BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Soft Drink Pada Penggunaan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh. Media masa sangat mudah mempengaruhi cara berpikir dan gaya

Soft Drink dan Alcholic beer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. satu dari lima orang di dunia ini adalah remaja. Di Asia Tenggara, jumlah remaja

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

9 Makanan Terburuk untuk Dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

Lampiran 1. Data Responden

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sebagai merek dagang di tahun 1886, pada tahun 1892 Coca-Cola telah terjual. tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

PENGARUH SEBELUM DAN SESUDAH MINUM MINUMAN BERSODA TERHADAP (ph) SALIVA PADA MAHASISWA ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soft Drink 2.1.1 Pengertian Soft Drink Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened soft drink dan non-sugar soft drink. Sugar-sweetened soft drink merupakan soft drink dengan zat pemanis yang berasal dari gula, sedangkan non-sugar soft drink merupakan soft drink dengan zat pemanis yang berasal dari pemanis buatan (Australian Beverages Council, 2004). 2.1.2 Kandungan Soft Drink Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian Beverages Council (2004), meliputi antara lain: 1. Carbonated water (air soda) Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink yaitu sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida (CO 2 ). 2. Bahan pemanis Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa yang termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft drink sekitar 10%. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah aspartam. Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin dan bersifat 200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah aspartam yang terkandung dalam soft drink.

3. Bahan perasa Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan. Bahan perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft drink memberi rasa yang lebih baik. 4. Asam Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink. Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor. 5. Kafein Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft drink. Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah ¼ sampai ⅓ dari jumlah kafein yang terkandung dalam kopi. 6. Pewarna Pewarna bersamaan dengan gas CO 2 merupakan bagian dari karakteristik soft drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat digunakan. 2.1.3 Konsumsi Soft Drink Soft drink dikonsumsi dalam bentuk kemasan seperti gelas, kaleng, dan botol. Jumlah konsumsi pada setiap kemasan menggunakan aturan Dutch standard serving sizes (Horst, 2009) sebagai berikut: 1. Gelas (200 ml) 2. Kaleng (330 ml) 3. Botol (500 ml) Hampir separuh anak-anak dengan rentang usia 6 sampai 11 tahun mengkonsumsi soft drink dengan jumlah rata-rata 2 gelas per hari. Rata-rata jumlah konsumsi soft drink pada lelaki dari usia 12 sampai 19 tahun sekitar 4 gelas per hari, sedangkan perempuan sekitar 1,7 gelas soft drink per hari. Berikut ini dilampirkan tabel jumlah konsumsi soft drink sebagai berikut (Jacobson, 2008):

Tabel 2.1 Konsumsi soft drink regular dan diet pada usia 12 sampai 19 tahun di Amerika Serikat (tidak termasuk bukan peminum) Tahun Laki-laki Gelas per hari Perempuan 1977-1978 2,3 2,1 1987-1988 3,3 2,6 1994-1996 4,0 3,0 Sumber: Diet and Diabetes Homepage He et al (2010) memperoleh gambaran mengenai jumlah konsumsi cairan pada anak-anak dan remaja yang tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2 Konsumsi cairan dan proporsi dari komponen asupan cairan pada anak dan remaja di London, Inggris Usia (tahun) Remaja putra n Susu Jus buah Beverage Kopi dan Teh Air Soft Drink, sugar-sweetened Mean SD, % Mean SD, % Mean SD, % Mean SD, % Mean SD, % Mean SD, gelas/hari gelas/hari gelas/hari gelas/hari gelas/hari gelas/hari Soft Drink, Kalori Rendah % Mean SD, gelas/hari Konsumsi cairan total % % Mean SD, gelas/hari 11 127 1,06±0,79 18 0,28±0,48 5 0,12±0,42 2 0,52±0,83 9 0,39±0,72 7 1,91±1,70 33 1,62±2,43 28 5,90±2,72 100 13 106 1,15±0,82 19 0,30±0,52 5 0,09±0,24 1 0,54±0,95 9 0,57±0,76 10 1,94±1,92 33 1,34±1,56 23 5,93±2,73 100 15 101 1,04±0,81 15 0,32±0,64 5 0,08±0,24 1 1,18±1,98 17 0,58±0,92 8 2,47±2,72 36 1,20±2,16 18 6,87±3,75 100 17 78 1,11±0,85 15 0,34±0,57 5 0,04±0,12 1 1,62±1,67 23 1,03±1,78 14 2,41±2,75 34 0,61±1,11 9 7,16±3,23 100 Remaja putri 11 123 0,69±0,62 14 0,28±0,48 6 0,07±0,19 1 0,50±0,85 10 0,45±0,69 9 1,45±1,24 29 1,48±2,06 30 4,92±2,25 100 13 111 0,81±0,71 16 0,31±0,53 6 0,05±0,16 1 0,69±1,00 14 0,68±1,03 13 1,58±1,59 31 0,92±1,14 18 5,04±2,06 100 15 109 0,69±0,57 12 0,35±0,59 6 0,09±0,23 2 1,17±1,62 21 0,66±0,90 12 1,63±1,85 30 0,94±1,59 17 5,53±2,37 100 17 98 0,70±0,65 12 0,26±0,41 5 0,07±0,33 1 1,82±1,84 32 0,66±0,83 12 1,35±1,44 24 0,82±1,75 14 5,68±2,88 100 Sumber: Hypertension JAHA

Berdasarkan tabel 2.2, konsumsi minuman terbanyak pada remaja adalah sugar-sweetened soft drink. Konsumsi terbanyak minuman ini terdapat pada remaja berusia 15 tahun dengan persentase terhadap total konsumsi cairan sebesar 33%. Persentase konsumsi rata-rata sugar-sweetened soft drink pada remaja putra sekitar 34% dan remaja putri sekitar 29% (He et al, 2010). 2.1.4 Dampak Konsumsi Soft Drink 2.1.4.1 Kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan yang melebihi overweight dinamakan obesitas (WHO, 2000). Obesitas ialah peningkatan berat badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002). Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan dengan intoleransi glukosa, hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-sweetened soft drink dapat menjadi faktor penting terhadap kejadian obesitas remaja (Giammattei et al, 2003). He et al (2010) melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5 kaleng konsumsi soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil bahwa anak mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar 7,7%. 2.1.4.2 Karies Gigi Konsumsi soft drink memiliki banyak potensi untuk masalah kesehatan. Kandungan asam dan gula dalam soft drink memiliki potensi untuk menimbulkan karies gigi dan erosi lapisan enamel (Cheng et al, 2008). Karies gigi ialah suatu penyakit dari jaringan kapur atau kalsium pada gigi yang ditandai adanya kerusakan jaringan gigi (Dalimunthe et al, 2009).

Asam terutama asam fosfor sebagai penyebab kehilangan total enamel gigi. Asam fosfor menurunkan ph saliva dari 7,4 menjadi suasana asam. Agar dapat meningkatkan level ph kembali di atas 7, tubuh akan berusaha menarik ion kalsium dari gigi sehingga lapisan enamel gigi menjadi sangat berkurang, ditandai dengan gigi yang terlihat berwarna kekuningan (Valentine, 2002). 2.1.4.3 Diabetes Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi (Wolff dan Dansinger, 2008). Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes. Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju (Dorland, 2002). Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan (Vartanian et al, 2007). 2.1.4.4 Osteoporosis dan Fraktur Tulang Konsumsi soft drink telah menggantikan konsumsi susu, dengan jumlah konsumsi susu menjadi 1½ gelas susu per hari pada remaja putra dan kurang dari satu gelas per hari pada remaja putri (Robert dan William, 2000). Akibatnya, konsumsi soft drink meningkat yang diikuti dengan penurunan konsumsi susu menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah pada kejadian fraktur tulang (Jacobson, 2008).

Osteoporosis ialah massa tulang yang berkurang dan dengan trauma minimal dapat menyebabkan fraktur. Fraktur ialah suatu kerusakan berupa pemecahan pada daerah tulang (Dorland, 2002). Jacobson (2008) menyampaikan bahwa resiko osteoporosis bergantung pada pembentukan awal massa tulang. Seorang ahli merekomendasikan asupan kalsium yang tinggi pada kalangan usia 9 sampai 18 tahun daripada kalangan usia 19 sampai 50 tahun oleh karena bila asupan kalsium tidak tercukupi, maka pembentukan massa tulang akan terganggu. Jacobson (2008) menjelaskan bahwa ada suatu penelitian yang menyatakan konsumsi soft drink dapat menyebabkan kejadian fraktur tulang pada anak. Studi yang dilakukan pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan fraktur tulang hebat memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium yang rendah. 2.2 Tingkat Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru tentang suatu obyek. Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu.

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan Notoadmodjo (2007) menyatakan tingkatan pengetahuan terbagi enam antara lain: 1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari. 2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar. 3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain. 5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru. 6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengetahuan sebagai intermediate impact atau hasil jangka menengah memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku. Perilaku ialah kegiatan atau aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat diamati secara langsung, maupun tidak langsung. Perilaku manusia meliputi hal-hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi (Notoatmodjo, 2007). Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama. Sebaliknya, bila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama (Notoatmodjo, 2007).