HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Blkr.) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Oreochromis niloticus)

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

Rerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

II. BAHAN DAN METODE

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Kata Kunci : Heterosis; Ikan Nila (Oreochromis niloticus); Pertumbuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

Arief Vrahmana, Fajar Basuki*, Sri Rejeki

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN SLEMAN TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

II. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

Percobaan membuat induk ikan Bermutu tinggi sistem Alir Prosedur

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR (BBAT) SUKABUMI ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

HIBRIDISASI IKAN NILA PANDU DAN KUNTI GENERASI F5 TERHADAP EFEK HETEROSIS IKAN NILA LARASATI (Oreochromis niloticus) GENERASI F5 PADA UMUR 5 BULAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Perancangan Percobaan

ANALISA GENETIC GAIN ANAKAN IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus) F5 HASIL PEMBESARAN I. Nurin Dalilah Ayu, Sri Hastuti *)

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA KUNTI (Oreochromis niloticus) F4 DAN F5. Rifqi Tamamdusturi, Fajar Basuki *) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

Gambar 1. Itik Alabio

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan F3, serta nila chitralada hitam asal BBPBAT Sukabumi, nila GIFT G3 Cangkringan dan nila putih asal Kab. Sleman, Yogyakarta, nila GIFT G3, G6 dan GET asal BPBI Wanayasa, serta nila JICA asal BBAT Jambi. Pada Generasi I, telah dihasilkan 46 famili, sedangkan pada Generasi II menghasilkan 49 famili. 4.1.1. Laju Pertumbuhan Harian Secara umum, laju pertumbuhan ikan Generasi II, baik karakter bobot badan maupun panjang baku, memiliki nilai relatif lebih baik dibandingkan pertumbuhan ikan Generasi I. Bobot rata-rata individu Generasi I berkisar pada 49,71 170,77 g, dengan nilai rataan 69,21 g. Sementara, pada Generasi II memiliki bobot rata-rata individu berkisar pada 51,07 255,33 g, dengan nilai rataan 77,00 g. Famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan bobot badan tertinggi, yaitu sebesar 4,75%. Panjang baku rata-rata ikan nila Generasi I, berkisar pada 11,09 15,89 cm, dengan nilai rataan sebesar 12,031 cm. Nilai tersebut relatif lebih kecil dibandingkan nilai rataan ikan nila Generasi II yang mencapai 12,206 cm, dengan kisaran 10,76 18,25 cm. Sama seperti pada pertumbuhan bobot, famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan harian tertinggi, yaitu 1,56%. Laju pertumbuhan ikan baik Generasi I maupun II disajikan pada Tabel 5 berikut. Perhitungan laju pertumbuhan harian ikan setiap famili pada Generasi I dan II, disajikan secara lengkap pada Lampiran I dan 2. Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi famili Karakter Pertumbuhan (%) Generasi I Generasi II Bobot Badan 4,105 4,167 Panjang Baku 1,366 1,379

19 4.1.2. Heritabilitas Nyata Nilai heritabilitas yang diperoleh setiap famili untuk kelima karakter tersebut, sangat bervariatif. Secara umum, famili II.43 memiliki nilai heritabilitas tertinggi untuk semua karakter pengamatan, sementara nilai heritabilitas terendah diperoleh pada famili II.18. Nilai rataan heritabilitas total seluruh famili, berkisar 0,174 1,365. Pada Tabel 6, terlihat bahwa nilai rataan heritabilitas tinggi badan merupakan nilai tertinggi dan melebihi batas kewajaran nilai heritabilitas yang dapat diterima. Tabel 6. Nilai rataan heritabilitas total ikan nila hasil seleksi famili Karakter Heritabilitas Betina Jantan Bobot Badan 0,239 0,174 Panjang Baku 0,269 0,220 Panjang Kepala 0,921 0,747 Tinggi Badan 1,465 1,107 Lebar Badan 0,334 0,272 Berdasarkan sebaran nilai heritabilitas untuk setiap famili, tampak bahwa karakter bobot badan, merupakan karakter yang paling sedikit menghasilkan famili yang bernilai heritabilitas negatif dan nilainya lebih dari 1. Pada Tabel 7, terlihat bahwa terdapat 19 25 famili dengan nilai heritabilitas negatif dari 49 famili yang ada. Sementara itu, jumlah famili dengan kisaran nilai heritabilitas 0 1 terbanyak pada karakter bobot dan panjang baku. Perhitungan nilai heritabilitas ikan hasil seleksi famili, disajikan pada Lampiran 3 7. Tabel 7. Sebaran nilai heritabilitas untuk setiap famili Karakter h 2 < 0 h 2 0 1 h 2 > 1 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Famili Famili Famili Bobot Betina 19 38,78 23 46,94 7 14,28 Jantan 19 38,78 27 55,10 3 6,12 Panjang Betina 21 42,86 20 40,82 8 16,32 Baku Jantan 21 42,86 25 51,02 3 6,12 Panjang Betina 21 42,86 12 24,49 16 32,65 Kepala Jantan 21 42,86 16 32,65 12 24,49 Tinggi Betina 20 40,82 9 18,37 20 40,82 Badan Jantan 20 40,82 15 30,61 14 28,57 Lebar Betina 25 51,02 14 28,57 10 20,41 Badan Jantan 25 51,02 17 34,69 7 14,28

20 Kisaran nilai heritabilitas 0 1 merupakan nilai heritabilitas yang wajar, sehingga jika dirata-ratakan nilai heritabilitas dari kisaran tersebut, maka dihasilkan niliai rataan heritabilitas nyata ikan nila, seperti pada Tabel 8. Pada Tabel 8, terlihat bahwa nilai rataan heritabilitas nyata ikan nila hasil seleksi famili berkisar 0,285 0,631. Tabel 8. Nilai rataan heritabilitas nyata ikan nila hasil seleksi famili Karakter Heritabilitas Betina Jantan Bobot Badan 0,314 0,285 Panjang Baku 0,362 0,318 Panjang Kepala 0,429 0,472 Tinggi Badan 0,529 0,631 Lebar Badan 0,430 0,360 4.1.3. Heterosis Nilai heterosis dari setiap famili memiliki nilai yang sangat beragam. Terdapat 19 famili yang memiliki nilai heterosis bobot badan negatif, sementara sisanya memiliki nilai heterosis positif. Famili II.43 merupakan famili yang nilai heterosisnya tertinggi untuk kelima karakter, sementara famili II.18 memiliki nilai heterosis terendah. Nilai heterosis 5 karakter yang diperoleh selama pemeliharaan ikan, disajikan pada Tabel 9. Perhitungan nilai heterosis setiap famili disajikan pada Lampiran 8 12. Tabel 9. Nilai rataan heterosis lima karakter ikan nila hasil seleksi famili Karakter Heterosis (%) Bobot Badan 21,76 Panjang Baku 3,58 Panjang Kepala 3,56 Tinggi Badan 4,45 Lebar Badan 1,62

21 4.1.4. Respon Seleksi Berdasarkan nilai diferensial seleksi dan estimasi heritabilitas, maka diperoleh nilai estimasi respon seleksi famili yang telah dilakukan. Karakter bobot badan ikan menghasilkan nilai respon tertinggi, yaitu 26,20 27,56%, sedangkan karakter panjang kepala menghasilkan nilai respon terendah, yaitu 3,55 4,91%. Nilai estimasi respon seleksi ikan nila disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Estimasi respon seleksi ikan nila hasil seleksi famili Karakter Respon Seleksi Betina Respon Seleksi Jantan Nilai % Nilai % Bobot Badan (g) 15,831 26,20 20,131 27,56 Panjang Baku (cm) 0,797 6,94 0,948 7,73 Panjang Kepala (mm) 1,405 3,55 2,064 4,91 Tinggi Badan (mm) 2,178 4,61 3,536 7,00 Lebar Badan (mm) 1,249 5,70 1,379 5,84 4.1.5. Fluktuasi Asimetri Parameter fluktuasi asimetri dilakukan terhadap sirip dada, dengan membandingkan jari-jari sirip pada sisi kiri dan kanannya. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh nilai FA rata-rata mencapai 0,078. Nilai FA tertinggi terdapat pada famili II.20, yaitu sebesar 0,15, sedangkan nilai terendah pada famili II.05, yaitu sebesar 0,01. Perhitungan nilai FA disajikan pada Lampiran 13. 4.2. Pembahasan Kegiatan seleksi famili telah menghasilkan dua generasi, masing-masing berasal dari 46 dan 49 famili, dari 60 famili yang direncanakan. Pasangan induk yang dipijahkan sebanyak 300 pasang, dan sekitar 42,3% pasangan berhasil memijah dan menghasilkan larva dalam waktu yang hampir bersamaan. Banyaknya famili yang tidak memijah, dikarenakan proses pematangan gonad induk yang tidak seragam. Proses pemeliharaan larva hingga dewasa dan siap diseleksi, memanfaatkan waktu tujuh bulan. Pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi famili yang dipelihara dalam hapa, secara umum memiliki nilai yang relatif tinggi dan bervariasi dari 3,94 4,75% untuk bobot badan dan 1,3 1,56% untuk panjang baku. Variasi yang ditimbulkan, sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar adalah

22 tingkat kepadatan ikan dalam wadah tersebut. Hal tersebut terlihat pada beberapa famili yang memiliki nilai pertumbuhan tertinggi, seperti pada famili II.43, yang ternyata memiliki kepadatan 96 ekor per wadah (dengan SR 100%). Bobot rata-rata individu Generasi I secara keseluruhan lebih baik dibandingkan Generasi I, yaitu sekitar 11,25%. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi II relatif lebih tinggi dibandingkan Generasi I. Pertumbuhan yang lebih baik tersebut, merupakan salah satu indikasi keberhasilan program seleksi pada ikan nila. Nilai heritabilitas bobot ikan nila hasil seleksi sangat bervariasi, dari negatif hingga positif. Secara umum, terdapat 38,78 51,02% famili memiliki nilai heritabilitas negatif. Sementara, 6,12 40,82% famili, memiliki nilai lebih dari 1. Jika melihat rataan nilai heritabilitas total, maka nilainya sangat bervariasi dari 0,174 1,365. Nilai heritabilitas yang wajar, berada pada kisaran 0 1. Sehingga, jika hanya famili yang memiliki nilai heritabilitas pada kisaran 0 1 yang dirata-ratakan, maka diperoleh nilai heritabilitas rataan sebesar 0.285 0,631. Kisaran nilai tersebut, termasuk dalam kisaran yang wajar dalam penghitungan nilai heritabilitas. Nilai rataan heritabilitas sifat bobot badan ikan betina yaitu sebesar 0,314 dan ikan jantan 0,285. Sementara itu, nilai rataan panjang baku ikan betina, yaitu 0,362 dan jantan 0,318. Kedua karakter tersebut termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada kisaran 0,2 0,4 (Noor, 2004). Nilai rataan heritabilitas tersebut, relatif lebih kecil dibandingkan nilai heritabilitas bobot ikan nila umur 289 318 hari yang mencapai 0,38 0,60 (Charo-Karisa et al., 2006) atau berdasarkan hasil Ponzoni et al. (2005) yang menghasilkan nilai heritabilitas bobot 0,34 untuk umur 7 bulan. Sementara, untuk nilai heritabilitas panjang baku juga relatif lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Charo-Karisa et al. (2005b) yang mendapatkan nilai 0,4 0,6 untuk masa pemeliharaan 8 bulan. Perbedaan dimungkinkan terjadi mengingat sistem pemeliharaan yang menggunakan kolam tanah, berbeda dengan yang dilakukan penulis, yaitu dengan menggunakan hapa. Disamping itu, pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah h 2 nyata. Nilai heritabilitas bobot dan panjang baku ikan nila jantan relatif lebih rendah dibandingkan dengan ikan betina. Rendahnya nilai heritabilitas pada jantan, disebabkan karena semakin tingginya nilai diferensial seleksi pada jantan. Diferensial seleksi pada individu jantan, umumnya lebih tinggi dibandingkan pada

23 betina. Diferensial seleksi dapat lebih besar pada kelompok populasi yang besar, sebab pada populasi yang besar akan semakin besar pula kemungkinan dijumpainya individu yang performanya di atas atau di bawah rataan (Noor, 2004). Pada kenyataan di lapangan, seleksi lebih ditekankan pada individu betina. Heritabilitas panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, termasuk ke dalam kisaran tinggi, yaitu lebih dari 0,4. Umumnya, nilai heritabilitas yang tinggi, meliputi sifat-sifat yang diukur pada saat individu sudah dewasa kelamin (Noor, 2004). Disamping itu, pengamatan karakter panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan merupakan karakter bawaan dari program seleksi. Pada program seleksi ini, lebih mengutamakan karakter bobot badan dan panjang baku ikan. Pada pengamatan nilai heterosis, diperoleh nilai yang variatif. Sebanyak 19 famili menunjukkan hasil negatif, sedang sisanya positif. Hal tersebut, mungkin disebabkan adanya penurunan heterozigositasnya. Penurunan tersebut dimungkinkan karena adanya hubungan kekerabatan yang erat. Disamping itu, diduga bahwa telah terjadi perombakan alel-alel penyusun hibrida pada ikan nila. Heterosis yang negatif mungkin disebabkan karena aksi gen epistasis yang merugikan (epistatic loss), akibat ketidakcocokan alel yang bergabung akibat persilangan. Nilai heterosis rata-rata bobot badan ikan hasil seleksi famili menunjukkan nilai 21,76%. Tingginya nilai heterosis dimungkinkan oleh adanya pengaruh oleh aksi-aksi gen non-aditif, yaitu meliputi aksi gen dalam lokus-lokus (dominan), dan antar lokus (epistasis) (Noor, 2004). Oleh karena heterosis cenderung kurang dipengaruhi oleh gen non-aditif, maka semakin rendah nilai heritabilitas, maka semakin tinggi heterosisnya. Sementara, untuk nilai heritabilitas tinggi, yaitu pada panjang kepala, tinggi badan, dan lebar badan, maka nilai heterosisnya relatif rendah, yaitu masing-masing 3,56%, 4,45% dan 1,62%. Kemajuan seleksi dalam setiap generasi ikan nila dihitung berdasarkan nilai heritabilitas, diferensial seleksi dan interval generasi. Interval generasi secara langsung mempengaruhi kemajuan seleksi per tahunnya. Makin besar interval generasi, maka makin kecil kemajuan seleksinya (Noor, 2004). Kemajuan seleksi per generasi pada ikan nila relatif besar pada karakter bobot badan, yaitu 26,20% pada betina dan 27,56% pada jantan. Karakter panjang kepala merupakan karakter yang menghasilkan respon paling kecil. Hal tersebut

24 merupakan suatu keuntungan mengingat bahwa bagian kepala merupakan bagian yang diharapkan semakin kecil. Pengukuran fluktuasi asimetri (FA) yang merupakan salah satu indikator terjadinya pengaruh lingkungan dalam periode pertumbuhan sejak dari embrio, menunjukkan nilai yang relatif rendah, yaitu berkisar 0,01 0,15, dengan nilai rata-rata 0,078. Nilai FA yang rendah ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada pengaruh faktor lingkungan signifikan yang mengganggu proses perkembangan embrio. Nilai FA yang ada diduga lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik (Fessehaye et al., 2007). Terlebih, karena proses seleksi yang dilakukan memanfaatkan hibridisasi antar strain. Famili yang dibentuk diarahkan untuk tidak memijahkan induk dari strain yang sama. Penerapan seleksi famili terhadap dua generasi ikan nila yang telah dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, merupakan langkah awal dalam pengembangan mutu induk ikan nila. Program selanjutnya yang diharapkan adalah peningkatan mutu genetik melalui pembentukan hibrida untuk memanfaatkan keunggulan dari galur atau strain ikan nila, baik berdasarkan aspek produktivitas, efisiensi pakan, serta ketahanan penyakitnya. Dengan memanfaatkan keunggulan tersebut, maka diharapkan terciptanya strain baru ikan nila yang dapat meningkatkan produksi ikan nila secara nasional.