HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DEWI PUSPITASARI

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KLASIFIKASI JENIS SHOREA BERDASARKAN MORFOLOGI DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK LEVENBERG-MARQUARDT CORY DIANA LESTARI

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Gambar 3.1 Desain Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Presentasi Tugas Akhir

Architecture Net, Simple Neural Net

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

Generalisasi rata-rata (%)

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

Komparasi Metode Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization dan Backpropagation

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB I PENDAHULUAN I-1

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

Jaringan Syaraf Tiruan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

Pengenalan Hand Gesture Dinamis Menggunakan JST Metode Pembelajaran Backpropagation

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Koefisien Maksimum Energi Maksimum Jarak Gelombang R - R

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA NILAI UJIAN MASUK STT WASTUKANCANA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Architecture Net, Simple Neural Net

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

KLASIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.2 (2016), hal ISSN : x

Program Pilihan Ganda Sederhana dengan Java

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

Transkripsi:

8 disajikan contoh data Shorea hasil kodefikasi dari beberapa karakter yang bernilai nominal. Tabel 2 Karakter daun yang bernilai nominal Karakter Nilai Kode Bentuk tulang Tidak menempel 1 daun Permukaan daun Atas halus bawah kasar Atas bawah halus 1 2 Ujung daun Meruncing 1 Runcing 2 Pangkal daun Membulat Tumpul Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi Fitur Nilai Panjang daun 23.2 cm Lebar daun 9.5 cm Bentuk tulang daun 1 Permukaan daun 1 Ujung daun 1 Pangkal daun 1 Keliling daun 53.2 cm Luas daun 352.5 cm 2 Sudut 7 Jumlah tulang daun 33 Jenis Shorea Shorea ovalis Perancangan Model JST Pada penelitian ini, digunakan JST dengan struktur seperti yang ditunjukan pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik JST Karakteristik Spesifikasi Arsitektur 1 hidden layer Neuron Input 1 Neuron Output 1 Fungsi aktivasi Sigmoid biner; Linier Inisialisasi bobot nguyen widrow Hidden Neuron 5, 1, 15, dan 2 Toleransi Galat 1-7, 1-6, 1-5, 1-4, 1-3, 1-2, dan 1-1 Learning Rate.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1 Faktor Naik 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9 Faktor Turun.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9 delta.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9 deltamax 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, dan 1 1 2 Target didefinisikan pada Tabel 5. Misalnya untuk target dengan nilai.94, maka target tersebut menunjukan target kelas pertama. Tabel 5 Target jenis Shorea Jenis Shorea Kode Rentang target Shorea ovalis 1.5 x < 1.5 Shorea leprosula 2 1.5 x < 2.5 Shorea platyclados 3 2.5 x < 3.5 Shorea seminis 4 3.5 x < 4.5 Shorea beccariana 5 4.5 x < 5.5 Pembagian Data Uji dan Data Latih Pembagian data uji dan data latih menggunakan k-fold cross-validation sebagai teknik pembagian datanya. Pada teknik ini, dilakukan ulangan sebanyak k kali untuk pelatihan dan pengujian. Pada setiap ulangan disisakan setiap subset untuk pengujian dan subset lainnya untuk pelatihan. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan ialah 5-fold crossvalidation. Empat subset digunakan sebagai data latih, sedangkan satu subset sisanya akan digunakan sebagai data uji. Pelatihan Sistem Pelatihan sistem menggunakan model JST propagasi balik resilient dengan parameter yang dibuat bervariasi, yaitu hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta, dan deltamax. Pengujian Pengujian model dilakukan menggunakan data pengujian dengan teknik generalisasi untuk menghitung akurasinya. Teknik generalisasi yaitu jumlah (dalam %) pola yang berhasil dikenali dengan benar oleh JST. Generalisasi diberikan dengan persamaan berikut: Jumlah pola yang dikenali Generalisasi = x 1% Jumlah seluruh pola HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengidentifikasi lima jenis Shorea dengan menggunakan karakteristik morfologi daun, yaitu Shorea ovalis, Shorea leprosula, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana. Kelima jenis Shorea ini masing-masing menjadi satu kelas dan terdiri atas 1 data. Karakteristik morfologi daun yang diamati ialah panjang daun, lebar daun, bentuk tulang daun, permukaan daun, ujung daun, pangkal daun, keliling daun, luas daun, sudut antar tulang daun, dan jumlah tulang daun. Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan kodefikasi dari data tersebut sehingga data hasil

9 kodefikasi tersebut yang digunakan pada percobaan variasi parameter JST propagasi balik resilient pada percobaan 5-fold crossvalidation tanpa regresi dan 5-fold crossvalidation dengan regresi. Data percobaan selengkapnya pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Menentukan Parameter JST yang optimal Parameter optimal pada setiap tahap percobaan selanjutnya digunakan untuk percobaan berikutnya sehingga akan dihasilkan model JST yang baik dan maksimal. Karakteristik jaringan syaraf tiruan (JST) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan parameter dari resilient backpropagation, yaitu hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta, dan deltamax. Alur penentuan parameter optimal dapat dilihat pada Lampiran 5. Penentuan parameter optimal dimulai dengan percobaan terhadap jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang bisa memberikan optimalisasi pada JST, baik dari segi tingginya akurasi maupun kecilnya epoch, akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan toleransi galat. Nilai toleransi galat yang paling optimal akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan learning rate. Percobaan-percobaan selanjutnya, yaitu percobaan dengan nilai faktor naik, nilai faktor turun, delta, deltamax juga menerapkan konsep pencarian parameter optimal yang sama. Selain itu, untuk percobaan dengan nilai parameter yang menghasilkan akurasi dan epoch yang sama, penentuan nilai optimal menggunakan nilai MSE yang terkecil yang dihasilkan dari beberapa nilai parameter tersebut. Percobaan 1: 5-Fold Cross-Validation Tanpa Regresi Percobaan ini melibatkan lima kelompok percobaan dengan proporsi jumlah instances masing-masing kelas pada percobaan ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Proporsi jumlah instances masingmasing kelas setiap subset Subset 1 2 3 4 5 S. ovalis 2 2 2 2 2 S. leprosula 2 2 2 2 2 S. platyclados 2 2 2 2 2 S. seminis 2 2 2 2 2 S. beccariana 2 2 2 2 2 Jumlah 1 1 1 1 1 Berdasarkan Tabel 6, ada lima grup percobaan, yaitu: Grup percobaan satu: data uji subset satu, data latih subset dua, tiga, empat, dan lima. Grup percobaan dua: data uji subset dua, data latih subset satu, tiga, empat, dan lima. Grup percobaan tiga: data uji subset tiga, data latih subset satu, dua, empat, dan lima. Grup percobaan empat: data uji subset empat, data latih subset satu, dua, tiga, dan lima. Grup percobaan lima: data uji subset lima, data latih subset satu, dua, tiga, dan empat. Pada percobaan ini, nilai fitur keliling daun dan luas daun menggunakan nilai sebenarnya, yaitu nilai dengan pengukuran secara manual. Perhitungan keliling daun diukur secara manual dengan menggunakan benang yang dibentangkan mengikuti bentuk daun dari titik awal sampai bertemu ke titik awal tersebut kembali, sedangkan perhitungan luas daun dilakukan dengan meletakkan daun diatas kertas berpetak, kemudian dilakukan perhitungan jumlah kotak penuh ditambah dengan jumlah kotak setengah penuh dikali seperempat. Pencarian parameter optimal dimulai dengan percobaan kombinasi jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang digunakan ialah 5, 1, 15, dan 2, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai toleransi galat ialah.1, nilai learning rate.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai hidden neuron yang optimal pada grup percobaan satu ialah 2, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 2, grup percobaan empat 2, dan grup percobaan lima ialah 5. Nilai hidden neuron ini kemudian digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan kombinasi nilai toleransi galat. Pada percobaan nilai toleransi galat, nilainilai toleransi galat yang digunakan ialah 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, dan 1-7. Nilai hidden neuron yang digunakan ialah nilai dari hasil percobaan sebelumnya, yaitu 2 untuk grup percobaan satu, dua, tiga, empat, dan 5 untuk grup percobaan lima, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai learning rate sebesar.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai toleransi galat optimal pada grup percobaan satu ialah 1-2, grup percobaan dua 1-4, grup percobaan tiga 1-1, grup percobaan empat 1-1, dan grup percobaan lima 1-7. Nilai toleransi galat yang optimal ini

1 selanjutnya akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai learning rate. Selanjutnya, dilakukan percobaan learning rate dengan nilai, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1. Nilai hidden neuron dan toleransi galat yang digunakan pada masing-masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai faktor naik sebesar 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai learning rate optimal dari grup percobaan satu ialah.6, grup percobaan dua.4, grup percobaan tiga.3, grup percobaan empat.4, grup percobaan lima.8. Nilai learning rate yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor naik. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan kombinasi nilai faktor naik sebesar 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, dan learning rate yang digunakan pada masingmasing grup percobaan menggunakan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap, yaitu nilai faktor turun sebesar.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor naik yang optimal pada percobaan ini ialah 1.5 untuk grup percobaan satu, 1.6 untuk grup percobaan dua, 1.2 untuk grup percobaan tiga, 1.3 untuk grup percobaan empat, dam 1.2 untuk grup percobaan lima. Nilai faktor naik yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor turun. Percobaan dengan kombinasi nilai faktor turun menggunakan nilai faktor turun, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, dan faktor naik sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai delta ialah.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor turun yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.4, grup percobaan dua.5, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.3, dan grup percobaan lima.8. Nilai faktor turun yang optimal ini akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu kombinasi nilai delta. Percobaan dengan kombinasi nilai delta menggunakan nilai delta sebesar.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, dan faktor turun sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai deltamax ialah 5. Nilai delta yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.2, grup percobaan dua.6, grup percobaan tiga.1, grup percobaan empat.6, dan grup percobaan lima.2. Nilai delta optimal yang didapatkan akan digunakan pada percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Percobaan terakhir ialah percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Nilai deltamax yang digunakan pada percobaan ini ialah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 1. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya. Nilai deltamax optimal yang didapatkan untuk grup percobaan satu ialah 9, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 1, grup percobaan empat 9, dan grup percobaan lima 7. Parameter optimal yang telah didapatkan dari percobaan pertama disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa grup percobaan empat menghasilkan akurasi 1% dengan epoch terkecil dari seluruh grup percobaan, sehingga nilai masing-masing parameternya menghasilkan pola yang baik dalam mengidentifikasi kelima jenis Shorea yang dibahas pada penelitian ini. Tabel 7 Nilai optimal setiap grup percobaan tanpa regresi Parameter Grup percobaan ke- JST 1 2 3 4 5 HN 2 2 2 2 5 TL 1-2 1-4 1-1 1-1 1-7 LR.6.4.3.4.8 FN 1.5 1.6 1.2 1.3 1.2 FT.4.5.6.3.8 D.2.6.1.6.2 DM 9 2 1 9 7 Akurasi (%) 1 1 1 1 9 Epoch 116 1 25 17 1 Keterangan: HN : Hidden Neuron TL : Toleransi Galat LR : Learning Rate FT : Faktor Turun D : Delta DM : Deltamax FN : Faktor Naik Tingkat akurasi yang dihasilkan untuk masing-masing jenis Shorea dari setiap grup percobaan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 dan Gambar 17 menggambarkan bahwa grup percobaan satu, dua, tiga dan empat mampu mengidentifikasi kelima jenis Shorea dengan nilai akurasi 1%. Artinya, instances masing-masing kelas pada data uji teridentifikasi dengan benar. Pada grup percobaan lima, untuk jenis Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea

11 beccariana menghasilkan akurasi 1%, sedangkan Shorea leprosula menghasilkan akurasi 5%. Hasil percobaan pertama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 8 Akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan (percobaan ke-1) Shorea Akurasi Grup Percobaan ke- (dalam %) 1 2 3 4 5 Aku rasi Rata -rata (%) ovalis 1 1 1 1 1 1 leprosula 1 1 1 1 5 9 platyclados 1 1 1 1 1 1 seminis 1 1 1 1 1 1 beccariana 1 1 1 1 1 1 Akurasi (%) 1 5 1 2 3 4 Grup Percobaan 5 Ovalis (O) Leprosula (L) Platyclados (P) Seminis (S) Beccariana (B) Gambar 17 Grafik akurasi grup percobaan terhadap masing-masing kelas Shorea (percobaan ke-1). Kesalahan identifikasi pada grup percobaan lima disebabkan salah satu instance Shorea leprosula bernilai.966 sehingga diidentifikasi sebagai Shorea ovalis. Selain itu, berdasarkan fitur yang diamati, keduanya cenderung memiliki kesamaan pada fitur-fitur tertentu dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil dari seluruh grup percobaan, didapatkan tingkat akurasi rata-rata untuk Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, Shorea beccariana ialah 1%, dan Shorea leprosula sebesar 9% yang dapat dilihat pada Gambar 18. Percobaan 2: 5-Fold Cross-Validation Dengan Regresi Hal yang dilakukan pada percobaan ini sama seperti sebelumnya, yaitu melibatkan lima kelompok percobaan dan dengan proporsi jumlah instance masing-masing kelas yang sama. Akurasi Rata-rata (%) 1 5 1 ovalis 9 leprosula 1 1 1 platyclados seminis Gambar 18 Grafik akurasi rata-rata kelas Shorea dari semua grup percobaan (percobaan ke-1). beccariana Pada percobaan ini, nilai fitur keliling daun dan luas daun didekati dengan regresi linier. Untuk perhitungan keliling daun, keliling yang telah diukur secara manual merupakan variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebas ( ) ialah nilai keliling daun yang diukur dengan pendekatan rumus elips, yaitu r 1 r 2. Persamaan garis regresi linier yang dihasilkan dari keliling daun tersebut ialah: ŷ = (1.643 * X) 1.5318 Diagram pencar yang dihasilkan dari kedua keliling tersebut dapat dilihat pada Gambar 19. Untuk perhitungan luas daun, luas yang telah dihitung sebelumnya secara manual merupakan variabel terikat ( ), sedangkan variabel bebas ) ialah nilai luas daun yang dihitung menggunakan pendekatan luas elips, yaitu π r 1 r 2. Persamaan garis regresi linier yang dihasilkan dari kedua luas tersebut ialah: ŷ = (1.611 * X) 9.8281 Diagram pencar yang dihasilkan dari kedua luas daun tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Dari kedua diagram pencar keliling dan luas daun, terlihat ada hubungan linier antara variabel luas dan keliling daun yang telah dihitung sebelumnya dengan variabel luas dan keliling daun yang dihitung menggunakan pendekatan rumus elips sehingga, luas dan keliling daun yang sebenarnya diharapkan bisa didekati dengan hasil persamaan garis regresi linier tersebut. Pada Tabel 9 dan 1 disajikan contoh nilai fitur keliling dan luas daun dengan pendekatan persamaan garis regresi linier.

12 Y 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 19 Diagram pencar keliling daun. Y 3 25 2 15 1 5 Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan kombinasi nilai faktor naik sebesar 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, dan 1.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, dan learning rate yang digunakan pada masingy = 1,643x -1,5318 2 4 6 8 Gambar 2 Diagram pencar luas daun. Tabel 9 Nilai fitur keliling daun dihitung secara manual dan dengan regresi linier Keliling Keliling Data dihitung dengan Shorea kemanual regresi linier ovalis 1 53.2 53.1 2 48.6 47.8 leprosula 1 36. 36.9 2 33. 33.4 platyclados 1 29.3 28.9 2 29. 28.4 seminis 1 29.4 29.2 2 36. 36.1 beccariana 1 21.2 21.4 2 2.5 21. Tabel 1 Nilai fitur luas daun dihitung secara manual dan dengan regresi linier Luas Data Luas dengan dihitung Shorea ke- regresi linier manual ovalis 1 176.3 173.8 2 14.8 134.6 leprosula 1 76.5 79.5 2 69.5 66.1 platyclados 1 33.8 4.8 2 27.5 39.7 seminis 1 45.5 43.1 2 64.8 65.1 beccariana 1 28.3 24.7 2 24.8 23.9 X y = 1,611x -9,8281 1 2 3 X Seperti pada percobaan pertama, terlebih dahulu dilakukan pencarian parameter JST propagasi balik resilient optimal untuk menghasilkan akurasi yang baik. Pencarian parameter optimal dimulai dengan percobaan kombinasi jumlah hidden neuron. Jumlah hidden neuron yang digunakan ialah 5, 1, 15, dan 2, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai toleransi galat ialah.1, nilai learning rate.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai hidden neuron yang optimal pada grup percobaan satu ialah 2, grup percobaan dua 15, grup percobaan tiga 2, grup percobaan empat 2, dan grup percobaan lima ialah 15. Nilai hidden neuron ini kemudian digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu percobaan kombinasi nilai toleransi galat. Pada percobaan nilai toleransi galat, nilainilai toleransi galat yang digunakan ialah 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, dan 1-7. Nilai hidden neuron yang digunakan ialah nilai dari hasil percobaan sebelumnya, yaitu 2 untuk grup percobaan satu, tiga, empat, dan 15 untuk grup percobaan dua, dan lima, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai learning rate sebesar.1, nilai faktor naik 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai toleransi galat optimal pada grup percobaan satu, dua, tiga dan empat ialah 1-2, dan grup percobaan lima 1-7. Nilai toleransi galat yang optimal ini selanjutnya akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai learning rate. Selanjutnya, dilakukan percobaan learning rate dengan nilai, yaitu.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9, dan.1. Nilai hidden neuron dan toleransi galat yang digunakan pada masing-masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap sesuai nilai default-nya, yaitu nilai faktor naik sebesar 1.2, nilai faktor turun.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai learning rate optimal dari grup percobaan satu ialah.4, grup percobaan dua.9, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.9, grup percobaan lima.8. Nilai learning rate yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor naik.

13 masing grup percobaan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, sedangkan parameter lain dibuat tetap, yaitu nilai faktor turun sebesar.5, nilai delta.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor naik yang optimal pada percobaan ini ialah 1.1 untuk grup percobaan satu, 1.4 untuk grup percobaan dua, 1.2 untuk grup percobaan tiga, 1.5 untuk grup percobaan empat, dan 1.3 untuk grup percobaan lima. Nilai faktor naik yang optimal ini akan digunakan pada percobaan kombinasi nilai faktor turun. Percobaan dengan kombinasi nilai faktor turun menggunakan nilai faktor turun.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8, dan.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, dan faktor naik ialah sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai delta ialah.7, dan nilai deltamax 5. Nilai faktor turun yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.7, grup percobaan dua.5, dan grup percobaan tiga, empat, dan lima.6. Nilai faktor turun yang optimal ini akan digunakan pada percobaan selanjutnya, yaitu kombinasi nilai delta. Percobaan dengan kombinasi nilai delta menggunakan nilai delta sebesar.1,.2,.3,.4,.5,.6,.7,.8,.9. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, dan faktor turun sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya, sedangkan nilai deltamax ialah 5. Nilai delta yang optimal untuk grup percobaan satu ialah.6, grup percobaan dua.8, grup percobaan tiga.6, grup percobaan empat.4, dan grup percobaan lima.4. Nilai delta optimal yang didapatkan akan digunakan pada percobaan dengan kombinasi nilai deltamax. Percobaan terakhir dilakukan dengan kombinasi nilai deltamax. Nilai deltamax yang digunakan pada percobaan ini ialah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 1. Nilai hidden neuron, toleransi galat, learning rate, faktor naik, faktor turun, delta sesuai dengan nilai optimal yang didapatkan dari percobaan sebelumnya. Nilai deltamax optimal yang didapatkan untuk grup percobaan satu ialah 1, grup percobaan dua 2, grup percobaan tiga 8, grup percobaan empat 8, dan grup percobaan lima 9. Parameter optimal yang telah didapatkan dari percobaan kedua disajikan pada Tabel 11. Sama seperti percobaan pertama, grup percobaan empat menghasilkan pola identifikasi kelima jenis Shorea dengan baik, karena menghasilkan akurasi 1% dengan epoch terkecil dari seluruh grup percobaan. Tabel 11 Nilai optimal setiap grup percobaan dengan regresi Parameter Grup percobaan ke- JST 1 2 3 4 5 HN 2 15 2 2 15 TL 1-2 1-2 1-2 1-2 1-7 LR.4.9.6.9.8 FN 1.1 1.4 1.2 1.5 1.3 FT.7.5.6.6.6 D.6.8.6.4.4 DM 1 2 8 8 9 Akurasi (%) 1 1 1 1 9 Epoch 97 127 8 71 1 Hasil akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Akurasi kelas Shorea dari setiap grup percobaan (percobaan ke-2) Akurasi Grup Percobaan ke- (dalam %) Shorea 1 2 3 4 5 Aku rasi Rata -rata (%) ovalis 1 1 1 1 1 1 leprosula 1 1 1 1 5 9 platyclados 1 1 1 1 1 1 seminis 1 1 1 1 1 1 beccariana 1 1 1 1 1 1 Pada Tabel 12, identifikasi jenis Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, Shorea beccariana pada grup percobaan satu, dua, tiga, empat, dan lima menghasilkan akurasi sebesar 1%. Artinya, masing-masing grup percobaan jenis Shorea teridentifikasi dengan benar, identifikasi Shorea leprosula pada grup percobaan satu, dua, tiga, dan empat menghasilkan akurasi 1%, sedangkan pada grup percobaan lima 5%. Hal ini disebabkan satu instance Shorea leprosula menghasilkan nilai.41 sehingga teridentifikasi sebagai Shorea ovalis. Selain itu, berdasarkan fitur yang diamati, keduanya cenderung memiliki kesamaan pada fitur-fitur tertentu yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil percobaan kedua selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada Gambar 21 menyajikan hasil tingkat akurasi rata-rata untuk Shorea ovalis, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana ialah 1%, serta Shorea leprosula ialah 9%.

14 Akurasi (%) 1 5 Ovalis Leprosula Platyclados Seminis Beccariana Grup Percobaan satu dua tiga empat lima Gambar 21 Grafik akurasi kelas Shorea pada masing-masing grup percobaan (percobaan ke-2). Perbandingan Optimalisasi Seluruh Kelompok Percobaan Dari seluruh percobaan yang telah dilakukan, yaitu percobaan 5-fold crossvalidation tanpa regresi dan percobaan 5-fold cross-validation dengan regresi, didapat hasil akurasi yang sama. Perbandingan akurasi ratarata disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perbandingan akurasi rata-rata seluruh percobaan Akurasi rata-rata (%) Percobaan 1 Percobaan 2 ovalis 1 1 leprosula 9 9 platyclados 1 1 seminis 1 1 beccariana 1 1 Dari data pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa akurasi rata-rata keseluruhan yang dihasilkan kedua percobaan ialah 98%. Keduanya menghasilkan akurasi yang sama dengan hasil parameter optimal JST propagasi balik resilient yang berbeda, serta kesalahan identifikasi yang sama dari kedua percobaan, yaitu instance Shorea leprosula teridentifikasi sebagai Shorea ovalis. Grafik perbandingan akurasi kedua percobaan juga disajikan dalam Gambar 22. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian kali ini akan dibandingkan dengan penelitian Puspitasari (211), karena data yang digunakan sama. Penelitian Puspitasari (211) menggunakan JST propagasi balik standar mampu mengidentifikasi jenis Shorea dengan akurasi rata-rata 9%. Selain itu, pendekatan dengan regresi linier dilakukan untuk mendekati nilai luas dan keliling daun yang sebenarnya menggunakan rumus elips menghasilkan akurasi sebesar 94%. Perbandingan akurasi dengan Puspitasari (211) dapat dilihat pada Tabel 14. Puspitasari (211) menggunakan maksimum epoch mencapai 5 epoch, artinya siklus setiap perubahan bobot (epoch) yang dilakukan pada setiap set pelatihan akan berhenti dicapai, yaitu bila mencapai maksimum epoch, yaitu 5, sedangkan pada penelitian ini hanya 1 epoch. Kesalahan identifikasi pada kedua percobaan yang dilakukan Puspitasari (211) berbeda. Pada percobaan pertama, yaitu tanpa regresi, Shorea ovalis yang diidentifikasi sebagai Shorea beccariana, maupun sebaliknya, dan percobaan kedua, yaitu dengan regresi, Shorea beccariana dan Shorea leprosula diidentifikasi sebagai Shorea ovalis, sedangkan pada penelitian ini, kedua percobaan yang dilakukan menghasilkan akurasi yang sama serta kesalahan identifikasi yang sama, yaitu kesalahan identifikasi pada instance Shorea leprosula yang diidentifikasi sebagai Shorea ovalis. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena nilai dari fitur nominal yang sama antara kedua jenis Shorea tersebut. Akurasi rata-rata (%) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 22 Grafik rata-rata akurasi masingmasing percobaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Percobaan 1 Percobaan 2 Penelitian ini mengidentifikasi lima jenis Shorea dengan menggunakan karakteristik morfologi daun, yaitu Shorea ovalis, Shorea leprosula, Shorea platyclados, Shorea seminis, dan Shorea beccariana menggunakan karakteristik morfologi daun dengan fitur yang diamati ialah panjang daun, lebar daun, bentuk tulang daun, permukaan daun, bentuk ujung dan