Bab V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan Merupakan

KAJIAN TEORITIS HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN DATA RUNTUN WAKTU

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK PADA HASIL PENGUKURAN MEAN SEA LEVEL SATELIT ALTIMETRI JASON 2

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. langsung melihat database yang digunakan dengan cara menekan tombol open

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).

Kenyo Puspito Rini 1), Ir. Usman Effendi, MS. 2), Dhita Morita Ikasari, STP, MP. 2)

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan suatu kegiatan memprediksi nilai dari suatu

APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING ABSTRACT

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin bertambah ketatnya persaingan dalam bidang perdagangan. Setiap usaha

Neural Networks. Machine Learning

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah

SISTEM PERINGATAN DINI PENCAPAIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I-1

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

SISTEM PERAMALAN STOK OBAT MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

2016 OPTIMAL ANOMALOUS SHORT TERM LOAD FORECASTING BERBASIS ALGORITMA FEED FORWARD BACKPROPAGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Statistika ISSN:

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. konstan, namun ada beberapa periode yang memperlihatkan keadaan yang ekstrim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ANTARA METODE STATISTIKA DAN METODE NEURAL NETWORK PADA MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Seleksi Model Neural Network Menggunakan Inferensi Statistik dari R 2 increment dan Uji Wald untuk Peramalan Time Series Multivariat

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

PERAMALAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE PENGHALUSAN EKSPONENSIAL HOLT - WINTER

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

(FORECASTING ANALYSIS):

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Unnes Journal of Mathematics

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

Jurnal String Vol. 2 No. 1 Agustus 2017 p-issn: e-issn:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

NEURAL NETWORK BAB II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III NONLINEAR GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (N-GARCH)

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Transkripsi:

Bab V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan pada pembahasan dalam Bab III dan IV. Kesimpulan ini sebagai jawaban dari permasalahan dan sekaligus hasil yang telah dicapai berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dinyatakan dalam Bab I. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang telah diberikan pada Bab II. Kemungkinan pengembangan dari disertasi ini diberikan sebagai masalah terbuka, khususnya yang berkaitan dengan peramalan untuk data time series musiman yang menggunakan metode hibrid transformasi wavelet sebagai data preprocessing dan 5.1 Kesimpulan Model MSAR merupakan modifikasi model MAR yang dikonstruksi seperti model Seasonal Autoregressive (SAR) dan model MSAR-FFNN merupakan modifikasi model MAR-FFNN yang dikonstruksi seperti model SAR- Modifikasi yang dilakukan adalah dengan cara menambah input yang berupa lag musiman dengan atau tanpa lag yang dekat dengan lag musiman dari koefisien wavelet dan koefisien scaling (hasil dekomposisi MODWT) yang potensial sebagai input. Penambahan input tersebut dimotivasi adanya fakta bahwa beberapa Cross Correlation Functions (CCFs) antara suatu data time series musiman yang stasioner dengan koefisien wavelet atau koefisien scaling pada skala tertentu membentuk pola musiman yang sesuai dan signifikan. Sedangkan untuk data time series nonlinier yang musiman, plot dari lag-lagnya ada yang membentuk pola musiman yang sesuai dan signifikan. Jadi lag musiman atau lag yang dekat dengannya dari koefisien wavelet dan koefisien scaling pada skalaskala tertentu berpotensi secara signifikan mempengaruhi akurasi ramalan data time series musiman yang stasioner. 136

137 Ekspresi generalisasi model untuk model MAR, model MSAR, model MAR-FFNN dan model MSAR-FFNN ditunjukkan sebagaimana Persamaan (3.14). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jika data yang digunakan merupakan data time series non musiman dan input-output mempunyai hubungan linier maka terbentuk model MAR. 2. Jika data yang digunakan merupakan data time series musiman dan inputoutput mempunyai hubungan linier maka terbentuk model MSAR. 3. Jika data yang digunakan merupakan data time series non musiman dan input-output mempunyai hubungan nonlinier maka terbentuk model MAR- 4. Jika data yang digunakan merupakan data time series musiman dan inputoutput mempunyai hubungan nonlinier maka terbentuk model MSAR- Algoritma backpropagation merupakan suatu algoritma untuk mendapatkan bobot-bobot pada tiap-tiap lapisan neural networks dengan cara meminimumkan nilai ukuran error pada keseluruhan himpunan training. Salah satu penyelesaian masalah optimisasi di atas dilakukan dengan menggunakan suatu metode gradient descent. Algoritma resilient backpropagation didasarkan pada algoritma backpropagation tradisional yang memodifikasi bobot dari neural networks untuk menemukan minimum lokal dari fungsi error. Untuk menentukan gradien dibutuhkan perhitungan derivatif parsial order kesatu dari fungsi error terhadap tiap-tiap komponen bobot networks. Bobot-bobot yang dimodifikasi akan berlawanan arah derivatif parsial sampai minimum lokal dicapai. Jika nilai derivatif parsial negatif, nilai bobot dinaikkan namun jika positif, nilai bobot diturunkan. Hal ini menjamin bahwa minimal lokal dapat tercapai. Semua derivatif parsial dihitung menggunakan aturan rantai. Sebagai dasar updating bobot-bobot dalam algoritma resilient backpropagation digunakan learning rate terpisah yang dapat berubah selama proses pelatihan dan tanda dari derivatif parsial yang dapat memberikan informasi arah gradien lokal. Secara khusus algoritma untuk mendapatkan informasi arah gradien lokal dari model MSAR- FFNN telah dijelaskan pada Bab III Lemma 3.2.1. Updating bobot-bobot netwoks

138 dilakukan berdasarkan Lemma 3.2.1. dan Teorema 3.2.2. Sifat-sifat konsisten dan asimtotik normal dari estimator parameter bobot-bobot MSAR-FFNN dijelaskan pada Teorema 3.2.3 dan Teorema 3.2.4. Prosedur pembentukan model MSAR optimal sebagai berikut, pertama melakukan dekomposisi MODWT pada data time series musiman yang stasioner (data distasionerkan terlebih dulu jika belum stasioner). Kedua, melakukan plot CCF dan melakukan uji Terasvirta, jika hasil plot CCF menunjukkan pola musiman yang signifikan dan uji Terasvirta non signifikan maka dilakukan estimasi model MSAR sebagaimana Persamaan (3.1) dengan menggunakan metode stepwise. Prosedur ini memilih variabel input yang berupa lag-lag dari koefisien wavelet dan koefisien scaling yang signifikan dalam skema forward untuk model linier. Hasil empiris menunjukkan bahwa prosedur yang dihasilkan dengan cara penambahan lag-lag musiman atau yang dekat dengan lag musiman dan mengaplikasikan metode stepwise dapat bekerja dengan baik dalam proses pemodelan MSAR untuk data time series musiman. Sebagai contoh model MSAR dalam penelitian ini menggunakan data Simulasi, data Tingkat CO 2 dan data AirPassengers. Prosedur pembentukan model MSAR-FFNN optimal yaitu pertama melakukan dekomposisi MODWT pada data time series yang stasioner (data distasionerkan terlebih dulu jika belum stasioner). Kedua, melakukan plot CCF atau plot lag dan melakukan uji Terasvirta. Jika hasil plot CCF, plot lag menunjukkan pola musiman yang signifikan serta plot lag membentuk pola nonlinier tegas dan uji Terasvirta juga signifikan maka dilakukan estimasi model MSAR-FFNN sebagaimana Persamaan (3.13). Strategi pembentukan model MSAR-FFNN optimal secara iteratif dilakukan dengan mengimplementasikan algoritma resilient backpropagation serta kombinasi kriteria pemilihan model terbaik AIC, signifikansi uji Wald dan uji F dalam skema forward. Strategi yang dilakukan untuk menentukan banyaknya neuron di lapisan tersembunyi, melibatkan seluruh variabel input dari full model. Proses penentuan banyaknya neuron di lapisan tersembunyi yang optimal dilakukan dengan langkah maju atau Bottom Up dan didasarkan pada kriteria informasi AIC. Jika penambahan 1

139 neuron di lapisan tersembunyi berakibat nilai AIC lebih kecil secara statistik maka dilakukan penambahan 1 neuron berikutnya dan dilakukan secara iteratif sampai diperoleh banyaknya neuron di lapisan tersembunyi yang optimal. Proses penentuan variabel-variabel input yang optimal dilakukan dengan langkah maju (forward) yang dimulai dengan satu variabel input yang mempunyai nilai paling besar. Selanjutnya evaluasi penambahan satu variabel input berikutnya dipilih berdasarkan p-value yang terkecil dan signifikan dari hasil uji Wald. Selanjutnya dilakukan uji F antara model sebelum dan sesudah ditambahkan satu variabel. Penambahan satu variabel input dilakukan secara iteratif sampai diperoleh variabel input yang optimal. Variabel input dikatakan telah optimal bila sudah tidak ada lagi variabel input yang signifikan yang akan ditambahkan berdasarkan uji Wald atau penambahan satu variabel input tidak signifikan berdasarkan uji F. Hasil empiris menunjukkan bahwa prosedur yang dihasilkan dengan cara penambahan lag-lag musiman atau yang dekat dengan lag musiman dan mengaplikasikan kriteria informasi (AIC), uji Wald dan uji F dalam skema forward dapat bekerja dengan baik dalam proses pembentukan model MSAR- FFNN untuk data time series musiman. Sebagai contoh model MSAR-FFNN dalam penelitian ini adalah data simulasi dari model nonlinier musiman yang stasioner, data riil Traffic, data CO 2 dan data AirPassengers. Model MSAR-FFNN sangat akurat jika digunakan untuk data time series musiman yang mempunyai karakteristik nonlinier tegas. Karakteristik ini diidentifikasi melalui plot dari laglagnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh model MSAR-FFNN untuk data Simulasi nonlinier yakni model MSAR-FFNN[ J 0 =2,Haar] dan model MSAR-FFNN untuk data Tingkat CO 2 yakni model MSAR-FFNN[ J 0 =4,Haar]. Kedua model tersebut mempunyai tingkat keakuratan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model SARIMA dan model Holt-Winters Exponential Smoothing. 2 R 5.2 Masalah Terbuka Model hibrid antara Transformasi Wavelet dan Neural Networks dalam kerangka pemodelan statistik dapat dipandang sebagai model nonlinear yang

140 fleksibel sebagai alat analisis data untuk peramalan data time series yang masih mempunyai peluang besar untuk dikembangkan dan dikaji lebih lanjut. Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini diperoleh beberapa permasalahan terbuka yang dapat dilakukan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu pengembangan model hibrid antara Transformasi Wavelet dan Neural Networks untuk peramalan data time series musiman univariat yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. memuat komponen tren additive damped dan musiman additive 2. memuat komponen tren additive damped dan musiman multiplicative 3. memuat komponen tren multiplicative dan musiman additive 4. memuat komponen tren multiplicative dan musiman multiplicative 5. memuat komponen tren multiplicative damped dan musiman additive 6. memuat komponen tren multiplicative damped dan musiman multiplicative 7. double seasonal 8. pola musiman kompleks.