HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Tipe perkecambahan epigeal

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

INDUKSI AKAR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendansmerr. & L.M.Perry)DENGAN PERLAKUAN ARANG AKTIF DAN IBA PADA MEDIUM MS SECARA IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyakit Layu Nanas di Sentra Produksi Nanas Jawa Barat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

BAB IV. adalah 81% daun. (5) (6) dari eksplan. hitam/coklat. daun dari 12. stagnan putih 6% 44% 37%

penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan digunakan 80%. Pada umur 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PENGARUH PEMBERIAN HORMON NAFTALEN ACETYL ACYD (NAA) DAN KINETIN PADA KULTUR JARINGAN NANAS BOGOR (Ananas comosus (L.) Merr.) cv.

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (564) :

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi dilakukan pada greenhouse dengan naungan paranet 75%. Penanaman planlet dilakukan pada pagi hari untuk menghindari cekaman berupa suhu yang terlalu tinggi sebelum tanaman diaklimatisasi. SK1 SK2 A A B B Gambar 3. Planlet Nanas cv. Smooth Cayenne Pada Sub Kkultur 1 dan Sub kultur II Setelah Diaklimatisasi. Kondisi awal planlet pada tahap aklimatisasi dapat terlihat jelas bahwa pertumbuhan sub kultur I jauh lebih baik dari sub kultur II, dapat dilihat dari jumlah daun serta tinggi planlet. (Gambar 3). Pengamatan dilakukan sesaat setelah aklimatisasi yaitu pada 0 MST (minggu setelah tanam) Sub kultur I memiliki rataan jumlah daun sebesar 3.5 helai per tanaman sedangkan rataan jumlah daun pada sub kultur II hanya sebesar 2.6 helai per tanaman. Pengamatan

17 tinggi tanaman juga menunjukkan hal hampir sama, nilai rataan tinggi tanaman pada sub kultur I mencapai 3.2 cm per tanaman namun pada sub kultur II hanya mencapai nilai rataan tinggi tanaman 2.5 cm per tanaman. (Tabel 1) Tabel 1. Rataan Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman Pada 0 MST Peubah SK1 SK2 Jumlah Daun (helai) 3.6 2.9 Tinggi Tanaman (cm) 3.3 2.7 Performa planlet saat diaklimatisasi tidak dapat dilepaskan dari performa planlet saat masih pada tahap multiplikasi. Pertumbuhan planlet sub kultur I yang tampak lebih baik dari sub kultur II diduga menjadi penyebab karakter morfologi planlet pada sub kultur I lebih baik dari sub kultur II. Pada tingkatan umur yang relatif sama, sub kultur I memiliki jumlah daun yang lebih banyak dari sub kultur II. Pengamatan memperlihatkan bahwa pada tahap multiplikasi, sub kultur I dapat tumbuh lebih baik dari sub kultur II (Gambar 4). SK1 SK2 A A B B Gambar 4. Planlet nanas cv. Smooth Cayenne pada sub kultur I dan sub kultur II hasil multiplikasi.

18 Kondisi lingkungan yang kondusif diduga mendukung daya tumbuh planlet relatif besar, dari 100% yang ditanam, hanya sekitar 10% yang mati pada sub kultur I dan tak lebih dari 40% pada sub kultur II, sehingga daya tumbuh masih di atas 60% (Gambar 5). Kematian lebih banyak disebabkan oleh tidak berkembangnya akar, serta diduga karena perkembangan daun yang belum sempurna. Gambar 5. Grafik Persentase Daya Tumbuh Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Pada Sub kultur I dan Sub kultur II. Hasil pengamatan menunjukkan kematian tanaman diduga terjadi karena tahap multiplikasi yang kurang sempurna. Kontaminasi penyakit relatif tidak ada serta kondisi lingkungan yang optimum sehingga dapa diduga bahwa kematian lebih banyak disebabkan karena pengaruh perlakuan yang diberikan. Sub kultur I Pengaruh BA sangat nyata pada sub kultur I terhadap jumlah daun seperti terlihat pada Tabel 2, hanya pada 3 dan 4 MST. Pada 2 MST serta 5 dan 6 MST berpengaruh nyata. Pada 1 MST serta 7 hingga 13 MST tidak berpengaruh nyata. Terhadap tinggi tanaman pada sub kultur I, BA tidak berpengaruh nyata dari awal hingga akhir pengamatan.

19 Perlakuan NAA pada sub kultur I berpengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah daun mulai 1 hingga 13 MST. Pengamatan terhadap tinggi tanaman menunjukkan perlakuan NAA berpengaruh sangat nyata pada awal dan akhir pengamatan yaitu pada 1 dan 13 MST, berpengaruh nyata pada 2 dan 12 MST, sedangkan pada 3 hingga 11 MST tidak nyata pengaruhnya. Analisis ragam juga menunjukkan bahwa.interaksi perlakuan BA dan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun. Terhadap tinggi tanaman, interaksi BA dan NAA tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Aklimatisasi Nanas Pada Sub kultur I Peubah MST Perlakuan BA NAA BA*NAA Jumlah Daun a 1 tn ** ** 2 * ** ** 3-4 ** ** ** 5-6 * ** ** 7-13 tn ** ** Tinggi Tanaman a 1 tn ** tn 2 tn * tn 3-11 tn tn tn 12 tn * tn 13 tn ** tn Keterangan: * = Berbeda nyata ** = Berbeda sangat tn = Tidak berbeda nyata a = Data ditransformasi dengan xx + xx Menurut analisis ragam, pengaruh BA menjadi sangat nyata hanya pada 3 hingga 4 MST, dan nyata pengaruhnya pada 2, 5, dan 6 MST. Selebihnya BA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Gambar 6 memang menunjukkan adanya perbedaan pola pertumbuhan pada 3 dan 4 MST. Respon planlet yang ditunjukkan dengan pertumbuhan jumlah daun akibat pengaruh perlakuan BA pada 1 hingga 4 MST memperlihatkan adanya penurunan. Diduga penurunan ini lebih disebabkan karena banyaknya daun yang mengering, yang dipengaruhi oleh proses adaptasi planlet terhadap cekaman sinar matahari pada awal aklimatisasi.

20 Gambar 6. Grafik Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I. Menunjukkan respon yang paling baik sejak awal pengamatan, pengaruh perlakuan 17.76μM NAA terlihat mendominasi. Bahkan pada 2 hingga 4 MST tidak terlihat adanya penurunan. Hal ini diduga karena sudah berkembangnya selsel daun sehingga mampu beradaptasi terhadap cekaman sinar matahari dengan baik. Respon teratas belum tentu menunjukkan respon terbaik bagi pertumbuhan planlet. Respon yang baik sebagai hasil pengamatan belum tentu menunjukkan pertumbuhan yang terbaik. Analisis regresi dilakukan untuk menduga perlakuan yang menunjukkan pertumbuhan yang terbaik. Pada Tabel 3 ditunjukkan persamaan yang timbul dari hasil pengamatan dari 1 hingga 13 MST. Pertumbuhan yang paling baik dapat diduga karena pengaruh perlakuan 17.76μM NAA dengan nilai R 2 mencapai 0.89. Perlakuan 17.76μM NAA dapat diduga memberika peningkatan pertumbuhan jumlah daun.

21 Tabel 3. Persamaan Pengaruh BA terhadap Jumlah Daun pada Sub kultur I Konsentrasi BA Persamaan R 2 0.00 μm 0.0103x + 3.4314 0.4946 4.40 μm 0.0073x + 3.5148 0.2882 8.80 μm 0.0086x + 3.5999 0.4851 13.32 μm 0.0040x + 3.6492 0.3812 17.76 μm 0.0159x + 3.6866 0.8938 Pengaruh perlakuan NAA sangat nyata terhadap jumlah daun, pengaruhnya dapat lebih jelas terlihat pada Gambar 7. Perkembangan planlet dari awal aklimatisasi menunjukkan pertumbuhan paling baik pada perlakuan 2.00μM NAA. Pergerakan grafik positif diduga menunjukkan daya adaptasi yang baik dari planlet terhadap lingkungan. Terhadap pengaruh konsentrasi 1.00μM NAA, walaupun respon yang ditunjukkan planlet rendah namun hingga akhir pengamatan terlihat pergerakan yang positif. Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa konsentrasi 1.00μM NAA memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap jumlah daun yang terbentuk. Respon negatif justru terjadi karena pengaruh konsentrasi 0.50μM NAA. Gambar 7. Grafik Pengaruh Konsentrasi NAA Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I.

22 Pertumbuhan yang dipengaruhi oleh perlakuan NAA dapat lebih terlihat jelas setelah dilakukan analisis regresi untuk mengetahui pergerakan pertumbuhan jumlah daun melalui pergerakan grafik yang terjadi. Pada Tabel 4 ditunjukkan persamaan dari hasil pengamatan dari 1 hingga 13 MST. Pertumbuhan terbaik terlihat pada perlakuan 2.00μM NAA dengan nilai R 2 yang cukup tinggi yaitu sekitar 0.90. Tabel 4. Persamaan Pengaruh NAA terhadap Jumlah Daun pada Sub kultur I Konsentrasi NAA Persamaan R 2 0.00 μm 0.0076x + 3.6407 0.3929 0.50 μm -0.0025x + 3.5743 0.0720 1.00 μm 0.0110x + 3.4170 0.6799 2.00 μm 0.0209x + 3.6774 0.9085 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan BA dan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun. Uji lanjut dengan menggunakan metode Duncan dilakukan untuk menduga pengaruh interaksi perlakuan yang paling baik. Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa masih ada keterkaitan antara masingmasing kombinasi perlakuan. Hasil yang didapat menjadi tidak signifikan apabila setelah uji DMRT, hasil interaksi tersebut diikuti oleh dua huruf atau lebih. Interaksi antara 17.76μM BA dengan 2.00μM NAA merupakan kombinasi perlakuan yang dapat diduga menjadi kombinasi perlakuan yang terbaik. Tabel 5. Interaksi BA dan NAA Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I Terhadap Jumlah Daun. Jumlah daun (helai) Konsentrasi NAA (µm) 0,00 0,50 1,00 2,00 Konsentrasi BA (µm) 0,00 3.289 d 3.417 cd 3.892 a-d 3.891 a-d 4,40 3.553 cd 3.570 cd 3.338 d 4.209 ab 8,80 3.826 a-d 4.083 a-c 3.446 cd 3.673 a-d 13,32 4.009 a-c 3.395 cd 3.632 b-d 3.856 a-d 17,76 4.242 ab 3.496 cd 3.654 a-d 4.285 a Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

23 Pengaruh perlakuan NAA terhadap tinggi tanaman sangat nyata pada 1 dan 13 MST, serta nyata pada 2 dan 12 MST. Dapat terlihat pada Gambar 8, pada 1 dan 13 MST terjadi pola pertumbuhan yang tidak sama, saat perlakuan 0.00μM NAA dan 0.50μM NAA mengalami penurunan pada 2 dan 13 MST, perlakuan 1.00μM NAA dan 2.00μM NAA justru relatif seimbang. Pertumbuhan terhadap pengaruh perlakuan 0.00μM terlihat cukup baik hingga pada 8 MST, pengaruh perlakuan 2.00μM justru bisa lebih tinggi daripara perlakuan 0.00μM. Pergerakan grafik yang selalu positif menunjukkan bahwa perlakuan 2.00μM NAA memberikan pengaruh yang sangat baik bagi pertumbuhan tinggi tanaman. Gambar 8. Grafik Pengaruh Konsentrasi NAA Terhadap Tinggi Tanaman Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I. Analisis regresi linear pada pengaruh NAA terhadap tinggi tanaman pada Tabel 6, menunjukkan bahwa perlakuan 2.00μM NAA memberikan pengaruh paling baik terhadap tinggi tanaman. Perlakuan 1.00μM NAA memberikan pengaruh terbaik kedua terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

24 Tabel 6. Persamaan Pengaruh NAA terhadap Tinggi Tanaman pada Sub kultur I Konsentrasi NAA Persamaan R 2 0.00 μm 0.0176x + 3.3872 0.9022 0.50 μm 0.0126x + 3.2974 0.8122 1.00 μm 0.0185x + 3.2285 0.7742 2.00 μm 0.0301x + 3.2852 0.9797 Sub kultur II Pada sub kultur II, dari hasil analisis ragam pada Tabel 8, ditunjukkan bahwa BA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada 1 hingga 2 MST. Perlakuan BA berpengaruh nyata pada 3 hingga 4 MST, dan menjadi tidak nyata pengaruhnya pada 5 hingga 13 MST. Terhadap tinggi tanaman, perlakuan BA tidak berpengaruh nyata. Perlakuan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dari 1 hingga 4 MST, berpengaruh nyata pada 5 hingga 8 MST, dan menjadi tidak nyata pada 9 hingga 13 MST. Perlakuan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi perlakuan BA dan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada keseluruhan pengamatan. Terhadap tinggi tanaman, perlakuan NAA berpengaruh sangat nyata. Tabel 7.Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Aklimatisasi Nanas Pada Sub kultur II Peubah MST Perlakuan BA NAA BA*NAA Jumlah Daun a 1-2 ** ** ** 3-4 * ** ** 5-8 tn * ** 9-13 tn tn ** Tinggi Tanaman a 1-13 tn ** ** Keterangan: * = Berbeda nyata ** = Berbeda sangat nyata tn = Tidak berbeda nyata a = Data ditransformasi dengan xx + xx

25 Pengaruh perlakuan BA berdasarkan hasil pengamatan tidak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada tanpa perlakuan. Pada gambar 9 ditunjukkan bahwa perlakuan 0.00μM BA mengalami pertumbuhan dengan jumlah daun yang seimbang dari 1 hingga 13 MST. Dapat diduga bahwa pada perlakuan 0.00μM BA, planlet memiliki pertumbuhan jumlah daun yang hampir setara dengan jumlah daun yang mengering atau mati, didasarkan pada metode pengamatan yang dilakukan adalah dengan menghitung jumlah daun sempurna tanpa daun terkecil. Perlakuan dengan BA memberikan pengaruh negatif pada aklimatisasi sub kultur II. Menurunnya respon jumlah daun terhadap pengaruh BA dapat diduga karena rendahnya daya tahan plantlet terhadap cekaman terutama suhu dan intensitas sinar matahari. Penurunan hasil pengamatan jumlah daun dapat diduga menunjukkan bahwa planlet memiliki daya pertumbuhan daun yang rendah. Gambar 9. Grafik Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur II. Analisis regresi linear yang dilakukan seperti terlihat pada Tabel 8, perlakuan 0.00μM BA masih lebih baik daripada perlakuan lain. Dapat diduga

26 bahwa pada sub kultur II perlakuan BA justru menghambat pertumbuhan daun walaupun penelitian tentang itu masih harus dilakukan. Pengaruh BA paling positif ditunjukkan pada pengaruh perlakuan 0.00μM. Tabel 8. Persamaan Pengaruh BA terhadap Jumlah Daun pada Sub kultur II Konsentrasi BA Persamaan R 2 0.00 μm -0.0014x + 3.3237 0.2435 4.40 μm -0.0346x + 3.5040 0.9913 8.80 μm -0.0096x + 3.3670 0.9152 13.32 μm -0.0179x + 3.4983 0.9440 17.76 μm -0.0272x + 3.5201 0.9627 Perlakuan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada sub kultur II. Pada Gambar 10, ditunjukkan bahwa semua perlakuan NAA memberikan pengaruh negatif terhadap planlet. Perlakuan 0.00μM NAA terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan perlakuan NAA lainnya. Perlakuan 2.00μM NAA berpengaruh terhadap jumlah daun, dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa perlakuan 2.00μM NAA mengalami penurunan jumlah daun yang paling sedikit dengan jumlah daun yang paling tinggi di antara perlakuan NAA lainnya. Seperti pada pengamatan pengaruh perlakuan BA pada sub kultur II yang telah dibahas sebelumnya, penurunan bisa diduga karena pertumbuhan daun lebih rendah daripada jumlah daun yang mengering atau mati. Perkembangan plantlet pada saat multiplikasi juga dapat diduga menjadi penyebab tidak berkembangnya jaringan daun sehingga tidak mampu beradaptasi dengan cepat. Analisis regresi seperti diperlihatkan pada Tabel 9, ditunjukkan bahwa pertumbuhan paling baik disebabkan karena pengaruh 2.00μM NAA. Diikuti oleh 1.00μM NAA dan 0.50μM NAA.

27 Gambar 10.Grafik Pengaruh Konsentrasi NAA Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur II. Terlihat seperti ditunjukkan pada Gambar 10 dan Tabel 9, bahwa pada sub kultur II, pertumbuhan jumlah daun pada plantlet yang diberikan perlakuan NAA memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari pada perlakuan 0.00μM NAA. Tabel 9. Persamaan Pengaruh NAA Terhadap Jumlah Daun pada Sub kultur II Konsentrasi NAA Persamaan R 2 0.00 μm -0.0310x + 3.5428 0.9857 0.50 μm -0.0179x + 3.2827 0.9740 1.00 μm -0.0126x + 3.4358 0.9212 2.00 μm -0.0079x + 3.4843 0.8340 Interaksi perlakuan BA dan NAA yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 10. Melalui uji DMRT diketahui bahwa ada keterkaitan antar perlakuan, namun perlakuan yang paling baik adalah 13.32μM BA dengan 0.00μM NAA.

28 Tabel 10. Interaksi BA dan NAA Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur II Terhadap Jumlah Daun. Jumlah daun (helai) Konsentrasi NAA (µm) 0,00 0,50 1,00 2,00 Konsentrasi BA (µm) 0,00 3.440 a-c 2.735 bc 3.749 ab 3.241 bc 4,40 2.927 bc 3.395 a-c 2.799 bc 3.096 bc 8,80 2.648 c 3.254 bc 3.404 a-c 3.622 a-c 13,32 4.359 a 2.831 bc 3.009 bc 3.518 a-c 17,76 2.985 bc 3.113 bc 3.768 ab 3.741 ab Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Meskipun perlakuan 2.00μM NAA mendapat respon yang lebih tinggi pada peubah tinggi tanaman, namun perlakuan 2.00μM NAA dan 1.00μM NAA sama-sama memberikan pengaruh yang baik terhadap tinggi tanaman pada sub kultur II. Gambar 11.Grafik Pengaruh Konsentrasi NAA Terhadap Tinggi Tanaman Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur II.

29 Analisis regresi memberikan gambaran yang lebih baik mengenai pengaruh perlakuan NAA pada sub kultur II. Perlakuan 2.00μM NAA memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman lebih baik dari pada perlakuan lainnya. Tabel 11. Persamaan Pengaruh NAA Terhadap Tinggi Tanaman pada Sub kultur II Konsentrasi NAA Persamaan R 2 0.00 μm -0.0155x + 3.3992 0.6678 0.50 μm -0.0160x + 3.1206 0.9220 1.00 μm -0.0075x + 3.2878 0.5204 2.00 μm -0.0060x + 3.3886 0.3534 Interaksi antar perlakuan dapat mempengaruhi tinggi tanaman, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruhnya sangat nyata. Pada Tabel 12 dapat terlihat keterkaitan antar perlakuan. Dari Tabel 12 juga dapat dilihat pengaruh yang paling baik adalah pengaruh dari interaksi perlakuan 13.32μM BA dengan 0.00μM NAA. Tabel 12. Interaksi BA dan NAA Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur II Terhadap Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman (cm) Konsentrasi NAA (µm) 0,00 0,50 1,00 2,00 Konsentrasi BA (µm) 0,00 3.454 a-d 2.729 de 3.402 a-d 3.117 b-e 4,40 2.929 c-e 3.274 b-d 2.993 c-e 3.042 c-e 8,80 2.915 c-e 3.066 b-e 3.259 b-d 3.309 b-d 13,32 4.151 a 2.431 e 2.849 c-e 3.524 a-d 17,76 2.865 c-e 2.999 c-e 3.524 a-d 3.849 ab Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Perbandingan Antar Sub Kultur Pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah daun pada sub kultur I berpengaruh positif yaitu semakin tinggi konsentrasi BA memberikan pengaruh yang makin baik. Pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah daun pada sub kultur II memberikan pengaruh negatif yaitu semakin tinggi konsentrasi BA maka akan semakin menghambat pertumbuhan planlet seperti bisa dilihat pada Gambar 12.

30 Gambar 12.Diagram Perbandingan Pengaruh Konsentrasi BA Pada 13 MST Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I dan Sub kultur II. Respon tertinggi pada sub kultur I ditunjukkan pada pengaruh perlakuan 17.76μM BA dan respon terendah pada pengaruh perlakuan 0.00μM BA. Respon tertinggi pada sub kultur II ditunjukkan pada perlakuan 0.00μM BA dan respon terendah pada perlakuan 17.76μM BA. Pengaruh perlakuan 2,00μM NAA pada sub kultur I terhadap jumlah daun memberikan pengaruh tertinggi dari semua perlakuan (Gambar 13). Pengaruh perlakuan NAA pada sub kultur II terhadap jumlah daun berpengaruh sangat nyata berdasarkan hasil analisis ragam, hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi 2,00μM NAA memberikan pengaruh tertinggi. Pengaruh perlakuan NAA pada sub kultur I terhadap jumlah daun adalah sangat nyata berdasarkan hasil analisis data. Pengaruh konsentrasi NAA pada sub kultur I tidak menunjukan pengaruh yang positif untuk semua perlakuan, karena titik puncak teramati karena pengaruh konsentrasi 2,00μM NAA dan diikuti oleh konsentrasi 0,00μM NAA.

31 Gambar 13.Diagram Perbandingan Pengaruh Konsentrasi NAA Pada 13 MST Terhadap Jumlah Daun Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I dan Sub kultur II. Gambar 13 juga menunjukkan bahwa perlakuan NAA memberikan pengaruh positif pada sub kultur II. Pada sub kultur I, perlakuan NAA dengan konsentrasi menengah yaitu 0.50μM NAA dan 1.00μM NAA memberikan pengaruh yang lebih rendah terhadap jumlah daun. Pada sub kultur II, semakin tinggi konsentrasi NAA maka semakin tinggi akan memberikan pengaruh yang semakin baik. Pengaruh konsentrasi BA terhadap tinggi tanaman pada sub kultur I terlihat lebih tinggi dari sub kultur II. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan BA yang tidak berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman pada sub kultur I, namun Gambar 14 menunjukkan bahwa respon terbaik dicapai pada perlakuan 17,76μM BA. Pada sub kultur II, respon terbaik dicapai pada perlakuan 0,00μM BA. Pergerakan pengaruh konsentrasi BA pada sub kultur I terhadap tinggi tanaman masih cenderung positif, dapat terlihat dari respon minimal didapat karena pengaruh 0,0μM BA, walaupun pada pengaruh 8.80μM BA memberikan pengaruh yang sedikit lebih rendah, dan respon tertinggi karena pengaruh 17,76μM BA.

32 Gambar 14.Diagram Perbandingan Pengaruh Konsentrasi BA Pada 13 MST Terhadap Tinggi Tanaman Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I dan Sub kultur II. Pengaruh perlakuan 2,00μM NAA terhadap tinggi tanaman pada sub kultur I menunjukkan pengaruh tertinggi. Pola respon atas pengaruh perlakuan NAA pada sub kultur I terhadap tinggi tanaman hampir sama dengan pola yang terjadi pada pengaruh perlakuan NAA terhadap jumlah daun. Pengaruh paling baik didapat pada konsentrasi 2,00μM NAA dan diikuti oleh 0,00μM NAA. Pengaruh NAA terhadap tinggi tanaman pada sub kultur II berbeda sangat nyata berdasarkan hasil analisis data, pada Gambar 15 ditunjukkan bahwa perlakuan 2,00μM NAA memberikan pengaruh yang paling baik pada sub kultur II (Gambar 14).

33 Gambar 15.Diagram Perbandingan Pengaruh Konsentrasi NAA Pada 13 MST Terhadap Tinggi Tanaman Pada Aklimatisasi Nanas cv. Smooth Cayenne Sub kultur I dan Sub kultur II. Hasil yang didapat pada pengamatan sub kultur I pada 13 MST menunjukkan bahwa konsentrasi BA dan NAA yang tinggi memberikan pengaruh yang positif bagi pertumbuhan planlet nanas. Konsentrasi 17,76μM BA memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Pengaruh paling baik juga diamati pada konsentrasi 2,00μM NAA. Hasil pada sub kultur II pada 13 MST menunjukkan bahwa konsentrasi tanpa perlakuan BA memberikan pengaruh yang paling baik terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Konsentrasi tertinggi dari perlakuan NAA memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Pembahasan Penambahan sitokinin pada media kultur jaringan akan merangsang pembelahan sel, sedangkan auksin berperan dalam pembesaran sel, sehingga interaksi keduanya dapat meningkatkan pertumbuhan dan ukuran sel. Sitokinin digunakan untuk merangsang pembentukan tunas dan memecah dormansi sel (Hartman dan Kester 1983). Namun tanaman yang berbeda dapat merespon hormon (sitokinin dan auksin) dalam berbagai konsentrasi secara

34 berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan konsentrasi hormon endogen tumbuhan itu sendiri. (Hartmann et al 1983). Penambahan auksin pada media kultur jaringan akan merangsang pertumbuhan kalus, perpanjangan tunas dan pembentukan akar. NAA merupakan salah satu jenis auksin yang mempunyai sifat kimia lebih stabil dibanding IAA dan tidak mudah teroksidasi oleh enzin (Zaer dan Mapes 1985). BA termasuk golongan sitokinin merupakan ZPT yang banyak digunakan untuk memacu inisiasi dan poliferasi tunas. Terutama dalam mendorong pembelahan sel, menginduksi tunas adventif dan dalam konsentrasi tinggi menghambat inisiasi akar (Pierik 1987). Interaksi BA dan NAA yang sangat nyata menunjukkan bahwa perlakuan sitokinin (BA) tidak dapat dilepaskan dari pengaruh auksin (NAA), sehingga dalam penggunaan sitokinin, baik efek mendorong maupun menghambat proses pembelahan sel tergantung dari adanya fitohormon lainnya, terutama auksin (Wattimena 1988). Rendahnya pertumbuhan jumlah daun dan tinggi tanaman pada sub kultur II dapat dipicu oleh paparan auksin yang terlalu tinggi pada plantlet, sehingga pengaruh auksin tidak lagi mempercepat pertumbuhan justru dapat menghambat pertumbuhan. Pada Smith (1992) dikatakan auksin konsentrasi tinggi dapat merangsang pembentukan kalus namun dapat menekan morfogenesis. Hal ini menunjukkan bahwa pada sub kultur II, konsentrasi yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi dapat diduga tidak akan memberikan hasil yang optimal, bahkan justru dapat menghambat pertumbuhan pada tahap aklimatisi.