BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS), Herpes, Trikomoniasis, dan lain lain (Dinkes Jateng, 2009). Dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan kejadian PMS banyak di Dunia termasuk Indonesia. Upaya pemberantasan dan pengendalian PMS sering kali mengalami kesulitan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penyebaran PMS (Benson, 2008). Gonorrhea adalah salah satu PMS yang paling tua yang sudah tersirat dalam laporan-laporan di Alkitab, Literature hindu dan papyrus Mesir. Penyebabnya adalah kuman bakteri Neisseria Gonorrhoae. Risiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada perempuan ke laki-laki. Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan kepada bayi yang akan lahir dapat menyebabkan infeksi pada mata dan akhirnya kebutaan pada bayi bila tidak diketahui dan diobati (Harmanto, 2006). Gonorrhea merupakan penyakit tertinggi no. 4 di dunia di antara penyakit menular yang lain. Data tahun 2009 World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 62 juta kasus Gonorrhea baru terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Dan pada tahun 2009-2010 kejadian Gonorrhea 1
2 meningkat dari 4% menjadi 9%. Dan pada tahun 2011meningkat lagi menjadi 11% dan kejadian terbesar Gonorrhea di dunia di Amerika Serikat (Center for Disease Control, 2011). Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesian prevelensi Gonorrhea meningkat sampai 10% pada beberapa kelompok WPS, 35% pada kelompok waria dan 2% pada kelompok ibu hamil. Pada tahun 2010 di Indonesia dari 2500 WPS 28,6% menginfeksi Gonorrhea. Penggunaan kondom juga tidak konsisten yaitu 73,2% baik yang tidak memakai kondom maupun yang jarang dalam memakai kondomnya (Daili, 2009). Hasil jumlah grafik penderita IMS yang berobat di Rumah Sakit kota Semarang dari tahun 2005 sampai 2010 angka kejadian Gonorrhea berada pada peringkat ke empat sekitar 403 jiwa, servisitis 5111 jiwa, Condyloma 591 jiwa, Herpes simplex 473 jiwa, Trichomonas 112 jiwa, Sypilis 29 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010). Berdasarkan klinik IMS di kota Semarang kasus IMS untuk 3 klinik IMS terjadi penurunan kunjungan kasus IMS pada bulan Desember jika dibandingkan bulan Januari. Klinik IMS Griya Asa turun sebesar 13% dari 43% menjadi 30%, klinik IMS Puskesmas Mangkang turun 3% dari 22% manjadi 19%. Sedangkan di klinik IMS Puskesmas Lebdosari turun 27% dari 41% menjadi 14% (Dinas Kota Semarang, 2010). Gejala dan tanda timbul 7-21 hari dimulai secret di vagina yang purulen kuning kehijauan yang berasal dari serviks. Hal ini menjadikan perempuan itu sebagai sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko
3 mengalami penyulit. Bila sudah mengalami penyebaran dapat bergejala sakit waktu kencing dan sering kencing, pembengkakan di kelenjar, demam dan nyeri sedikit diperut bagian bawah. Bila tidak diobati dapat terjadi penyakit radang panggul yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan (Harmanto, 2006). Upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual dilakukan beberapa langkah di antaranya Lokalisasi, agar Wanita Pekerja Seksual mudah dikontrol dan diberikan proteksi pengobatan, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual dan untuk menekan penyebaran penyakit menular yang menimbulkan masalah dan malapetaka dalam rumah tangga yaitu menggunakan kondom (Manuaba, 2009). Promosi perilaku seks yang lebih aman sudah dijadikan salah satu prioritas program di berbagai negara untuk mengekang laju penyebaran PMS di masyarakat. Salah satu aspek penting promosi kondom setiap melakukan hubungan seksual, terutama oleh mereka yang suka berganti-ganti mitra seks. Promosi penggunaan kondom untuk mencegah penyakit menular akibat hubungan kelamin yang tidak aman telah mengubah fungsi kondom dari alat untuk mencegah kehamilan menjadi alat untuk mencegah penularan penyakit seksual (Munijaya, 1998). Dari data Puskesmas Lebdosari Semarang tahun 2013, pada bulan Januari jumlah WPS yang terkena Gonorrhea berjumlah 12 orang prevalensi umur 15-19 tahun 1orang, umur 20-24 tahun 4 orang, umur 25-49 tahun ada 7 orang. Pada bulan Februari yang terkena Gonorrhea berjumlah 6
4 WPS prevalensi umur 15-19 tahun 1 orang, umur 20-24 tahun 1 orang, umur 25-49 tahun 4 orang. Pada bulan Maret terdapat 8 WPS dari 539 orang terkena Gonorrhea, prevalensi umur 20-24 tahun 2 orang dan umur 25-49 tahun 6 orang. Studi pendahuluan di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang pada tanggal 22 April 2013 diperoleh dari wawancara 10 WPS mengenai Gonorrhea dan kepatuhan pemakaian kondom didapatkan hasil 6 WPS cukup tahu tentang Gonorrhea dan 4 WPS kurang mengerti tentang Gonorrhea. Hal itu terjadi karena Dinas Kesehatan setempat rutin memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit menular seksual akan tetapi banyak wanita pekerja seksual yang tidak aktif sehingga ada beberapa WPS yang tentang PMS kurang. Kepatuhan pemakaian kondom bisa disimpulkan masih kurang patuh, karena rata- rata setiap malam para WPS melayani tamu 3-4 orang dan kadang hanya 1-2 kali yang memakai kondom, bahkan ada yang sama sekali tidak memakai kondom alasan para pengguna jasa mereka tidak mau menggunakan kondom yaitu prevalensi 2 WPS yang tidak pernah memakai kondom, 5 WPS kadang-kadang memakai kondom dan hanya 3 WPS yang selalu memakai kondom. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah apakah ada hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tentang Gonorrhea pada wanita pekerja seksual. b. Mendeskripsikan kepatuhan pemakaian kondom pada wanita pekerja seksual. c. Menganalisis hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai dasar untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan sehingga diharapkan dapat digunakan untuk penelitian yang lebih mendalam. b. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada tenaga kesehatan sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan bimbingan atau konseling dalam upaya pemakaian kondom pada wanita pekerja seksual untuk mencegah PMS. c. Bagi Responden Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada WPS untuk lebih meningkatkan pemakaian kondom dalam melayani tamu. 2. Manfaat Teoretis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan mengenai Gonorrhea dan kepatuhan pemakaian kondom pada WPS. b. Bagi Institusi Penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan bagi mahasiswi program D III Kebidanan UNIMUS.
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel Metode Hasil 1. Hubungan antara karateristik dan tentang risiko tertularnya HIV / AIDS kepatuhan pemakaian kontrasepsi kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang Agus 2006 Siswanto, 85 wanita pekerja seksual Variabel Independen: umur, pendidikan, lama kerja dan tingkat wanita seksual. Variabel dependen : kepatuhan menggunkan kontrasepsi kondom pada wanita pekerja seksual. Kuantitatif menggunakan pendekatan Cross sectional tingkat kepatuhan responden di lokalisasi Sunan Kuning masih rendah (51,8%) dan ada hubungan antara karateristik dan kepatuhan menggunakan kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang. 2. Hubungan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap PMS dan AIDS sikap perilaku seks pada waria di kota malang. Novi ana sari, 2007 Semua waria di kota Malang Variabel Independen: Pengetahuan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap antitatif menggunakan pendekatan dekriptif corelasional PMS dan AIDS. riabel Dependen: sikap perilaku seks waria pada di kota Malang Waria di kota Malang ber sangat baik (95,11%) dan perilakunya sangat baik prosentase (81,89%). Ada hubungan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap PMS dan AIDS sikap perilaku seks pada waria di kota Malang.
8 Lanjutan tabel 1.1 No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variael Metode Hasil 3. Studi deskriptif tingkat pekerja seks komersial (PSK) tentang penyakit menular seksual di desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan Puji Lestari, 2009 93 pekerja seksual Variabel tunggal: tingkat pekerja seks komersial tentang penyakit menular Survey deskriptif pendekatan cross sectional Dari 93 responden PSK Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten pekalongan yang mempunyai pengetahua baik 37 orang (39, 78%), cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai kurang 11 orang (11,82%) 4. Gambaran umur, pendidikan dan tentang perilaku pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning Semarang Rahayu Setianingsih, 2010 89 wanita pekerja seksual Gambaran umur, pendidikan dan tentang perilaku pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual Deskriptif pendekatan cross sectional Sebagian besar berumur dewasa muda yaitu 80 orang (89,9%) secara umum responden berpendidikan tamat SMP sebanyak 45 orang (50,6%) responden sebagian besar cukup sebanyak 85 orang (95,5%). Tidak ada hubungan yang signifikan umur, pendidikan dan perilaku pencegahan IMS di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang
9 Berdasarkan penelitian Agus Siwanto menjelaskan tentang karakteristik dan tentang risiko tertularnya HIV /AIDS kepatuhan pemakaian kontrasepsi kondom. Perbedaan antara penelitian ini penelitian sebelumnya adalah variabel independen yaitu tentang Gonorrhea pada wanita pekerja seksual. Variabel dependennya yaitu kepatuhan pemakaian kondom.