BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN GONORE (Studi pada Pekerja Seks Komersial di Objek Wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis Tahun 2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS), Herpes, Trikomoniasis, dan lain lain (Dinkes Jateng, 2009). Dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan kejadian PMS banyak di Dunia termasuk Indonesia. Upaya pemberantasan dan pengendalian PMS sering kali mengalami kesulitan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penyebaran PMS (Benson, 2008). Gonorrhea adalah salah satu PMS yang paling tua yang sudah tersirat dalam laporan-laporan di Alkitab, Literature hindu dan papyrus Mesir. Penyebabnya adalah kuman bakteri Neisseria Gonorrhoae. Risiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada perempuan ke laki-laki. Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan kepada bayi yang akan lahir dapat menyebabkan infeksi pada mata dan akhirnya kebutaan pada bayi bila tidak diketahui dan diobati (Harmanto, 2006). Gonorrhea merupakan penyakit tertinggi no. 4 di dunia di antara penyakit menular yang lain. Data tahun 2009 World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 62 juta kasus Gonorrhea baru terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Dan pada tahun 2009-2010 kejadian Gonorrhea 1

2 meningkat dari 4% menjadi 9%. Dan pada tahun 2011meningkat lagi menjadi 11% dan kejadian terbesar Gonorrhea di dunia di Amerika Serikat (Center for Disease Control, 2011). Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesian prevelensi Gonorrhea meningkat sampai 10% pada beberapa kelompok WPS, 35% pada kelompok waria dan 2% pada kelompok ibu hamil. Pada tahun 2010 di Indonesia dari 2500 WPS 28,6% menginfeksi Gonorrhea. Penggunaan kondom juga tidak konsisten yaitu 73,2% baik yang tidak memakai kondom maupun yang jarang dalam memakai kondomnya (Daili, 2009). Hasil jumlah grafik penderita IMS yang berobat di Rumah Sakit kota Semarang dari tahun 2005 sampai 2010 angka kejadian Gonorrhea berada pada peringkat ke empat sekitar 403 jiwa, servisitis 5111 jiwa, Condyloma 591 jiwa, Herpes simplex 473 jiwa, Trichomonas 112 jiwa, Sypilis 29 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010). Berdasarkan klinik IMS di kota Semarang kasus IMS untuk 3 klinik IMS terjadi penurunan kunjungan kasus IMS pada bulan Desember jika dibandingkan bulan Januari. Klinik IMS Griya Asa turun sebesar 13% dari 43% menjadi 30%, klinik IMS Puskesmas Mangkang turun 3% dari 22% manjadi 19%. Sedangkan di klinik IMS Puskesmas Lebdosari turun 27% dari 41% menjadi 14% (Dinas Kota Semarang, 2010). Gejala dan tanda timbul 7-21 hari dimulai secret di vagina yang purulen kuning kehijauan yang berasal dari serviks. Hal ini menjadikan perempuan itu sebagai sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko

3 mengalami penyulit. Bila sudah mengalami penyebaran dapat bergejala sakit waktu kencing dan sering kencing, pembengkakan di kelenjar, demam dan nyeri sedikit diperut bagian bawah. Bila tidak diobati dapat terjadi penyakit radang panggul yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan (Harmanto, 2006). Upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual dilakukan beberapa langkah di antaranya Lokalisasi, agar Wanita Pekerja Seksual mudah dikontrol dan diberikan proteksi pengobatan, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual dan untuk menekan penyebaran penyakit menular yang menimbulkan masalah dan malapetaka dalam rumah tangga yaitu menggunakan kondom (Manuaba, 2009). Promosi perilaku seks yang lebih aman sudah dijadikan salah satu prioritas program di berbagai negara untuk mengekang laju penyebaran PMS di masyarakat. Salah satu aspek penting promosi kondom setiap melakukan hubungan seksual, terutama oleh mereka yang suka berganti-ganti mitra seks. Promosi penggunaan kondom untuk mencegah penyakit menular akibat hubungan kelamin yang tidak aman telah mengubah fungsi kondom dari alat untuk mencegah kehamilan menjadi alat untuk mencegah penularan penyakit seksual (Munijaya, 1998). Dari data Puskesmas Lebdosari Semarang tahun 2013, pada bulan Januari jumlah WPS yang terkena Gonorrhea berjumlah 12 orang prevalensi umur 15-19 tahun 1orang, umur 20-24 tahun 4 orang, umur 25-49 tahun ada 7 orang. Pada bulan Februari yang terkena Gonorrhea berjumlah 6

4 WPS prevalensi umur 15-19 tahun 1 orang, umur 20-24 tahun 1 orang, umur 25-49 tahun 4 orang. Pada bulan Maret terdapat 8 WPS dari 539 orang terkena Gonorrhea, prevalensi umur 20-24 tahun 2 orang dan umur 25-49 tahun 6 orang. Studi pendahuluan di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang pada tanggal 22 April 2013 diperoleh dari wawancara 10 WPS mengenai Gonorrhea dan kepatuhan pemakaian kondom didapatkan hasil 6 WPS cukup tahu tentang Gonorrhea dan 4 WPS kurang mengerti tentang Gonorrhea. Hal itu terjadi karena Dinas Kesehatan setempat rutin memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit menular seksual akan tetapi banyak wanita pekerja seksual yang tidak aktif sehingga ada beberapa WPS yang tentang PMS kurang. Kepatuhan pemakaian kondom bisa disimpulkan masih kurang patuh, karena rata- rata setiap malam para WPS melayani tamu 3-4 orang dan kadang hanya 1-2 kali yang memakai kondom, bahkan ada yang sama sekali tidak memakai kondom alasan para pengguna jasa mereka tidak mau menggunakan kondom yaitu prevalensi 2 WPS yang tidak pernah memakai kondom, 5 WPS kadang-kadang memakai kondom dan hanya 3 WPS yang selalu memakai kondom. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah apakah ada hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tentang Gonorrhea pada wanita pekerja seksual. b. Mendeskripsikan kepatuhan pemakaian kondom pada wanita pekerja seksual. c. Menganalisis hubungan tentang Gonorrhea kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai dasar untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan sehingga diharapkan dapat digunakan untuk penelitian yang lebih mendalam. b. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada tenaga kesehatan sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan bimbingan atau konseling dalam upaya pemakaian kondom pada wanita pekerja seksual untuk mencegah PMS. c. Bagi Responden Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada WPS untuk lebih meningkatkan pemakaian kondom dalam melayani tamu. 2. Manfaat Teoretis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan mengenai Gonorrhea dan kepatuhan pemakaian kondom pada WPS. b. Bagi Institusi Penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan bagi mahasiswi program D III Kebidanan UNIMUS.

7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel Metode Hasil 1. Hubungan antara karateristik dan tentang risiko tertularnya HIV / AIDS kepatuhan pemakaian kontrasepsi kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang Agus 2006 Siswanto, 85 wanita pekerja seksual Variabel Independen: umur, pendidikan, lama kerja dan tingkat wanita seksual. Variabel dependen : kepatuhan menggunkan kontrasepsi kondom pada wanita pekerja seksual. Kuantitatif menggunakan pendekatan Cross sectional tingkat kepatuhan responden di lokalisasi Sunan Kuning masih rendah (51,8%) dan ada hubungan antara karateristik dan kepatuhan menggunakan kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang. 2. Hubungan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap PMS dan AIDS sikap perilaku seks pada waria di kota malang. Novi ana sari, 2007 Semua waria di kota Malang Variabel Independen: Pengetahuan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap antitatif menggunakan pendekatan dekriptif corelasional PMS dan AIDS. riabel Dependen: sikap perilaku seks waria pada di kota Malang Waria di kota Malang ber sangat baik (95,11%) dan perilakunya sangat baik prosentase (81,89%). Ada hubungan tentang perilaku seks yang berakibat terhadap PMS dan AIDS sikap perilaku seks pada waria di kota Malang.

8 Lanjutan tabel 1.1 No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variael Metode Hasil 3. Studi deskriptif tingkat pekerja seks komersial (PSK) tentang penyakit menular seksual di desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan Puji Lestari, 2009 93 pekerja seksual Variabel tunggal: tingkat pekerja seks komersial tentang penyakit menular Survey deskriptif pendekatan cross sectional Dari 93 responden PSK Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten pekalongan yang mempunyai pengetahua baik 37 orang (39, 78%), cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai kurang 11 orang (11,82%) 4. Gambaran umur, pendidikan dan tentang perilaku pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual di lokalisasi Sunan Kuning Semarang Rahayu Setianingsih, 2010 89 wanita pekerja seksual Gambaran umur, pendidikan dan tentang perilaku pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual Deskriptif pendekatan cross sectional Sebagian besar berumur dewasa muda yaitu 80 orang (89,9%) secara umum responden berpendidikan tamat SMP sebanyak 45 orang (50,6%) responden sebagian besar cukup sebanyak 85 orang (95,5%). Tidak ada hubungan yang signifikan umur, pendidikan dan perilaku pencegahan IMS di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang

9 Berdasarkan penelitian Agus Siwanto menjelaskan tentang karakteristik dan tentang risiko tertularnya HIV /AIDS kepatuhan pemakaian kontrasepsi kondom. Perbedaan antara penelitian ini penelitian sebelumnya adalah variabel independen yaitu tentang Gonorrhea pada wanita pekerja seksual. Variabel dependennya yaitu kepatuhan pemakaian kondom.