IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A."

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Data Untuk Analisis Jaringan Syaraf Tahapan pertama sebelum merancang model jaringan syaraf tiruan adalah menyiapkan data. Secara garis besar tahapan-tahapan dalam melakukan persiapan data pada analisis jaringan syaraf adalah sebagai berikut : 1. Analisis data awal a. Analisis kebutuhan Pada penelitian ini, data diperoleh dari bagian produksi departemen pengawasan mutu (quality control) pada KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung Selatan Provinsi Jawa Barat. Data yang diperoleh adalah data yang memiliki hubungan keterkaitan dengan masalah penelitian yaitu penjualan. Setelah dilakukan wawancara dengan bagian produksi KPBS, diperoleh bahwa faktor-faktor, pada penelitian ini disebut entitas, yang memiliki hubungan keterkaitan dengan masalah penelitian yaitu penjualan adalah data mengenai penjualan masa lalu, kualitas susu, produk susu, distributor susu, jumlah sapi perah dan topografi KPBS Pangalengan. Hamzacebi (2008) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses penjualan diantaranya promosi, new product launching, diversifikasi produk, dan kualitas produk. b. Pengelompokan Data Berdasarkan analisis kebutuhan data yang telah dilakukan, datadata (entitas) tersebut dikelompokkan menjadi data yang lebih rinci, pada penelitian ini disebut atribut data. Pengelompokan entitas dan atribut data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Distributor (Entitas) Atribut : a. Lokasi : Sukabumi, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Ciamis, Kios Pangalengan, Cirebon, Bandung b. Jarak : km 42

2 c. Lama Perjalanan : Jam 2. Produk (Entitas) Atribut : a. Jenis : cup, prepack b. Harga : rupiah c. Rasa : strawberry, coklat d. Volume : (cup.. ml, prepack. ml) e. Jumlah produk yang terjual dalam satu bulan (cup dan prepack strawberry/coklat) f. Warna : coklat, merah muda 3. Kualitas (Entitas) Atribut : a. Kadar protein b. Kadar lemak c. Kadar berat jenis d. Kadar bahan kering tanpa lemak e. Total plate count f. Total solid g. Tingkat keasaman h. Sapi : Jumlah Sapi, Jenis Sapi i. Cuaca : Suhu, Kelembaban c. Pemilihan Atribut Data Setelah data dikumpulkan, dilakukan pemilihan atributdata yang akan digunakan untuk pemodelan analisis jaringan syaraf. Pemilihan atribut data pada penelitian ini difokuskan berdasarkan informasi data yang bergerak setiap bulan yang diperoleh dari KPBS Pangalengan. Lou (1993) menyatakan bahwa data yang bersifat stabil (tidak bergerak pada setiap periode waktu tertentu) dan ada data yang hilang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dan kualitas model 43

3 jaringan syaraf. Ada banyak cara pemilihan atribut data diantaranya dengan metode kausalitas (Granger, 1969). Metode kausalitas merupakan suatu metode penentuan atiribut data dengan melihat hubungan sebab akibat antar atribut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2005) bahwa kualitas susu mempunyai hubungan sebab akibat terhadap hasil transaksi penjualan. Apabila sebuah produk susu mampu memuaskan dan memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen (kualitas produk susu yang sesuai apa yang diharapkan), maka produk susu tersebut mampu memenangkan persaingan dalam hal jumlah produk yang terjual ke konsumen. Selain itu, Hamzacebi (2000) menyatakan bahwa kualitas susu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume penjualan. Dengan demikian, kualitas susu memiliki hubungan sebab akibat dengan volume penjualan. Pada penelitian ini atribut-atirbut data mengenai kualitas susu yang dipilih adalah kadar lemak (X 4 ), kadar bahan kering tanpa lemak (X 5 ), total solid (X 6 ), kadar berat jenis (X 7 ), dan total plate count (X 8 ). Atribut-atribut data tersebut yang merupakan bagian dari kualitas susu memiliki hubungan sebab akibat dengan proses pejualan. Berikut adalah data hasil pemilihan atribut data yang telah digunakan : a. Jumlah produk cup coklat yang terjual dalam satu bulan (X 1 ) b. Jumlah produk cup strawberry yang terjual dalam satu bulan (X 2 ) c. Jumlah produk prepack yang terjual dalam satu bulan (X 3 ) d. Kadar lemak (X 4 ) e. Kadar bahan kering tanpa lemak (X 5 ) f. Total solid (X 6 ) g. Kadar berat jenis (X 7 ) h. Total plate count (X 8 ) 44

4 d. Integrasi Data Data hasil pemilihan data memungkinkan masih bersifat kacau dan tersebar. Hal ini terutama terjadi saat data masih mengandung teks dan atribut sehingga perlu dilengkapi secara keseluruhan (integrasi). Integrasi data merupakan suatu tahapan di mana semua hasil pemilihan data diinputkan. Pada penelitian ini, integrasi data dapat dilihat pada Lampiran Proses Pengolahan Data Awal a. Pemeriksaan Data Tahap pertama dalam data preprocessing adalah melakukan pemeriksaan terhadap data yang telah diintegrasikan. Tujuan dalam melakukan pemeriksaan terhadap data hasil integrasi adalah menemukan masalah pada data. Pemeriksaan data meliputi data kuantitatif dan kualitas. Pemeriksaan data kuantitatif dibentuk dari observasi. Secara umum, pada pemeriksaan data kuantitatif ada dua masalah yang timbul yaitu ukuran/jumlah data yang terlalu besar atau ukuran/jumlah data yang terlalu sedikit. Pemeriksaan terhadap kualitas data biasanya dibentuk dari metode statistik yang meliputi pemeriksaan pada data yang tidak lengkap (data noise dan data missing), data dalam skala numerik yang besar/berbeda, data trend dan data nonstationary (Shewhart, 1931). Pada penelitian ini hasil pemeriksaan yang telah dilakukan ada beberapa masalah yang ditemukan yaitu data dalam skala numerik yang berbeda dan data terlalu sedikit. b. Pengolahan Data Masalah-masalah yang timbul pada pemeriksaan data dapat diperbaiki dengan beberapa solusi. Jumlah data yang besar dapat diselesaikan dengan melakukan data sampling. Data yang diambil adalah data yang relevan terhadap permasalahan penelitian yang dihadapi. Jumlah data yang sedikit dapat diselesaikan dengan melakukan data regathering (pengumpulan kembali). Data yang masih kurang dilakukan 45

5 dengan mengumpulkan kembali data yang kurang sampai data yang diinginkan untuk melakukan analisis jaringan syaraf dapat ditemukan. Nguyen dan Chan (2004) menemukan bahwa jaringan syaraf sedikit mengalami kesulitan ketika data yang tersedia terlalu sedikit atau tidak mencukupi. Data missing (data hilang) dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu atribut hilang dan nilai-nilai pada atribut yang hilang. Hilangnya data pada atribut dapat mempersulit tugas analisis data seperti proses pembelajaran dan jika hal ini terjadi dapat menghambat kinerja analisis data (Famili et al., 1997). Dalam pelatihan neural network, data dengan skala yang berbeda sering mengakibatkan ketidakstabilan jaringan syaraf (Weigend dan Gershenfeld, 1994). Untuk prediksi syaraf, adanya tren mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan pada kinerja prediksi. Demikian pula, peneliti (Tseng et al., 2002; Moody, 1995) telah menunjukkan bahwa data musiman memiliki dampak signifikan terhadap prediksi jaringan syaraf. Demikian pula pada data yang bersifat nonstationary. Pada penelitian ini, produk terdiri dari tiga jenis yaitu cup rasa strawberry, cup rasa coklat, dan prepack. Data penjualan produk susu pada jenis cup rasa strawberry, coklat dan prepack bukan merupakan tipe pola data yang bersifat musiman. Hal ini tidak menjadi permasalahan dalam analisis data dalam jaringan syaraf tiruan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar Volume Penjualan Produk Cup Coklat Volume Penjualan Produk Cup Coklat Gambar 11. Pola penjualan produk cup coklat 46

6 Menurut Machfud (1999), pola data musiman terjadi jika suatu deret data dipengaruhi oleh faktor musiman (musim harian, mingguan, bulanan atau tahunan). Pola data musiman mempunyai panjang horizon waktu yan bersifat tetap dan terjadi pada basis periode yang teratur. Analisa pola data pada volume penjualan susu dilakukan secara tahunan. Pada Gambar 11 terlihat bahwa tipe pola data volume penjualan produk cup coklat berpola bukan musiman. Hal ini dapat terlihat bahwa periode volume penjualan bulan Juni-Juli 2008 mempunyai pola yang tidak sama pada periode volume penjualan bulan Juni-Juli Terlihat bahwa pada periode bulan Juni Juli 2008, volume penjualannya meningkat sedangkan pada periode bulan Juni Juli 2009 terjadi penurunan volume penjualan yang cukup signifikan Volume Penjualan Produk Cup Strawberry Volume Penjualan Produk Cup Strawberry Gambar 12. Pola penjualan produk cup strawberry Pada Gambar 12 terlihat bahwa tipe pola data volume penjualan produk cup strawberry berpola bukan musiman. Hal ini dapat terlihat bahwa periode volume penjualan bulan Juni-Juli 2008 mempunyai pola yang tidak sama pada periode volume penjualan bulan Juni-Juli Terlihat bahwa pada periode bulan Juni Juli 2008, volume penjualannya meningkat sedangkan pada periode bulan Juni Juli 2009 terjadi kestabilan volume penjualan. 47

7 Volume Penjualan Produk Prepack Volume Penjualan Produk Prepack Gambar 13. Pola penjualan produk prepack Pada Gambar 13 terlihat bahwa tipe pola data volume penjualan produk prepack berpola bukan musiman. Hal ini dapat terlihat bahwa periode volume penjualan bulan Juni-Juli 2008 mempunyai pola yang tidak sama pada periode volume penjualan bulan Juni-Juli Terlihat bahwa pada periode bulan Juni Juli 2008, volume penjualannya stabil sedangkan pada periode bulan Juni Juli 2009 terjadi penurunan volume penjualan yang cukup signifikan. Pada penelitian ini, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh pada tahap awal ditemukan beberapa masalah, yaitu data yang terlalu sedikit dan data dalam skala yang berbeda. Data yang terlalu sedikit ini telah diselesaikan dengan mengumpulkan kembali data yang masih kurang. Permasalahan data dalam skala yang berbeda dapat diselesaikan dengan metode normalisasi. Normalisasi data ini bertujuan untuk meningkatkan keakurasian dari hasil output dan memfasilitasi proses learning dari jaringan syaraf dan membantu menghilangkan noise pada data. Ini merupakan operasi kritis sebab jaringan syaraf adalah pencocok pola, sehingga ketika pola data telah ditunjukan maka akan mengubah perilaku jaringan syaraf. Proses normalisasi dilakukan dengan mentransformasikan data sesuai fungsi aktivasi yang digunakan. Pada penelitian ini, fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi aktivasi sigmoid biner yang memiliki range keluaran [0,1]. Data bisa 48

8 ditransformasikan ke interval [0,1]. Tapi akan lebih baik jika ditrasformasikan ke interval yang lebih kecil, misal pada interval [0.1,0.9]. Hal ini mengingat fungsi sigmoid merupakan fungsi asimtotik yang nilainya tidak pernah mencapai 0 ataupun 1 (Siang, 2009). Jika a adalah data minimum dan b adalah data maksimum, transformasi linier yang dapat digunakan untuk mentrasformasikan data ke interval [0.1,0.9] adalah x 0.8 (x a) = b a Hasil normalisasi dapat dilihat pada Lampiran Analisis Data Akhir a. Pembagian Data Setelah data preprocessing, data yang diperoleh dari tahap sebelumnya akan digunakan untuk pelatihan jaringan dan generalisasi. Penyusunan data dalam tahap ini adalah untuk membagi data ke dalam himpunan bagian untuk proses pembelajaran jaringan syaraf. Biasanya, data set dibagi menjadi data pelatihan dan data pengujian. Yao dan Tan (2000) menyatakan sejauh ini, tidak ada aturan baku untuk menentukan ukuran jumlah baik data set pelatihan atau data uji. Penentuan jumlah data pelatihan dan data uji dapat dilakukan dengan mengggunakan metode K-fold cross validation yang merupakan bagian dari proses validasi. Proses pelatihan dan pengujian sangat menentukan proses validasi. Pada penelitian ini, proses validasi menggunakan metode K-fold cross validation. Metode K-fold cross validation adalah salah satu metode cross validation yang membagi data menjadi k subdata. Salah satu subbagian data dijadikan sebagai validator dan testing sedangkan K- 1 data digunakan sebagai data pelatihan dan pengujian. Proses diatas dilakukan berulang sebanyak K kali untuk setiap subbagian data. Hasil dari pengujian adalah rata-rata dari K kali pengujian pada data tersebut. Dalam penelitian ini digunakan K-9 fold cross validation. Pada penelitian ini terdapat 261 data awal. Dengan menggunakan K-9 fold 49

9 cross validation, 8 sub kelompok data akan digunakan untuk pelatihan dan pengujian dan 1 sub kelompok data digunakan untuk prediktor. Delapan sub kelompok data tersebut adalah volume penjualan produk cup coklat (X 1 ), cup strawberry (X 2 ), prepack (X 3 ), kadar lemak (X 4 ), kadar bahan kering tanpa lemak (X 5 ), total solid (X 6 ), kadar berat jenis (X 7 ), dan total plate count (X 8 ). Sedangkan satu sub kelompok data tersebut adalah volume penjualan bulan depan (Y). Tabel 2. Data JST untuk peramalan penjualan produk susu Tabel 3. Data pelatihan JST untuk peramalan penjualan produk susu X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 Y 50

10 Dari 9 sub kelompok data terdapat 29 pola. Kemudian dari 29 pola ini, data dibagi menjadi 2 bagian yaitu 80% (23 pola) digunakan untuk data pelatihan dan 20% (6 pola) digunakan untuk data pengujian. Pada proses pelatihan dan pengujian ini, sub kelompok data yang ke-9 digunakan sebagai prediktor (validator). Pada Tabel 3, baris merupakan pola dan kolom (sub kelompok) adalah atribut yang digunakan untuk meramalkan. Delapan sub kelompok data tersebut dalam perhitungan analisis korelasi variabel X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 7, dan X 8 merupakan variabel bebas dan variabel Y merupakan variabel tidak bebas. Pola (epoch) pada penelitian ini adalah data atribut pada bulan Januari 2008 Mei 2010, sedangkan atributnya adalah volume penjualan produk cup coklat, cup strawberry, prepack, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, total solid, kadar berat jenis dan total plate count. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah data pelatihan yang digunakan untuk pembelajaran adalah sebanyak 23 pola, yaitu bulan Januari 2008 Nopember 2009 dan delapan atribut, yaitu volume penjualan produk cup coklat, cup strawberry, prepack, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, total solid, kadar berat jenis dan total plate count. sedangkan atribut 9, yaitu volume penjualan bulan depan, digunakan sebagai data prediksi dalam proses pembelajaran. Tabel 4. Data pengujian JST untuk peramalan penjualan produk susu Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah data yang digunakan untuk pengujian adalah sebanyak 6 pola, yaitu bulan Desember

11 Mei 2010 dan delapan atribut, yaitu volume penjualan produk cup coklat, cup strawberry, prepack, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, total solid, kadar berat jenis dan total plate count. sedangkan atribut 9, yaitu volume penjualan bulan depan, digunakan sebagai data prediksi dalam proses pengujian. b. Validasi Data Validasi data digunakan untuk melihat kemampuan kinerja JST dalam mengenali pola data aktual. Dalam melakukan validasi data ini digunakan data dari hasil pelatihan dan pengujian yang telah dilakukan. Dari masing-masing kelompok hasil pengujian tingkat pengenalan dihitung dan setelah semua hasil pengujian tingkat pengenalan dihitung maka tingkat pengenalan dari cross validation didapat dari nilai rata-rata dari semua kelompok subdata. Nilai rata-rata ini merupakan total tingkat kesalahan (error) yang diperoleh dari tiap sub kelompok data hasil pengujian tingkat pengenalan. Pada penelitian ini, proses validasi menggunakan metode K-fold cross validation. Metode K-fold cross validation adalah salah satu metode cross validation yang membagi data menjadi k subdata. Salah satu sub bagian data dijadikan sebagai validator dan testing sedangkan K-1 data digunakan sebagai data pelatihan dan pengujian. B. Model Jaringan Syaraf 1. Arsitektur Jaringan Arsitektur jaringan merupakan gambaran hubungan antarlapisan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setiap unit sel pada satu lapisan dihubungkan penuh terhadap sel-sel unit pada lapisan di depannya sehingga akan ditemukan bobot dan bias dari hubungan antarlapisan tersebut (Hermawan, 2006). Kelemahan JST yang terdiri dari layar tunggal membuat perkembangan JST menjadi terhenti pada sekitar tahun 1970an. Penemuan backpropagation yang terdiri dari beberapa layar membuka 52

12 cakrawala. Terlebih setelah berhasil ditemukannya berbagai aplikasi yang dapat diselesaikan dengan backpropagation. Pada penelitian ini digunakan arsitektur jaringan backpropagation. Backpropagation melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan. Gambar 14. Arsitektur jaringan peramalan penjualan produk susu 2. Tahap Pelatihan Tahap pelatihan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) MATLAB yang telah menyediakan fungsi-fungsi pelatihan pada jaringan syaraf tiruan dengan algoritma perambatan galat mundur (backpropagation). Tahap pelatihan ini menggunakan jaringan layar jamak (multi layer network) dengan dua hidden layer dengan 53

13 momentum. Perintah yang dipakai untuk membentuk jaringan syaraf newff yang formatnya adalah sebagai berikut : net=newff(pr,[s1...sn],{tf1...tfn},btf,blf,pf) dengan: - net = jaringan backpropagation yang terdiri dari n layar - PR = matriks Rx2 yang berisi nilai minimum dan maksimum R buah elemen masukannya - Si (i = 1, 2,,n) = jumlah unit pada layar ke-i (i = 1, 2,,n) - TFi (i = 1, 2,,n) = fungsi aktivasi yang digunakan pada layar ke-i (i = 1, 2,,n). Default-nya = logsig (sigmoid biner). - BTF = fungsi training backpropagation. Defaultnya trainrp. - BLF = fungsi pembelajaran backpropagation bobot dan bias. Default-nya learngdm. - PF = fungsi perhitungan performance/error. Default-nya MSE. Gambar 15. Syntax data pelatihan peramalan penjualan produk susu Pada Gambar 15, perintah newff membuat model jaringan syaraf net dengan input delapan kolom (atribut) yaitu dari kolom 1 (volume penjualan produk cup coklat sampai kolom 8 (total plate count)), jumlah neuron pada hidden layer 1 berjumlah 30, jumlah neuron pada hidden layer 2 berjumlah 20, dan jumlah neuron pada output layer berjumlah 1, fungsi aktivasi yang digunakan pada hidden layer 1 dan 2 adalah fungsi aktivasi 54

14 sigmoid biner (logsig), fungsi aktivasi yang digunakan pada output layer adalah fungsi aktivasi identitas (pureline). Dalam menentukan perubahan bobot dan bias pada pelatihan digunakan fungsi learngdm, sedangkan untuk menghitung error digunakan fungsi mse. Beberapa parameter pelatihan yang diset sebelum dilakukan pelatihan adalah sebagai berikut : - net.trainparam.show yang digunakan untuk menampilkan frekuensi perubahan mse. Pada penelitian ini, nilai yang diset adalah 5. - net.trainparam.epoch yang digunakan untuk menentukan jumlah epoch maksimum pelatihan. Satu epoch adalah satu siklus yang melibatkan seluruh pola data training (training pattern). Pada penelitian ini, nilai yang diset adalah net.trainparam.goal yang digunakan untuk menampilkan batas nilai mse agar iterasi dihentikan. Iterasi akan berhenti jika mse lebih kecil daripada batas yang ditentukan dalam net.trainparam.goal atau jumlah epoch mencapai batas yang ditentukan dalam net.trainparam.epoch. Pada penelitian ini, nilai yang diset adalah 0, net.trainparam.lr yang digunakan untuk menentukan laju pemahaman. Proses belajar menjadi sangat lambat jika learning rate yang digunakan terlalu kecil akan tetapi bila learning rate yang digunakan terlalu besar maka proses belajar jaringan akan berisolasi atau menyebar (Suyanto, 2007). Pada penelitian ini, nilai yang diset adalah 0,3. - net.trainparam.mc yang digunakan untuk menentukan momentum. Pada penelitian ini, nilai yang diset adalah 0,9. Pada pelatihan ini, digunakan fungsi pelatihan jaringan trainrp. Penggunaan trainrp karena pada jaringan backpropagation ini menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. Fungsi sigmoid akan menerima masukan dari range tak berhingga menjadi keluaran pada range [0,1]. Semakin jauh titik dari x = 0 semakin kecil gradiennya. Pada titik yang cukup jauh ini dari x = 0, gradiennya mendekati 0 (Siang, 2009). Hal ini menimbulkan masalah pada waktu menggunakan metode penurunan 55

15 tercepat (yang iterasinya didasarkan atas gradien) yang digunakan pada penelitian ini. Gradien yang kecil ini dapat menyebabkan bobot yang kecil, walaupun nilai yang diperoleh masih jauh dari titik optimal. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara membagi arah dan perubahan bobot menjadi 2 bagian yang berbeda. Pada saat digunakan metode penurunan tercepat, yang diambil hanya arahnya saja, sedangkan perubahan bobot dilakukan dengan cara lain. Setelah memasukkan semua parameter pada pelatihan, dilakukan running pada software MATLAB. Gambar berikut adalah hasil pelatihan. Gambar 16. Hasil pelatihan jaringan syaraf Pada Gambar 16, diperoleh hasil pelatihan dengan rincian sebagai berikut : 1. Proses pelatihan berhenti pada iterasi ke 122 dari 1000 iterasi yang diinginkan. 2. Waktu untuk mencapai iterasi ke 122 adalah 1 detik. 3. Error yang dihasilkan tercapai dari parameter yang diinginkan, yaitu

16 4. Gradien yang dihasilkan adalah Data di atas menunjukkan bahwa parameter yang diinginkan pada proses pelatihan tercapai dan berlangsung cepat. Proses pelatihan yang cepat ini dengan MSE dicapai pada epoch 122 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini disebabkan karena proses pelatihan jaringan dengan algoritma backpropagation standar biasanya lambat. Beberapa hal yang bisa membuat proses belajar jaringan lebih cepat adalah penambahan parameter learning rate dan momentum. Kinerja algoritma selama pelatihan sangat dipengaruhi oleh besarnya laju pemahaman yang dipakai. Proses pelatihan jaringan menjadi sangat lambat jika learning rate yang digunakan terlalu kecil maupun terlalu besar (Suyanto, 2007). Dalam algoritma backpropagation dengan menggunakan momentum, perubahan bobot didasarkan atas gradien yang terjadi untuk pola yang dimasukkan saat itu. Momentum akan membuat jaringan melakukan penyesuaian bobot yang lebih besar selama koreksinya memiliki arah yang sama dengan pola ada. Sedangkan learning rate yang kecil digunakan untuk mencegah respon yang terlalu besar terhadap error dari satu pola proses belajar. Tingkat kesalahan galat (error) yang diperoleh pada proses pelatihan ini dicapai dengan waktu 1 detik. Gambar 17. Grafik peramalan penjualan produk susu 57

17 Berdasarkan grafik yang disajikan pada Gambar 17, grafik yang menunjukkan performansi yang terbaik yaitu jaringan dengan arsitektur dengan learning rate 0,3 dan momentum 0,9. Hasil pelatihan mengalami konvergensi tercepat hanya melalui 122 iterasi dan membutuhkan waktu hanya satu detik. Karena pada grafik tersebut tidak terlihat adanya penurunan yang terlalu lambat dan terlalu cepat (Suyanto, 2007). Hanya pada awal pelatihan dan di pertengahan pelatihan terlihat adanya penurunan yang terlalu cepat. Hal ini disebabkan karena pada fungsi pelatihan digunakan syntax trainrp. 3. Tahap Pengujian dan Validasi Tahap pengujian dilakukan menggunakan data baru yang belum pernah dilatihkan. Berikut adalah syntax yang digunakan untuk melakukan pengujian dan validasi hasil pengujian. Gambar 18. Syntax untuk pengujian dan validasi Pada Gambar 18, terlihat bahwa data yang dimasukkan adalah sebanyak 6 data uji. Hal ini dapat terlihat dengan syntax : X = [1:6]. Syntax B = Data_JST_Susu digunakan untuk memanggil data uji yang merupakan bagian dari Data_JST_Susu. Sedangkan untuk data pengujian digunakan syntax : Y = sim(net, B(24:29, 1:8) ). Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengujian Setelah proses pengujian dilakukan, hasil pengujian dilakukan proses validasi terhadap data aktual. Proses validasi ini dilakukan untuk 58

18 melihat kemampuan kinerja jaringan syaraf tiruan yang dibuat dalam mengenali pola data aktual. Gambar 19. Grafik hasil validasi Pada Gambar 19 terlihat bahwa 4 data (67%) sesuai dengan target (data aktual) dan 2 data (33%) tidak sesuai dengan target. Empat data tersebut adalah bulan Desember 2009, Januari 2010, Februari 2010 dan Mei Hasil ini menunjukkan tingkat kesalahan (error) proses pengujian yang dilakukan dihasilkan nilai yang kecil. Tabel 6. Perhitungan error Pola 24 Pola 25 Pola 26 Pola 27 Pola 28 Pola 29 Rata-rata ((A-B) 2 )/6 Aktual (A) Hasil Uji (B) MSE (A-B) Perhitungan error yang digunakan adalah MSE. Pada Tabel 6 disajikan proses perhitungan error berdasarkan hasil peramalan jaringan 59

19 syaraf tiruan yang dibandingkan dengan data aktual. Hasil perhitungan error hasil validasi diperoleh MSE = Hal ini menunjukkan kinerja jaringan syaraf tiruan yang dibuat dapat digunakan untuk meramalkan penjualan produk susu. C. Pelatihan dan Pengujian Dengan Data Yang Lebih Besar Pada tahap ini digunakan data pelatihan yang lebih besar. Sedangkan 29 data (pola) sebelumnya digunakan sebagai data untuk pengujian. Data tambahan ini berjumlah 200 (pola) data yang mana data ini akan digunakan untuk pelatihan. Dua ratus data ini diperoleh dari bilangan random dan iterpolasi nilai maksimum dan minimum setiap atribut. Dikarenakan bilangan pada atribut volume penjualan produk cup coklat, volume penjualan produk cup strawberry, volume penjualan produk prepack merupakan bilangan integer maka dapat dilakukan randomisasi secara langsung. Randomisasi ini dilakukan menggunakan bantuan microsoft excel 2007 dengan memasukkan perintah : randbetween (nilai minimum, nilai maksimum). Akan tetapi pada bilangan atribut kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, total solid, kadar berat jenis dan total plate count bukan merupakan bilangan integer maka harus dilakukan interpolasi untuk mengubah bilangan bukan integer menjadi integer. Proses interpolasi pada dua ratus data ini dilakukan menggunakan bantuan microsoft office excel Karena dibutuhkan 200 data (pola) bilangan acak maka dilakukan randomisasi bilangan acak dari 200 data (pola). Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan perintah pada microsoft office excel 2007 yaitu randbetween (0,200). Setelah diperoleh bilangan acak dari 0 sampai 200, langkah selanjutnya adalah mencari nilai maksimum dan minimum dari tiap atribut bilangan bukan integer tersebut. Kemudian dicari selisih antara nilai maksimum dan minimum dari tiap atribut bilangan bukan integer tersebut. Setelah dilakukan interpolasi terhadap dua ratus data tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan randomisasi. Caranya dihitung dengan persamaan, x = ((bilangan hasil random/200) x selisih)+nilai minimum). 60

20 Dua ratus data (pola) ini yang akan digunakan sebagai data untuk pelatihan lebih lanjut. Proses pelatihan dan pengujian sangat menentukan proses validasi. Pada penelitian lanjutan ini, proses validasi menggunakan metode K-fold cross validation. Metode K-fold cross validation adalah salah satu metode cross validation yang membagi data menjadi k subdata. Salah satu subbagian data dijadikan sebagai validator dan testing sedangkan K-1 data digunakan sebagai data pelatihan. Proses diatas dilakukan berulang sebanyak K kali untuk setiap subbagian data. Hasil dari pengujian adalah rata-rata dari K kali pengujian pada data tersebut. Dalam penelitian ini digunakan K-9 fold cross validation. Pada penelitian tahap awal ini terdapat 2061 data awal. Dengan menggunakan K- 9 fold cross validation, 8 sub kelompok data akan digunakan untuk pelatihan dan pengujian dan 1 sub kelompok data digunakan untuk prediktor (validator). 1. Tahap pelatihan Dari 9 sub kelompok data terdapat 229 pola. Kemudian dari 29 pola ini, data dibagi menjadi 2 bagian yaitu 87% (200 pola) digunakan untuk data pelatihan dan 13% (29 pola) digunakan untuk data pengujian. Pada proses pelatihan dan pengujian ini, sub kelompok data yang ke-9 digunakan sebagai prediktor (validator). Pada penelitian lanjutan ini, dua ratus data yang diperoleh secara acak digunakan sebagai data pelatihan. Pada proses pelatihan, terdapat beberapa parameter yang sangat penting, yaitu jumlah neuron pada input layer, hidden layer, output layer, learning rate, momentum, epoch (jumlah iterasi), dan batasan error. Parameter tersebut sangat sensitif dan sulit ditentukan pada awal pelatihan. Sampai saat ini, belum ada formula khusus (standar) yang bisa menemukan jumlah neuron yang optimal pada hidden layer (Suyanto, 2007). Pada penelitian ini, dicoba jumlah input layer 8 node (atribut), hidden layer (2 node), dan output 1 node. Pada proses pelatihan ini, dalam menentukan arsitektur jaringan optimal dilakukan proses trial dan error terhadap parameter learning rate 61

21 dan momentum. Hal ini disebabkan parameter learning rate sangat mempengaruhi proses pelatihan. Proses pelatihan menjadi sangat lambat jika learning rate yang digunakan terlalu kecil akan tetapi bila learning rate yang digunakan terlalu besar maka proses belajar jaringan akan berisolasi atau menyebar (Suyanto, 2007). Pada penelitian ini, learning rate yang digunakan dimulai dari yang kecil, yaitu 0.005, 0.1, 0.2, 0.3 dan 0.9. Learning rate yang terlalu besar akan mengakibatkan MSE menurun tajam pada awal iterasi, tetapi akan mengakibatkan MSE menjadi berisolasi atau naik turun tidak terkendali. Gambar 20 di bawah ini menunjukkan jaringan dengan learning rate yang besar. Gambar 20. Perubahan MSE untuk learning rate 0.9 Sebaliknya, learning rate yang terlalu kecil akan mengakibatkan MSE menurun sangat pelan (Suyanto, 2007). Gambar 21 di bawah ini menunjukkan jaringan dengan learning rate yang kecil. 62

22 Gambar 21. Perubahan MSE untuk learning rate Permasalahan di atas dapat diminisasi oleh suatu parameter yang dinamakan momentum. Dalam algoritma backpropagation dengan menggunakan momentum, perubahan bobot didasarkan atas gradien yang terjadi untuk pola yang dimasukkan itu. Momentum akan membuat jaringan melakukan penyesuaian bobot yang lebih besar selama koreksinya memiliki arah yang sama dengan pola yang ada. Sedangkan learning rate yang kecil digunakan untuk mencegah respon yang besar terhadap error dari satu pola proses pelatihan. Nilai leaning rate dan momentum yang baik ditentukan dengan cara trial dan error terhadap beberapa nilai learning rate dan momentum. Parameter learning rate dan momentum bernilai antara 0 dan 1. Pada penelitian ini dilakukan trial dan error terhadap parameter nilai momentum dan learning rate. Nilai learning rate yang diujicobakan pada penelitian ini adalah 0.005, 0.3, 0.2, 0.1 sedangkan nilai momentum yaitu 0.1, 0.6 dan 0.9. Untuk melihat pengaruh parameter terhadap MSE yang dihasilkan, maka penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan proses pembelajaran melalui parameter learning rate dan momentum yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada Tabel 7di bawah ini. 63

23 Tabel 7. Penentuan parameter arsitektur jaringan Input Hidden Learning Rate Momentum MSE Error Epoch Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa arsitektur jaringan yang memiliki konfigurasi terbaik adalah nilai learning rate 0.3 dan momentum 0.9. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai learning rate dan momentum maka kemampuan jaringan untuk mencapai nilai error semakin kecil. Grafik hasil pelatihan dengan learning rate 0.3 dan momentum 0.9 dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22. Grafik hasil pelatihan dengan learning rate 0.3 dan momentum 0.9 Pada Gambar 22 di atas terlihat bahwa tidak adanya penurunan yang terlalu lambat dan terlalu cepat. Pada awal iterasi saja yang terjadi 64

24 penurunan cepat akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Setelah itu penurunan berlangsung tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat. Pelatihan dengan menggunakan learning rate 0.3 dan momentum 0.9 untuk mencapai tingkat kesalahan (error) sama dengan dapat dicapai pada iterasi ke-251. Gambar 23. Hasil Pelatihan dengan learning rate 0.3 dan momentum 0.9 Pada Gambar 23 di atas terlihat bahwa pelatihan dengan learning rate 0.3 dan momentum 0.9 tercapai error pada iterasi ke Dari Tabel 7 juga dapat diketahui bahwa dengan semakin besar nilai learning rate dan momentum maka kemampuan jaringan untuk mencapai nilai error semakin cepat. 2. Tahap Pengujian Pada tahap pengujian ini, data yang digunakan untuk pengujian adalah data aktual yang diperoleh dari KPBS Pangalengan. Data ini yang akan digunakan untuk menguji hasil pelatihan sebelumnya. Setelah 65

25 dilakukan pengujian diperoleh hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 8 di bawah ini Tabel 8. Hasil Pengujian Menggunakan Data yang Lebih Besar 3. Tahap Validasi Setelah proses pengujian dilakukan, hasil pengujian dilakukan proses validasi terhadap data aktual. Proses validasi ini dilakukan untuk melihat kemampuan kinerja jaringan syaraf tiruan yang dibuat dalam mengenali pola data aktual. Pada tahap validasi ini digunakan metode validasi silang. Validasi silang merupakan suatu metode statistik yang digunakan menganalisa dan mengukur keakuratan hasil percobaan pada data yang independent. Metode validasi silang yang digunakan adalah K- fold cross validation. K-fold cross validation adalah salah satu metode cross validation yang membagi data menjadi k subdata. Perhitungan yang digunakan adalah perhitungan error menggunakan metode means square error (MSE). Pada tahap sebelum dilakukan pelatihan dan pengujian, terdapat 2061 data awal. Dari 2061 data awal dibagi menjadi beberapa sub kelompok data. Dari 2061 data awal dibagi menjadi 9 sub kelompok data dan 229 pola. Dari 9 sub kelompok data tersebut, 8 sub kelompok data digunakan sebagai data pelatihan dan pengujian sedangkan 1 sub kelompok data digunakan sebagai validator. 66

26 Gambar 24. Grafik hasil simulasi menggunakan data yang lebih besar Pada Gambar 24 terlihat bahwa 15 data (52%) sesuai dengan target (data aktual). Artinya sesuai dengan data aktual dan 14 data (48%) tidak sesuai dengan target. Dari hasil validasi diperoleh nilai MSE sama dengan Hasil ini menunjukkan tingkat kesalahan (error) proses pengujian yang dilakukan dihasilkan nilai error yang kecil. Akan tetapi jika hasil simulasi menggunakan data pelatihan 200 pola dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan 23 pola, MSE yang dihasilkan lebih besar. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan untuk pelatihan merupakan data dari bilangan acak nilai maksimum dan minimum dari 29 pola tiap sub kelompok data. D. Peramalan Menggunakan Regresi linier Perhitungan peramalan menggunakan metode regresi linier pada setiap atribut data yaitu variabel bebas (X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6, X 7, X 8 ) terhadap variabel tidak bebas (Y) diperoleh nilai error yang sangat besar yaitu Hasil error ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan error menggunakan peramalan JSPB yaitu sebesar Dengan demikian dalam menyelesaikan permasalahan peramalan yang sulit dimodelkan sehingga dapat diperoleh error yang kecil lebih baik menggunakan JSPB dibandingkan menggunakan metode regresi linier. 67

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Supiyati, Syamsul Bahri dan Iwan Erdi Abstract: Penelitian mengenai prediksi jangka pendek debit aliran irigasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Kurniawati Handayani 09.11.3278 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Anjar Wanto STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar Pematangsiantar, Indonesia anjarwanto@amiktunasbangsa.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Anjar Wanto STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar Pematangsiantar, Indonesia anjarwanto@amiktunasbangsa.ac.id

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika BAB III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Teknik informatika yang memiliki andil yang cukup besar dalam berbagai kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika merupakan hal yang menarik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Oleh : Hera Firdhausa Katili 2409100073 Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

ESTIMASI BEBAN PUNCAK ENERGI LISTRIK PADA SISTEM SULUTGO MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN METODE MOVING AVERAGE ABSTRAK

ESTIMASI BEBAN PUNCAK ENERGI LISTRIK PADA SISTEM SULUTGO MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN METODE MOVING AVERAGE ABSTRAK ESTIMASI BEBAN PUNCAK ENERGI LISTRIK PADA SISTEM SULUTGO MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN METODE MOVING AVERAGE Liberty A. Tarigan 1), Tritiya A. R. Arungpadang 2),Johan S. C. Neyland 3) Jurusan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

Key words: Artificial Neural Network, Exponential Smoothing, Prediction, Electrical Energy Need.

Key words: Artificial Neural Network, Exponential Smoothing, Prediction, Electrical Energy Need. PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Febry Hontong 1), Tritiya Arungpadang 2), Johan Neyland 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation

Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.174-179 ISSN 2302-495X Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation Mira Febrina 1, Faula Arina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium BAB III PEMBAHASAN A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Fuzzy Neural Network (FNN) adalah gabungan sistem fuzzy dengan Artificial Neural Network (ANN).

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI HARGA AYAM

PENERAPAN MODEL NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI HARGA AYAM PENERAPAN MODEL NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI HARGA AYAM Nanik Susanti 1* 1 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Contoh data Shorea hasil kodefikasi 8 disajikan contoh data Shorea hasil kodefikasi dari beberapa karakter yang bernilai nominal. Tabel 2 Karakter daun yang bernilai nominal Karakter Nilai Kode Bentuk tulang Tidak menempel 1 daun Permukaan

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di PG. Kebon Agung. Tbk, Desa Kebon Agung Kec. Pakisaji, Kab. Malang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK Eko Budi Wahyono*), Suzuki Syofian**) *) Teknik Elektro, **) Teknik Informatika - Fakultas Teknik Abstrak Pada era modern

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan merupakan bagian dari sistem kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Gauss Untuk dapat melakukan pengolahan data menggunakan ANN, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai set data input-output yang akan digunakan. Set data inputnya yaitu

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBUTUHAN LOGISTIK UNTUK SISTEM AKADEMIK DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN STUDI KASUS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG

PREDIKSI KEBUTUHAN LOGISTIK UNTUK SISTEM AKADEMIK DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN STUDI KASUS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG PREDIKSI KEBUTUHAN LOGISTIK UNTUK SISTEM AKADEMIK DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN STUDI KASUS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG Sofika Enggari, S.Kom, M.Kom,,Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG) MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG) R. Ayu Mahessya, S.Kom, M.Kom, Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PREDIKSI JUMLAH ORDER BARANG DENGAN ALGORITMA BACK PROPAGATION (Studi Kasus pada MART 165)

ANALISA PREDIKSI JUMLAH ORDER BARANG DENGAN ALGORITMA BACK PROPAGATION (Studi Kasus pada MART 165) ANALISA PREDIKSI JUMLAH ORDER BARANG DENGAN ALGORITMA BACK PROPAGATION (Studi Kasus pada MART 165) Muhammad Reza Putra, S. Kom, M. Kom, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang e-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Titik Misriati AMIK BSI Jakarta Jl. R.S Fatmawati No. 24 Pondok Labu, Jakarta Selatan titik.tmi@bsi.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE ANN DENGAN MEMANFAATKAN LIBRARY ENCOG JAVA

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE ANN DENGAN MEMANFAATKAN LIBRARY ENCOG JAVA PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE ANN DENGAN MEMANFAATKAN LIBRARY ENCOG JAVA Nama : Resa Alfarisi NRP : 5207100100 Jurusan : Sistem informasi FTIF ITS Dosen Pembimbing 1 : Wiwik Anggraeni

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Andi Ihwan Prodi Fisika FMIPA Untan, Pontianak

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Seminar Nasional Informatika 0 ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian, Purwa Hasan Putra Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Dewi Kusumawati 1), Wing Wahyu Winarno 2), M. Rudyanto Arief 3) 1), 2), 3) Magister Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37 Jember, *

Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37 Jember, * PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN UDANG BEKU PND MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BACKPROPAGATION Forecasting of PND Frozen Shrimp Demand Using Artificial Neural Network Method (ANN) Backpropagation

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

PREDIKSI KUALITAS AIR BERSIH PDAM KOTA PALU MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

PREDIKSI KUALITAS AIR BERSIH PDAM KOTA PALU MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION JIMT Vol. 4 No. Juni 207 (Hal 47-55) ISSN : 2450 766X PREDIKSI KUALITAS AIR BERSIH PDAM KOTA PALU MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION J.R. Mustakim, R. Ratianingsih 2 dan D. Lusiyanti 3,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Deret Waktu (Time Series) Dalam statistika, deret wktu atau time series merupakan rangkaian data yang berupa nilai pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu, tahapan pelatihan

Lebih terperinci