IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

IV. HASIL PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

SP-36 PADA ULTISOL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Z

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR ILMU TANAH

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Transkripsi:

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah (1983). Tabel 2. Karakteristik Tanah Latosol Cimulang Sifat Tanah Nilai Metode Kriteria PPT (1983) ph H 2 O 5,0 H 2 O Masam ph KCl 4,40 KCl C-organik (%) 0,79 Walkey and Black Sangat Rendah N-total (%) 0,08 Kjeldahl Sangat Rendah P2O 5 Bray I (ppm) 7,5 Bray I Sangat Rendah KTK (me/100g) 13,6 N NH4OAc Rendah Kation dapat dipertukarkan Ca (me/100g) 2,47 N NH 4 OAc Rendah Mg (me/100g) 1,89 N NH 4 OAc Sedang K (me/100g) 0,96 N NH 4 OAc Tinggi Na(me/100g) 0,82 N NH 4 OAc Tinggi KB (%) 44,8 Sedang Al-dd (me /100g) Tr N KCl Pasir (%) 3,36 - Debu (%) 22,28 - Liat Liat (%) 74,36 - Tanah Latosol berbahan induk tuff vulkan, bertekstur liat, berstruktur remah, halus, konsistensi gembur hingga sangat gembur dan mempunyai kemasaman dari masam hingga agak masam, kapasitas tukar kation latosol rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida (Soepardi, 1983). Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1983 dalam Hardjowigeno, 1985) (Tabel Lampiran 1) menunjukan bahwa Latosol Cimulang (Tabel 2) tergolong bereaksi masam,, kadar P-tersedia sangat rendah, nilai C- organik sangat rendah, nilai Ca-dd rendah, Mg sedang, K-dd tinggi, Na-dd tinggi, kejenuhan basa sedang dan KTK rendah. Rendahnya KTK tanah karena Latosol Cimulang didominasi oleh tipe liat 1:1 (74 %) pada horison A (Hartono et al., 2005) dan mempunyai kadar bahan organik tergolong sangat rendah.

17 Dari karakteristik tanah hasil analisis awal, menunjukkan bahwa Latosol Cimulang mempunyai kesuburan tanah yang relatif rendah, sehingga pemupukan melalui tanah perlu dilakukan. 4.1.2 Tinggi Tanaman, Bobot Berangkasan dan Akar Tanaman Jagung Hasil pengamatan tinggi tanaman, bobot brangkasan kering, bobot akar kering disajikan dalam Lampiran 2-3, sedangkan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 8-9. Variabel pertumbuhan yang diukur terdiri dari : tinggi tanaman 4 MST, bobot brangkasan kering, dan bobot akar kering. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan humat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST, dan bobot akar kering (Tabel 3 dan 4). Tabel 3. Hasil Uji Duncan Pengaruh Humat dan Fosfor Terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke-4 Perlakuan Tinggi 4 MST Tinggi 4 MST Perlakuan cm. cm. Humat Fosfor H 0 88.4a P0 91.6 H 1 98.1b P1 95.3 H 2 98.6b P2 98.2 Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 3), menunjukkan bahwa kenaikan dosis asam humat (H) nyata meningkatkan rata-rata tinggi tanaman. Dosis H 2 dan H 1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H 0 tetapi antara H 1 dan H 2 tidak berbeda. Pada perlakuan fospor (P), kenaikan dosis pupuk P berpengaruh tidak nyata. Namun cenderung meningkatkan rata-rata tinggi tanaman yaitu pada dosis P 2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis P 1 dan P 0. Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 4), menunjukkan bahwa kenaikan dosis humat (H) nyata meningkatkan rata-rata bobot kering akar. Dosis H 2 dan H 1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H 0, tetapi antara perlakuan H 1 dan H 2 tidak berbeda nyata, sedangkan pada bobot kering brangkasan kenaikan dosis H

18 dari H 0 hingga ke H 2 tidak memberikan pengaruh nyata, namun cenderung menaikkan rata-rata bobot brangkasan kering tanaman pada dosis H 1. Dosis H 1 memiliki bobot brangkasan kering lebih besar daripada H 2 dan H 0. Tabel 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Humat Terhadap Rata-rata bobot brangkasan kering dan bobot akar kering Perlakuan Humat Bobot Brangkasan Kering Bobot Akar Kering.gr..gr. H 0 81.3 42.2b H 1 93.4 64.4ab H 2 82.4 89.8a Secara keseluruhan perlakuan asam humat pada dosis H 2 dan H 1 nyata lebih tinggi dari H 0 pada variabel tiggi tanaman 4MST dan bobot kering tanaman. Pada bobot brangkasan kering perlakuan H 2 mempunyai bobot lebih rendah daripada H 1 tetapi lebih tinggi dari H 0. 4.1.3 Kadar Hara Tanaman N, P, K, dan Ca Data hasil pengukuran kadar hara N, P, K, dan Ca tanaman jagung disajikan dalam Lampiran 4 dan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 9-11. Hasil analisis ragam (lampiran 9-11) menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh sangat nyata dan terdapat interaksi asam humat dengan P (H*P) pada kadar Ca dan K tanaman, sedangkan terhadap kadar hara N dan P tidak nyata. Tabel 5. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap kadar hara Ca tanaman jagung. Perlakuan P0 P1 P2 H 0 0.09a 0.11a 0.13ab H 1 0.1a 0.11a 0.12a H 2 0.18bc 0.19c 0.12a

19 Hasil uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada dosis asam humat H 0 dan H 1 peningkatan dosis P tidak memberikan pengaruh nyata pada kadar hara Ca. Namun, pada perlakuan H 2 penambahan P dengan dosis P 1 tidak berbeda nyata, tetapi pada dosis P 2 terjadi penurunan. Selanjutnya, pada dosis P 0 dan P 1, kadar Ca meningkat pada dosis asam humat H 2, sedangkan pada dosis P 2 tidak berpengaruh nyata. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap kadar hara K tanaman jagung. Perlakuan P0 P1 P2 H 0 1.88a 2.01ab 2.52c H 1 2.06ab 2.38bc 1.97ab H 2 2.13abc 1.97ab 2.30bc Hasil uji Duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan H 0 P 2 nyata menaikan kadar hara K tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, secara statistic perlakuan H 0 P 2 tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan H 1 P 1, H 2 P 0, H 2 P 2, H 0 P 0, H 0 P 1, H 1 P 0, H 1 P 2, H 2 P 1. tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan Gambar 2 menyajikan rata-rata perubahan kadar N, P tanaman akibat perlakuan bahan humat. Dosis asam humat H 2 mempunyai kadar N dan P tertinggi atau cenderung lebih tinggi daripada perlakuan H 0 dan H 1. Gambar 2. Pengaruh Humat terhadap kadar hara N dan P tanaman Jagung

20 4.1.2 Serapan Hara Tanaman N, P, K, dan Ca Data hasil pengukuran serapan hara N, P, K, dan Ca tanaman jagung disajikan dalam Lampiran 5 dan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 11-13. Hasil analisis ragam (lampiran 11-13) menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh nyata pada serapan hara Ca, sedangkan perlakuan pupuk P berpengaruh nyata pada serapan hara K, tetapi terhadap serapan hara N dan P tidak berpengaruh nyata. Tabel 7. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap Serapan hara Ca tanaman jagung. Perlakuan Serapan hara Ca Serapan hara K Perlakuan...gr/pot......gr/pot... Humat Fosfor H 0 9,23a P0 157,48a H 1 9,61a P1 175,94ab H 2 11.73b P2 214.19b Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 7), menunjukkan bahwa kenaikan dosis asam humat (H) nyata meningkatkan rata-rata serapan hara Ca. Dosis H 2 berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H 0 dan H 1. Pada perlakuan fospor (P) kenaikan dosis pupuk P berpengaruh nyata meningkatkan rata-rata serapan hara K. Dosis P 2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis P 1 dan P 0, tetapi pengaruh dosis P 2 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P 1, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan P 0.

21 Serapan hara N 60 58 56 54 gr /pot 56.57 58.78 56.27 Ho H1 H2 Perlakuan Gambar 3. Pengaruh Humat terhadap serapan hara N dan P tanaman Jagung Gambar 3 menyajikan rata-rata perubahan serapan hara N, P tanaman akibat perlakuan bahan humat. Dosis H 1 memberikan serapan hara N dan P tertinggi dibandingkan dosis H 2 dan H 0, tetapi dosis H 2 memberikan serapan hara P lebih rendah daripada H 0. 4.1.4 Sifat Kimia Tanah setelah percobaan Tanah sebelum perlakuan memiliki ph masam (5.0) dengan kandungan N-total, P-tersedia, dan K-dapat ditukar masing-masing sebesar 0.79 %, 7.5 ppm, dan 0,96 me/100 g, namun hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan asam humat dan pupuk P pada ph tanah setelah percobaan. Hasil uji Duncan Tabel 8, menunjukkan bahwa ph tanah setelah panen pada perlakuan H 0 peningkatan P tidak berpengaruh nyata, tetapi pada perlakuan asam humat H 1 dan H 2 masing-masing meningkatkan ph, yaitu perlakuan P 2 (6.6) pada H 1 dan perlakuan P1(6.7) pada H 2. Selanjutnya, pada perlakuan P 0, penambahan humat tidak mempengaruhi ph tanah, namun pada perlakuan P 1 dan P 2 berpengaruh nyata, yaitu, pada peningkata ph pada P 1 ada pada perlakuan H 2 sedangkan pada P 2 pada perlakuan H 1.

22 Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap ph tanah setelah percoban Perlakuan P0 P1 P2 H 0 6.2ab 6.2ab 6.1a H 1 6.3abc 6.3abc 6.6c H 2 6.4abc 6.7c 6.2ab Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Asam Humat dan Fosfor pada N-total, dan KTK tanah setelah percobaan. Perlakuan N-total (%) P-Tersedia (ppm) KTK (me/100g) H 0 P 0 0,08 0,8 11,5 H 0 P 1 0,11 1,3 9,1 H 0 P 2 0,10 1,8 10,3 H 1 P 0 0,12 2 10,1 H 1 P 1 0,11 2 10,3 H 1 P 2 H 2 P 0 H 2 P 1 H 2 P 2 0,11 0,08 0,12 0,12 1,8 0,8 1,2 1,3 11,8 9,5 9,1 9,9 Namun demikian, sifat kimia tanah N-total, P-tersedia, dan KTK tidak dipengaruhi oleh perlakuan (Tabel 9), tetapi ada kecenderungan penambahan asam humat pada setiap perlakuan P meningktkan kadar N-total. Demikian juga pada P-tersedia tanah dengan perlakuan P pada dosis asam humat yang sama cenderung meningkatkan P-tersedia, kecuali pada asam humat H 1, cenderung menurun. Selanjutnya untuk KTK ada kecenderungan pengaruh asam humat H 1 cenderung menghasilkan KTK lebih tinggi daripada pengaruh asam humat H 2 tetapi relative sama dengan tanpa asam humat.

23 4.2. Pembahasan Umum Latosol di Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, kandungan bahan organik sedang hingga rendah dan bereaksi agak masam hingga netral (Subagyo dalam Syafrudin et al, 2006). Latosol Cimulang termasuk tanah yang memiliki ph masam, yaitu 4.5 dengan KTK, N-total dan basa-basa yang rendah (Tabel 2) sehingga kurang baik bagi pertumbuhan tanaman semusim seperti jagung. Dengan kondisi tanah yang demikian maka proses pertumbuhan dan produksi tanaman akan terhambat, sehingga untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang optimum, faktor pembatas tersebut harus dapat diatasi salah satunya dengan pemupukan. Pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman tidak lepas dari pengaruh asam humat dan fosfor yang diberikan pada tanaman jagung. Nilai tertinggi pada tinggi tanaman pada dosis H 2 (98,6 cm) memberikan pengaruh nyata, sedangkan dosis P 2 (98,2 cm) tidak berpengaruh nyata. Kenaikan dosis asam humat dan fosfor cenderung meningkatkan rata-rata tinggi tanaman, hal ini berhubungan dengan ketersediaan fosfor di tanah sehingga tanaman dapat menyerap lebih banyak fosfor untuk dapat tumbuh lebih baik. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) juga menyatakan bahwa unsur P berperan dalam pembelahan sel. Hal tersebut mencerminkan bahwa ketersediaan fosfor yang cukup dapat menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan tanaman. Bobot akar kering nyata meningkatkan bobot tanaman dipengaruhi oleh dosis humat saja, sedangkan pada percobaan fosfor tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut diduga karena pemberian asam humat pada dosis H 2 menciptakan lingkungan tumbuh yang baik sehingga akar lebih berkembang dibandingkan dengan H 1 dan H 0. Namun pada bobot brangkasan kering dosis H 1 cenderung meningkatkan bobot brangkasan dibandingkan dosis H 2 dan H 0. Secara keseluruhan perlakuan Humat pada dosis H 2 dan H 1 nyata lebih tinggi dari H 0 pada variabel Tinggi tanaman 4 MST dan bobot akar kering, namun perlakuan H 2 dan H 1 memiliki nilai yang tidak jauh berbeda disebabkan tanah sebelum percobaan memiliki bahan organik yang rendah sehingga pemberian

24 humat dengan dosis 4 kg dan 8 kg tidak menunjukkan adanya pengaruh humat terhadap bahan organik. Unsur hara adalah zat yang diserap tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Unsur hara terdiri unsur hara primer yaitu N, P dan K sedangkan unsur hara sekunder Ca. Keempat unsur hara ini digunakan untuk membangun bagian tanaman, sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulubulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Soepardi, 1983). Hasil uji Duncan (Tabel 5 dan 6) menunjukkan menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh sangat nyata dan terdapat interaksi Humat dengan P (H*P). Kadar hara Ca (Tabel 5) tertinggi terlihat pada perlakuan H 2 P 1. Peningkatan kadar hara Ca diduga karena asam humat yang menjadi sumber kalsium,ca 2+ yang ada dalam humat mudah terlepas dan larut dalam air kemudian dijerap oleh kolid tanah sehingga kalsium menjadi tersedia bagi tanaman. Pada kadar hara K (Tabel 6) menunjukkan pengaruh sangat nyata pada interaksi Humat dengan P (H*P) dengan kadar hara tertinggi pada perlakuan H 0 P 2. Dalam hal ini peningkatan dosis humat tidak terjadi peningkatan kadar hara K. Penurunan kadar hara K diduga karena peningkatan kadar hara Ca dalam tanaman sehingga dapat menghambat penyerapan kadar hara K oleh akar tanaman. Kadar hara N, dan P (Gambar 2) menunjukan bahwa perlakuan H 2 dan H 1 memiliki kadar hara yang lebih tinggi dibandingkan H 0 sehingga kenaikan dosis humat mampu meningkatkan kadar hara N, dan P tanaman. Kenaikan unsur hara N diduga karena penambahan Humat (H) yang berasal dari bahan organik yang terdekomposisi sehingga menjadi pembawa N bagi tanaman dan medukung aktivitas mikrob penambat N bagi tanah. Penambahan dosis Humat (H) mampu menaikkan kadar hara P karena peran humat membantu proses lepasnya P dari jerapan unsur logam Al dan Fe melepaskan ikatanya dan berganti ikatan dengan asam humat.

25 Serapan hara N dan P (Gambar 3) menunjukan bahwa dosis H 1 memiliki serapan hara yang lebih tinggi dibandingkan H 2 dan H 0. Hal ini dibuktikan dari bobot brangkasan kering tertinggi juga pada dosis H 1 sehingga serapan hara N dan P secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Serapan Ca dan K menunjukkan (Tabel 7) bahwa serapan hara tertinggi terdapat pada dosis H 2. Kenaikan dosis asam dan dosis H 2 mampu meningkatkan serapan Ca dan K tanaman. Hal ini terjadi karena dengan adanya penambahan asam humat maka ketersediaan hara Ca dan K di dalam tanah juga ikut meningkat. Dengan adanya peningkatan kadar dan bobot kering tanaman maka serapan hara juga ikut meningkat. Interaksi pupuk asam humat dan pupuk fosfor nyata terhadap kenaikan ph tanah pada perlakuan H 1 P 2 (6,6) dan H2P1(6.7). Kadar P-tersedia dan KTK setelah panen cenderung menurun pada setiap perlakuan dibandingkan sebelum percobaan. Namun ada kecenderungan peningkatan pupuk P meningkatkan P- tersedia, sedangkan KTK relative tidak dipengaruhi perlakuan, meskipun ada kecenderungan perlakuan asam humat H 1 tidak berbeda dengan tanpa asam humat tetapi lebih tinggi daripada perlakuan asam humat H 2. Kadar N-total mengalami kenaikan pada setiap perlakuan humat kecuali pada perlakuan H 2 P 0, kadar N-total mengalami kenaikan tetapi tidak signifikan dengan kadar N-total tertinggi pada perlakuan H 2 P 2. Kadar N-total tidak mengalami kenaikan yang signifikan karena kadar N yang ditambahkan ke dalam tanah melalui humat relatif sedikit.