pasien

6 B. Perumusan Masalah Model pelayanan infertilitas di klinik Melati semestinya menuju pada konsep pelayanan infertilitas berpusat pada pasien yang kompleks. Oleh sebab itu, diperlukan kajian penelitian untuk memahami Apakah pelayanan atau asuhan infertilitas yang diberikan telah berpusat pada pasien?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Melihat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan responden terhadap kepuasan pelayanan (PCC) di klinik Melati RSAB Harapan Kita 2. Melihat hubungan antara dimensi PCC faktor sistem dengan kepuasan pelayanan (PCC) di klinik melati RSAB Harapan Kita 3. Melihat hubungan antara dimensi PCC faktor manusia dengan kepuasan pelayanan (PCC) di klinik melati RSAB Harapan Kita 4. Menemukan dimensi yang paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan pelayanan (PCC) di klinik melati RSAB Harapan Kita

7 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti sebagai upaya perbaikan mutu pelayanan infertilitas di Klinik Melati sehingga layanan yang dapat berlangsung sesuai harapan pasien. E. Keaslian Penelitian Belum ditemukan penelitian serupa tentang model pelayanan yang berpusat pada pasien (PCC Infertilitas) di pusat pelayanan bayi tabung di Indonesia, terutama bagi klinik bayi tabung yang berada di lingkungan RS vertikal Kemenkes RI. Namun, beberapa penelitian PCC telah dilakukan antara lain : 1. Penelitian Dancet et al (2011) Penelitian kualitatif yang ditujukan untuk memahami Asuhan infertilitas berpusat pada pasien (PCC Infertilitas) dari sudut pandang pasien. Dilakukan pada 103 pasien dari dua negara Eropa (Belanda dan Belgia) untuk mengetahui pengalaman positif dan negatif pasien terkait pelayanan infertilitas di klinik bayi tabung. Hasil penelitian didapatkan bahwa PCC Infertilitas bergantung pada 10 dimensi yang detail, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor sistem dan manusia dan terdapat hubungan dua-arah antara kedua faktor tersebut. Faktor sistem, diurutkan berdasarkan prioritas pasien, meliputi : ketersediaan informasi, kompetensi staf dan klinik, koordinasi dan integrasi, aksesibilitas, berkelanjutan, transisi, dan kenyamanan fisik. Faktor manusia adalah : sikap dan hubungan dengan staf, komunikasi, keterlibatan pasien, kerahasiaan, dan dukungan emosional. Didapatkan model interaksi untuk memahami konsep tersebut. 2. Penelitian Bennet et al (2014) Penelitian tentang tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada 212 pasien infertil di Indonesia. Berlangsung sejak Juli hingga September 2011 pada wanita infertil yang sudah menikah, usia 18 hingga 45 tahun dan menjalani layanan diklinik bayi tabung Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Hasil penelitian didapatkan dokter konsultan fertilitas (K-FER) sebagai sumber

8 informasi yang paling berguna oleh 65% responden, 94% mengerti bahwa infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki dan perempuan, 84% bisa membedakan antara infertil dan steril, dan 70% bisa mengidentifikasi periode kesuburan mereka. Namun sebagian besar 87% pasien butuh pengetahuan lebih lanjut mengenai reproduksi dan infertilitas. Pengetahuan pasien mengenai penyebab dan pengobatan infertilitas sangat rendah. 3. Penelitian Pedro et al (2013) Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PCC dan niat pasien terhadap kepatuhan pengobatan dan meneliti karakteristik psikometri versi dari PCQ-Infertilitas (konstruksi misvaliditas dan konsistensi internal) dalam kelompok pasien yang menjalani pengobatan FIV di Portugal. Hasil penelitian mendapatkan pasien dengan pengalaman PCC lebih positif memiliki niat kuat untuk mematuhi pengobatan kesuburan. PCQ-Infertilitas dapat menjadi alat yang berguna bagi klinik FIV untuk menilai dan menerapkan layanan PCC yang lebih baik. 4. Penelitian Bertakis et al (2011) Penelitian yang mengkaji hubungan antara PCC dengan menurunnya jumlah pemanfaatan layanan kesehatan, didapatkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna.