Jaringan Syaraf Tiruan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jaringan Syaraf Tiruan"

Transkripsi

1 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems

2 Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron

3 Jaringan McCulloch-Pitts

4 Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts tahun 1943 Model McCullcoh dan Pitts merupakan jaringan syaraf pertama yang dibuat berdasarkan syaraf tiruan Menyimpulkan bahwa kombinasi beberapa neuron sederhana menjadi suatu sistem neuron dapat meningkatkan kemampuan komputasi Digunakan a untuk melakukan a fungsi logika sederhana a Banyak prinsipnya yang masih digunakan pada JST saat ini

5 Karakteristik McCulloch-Pitts Karakteristik model neuron McCulloch-Pitts : 1. Fungsi aktivasi neuron dalam biner Neuron meneruskan sinyal : aktivasi bernilai 1 Neuron tidak meneruskan sinyal : aktivasi bernilai 0 2. Setiap neuron pada jaringan dihubungkan dengan jalur terarah yang memiliki bobot tertentu Jika bobot jalur bernilai positif, jalur diperkuat Jika bobot b jalur bernilai i negatif, jalur diperlemah X1 X2 X3 w1 w2 w3 Y Fungsi aktivasi unit Y : If net >= θ, then f(net)=1, else f(net)= 0 Dimana : net adalah total sinyal input = x1w1+x2w2+x3w3 output y = f(net) θ adalah nilai i threshold h neuron Y

6 Karakteristik McCulloch-Pitts Karakteristik model neuron McCulloch-Pitts : 3. Seluruh jalur bernilai positif yang terhubung ke neuron tertentu, memiliki bobot sama Bobot koneksi yang berbeda dapat terhubung ke neuron lain 4. Setiap neuron memiliki nilai threshold tetap Jika net input ke neuron lebih besar dari threshold, neuron akan meneruskan sinyal (fire) Threshold di-set sedemikian sehingga setiap masukan yang memperlemah akan mencegah neuron meneruskan sinyal X1 X2 2 2 Y Ditentukan θ = 4, w1=2, w2=2 dan w3=-1 maka : net = 2.x1 + 2.x2 + (-1).x3 If net >= 4, then y=f(net)=1, else f(net)= 0 X3-1

7 Karakteristik tik McCulloch-Pitts Karakteristik model neuron McCulloch-Pitts : 5. Bobot setiap jalur tidak ditentukan dengan proses pelatihan Tetapi dilakukan secara analitis (dengan coba-coba) 6. Sinyal mengalir dari satu koneksi ke koneksi lain dalam satu satuan waktu 7. Pada awalnya, jaringan McCulloch-Pitts digunakan untuk memodelkan fungsi logika X1 X2 X3 Ditentukan θ = 4, w1=2, w2=2 dan w3=-1 maka : 2 net = 2.x1 + 2.x2 + (-1).x3 If net >= 4, then y=f(net)=1, else f(net)= 0 2 Y Jaringan dapat meneruskan sinyal (fire) jika masukan -1 x1 dan x2 bernilai 1 dan x3 bernilai nol

8 Fungsi AND X1 w1=1 θ=2 Agar jaringan dapat menyatakan fungsi AND, maka bobot jalur dibuat bernilai 1 Karena input X1 dan X2 terhubung ke Y neuron yang sama, bobot koneksi harus w2=1 X2 sama (keduanya bernilai 1) Penentuan bobot jalur dilakukan secara analitik (coba-coba) 2 X1 X2 net = x w i i 1 jika net 2 y = f ( net) = 0 jika net < 2 i= = = = =2 1

9 Fungsi OR X1 w1=2 θ=2 Agar jaringan dapat menyatakan fungsi AND, maka bobot jalur diganti menjadi bernilai 2 Y w2=2 Bobot koneksi tetap harus sama X2 (keduanya diganti menjadi bernilai 2) Perubahan bobot jalur dilakukan secara analitik 2 X1 X2 net = x w i i 1 jika net 2 y = f ( net) = 0 jika net < 2 i= = = = =4 1

10 Fungsi AND-NOT Y bernilai 1 jika X1=1 dan X2=0 X1 θ=2 Untuk memperolehnya, maka bobot w1 w1= 2 harus lebih besar dari w2 w2= -1 X2 Y Untuk mencegah agar f(1,1) tidak sama dengan 1, maka w2 harus negatif 2 X1 X2 net = x w i i 1 jika net 2 y = f ( net) = 0 jika net < 2 i= = = = = 1 0

11 Fungsi XOR Fungsi XOR tidak dapat dibuat dengan menghubungkan langsung input ke output Diperlukan sebuah layer tersembunyi (hidden layer) Ingat de Morgan : X1 XOR X2 = (X1 AND NOT X2) OR (NOT X1 AND X2) Dibentuk menggunakan 2 fungsi AND NOT dan 1 fungsi OR θ=2 X1-1 2 Z1 2 θ=2 X2-1 2 Z2 2 Y X1 XOR X2 = (X1 AND NOT X2) OR (NOT X1 AND X2) = Z1 OR Z2

12 Jaringan Hebb

13 Jaringan Hebb Jaringan layer tunggal dengan satu neuron keluaran Seluruh neuron masukan terhubung langsung dengan neuron keluaran, ditambah dengan sebuah bias Pada jaringan McCulloch-Pitts, penentuan bobot garis dan bias dilakukan secara analitik Sulit dilakukan pada masalah yang kompleks D.O Hebb (1949) memperkenalkan cara menghitung bobot dan bias secara iteratif Model jaringan Hebb adalah model pertama yang Model jaringan Hebb adalah model pertama yang dapat belajar

14 Konsep Dasar Hebb Apabila dua buah neuron yang dihubungkan dengan sinapsis memiliki bobot w sama (keduanya positif atau keduanya negatif), maka kekuatan sinapsisnya meningkat Sebaliknya, apabila kedua neuron aktif secara tidak sinkron (salah satu bobot w bernilai positif dan yang lain bernilai negatif), maka kekuatan sinapsisnya akan melemah x 1 w 1 bobot y w 2 neuron input x 2 sinapsis neuron output

15 Dasar Algoritma Hebb Prinsip model belajar Hebb : Proses belajar dilakukan secara iteratif Pada setiap iterasi pembelajaran, bobot sinapsis dan bobot bias diubah berdasarkan perkalian neuron-neuron di kedua sisinya (sisi input dan sisi output) x 1 x 2 1 w 1 w 2 y perubahan nilai bobot dilakukan dengan persamaan : w i (baru)= w i (lama)+x i y b b(baru) = b(lama) +y

16 Algoritma pelatihan Algoritma Pelatihan Hebb Inisialisasi semua bobot : b = w i = 0 (i=1,, n) Untuk semua vektor masukan s dan target t, lakukan Set aktivasi unit masukan : x i = s i (i=1,, n) Set aktivasi unit keluaran : y = t Perbaiki bobot menurut persamaan : w i i( (baru)=w i i( (lama)+delta w i (i=1,, n), dimana delta w i = x i y Perbaiki bias menurut persamaan : b(baru) = b(lama) + y

17 Kasus 1 : Fungsi Logika Kasus : Buat jaringan Hebb yang dapat menyatakan fungsi logika AND Representasi masukan/keluaran yang digunakan : a. Masukan dan keluaran biner (0 atau 1) b. Masukan biner dan keluaran bipolar c. Masukan dan keluaran bipolar (-1 atau 1) Contoh ini hendak memperlihatkan masalah yang seringkali timbul untuk fungsi aktivasi threshold Kadangkala jaringan dapat menentukan pola secara benar jika Kadangkala jaringan dapat menentukan pola secara benar jika menggunakan representasi bipolar saja

18 a. Representasi Biner-Biner Tabel Masukan dan Target fungsi AND Masukan Target s1 s2 bias t X1 w1 θ= X2 w2 Y b Arsitektur Jaringan Hebb fungsi AND Masukan biner Target keluaran biner

19 Proses Belajar : a. Representasi Biner-Biner Masukan Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x1 x2 bias y dw1 dw2 db w1 w2 b Perhitungan bobot dan bias w i (baru)=w i (lama)+ dw i, dimana dw i =x i y(i=1 (i=1,, n) b(baru) = b(lama) + db, dimana db=y Hasil pembelajaran Bobot berubah akibat pasangan data pertama saja Dari hasil iterasi, diperoleh w1 =1, w2=1, dan b=1

20 a. Representasi Biner-Biner Hasil eksekusi : x1 x2 net = 2 i= 1 x i w i + b y = 1 jika net 0 f ( net) = 0 jika net < = = = =1 1 1 f(net) tidak sama dengan target yang diinginkan pada fungsi AND Jaringan TIDAK DAPAT MENGERTI pola yang dimaksud X1 X2 1 w1=1 θ=0 w2=1 Y b=1

21 b. Representasi Biner-Bipolar Tabel Masukan dan Target fungsi AND Input Target s1 s2 bias t X1 X2 1 w1 w2 b θ=0 Y Masukan biner Target keluaran bipolar Arsitektur Jaringan Hebb fungsi AND

22 Proses Belajar : b. Representasi Biner-BipolarBipolar Masukan Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x1 x2 bias y dw1 dw2 db w1 w2 b Perhitungan bobot dan bias g w i (baru)=w i (lama)+ dw i, dimana dw i =x i y (i=1,, n) b(baru) = b(lama) + db, dimana db=y Hasil pembelajaran Dari hasil iterasi, diperoleh w1 =0, w2=0, dan b=-2

23 b. Representasi Biner-Bipolar Hasil eksekusi : x1 x2 net = 2 i= 1 x i w i + b y = 1 jika f ( net) = 1 jika net 0 net < (-2)= (-2)= (-2)= (2)= (-2)=-22-1 f(net) belum sama dengan target yang diinginkan pada fungsi AND Jaringan MASIH TIDAK DAPAT MENGERTI pola yang dimaksud X1 X2 1 w1=0 θ=0 w2=0 Y b=-2

24 c. Representasi Bipolar-Bipolar Tabel Masukan dan Target fungsi AND Masukan Target s1 s2 bias t X1 w1 θ= X2 w2 Y Masukan bipolar Target keluaran bipolar 1 b Arsitektur Jaringan Hebb fungsi AND

25 Proses Belajar : c. Representasi Bipolar-Bipolar Masukan Target Perubahan Bobot Bobot Baru x1 x2 bias y dw1 dw2 db w1 w2 b Perhitungan bobot dan bias g w i (baru)=w i (lama)+ dw i, dimana dw i =x i y (i=1,, n) b(baru) = b(lama) + db, dimana db=y Hasil pembelajaran Dari hasil iterasi, diperoleh w1 =2, w2=2, dan b=-2

26 c. Representasi Bipolar-Bipolar Hasil eksekusi : x1 x2 net = 2 i= 1 x i w i + b y = 1 jika f ( net) = 1 jika net 0 net < (-2)=2 2) (-1).2+(-2)= (-1) (-2)= (-1).2+(-1).2+(-2)=-6 2)= -1 f(net) sama dengan target yang diinginkan pada fungsi AND Jaringan SUDAH DAPAT MENGERTI pola yang dimaksud X1 X2 w1=2 w2=2 θ=0 Y 1 b=-2

27 Kasus 2 : Pengenalan Pola Diberikan 2 pola menyerupai huruf X dan O #... #. # # #.. #. #. #... #.. #.. #... #. #. #. #... # #... #. # # #. POLA 1 POLA 2

28 Representasi Kasus Setiap karakter pola dianggap sebagai sebuah unit masukan Karakter # diberi nilai 1, karakter. diberi nilai -1 1 #... # #. # # #. # #... # Pola terdiri dari 5 baris dan 5 kolom Jaringan Hebb terdiri dari 25 unit masukan (x1 s/d x25) dan sebuah bias bernilai = 1 Target Keluaran jaringan bernilai 1 jika diberi masukan pola 1 (X) dan bernilai -1 jika diberi i masukan pola 2 (0)

29 Representasi Masukan dan Target x1 x2 x3 x4 x5 t x6 x7 x8 x9 X10 x11 X12 x13 x14 X15 x1 x16 X17 x18 x19 X20 w1 x21 x22 x23 x24 x25 x w2 θ= y x25 w b Arsitektur Jaringan Hebb

30 Pembelajaran Jaringan Masukan Target Perubahan Bobot Bobot Baru x1 s/d x25 bias y dw1 s/d dw25 db W1 s/d w25 b w i (baru)=w i (lama)+ dw i,dimanadw i =x i y(i=1,, n) w i (baru) w i (lama)+ dw i, dimana dw i x i y (i 1,, n) b(baru) = b(lama) + db, dimana db=y

31 Hasil eksekusi 2 i=1 X1 s/d x25 = x w + b net 1 jika net 0 i i y = f ( net ) = 1 jika net < (-1).(-2) = 42 1 (-1).2+1.(-2)+ +(-1).2 = Keluaran jaringan sama dengan target yang diinginkan Jaringan DAPAT MENGENALI POLA

32 Perceptron

33 Jaringan Perceptron Menyerupai arsitektur jaringan Hebb Diperkenalkan oleh Rosenblatt (1962) dan Minsky- Papert (1969) Model dengan aplikasi dan pelatihan yang terbaik Model dengan aplikasi dan pelatihan yang terbaik pada masa tersebut

34 Arsitektur Jaringan Perceptron Jaringan satu layer Beberapa neuron masukan dihubungkan langsung x 1 w 1 dengan sebuah neuron x 2 w 2 keluaran x Ditambah satu buah bias 3 w 3 Fungsi aktivasi memiliki nilai -1, 0 dan 1 f ( net) 1, net > θ = 0, θ net θ 1, net < θ x n 1 w n b y

35 Algoritma pelatihan Pelatihan Perceptron Inisialisasi semua bobot, bias dan learning rate w i = 0 (i=1,, n), b=0, learning rate = nilai antara 0 s/d 1 Selama ada elemen masukan s yang keluarannya tidak sama dengan target t, lakukan Set aktivasi unit masukan : x i = s i (i=1,, n) Hitung respon unit keluaran : net dan y = f(net) Bila y t, perbaiki bobot dan bias menurut persamaan : w i i( (baru)=w i i( (lama)+ Δw (i=1,, n), dimana Δw = α.t.x i b(baru) = b(lama) + α.t

36 Pelatihan Perceptron Iterasi dilakukan terus menerus hingga seluruh keluaran sama dengan target yang ditentukan Jaringan sudah memahami pola Pada Hebb, iterasi berhenti setelah semua pola dimasukkan Perubahan bobot hanya dilakukan bila keluaran jaringan tidak sama dengan target Yaitu bila y = f(net) t Modifikasi bobot menggunakan laju pemahaman (learning rate, α) yang nilainya dapat diatur Modifikasi bobot tidak hanya ditentukan oleh perkalian antara target dan masukan saja Umumnya, 0 < α < 1 Satu siklus pelatihan yang melibatkan semua pola disebut epoch Pada Hebb, pelatihan hanya dilakukan dalam satu epoch saja

37 Keunggulan Perceptron Seluruh pola masukan dibandingkan dengan target yang diinginkan Bobot akan dimodifikasi hanya jika terdapat perbedaan antara keluaran dengan target yang diinginkan Bobot tidak selalu dimodifikasi pada setiap iterasi Kecepatan iterasi ditentukan oleh laju pemahaman (learning rate) Semakin besar α, semakin sedikit iterasi yang diperlukan Tetapi bila α terlalu besar dapat merusak pola yang sudah benar dan mengakibatkan pemahaman menjadi lama Pelatihan dilakukan secara terus menerus hingga jaringan dapat mengerti pola yang ditentukan Teorema konvergensi perceptron menyatakan bahwa apabila ada bobot yang tepat, maka proses pelatihan akan konvergen ke bobot yang tepat tersebut

38 Kasus : Contoh Kasus 1 : Fungsi Logika Buat perceptron yang dapat menyatakan fungsi logika AND Gunakan representasi masukan/keluaran : A. Masukan dan keluaran bipolar (-1 atau 1) B. Masukan biner (0 atau 1) dan keluaran bipolar (-1 atau 1) Inisialisasi : Bobot dan bias awal w i = 0, b = 0 Learning rate α = 1 (penyederhanaan) Threshold θ = 0

39 A. Representasi Bipolar Tabel masukan - target fungsi logika AND : Arsitektur jaringan Perceptron : Masukan Target x 1 x 2 bias t x 1 x 2 w 1 w 2 y b Masukan bipolar dan target bipolar y Fungsi aktivasi untuk θ = 0 : 1, net > 0 = f ( net) = 0, net = 0 1, net < 0

40 Epoch Pertama (Bipolar) Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 x 2 bias t net f(net) Δw 1 Δw 2 Δb w 1 w 2 b Epoch pertama terdiri dari empat iterasi net = xiwi + b Pada iterasi pertama-ketiga, keluaran y = f(net) i= 1 1, net > 0 tidak sama dengan target bobot diubah. y = f ( net) = 0, net = 0 Pada iterasi keempat, nilai f(net) sama dengan target (f(net) = -1) bobot tidak diubah. 1, net < 0 Pada epoch pertama, belum seluruh f(net) w i (baru)=w i (lama)+ α.t.xt x i sama dengan target t iterasi i dilanjutkan pada epoch kedua b(baru) = b(lama) + α.t

41 Epoch Kedua (Bipolar) Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 x 2 bias t net f(net) Δw 1 Δw 2 Δb w 1 w 2 b net y = = 2 i= 1 x i w i + b 1, net > 0 f ( net) = 0, net = 0 1, net < 0 Bobot awal diperoleh dari epoch pertama Pada setiap iterasi dalam epoch kedua, semua pola f(net) sama dengan target t tidak dilakukan perubahan bobot lagi w t x Jaringan sudah mengenal pola, iterasi i (baru)=w i (lama)+ α.t.x i dihentikan b(baru) = b(lama) + α.t

42 Arsitektur Perceptron Diperoleh Arsitektur jaringan Perceptron : Tabel masukan - keluaran fungsi logika AND : Masukan Keluaran x 1 w 1 =1 x 2 w 2 =1 y x 1 x 2 bias y b= Masukan bipolar dan target bipolar Fungsi aktivasi untuk θ = 0 : y 1, net > = f ( net) = 0, net = 1, net < 0 0 0

43 B. Representasi Biner-Bipolar Tabel masukan - target fungsi logika AND : Arsitektur jaringan Perceptron : Masukan Target x 1 x 2 bias t x 1 x 2 w 1 w 2 y b Masukan biner dan target bipolar Fungsi aktivasi untuk θ = 0,2 : 1, net > 0,2 Parameter yang digunakan : α = 1 y = f ( net) = 0, 0,2 net 0,2 θ = 0,2 1, net < 0,2

44 Epoch Pertama (Biner-Bipolar) Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 x 2 bias t net f(net) Δw 1 Δw 2 Δb w 1 w 2 b net = 2 i= 1 x i w i + b 1, net > 0,2 y = f ( net) = 0, 0,2 net 0,2 1, net < 0,2 w i (baru)=w i (lama)+ α.t.xt x i b(baru) = b(lama) + α.t Hanya pola masukan terakhir saja dimana f(net) = target Iterasi harus dilanjutkan ke epoch berikutnya

45 Epoch Kedua (Biner-Bipolar) Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 x 2 bias t net f(net) Δw 1 Δw 2 Δb w 1 w 2 b net = 2 i= 1 x i w i + b 1, net > 0,2 y = f ( net) = 0, 0,2 net 0,2 1, net < 0,2 w i (baru)=w i (lama)+ α.tt x i b(baru) = b(lama) + α t Bobot awal diperoleh dari epoch pertama Pada epoch kedua ini, hanya pola masukan terakhir saja dimana f(net) = target Iterasi masih harus dilanjutkan ke epoch berikutnya (ketiga)

46 Epoch Ke-10 (Akhir) Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 x 2 bias t net f(net) Δw 1 Δw 2 Δb w 1 w 2 b net = 2 i= 1 x i w i + b 1, net > 0,2 y = f ( net) = 0, 0,2 net 0,2 1, net < 0,2 w i (baru)=w i (lama)+ α.t.xt x i b(baru) = b(lama) + α.t Bobot awal diperoleh dari epoch sebelumnya Pada setiap iterasi dalam epoch ke-10 10, semua pola f(net) sudah sama dengan target t Jaringan sudah mengenal pola, iterasi dihentikan

47 Arsitektur Perceptron Diperoleh Tabel masukan dan keluaran fungsi logika AND : Arsitektur jaringan Perceptron : Masukan Keluaran x 1 x 2 bias y x 1 w 1 =2 x 2 w 2 =3 b=-4 1 y Masukan a biner dan target bipolar Fungsi aktivasi untuk θ = 0,2 : y = 1, net > 0,2 f ( net) = 0, 0,2 net 0,2 1, net < 0,2

48 Pengenalan Pola Karakter Konsep pengenalan pola karakter menggunakan perceptron : Masukan berbentuk pola yang menyerupai huruf alfabet Perceptron hendak dilatih untuk mengenal pola tersebut Algoritma pengenalan karakter : Nyatakan setiap pola masukan sebagai vektor bipolar yang elemennya adalah tiap titik dalam pola tersebut. Berikan nilai target = 1 jika pola masukan menyerupai huruf yang diinginkan. Jika tidak, beri nilai target = -1. Tentukan inisialisasi bobot, bias, learning rate dan threshold Lakukan proses pelatihan perceptron

49 Contoh Kasus 2 : Pola Karakter Pengenalan sebuah pola karakter Diketahui 6 buah pola masukan seperti pada slide berikut Buat model perceptron untuk mengenali pola menyerupai huruf A

50 .. # #... # # # # # #... # # # #.... #.... #.... #. #.... #... #.... #.... # # #. #... #.... # # #. #... # # # # #. # # # # # #.. #.... # # #... #.. #.... # # #... #.. #.... #. #.... # # # #. # # # # # # # # #... # # # #. Pola 1 Pola 2 Pola 3... #... # # # # # #... # # #..... #... #..... #. #... #.... #... #..... # #..... #.. #. #.. #..... # # #. #.. # # # # # #. # #... #. #..... # # # # # # #. #..... # #..... #. #... #. #..... #. #... #.. #... #. # # # # # #... # # #.. Pola 4 Pola 5 Pola 6

51 Representasi Kasus Setiap karakter pola dianggap sebagai sebuah unit masukan Karakter # diberi nilai 1, karakter. diberi nilai -1 Pembacaan pola dilakukan dari kiri ke kanan, dimulai dari baris paling atas 1.. # # # # #. # #. # # # # # # #... # #... # # # #. # # # Setiap pola terdiri dari 9 baris dan 7 kolom Perceptron terdiri dari 63 unit masukan (x1 s/d x63) dan sebuah bias bernilai = 1

52 Representasi Kasus Target Keluaran jaringan bernilai 1 jika diberi masukan menyerupai huruf A dan bernilai -1 jika tidak menyerupai huruf A Pola yang menyerupai huruf A adalah pola 1 dan 4. Pola Masukan Target Pola 1 1 Pola 2-1 Pola 3-1 Pola 4 1 Pola 5-1 Pola 6-1

53 x 1 x 2 w 1 w 2 x 63 w 63 1 b Perceptron memiliki 63 unit masukan, Sebuah bias dan sebuah unit keluaran Arsitektur Perceptron y θ Asumsi parameter : Bobot awal = 0 Learning rate α = 1 Threshold θ = 0,5 Pelatihan dilakukan dengan memasukkan seluruh pola huruf Hitung 63 i=1 net = x w + b i i 1, net > 0,5 y = f ( net) = 0, 0,5 net 0,5 1, net < 0,5 Bila f(net) target, bobot dan bias diubah Proses pelatihan terus dilakukan hingga semua keluaran euaa sama adengan target. age

54 Pengenalan Beberapa Karakter Pengenalan beberapa pola sekaligus dilakukan dengan menggabungkan beberapa perceptron Terdapat beberapa unit keluaran Setiap unit masukan dan bias dihubungkan dengan setiap target x 1 w 11 w m1 w 12 x 2 w m2 w 1n x n b Bobot koneksi dari unit x i ke y 1 j diberi label w ji 1 Bobot bias diberi label b 1, b 2, b m b m w mn y 1 y m

55 Algoritma Pelatihan Algoritma pelatihan perceptron untuk pengenalan beberapa pola : Nyatakan tiap pola masukan sebagai vektor bipolar yang elemennya adalah tiap titik dalam pola tersebut Berikan nilai target t j = 1 jika pola masukan menyerupai huruf yang diinginkan, dan berikan nilai t j =-1 jika sebaliknya (j=1, 2, m) Inisialisasi semua bobot, bias dan learning rate Lakukan proses pelatihan perceptron seperti dibahas sebelumnya Untuk setiap unit keluaran, hitung respon unit keluaran net dan y j =f(net j ) Perbaiki bobot pola bila respon keluaran tidak sama dengan target (y j t j) menurut persamaan w ji (baru)=w ji (lama)+ α.t j.x i b j (baru) = b j (lama) + α.t j Lakukan proses pelatihan hingga y j = t j (j=1, 2, m)

56 Kasus 3 : Pengenalan Pola A B C Bila diketahui 6 buah pola masukan seperti pada kasus 2, buat model perceptron untuk mengenali pola menyerupai huruf A, B atau C.

57 .. # #... # # # # # #... # # # #.... #.... #.... #. #.... #... #.... #.... # # #. #... #.... # # #. #... # # # # #. # # # # # #.. #.... # # #... #.. #.... # # #... #.. #.... #. #.... # # # #. # # # # # # # # #... # # # #. Pola 1 Pola 2 Pola 3... #... # # # # # #... # # #..... #... #..... #. #... #.... #... #..... # #..... #.. #. #.. #..... # # #. #.. # # # # # #. # #... #. #..... # # # # # # #. #..... # #..... #. #... #. #..... #. #... #.. #... #. # # # # # #... # # #.. Pola 4 Pola 5 Pola 6

58 Arsitektur Perceptron Arsitektur jaringan perceptron pengenalan pola menyerupai huruf A, B dan C dengan Tabel pasangan masukan - target 6 pola masukan Target Pola x 1 w Masukan 11 t 1 t 2 t 3 w 21 w y 1 12 Pola x 2 Pola w 22 w 13 Pola w 22 w 32 y 2 Pola x 63 b 1 Pola b 2 b 3 y 3 Pola

59 Tabel Pelatihan Masukan Target Keluaran Perubahan Bobot Bobot Baru x 1 - bias t 1 -t 3 net 1 - f(net 1 )- Δw 11 - Δw , Δb 1 - w 11 -w , b 1 - x 63 net 3 f(net 3 ) Δw 21 - Δw 2.63, Δb 3 w 21 -w 2.63, b 3 Δw 31 - Δw 3.63 w 31 -w Terdiri dari : 63 unit masukan dan sebuah bias b (x 1, x 2, x 63 dan b) 3 kolom target (t 1, t 2 dan t 3 ) 3 kolom net (net 1, net 2 dan net 3 ) 3 kolom fungsi aktivasi (y1=f(net 1 ), y2=f(net 2 ), y3=f(net 3 )) 3*63 kolom perubahan bobot Δw 11, Δw 12,, Δw 1.63, Δw 21, Δw 22, Δw 2.63, Δw 31, Δw 32, Δw *63 kolom bobot w 11,w 12,,w 1.63, w 21, w 22, w 2.63, w 31, w 32, w 3.63

60 Ringkasan Perceptron merupakan jaringan satu layer yang menyerupai arsitektur jaringan Hebb. Perbedaan perceptron dengan jaringan Hebb : Fungsi aktivasi memiliki nilai -1, 0 dan 1 Iterasi dilakukan terus menerus hingga seluruh keluaran sama dengan target yang ditentukan Perubahan bobot hanya dilakukan bila keluaran jaringan tidak sama dengan target Terdapat parameter laju pemahaman yang menentukan kecepatan iterasi Perceptron memiliki keunggulan dibandingkan dengan jaringan Hebb karena adanya beberapa hal : Pelatihan dilakukan terus hingga jaringan dapat mengerti pola yang ditentukan. Bobot tidak selalu dimodifikasi pada setiap iterasi. Jika terdapat perbedaan, baru bobot tersebut dimodifikasi Modifikasi i bobot b menggunakan laju pemahaman yang dapat diatur, tidak hanya ditentukan oleh perkalian antara target dan masukan saja

METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH

METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH 1. Jaringan Hebbian Kelemahan model McCulloch-Pitts : penentuan bobot garis dan bias secara analitik. Untuk masalah yang kompleks, hal ini akan sangat sulit dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV B METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH

BAB IV B METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH BAB IV B METODE BELAJAR HEBBIAN SUPERVISED & CONTOH 4B. Jaringan Hebbian Kelemahan model McCulloch-Pitts : penentuan bobot garis dan bias secara analitik. Untuk masalah yang kompleks, hal ini akan sangat

Lebih terperinci

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi 25 BAB III JARINGAN SARAF TIRUAN (JST) 3.1 Pengertian JST JST merupakan sebuah model atau pola dalam pemrosesan informasi. Model ini terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

BAB 2 JARINGAN NEURAL SATU LAPIS

BAB 2 JARINGAN NEURAL SATU LAPIS BAB 2 JARINGAN NEURAL SATU LAPIS Jaringan neural dapat dilatih untuk melakukan klasifikasi pola. Dalam klasifikasi pola setiap vektor masukan diklasifikasi menjadi anggota atau tidak dari suatu kelas tertentu

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA) Vol.11, No.1, Februari 2017 ISSN: 0852-730X Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia Muhammad Ulinnuha

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI Andi Harmin Program Studi : Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar andiharmin1976@gmail.com

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS)

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) (Artificial Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah JST JST : merupakan cabang dari Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence ) JST : meniru

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Menggunakan Metode Problem Based Learning di SMK Negeri 1 Pasuruan Teguh Arifianto

Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Menggunakan Metode Problem Based Learning di SMK Negeri 1 Pasuruan Teguh Arifianto Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Menggunakan Metode Problem Based Learning di SMK Negeri 1 Pasuruan Teguh Arifianto Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Sales Penerima Insentif Menggunakan Metode Simple

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 2 Juni 2011 MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB Yaya Finayani Teknik Elektro, Politeknik Pratama Mulia, Surakarta 57149, Indonesia ABSTRACT

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA NOTASI

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA NOTASI APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA NOTASI Muhamad Arifin SMK Telkom Malang Email: arifin@smktelkom-mlg.sch.id Khoirudin Asfani Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN PEMROGRAMANNYA DENGAN MATLAB J.J. Siang 2 Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Dengan Matlab Untuk Kevin, yang senyumnya membangkitkan semangat dan harapan Being wise is

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Pengenalan Pola Huruf Hiragana dengan Model Jaringan Perceptron

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Pengenalan Pola Huruf Hiragana dengan Model Jaringan Perceptron Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA) Vol.11, No.1, Februari 017 ISSN: 085-70X Analisis Jaringan Saraf Tiruan Pengenalan Pola Huruf Hiragana dengan Model Jaringan Perceptron Irfan Ramadhani

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN

BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN Neuron adalah unit pemroses informasi yang menjadi dasar dalam pengoperasian JST. Neuron terdiri dari 3 elemen: Himpunan unit2 yang dihubungkan dengan jalus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN 8 Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

MODEL N EURON NEURON DAN

MODEL N EURON NEURON DAN 1 MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN 1 1 Model Neuron Mengadopsi esensi dasar dari system syaraf biologi, syaraf tiruan digambarkan sebagai berikut : Menerima input atau masukan (baikdari data yang dimasukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE JARINGAN NEURAL PERCEPTRON UNTUK MENGENAL POLA KARAKTER KAPITAL

PENGGUNAAN METODE JARINGAN NEURAL PERCEPTRON UNTUK MENGENAL POLA KARAKTER KAPITAL J. Pilar Sains 6 (2) Juli 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 PENGGUNAAN METODE JARINGAN NEURAL PERCEPTRON UNTUK MENGENAL POLA KARAKTER KAPITAL Zaiful Bahri 1 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR)

OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR) LAPORAN JARINGAN SYARAF TIRUAN OPTICAL CHARACTER RECOGNIZATION (OCR) DISUSUN OLEH: DIJAS SCHWARTZ. S (524) FIRNAS NADIRMAN (481) INDAH HERAWATI (520) NORA SISKA PUTRI (511) OKTI RAHMAWATI (522) EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan piranti pengenal/pendeteksi yang handal sangat dibutuhkan. Pengembangan teknologi pengenalan yang berupa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 79 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola mengelompokkan data numerik dan simbolik (termasuk citra) secara otomatis oleh komputer. Tujuan pengelompokan ini adalah untuk mengenali suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Saraf Biologi Manusia Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks, serta memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ginjal Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik: LAMPIRAN 4 Lampiran Algoritma aringan syaraf tiruan propagasi balik Langkah 0 Inisialisasi bobot Langkah Selama kondisi berhenti bernilai salah, lakukan langkah -9. Langkah Untuk setiap pasangan, lakukan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA PEMBUKAAN PERMAINAN CATUR

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA PEMBUKAAN PERMAINAN CATUR APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA PEMBUKAAN PERMAINAN CATUR Zulfian Azmi Program Studi Sistem Komputer, STMIK Triguna Dharma zulfian.azmi@gmail.com ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Genetic Algorithm Genetic algorithm adalah suatu algoritma yang biasanya digunakan untuk mencari solusi-solusi yang optimal untuk berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network), atau disingkat JST menurut Hermawan (2006, hlm.37) adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan operasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Multiple Attribute Decision Making (MADM) Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah studi tentang identifikasi dan pemilihan alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR

ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR PARAMETER VARIATION ANALYSIS OF LEARNING VECTOR QUANTIZATION

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik. Pengolahan citra bertujuan memperbaiki

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Artificial Neural Network Artificial neural network (ANN) / jaringan saraf tiruan adalah konsep yang merefleksikan cara kerja dari jaringan saraf biologi kedalam bentuk artificial

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar Abstrak Tujuan penelitian ini untuk melakukan peramalan produksi cabai rawit dengan menggunakan neural network. Data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing Tugas Ujian Sarjana. Penjelasan Learning Vector Quantization (LVQ) Learning

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK Eko Budi Wahyono*), Suzuki Syofian**) *) Teknik Elektro, **) Teknik Informatika - Fakultas Teknik Abstrak Pada era modern

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa Sistem Analisa sistem merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum tahap implementasi. Analisa sistem pada penelitian ini meliputi: PENGUMPULAN DATA

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkat keras komputer berkembang dengan pesat setiap tahunnya selalu sudah ditemukan teknologi yang lebih baru. Meskipun demikian masih banyak hal yang belum dapat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci