Application of Lime and Urea and its Effect on Development of Phythophthora palmivora

dokumen-dokumen yang mirip
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

UJI COBA PENGENDALIAN PENYAKIT KANKER BATANG KAKAO DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

INSIDENSI PENYAKIT BUSUK BUAH (Phythopthora palmivora BULT.) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SENTRA PRODUKSI KAKAO KABUPATEN PASAMAN BARAT

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BUSUK HATI (Phytophthora sp.) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PENYAKIT BIDANG SADAP

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

VIRULENSI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE ISOLAT BAWANG MERAH PADA BAWANG PUTIH

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

Penyebaran Busuk Buah Kakao di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya. Oleh: Feny Ernawati, SP dan Effendi Wibowo, SP POPT Pertama BBPPTP Surabaya

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK

ANALISIS FLUKTUATIF SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penghambatan Pertumbuhan Jamur Patogen Kakao Phytophthora palmivora oleh Pseudomonas fluorescence dan Bacillus subtilis

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

III. METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca Deparment

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

BAB III MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA TEMBAKAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERANGAN PATOGEN TULAR TANAH

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

PRODUKSI BIOFUNGISIDA Trichoderma harzianum PADA BERBAGAI MEDIA CAIR UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT LANAS TEMBAKAU (Phytophthora nicotianae)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

UJI DAYA HAMBAT JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp DALAM FORMULASI KERING BERBENTUK TABLET TERHADAP LUAS BERCAK Phytophthora palmivora PADA BUAH KAKAO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

SERANGAN PENYAKIT LANAS Phytopthora nicotianae PADA TEMBAKAU DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan tanaman yang bunganya tumbuh dari batang atau cabang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Pengendalian Penyakit Hawar Daun Phytophthora pada Bibit Kakao dengan Trichoderma asperellum

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

HASIL. E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman

Transkripsi:

Pelita Perkebunan 31(1) 2015, 41 48 Pengendalian penyakit busuk buah kakao dengan kapur dan urea Application of Lime and Urea and its Effect on Development of Phythophthora palmivora Sakti Widyanta Pratama 1*) dan Niken Puspita Sari 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90, Jember, Indonesia *) Corresponding author: sakti.pratama@gmail.com Abstrak Busuk buah kakao yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora merupakan salah satu penyakit utama kakao terutama di perkebunan dengan iklim basah. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil panen hingga mencapai 46,6% di Jawa Timur. Berbagai usaha pengendalian yang telah dilakukan belum dapat memberikan hasil yang signifikan. Urea selain berfungsi sebagai pupuk dapat juga menghasilkan gas amonia bila dicampur kapur yang diduga mampu menekan serangan penyakit busuk buah kakao. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan pengendalian penyakit busuk buah kakao dengan menggunakan kombinasi kapur dan urea. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2013. Buah kakao terinfeksi penyakit busuk buah diambil dari Kebun Percobaan Kaliwining. Urea dan kapur pertanian dicampur untuk menghasilkan gas amoniak. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gas amonia dapat terbentuk dari urea dan kapur dapat mempercepat reaksi pembentukannya. Gas amonia yang terbentuk dari perlakuan urea 0,06% dan kapur 0,3% dapat mengendalikan jamur P. palmivora yang berada di dalam tanah. Kata kunci: busuk buah, Phytophthora palmivora, urea, kapur, amonia Abstract Black pod rot disease is caused by Phytophthora palmivora is one of the main diseases of cocoa plantations particularly in wet climate. This disease can cause loss of harvest up to 46.6% in East Java. Various control efforts attempted so far have no significant improvements. Beside as fertilizer urea can also produce ammonia gas when combined with lime which may suppress black pod rot. This research aims to determine the effectiveness of black pod rot control using the combination of lime and urea. This research was conducted from Ju ne to Se pte mber 2 01 3. Black pod rot infected pods were taken from Kaliwining Experimental Station. Urea and agricultural lime were mixed to produce ammonia gas. The results showed that ammonia could be produced from urea and lime mixing can speed up the formation. The ammonia gas formed from 0.06% urea and 0.3% lime was effective to suppress the P. palmivora fungus development inside the soil. Keywords: pod rot, Phytophthora palmivora, urea, lime, ammonia 41

Pratama & Sari PENDAHULUAN Busuk buah kakao merupakan penyakit penting pada tanaman kakao yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan di perkebunan milik negara, swasta, maupun di kebun petani. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora yang dapat berkembang dalam kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi, curah hujan yang tinggi, metode budidaya yang buruk, dan penggunaan tanaman rentan (Semangun, 2000). Pada buah yang terserang tampak adanya bercak kecoklatan kemudian menghitam. Selain tanaman kakao, P. palmivora dapat menyerang beberapa jenis tanaman, termasuk karet, lada hitam, kelapa, durian, nanas, pepaya, jeruk, alpukat, dan banyak tanaman hias (Bowers et al., 2001). Busuk buah dapat menyebabkan kehilangan hasil berkisar antara 10 dan 30% di dunia (McMahon & Purwantara, 2004). Dilaporkan bahwa kerugian di kebun kakao milik perkebunan negara di Jatirono sebesar 41,9%, dan kebun Penataran 46,63% (Sri- Sukamto et al., 1997), dengan demikian hampir 50% produksi hilang. Jamur patogen penyebab penyakit busuk buah kakao hingga saat ini masih merupakan masalah penting yang belum dapat diselesaikan. Jamur P. palmivora merupakan jamur dari kelas Oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium panjang dan berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir (Drenth & Sendall, 2001). Usaha pengendalian buah busuk telah banyak dilakukan baik melalui pengendalian secara terpadu dengan cara mekanis, kultur teknis, menanam tanaman tahan, secara kimiawi maupun biologis (Sri-Sukamto et al., 1997). Penggunaan fungisida kimia akan berdampak pada lingkungan dan manusia serta apabila digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi (Akrofi et al., 2012). Sampai saat ini penyakit busuk buah tidak dapat dikontrol secara kuratif. Alternatif pengendalian penyakit busuk buah kakao dapat menggunakan agens hayati sebagai biofungisida, di antaranya dengan memanfaatkan bakteri Pseudomonas fluorescence dan Bacillus subtilis (Pratama et al., 2013). Metode pengendalian secara teknis dan kimiawi yang sudah sering dianjurkan yaitu dengan memendam buah busuk ke dalam tanah dan diperlakukan dengan menggunakan urea dan kapur. Jamur P. palmivora bersifat soil borne, spora dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kulit buah kakao yang terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum penyakit busuk buah (Guest, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah cara pengendalian dengan melakukan pemendaman dan pemberian urea dan kapur cukup efektif untuk dianjurkan. Urea selain berfungsi sebagai pupuk, juga dapat menghasilkan gas amonia yang mampu menekan serangan busuk buah kakao dalam jumlah yang tepat (Darmono et al., 1999). Urea memiliki rumus kimia CO(NH 2 ) 2 dan kadar N sebanyak 46%. Urea bersifat higroskopis dan sangat mudah larut dalam air sehingga dapat mudah diserap oleh tanaman. Urea dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kadar klorofil. Dengan meningkatnya klorofil diharapkan dapat meningkatkan ketahanan tanaman. Penggunaan kapur mampu meningkatkan ph tanah. Tanah masam merupakan lingkungan yang sangat disukai oleh jamur, sehingga peningkatan ph tanah diharapkan dapat menghambat pertumbuhan jamur P. palmivora. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada Juni-September 2013 dalam skala laboratorium, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor 42

Pengendalian penyakit busuk buah kakao dengan kapur dan urea pertama adalah dosis urea sedangkan faktor kedua dosis kapur. Dosis urea yang digunakan adalah 0 dan 6 g sedangkan dosis kapur 0, 10, 20, dan 30 g. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tanah yang sudah disterilisasi. Kulit buah kakao yang terinfeksi penyakit busuk buah dikumpulkan dan dicacah dengan ukuran ±1cm dan ditularkan pada tanah steril dengan cara dicampur. Tanah yang telah ditulari diinkubasi selama tujuh hari. Pengukuran Pelepasan Gas Amonia Tanah yang terinokulasi jamur P. palmivora diambil sebanyak 100 g, dan dicampur dengan kombinasi perlakuan urea dan kapur. Kombinasi perlakuan tanah, urea, dan kapur dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml dan disiram air sampai kapasitas lapang. Erlenmeyer dibuat tertutup rapat dan dihubungkan dengan selang ke erlenmeyer 100 ml lainnya yang berisi asam borat 20 ml 0,05 N dan indicator conway sebanyak 6 tetes yang berfungsi sebagai larutan penampung untuk menangkap gas amonia yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan terhadap banyaknya gas yang dihasilkan dari setiap kombinasi perlakuan. Interval pengamatan dilakukan pada hari pertama setelah aplikasi, hari ke-2, ke-3, ke-6, dan ke-16. Pengamatan pelepasan gas amonia dilakukan dengan menggunakan metode titrasi menggunakan H 2 SO 4 0,01 N. Hasil akhir titrasi digunakan untuk menghitung amonia yang dihasilkan masing-masing perlakuan. Pengukuran Pertumbuhan P. palmivora Tanah terinfeksi P. palmivora diambil sebanyak 100 g kemudian dicampur dengan urea dan kapur dengan kombinasi dosis yang telah ditentukan. Tanah yang telah dicampur dengan kombinasi urea dan kapur selanjutnya disiram dengan air hingga kapasitas lapang kemudian ditutup rapat agar gas yang dihasilkan tidak menguap dan diinkubasi selama satu minggu. Setelah inkubasi berakhir, tanah ditularkan ke buah kakao sehat yang telah disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit (NaClO) 0,2%. Percobaan dilakukan di dalam kotak uji dengan ukuran 90 x 200 x 30 cm. Bagian bawah kotak dialasi dengan spons dengan ketebalan 3 cm yang digunakan untuk menjaga kelembaban sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai untuk P. palmivora. Pengamatan dilakukan setiap hari selama sembilan hari dengan tiga ulangan. Diamati luas bercak busuk buah yang timbul dengan mengukur diameternya. Intensitas serangan dihitung berdasarkan jumlah buah yang terserang dibagi dengan jumlah total buah yang diuji. Hasil pengukuran diameter digunakan untuk menentukan luas dan laju pertumbuhan bercak. Luas bercak yang timbul dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: I = luas bercak penyakit busuk buah d 1 = diameter bercak melintang = diameter bercak membujur d 2 Rerata laju pertumbuhan penyakit busuk buah dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: L = Rerata laju pertumbuhan I = Luas bercak penyakit hari pengamatan terakhir HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa menggunakan urea masih dapat menghasilkan gas amonia (Gambar 1). Pelepasan gas amonia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kapur yang diberikan. Gas amonia yang terbentuk paling banyak pada penambahan kapur sebanyak 30 g. Hal tersebut terjadi karena gas 43

Pratama & Sari Gambar 1. Figure 1. Gas amonia yang dihasilkan (mg/100 g tanah) pada perlakuan urea 0 g (atas) dan 6 g (bawah) yang dikombinasikan dengan kapur (0, 10, 20, dan 30 g) Ammonia gas produced (mg/100 g soil) as affected by combination of 0 g (top) and 6 g (bottom) of urea and lime (0, 10, 20, and 30 g) 44

Pengendalian penyakit busuk buah kakao dengan kapur dan urea amonia dapat terbentuk dari bahan organik yang berasal dari kulit buah kakao dan dibantu dengan reaksi eksoterm dari kapur yang menghasilkan panas ke lingkungan sehingga dapat memacu terbentuknya gas amonia. Peningkatan suhu dapat mempercepat proses pembentukan amonia. Gambar 1 menunjukkan bahwa pelepasan gas amonia terbanyak terjadi pada hari pertama dan semakin menurun pada hari pengamatan ke-2 dan ke-3. Penurunan jumlah gas yang dihasilkan pada hari ke-2 hingga mencapai 60% dan menunjukkan tidak terdapat banyak perbedaan antara perlakuan dengan menggunakan urea dan tidak. Tampaknya penambahan urea tidak terlalu berpengaruh terhadap terbentuknya gas amonia. Tidak adanya perbedaan dimungkinkan karena jumlah urea yang terlalu sedikit sehingga tidak berpengaruh terhadap pembentukan amonia. Setelah hari ke-3 kemudian diinkubasikan kembali selama tiga hari tanpa dibuka, setelah diinkubasi, tanah masih menghasilkan gas amonia sebanyak 5.848 mg/100 g tanah pada perlakuan 30 g kapur tanpa urea dan 5.313 mg/100 g tanah pada perlakuan urea 6 g dan kapur 30 g. Pengamatan dilanjutkan hingga hari ke-16 setelah aplikasi untuk mengamati akumulasi sisa gas yang masih terbentuk selama 10 hari terakhir. Dari pengamatan perlakuan 30 g kapur tanpa urea masih terbentuk gas amonia sebanyak 10.939,5 mg/100 g tanah. Perlakuan dengan menggunakan urea 6 g dan kapur 30 g masih menghasilkan gas amonia sebanyak 13.634 mg/100 g tanah. Perlakuan kombinasi dengan menggunakan urea 6 g dan kapur menunjukkan pembentukan gas amonia terbanyak pada perlakuan dengan kombinasi jumlah kapur 30 g (Gambar 1). Perbedaan terjadi pada jumlah gas amonia yang dihasilkan. Kecenderungan Gambar 1 menunjukkan terjadinya penurunan terbentuknya gas amonia per hari. Semakin banyak urea dan kapur yang diberikan maka semakin meningkat gas amonia yang dihasilkan. Pembentukan gas amonia optimal terjadi pada hari pertama perlakuan. Total pembentukan gas amonia pada perlakuan urea 6 g dan kapur 30 g sebesar 29.189 mg/100 g tanah. Pemberian urea pada tanah dapat meningkatkan terbentuknya gas amonia yang bisa menghambat pertumbuhan jamur P. palmivora penyebab penyakit busuk buah (Darmono et al., 1999). Hasil pengamatan terhadap intensitas serangan menunjukkan bahwa jamur P. palmivora tidak dapat tumbuh pada perlakuan dengan menggunakan kombinasi urea 6 g dan kapur 30 g dengan nilai intensitas penyakit 0% (Gambar 2). Pada perlakuan kombinasi urea 0 gram dengan kapur 10 g dan urea 6 g dengan kapur 0 g menunjukkan intensitas serangan penyakit yang cukup tinggi hingga mencapai 80%. Gas amonia terbesar dihasilkan dari perlakuan kombinasi urea 6 g dengan kapur 30 g. Menurut Susilo et al. (2002), luas bercak pada buah dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman kakao. Pertumbuhan intensitas penyakit busuk buah dapat disebabkan oleh ketahanan masingmasing klon yang berbeda-beda ataupun tingkat agresifitas atau virulensi dari jamur P. palmivora. Pengamatan luas bercak menunjukkan bahwa pada perlakuan kombinasi urea 6 g dengan kapur 30 g, P. palmivora tidak dapat tumbuh (Gambar 3). Gas amonia yang dihasilkan dari urea dapat membunuh inokulum jamur P. palmivora. Penggunaan kapur berfungsi mempercepat reaksi pembentukan gas amonia di dalam tanah. Jumlah gas amonia yang sedikit tidak dapat menghambat pertumbuhan P. palmivora. Laju pertumbuhan penyakit busuk buah tertinggi sebesar 25,1 cm²/hari diperoleh dari perlakuan 10 g kapur tanpa urea. Pengendalian penyakit yang disebabkan jamur P.palmivora biasa dilakukan dengan pemanenan buah busuk dan memendamnya ke dalam tanah (Purwantara et al., 2004). Akan tetapi, tanah merupakan sumber inokulum P. palmivora. 45

Pratama & Sari Gambar 2. Figure 2. Intensitas serangan busuk buah akibat aplikasi urea (0 dan 6 g) dikombinasikan dengan kapur (0, 10, dan 30 g) Intensity of pod rot attack as affected by the application of urea (0 and 6 g) combined with lime (0, 10, and 30 g) 300 3 00 250 2 50 200 2 00 150 1 50 100 1 00 5 0 0-50 50 0-50 11 2 2 33 4 4 5 6 7 8 9 U0K0 U0K10 U0K30 U6K0 U6K10 U6K30 Hari ke- (Day of...) Gambar 3. Figure 3. Luas bercak serangan P. palmivora akibar aplikasi urea 0 g (U0) dan 6 g (U6) dikombinasikan dengan kapur 0 g (K0), 10 g (K10), dan 30 g (K30) Wide of P. palmivora spot as affected by application of 0 g (U0) and 6 g (U6) of urea combined with 0 g (K0), 10 g (K10), and 30 g (K30) of lime 46

Pengendalian penyakit busuk buah kakao dengan kapur dan urea Inokulum P. palmivora dapat ditemukan sepanjang tahun di dalam tanah sehingga diperlukan pengendalian yang cukup efektif (Purwantara, 2008). Berdasarkan hasil penelitian maka pengendalian penyakit busuk buah di dalam tanah dapat disarankan dengan menggunakan urea dan kapur. Tondok et al. (2012) melaporkan bahwa inokulasi jamur P. palmivora pada buah kakao dari berbagai klon menunjukkan ekspresi intensitas dan laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Hasil tersebut dapat dimungkinkan karena adanya jamur endofit yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen. Umayah et al. (2007) menyebutkan bahwa tingkat keparahan busuk buah yang terjadi di lapangan lebih disebabkan oleh kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan penyakit. Beberapa faktor yang berpengaruh besar yaitu curah hujan tinggi dan kondisi lembab serta gelap. KESIMPULAN 1. Penggunaan urea dan kapur mampu menekan pertumbuhan jamur P. palmivora kombinasi perlakuan 0,06% urea dan 0,3% kapur cukup efektif. 2. Pelepasan gas amonia dari urea ke lingkungan dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk buah. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Dr. John Bako Baon dan Prof. Rochadi Abdulhadi atas bimbingan yang telah diberikan, Sugiyanto, SP., MP. dan Ir. Heri Purwanto beserta teknisi lain yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Akrofi, A.Y.; F. Govers; R.T. Awuah & J.M. Raaijmakers (2012). Exploiting microbial diversity in cocoa ecosystems in Ghana to control Phytophthora pod rot disease. Global Advanced Research Journal of Agricultural Science, 1, 305 308. Bowers, J.H.; B.A. Bailey; P.K. Hebbar; S. Sanogo & R.D. Lumsden (2001). The impact of plant diseases on world chocolate production. Plant Health Progress. Darmono, T.W.; T. Panji & H. Kwartono (1999). Amonifikasi kulit buah kakao sebagai tindakan alternatif untuk memusnahkan inokulum Phytophthora palmivora. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, 4, 46 49. Drenth, A. & B. Sendall (2001). Practical Guide to Detection and Identification of Phytophthora. Version 1.0. CRC for Tropical Plant Protection, Brisbane, Australia. Guest, D. (2007). Black pod: diverse pathogens with a global impact on cocoa yield. The American Phytopathological Society, 97, 1650 1653. McMahon, P. & A. Purwantara (2004). Phytophthora on cocoa. p. 104 115. In: A. Drenth & D.I. Guest (eds.). Diversity and management of Phytophthora in Southeast Asia. ACIAR Monograph, No. 114. Pratama, S.W.; Sri-Sukamto; I.N. Asyiah & Y.V. Ervina (2013). Penghambatan pertumbuhan jamur patogen kakao Phytophthora palmivora oleh Pseu do mon as f luores cence dan Bacillus subtilis. Pelita Perkebunan, 29, 120 127. Purwantara, A. (2008). Infection of Phytophthora palmivora from soil in cocoa plantation. Pelita Perkebunan, 24, 205 218. 47

Pratama & Sari Purwantara, A.; D. Manohara & J.S. Warokka (2004). Phytophthora Disease in Indonesia. p. 70 76. In: A. Drenth & D.I. Guest (eds.). Diversity and management of Phytophthora in Southeast Asia. ACIAR Monograph, No. 114. Semangun, H. (2000). Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sri-Sukamto; H. Semangun & A. Harsoyo (1997). Identifikasi beberapa isolat jamur dan sifat antagonisnya terhadap Phytophthora palmivora pada kakao. Pelita Perkebunan, 13, 148 160. Susilo, A.W.; D. Suhendi & Sri-Sukamto (2002). Ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap Phytophthora palmivora (Butl.). Pelita Perkebunan, 18, 1 9. Tondok, E.T.; M. S. Sinaga; Widodo & M. T. Suh ar t on o (2012). Potensi cendawan endofit sebagai agens pengendali hayati Phytophthora palmivora (Butl.) Butl. penyebab busuk buah kakao. Jurnal Agronomi Indonesia, 40, 146 152. Umayah, A.; M.S. Sinaga; S. Sastrosumarjo; S.M. Sumaraw & A. Purwantara (2007). Keragaman genetik isolat Phytophthora palmivora dari tanaman kakao di Indonesia. Pelita Perkebunan, 23, 129 138. **0** 48