RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PNPM MANDIRI PERDESAAN

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata

LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kegiatan. perencanaan program sudah berjalan dengan baik.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

(PNPM : : PJOK,

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

82 PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA APLIKASI MIS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Kerangka Acuan Kerja

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT

DisampaikanKepadaYth : SekretarisDitjen PMD KementerianDalamNegeri di Jakarta

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TAMIANG RINGKASAN LAPORAN PENGGUNAAN DANA

GUBERNUR JAWA TENGAH

Bab V: Evaluasi Terhadap Desain dan Implementasi Aktivitas

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

UMUM ASPEK AIR IRIGASI. Perluasanlahan sawah dan lahan kering, optimasi lahan, System of Rice Intensification (SRI) dan perbaikan kesuburan lahan

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA


BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di enam desa atau pekon di Kecamatan Wonosobo

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012

KEBERLANJUTAN DESA PASCA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun. yaitu Dusun IV Tarai dan Dusun V Rawa Bangun.

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

Secara khusus, penelitian ini akan menjawab tiga pertanyaan utama sebagai berikut:

BUKU PANDUAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat GENERASI SEHAT DAN CERDAS Untuk Fasilitator Desa dan Tim Pengelola Kegiatan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

STUDI KELOMPOK MARJINAL

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

1. Pendaluhuan. Bulan Juni-2013 Monitoring Siklus Masyarakat 1

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan MAD - 2 (100%), Pertemuan Kabupaten (100%), MAD - 3 (100%) dan MD - 3 (100%). Pencairan BLM di seluruh Kecamatan juga sudah mencapai 100%. Saat ini Provinsi NTT memasuki tahapan pelaksanaan kegiatan yaitu pembangunan sarana & prasarana pendukung kegiatan pengembangan agribisnis, pelelangan dan penandatanganan kontrak kerjasama dengan BDSP, dan pelaksanaan kegiatan Pelatihan. Dari seluruh kegiatan di lokasi pilot program, persentase Desa yang telah melakukan kegiatan MPJ - I mencapai 24 Desa dari 67 Desa terdanai, atau sekitar 35,8 %. Pada akhir bulan Februari 2009, dilaporkan bahwa kegiatan pembangunan infrastruktur ( kegiatan fisik ) saat ini sedang berjalan. Beberapa diantaranya adalah kegiatan pembangunan jalan usaha tani, jembatan titian sungai, saluran irigasi, dan gedung pos penyuluhan pertanian, dan kandang demonstrasi plot budidaya Sapi. Perkembangan yang paling lambat pembangunan infrastruktur ada di Desa Bentengtawa, Kec. Riung Barat, Kab. Ngada. Hal ini disebabkan oleh lokasi pembangunan yang masih tergenang banjir sehingga menyulitkan kegiatan pembangunan. Sementara, kegiatan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dilakukan di Kec. Kuan Fatu, yaitu pembangunan kandang penggemukan sapi bali secara intensif untuk kebutuhan pendukung demonstrasi plot. Sementara, kegiatan pelatihan penguatan kapasitas petani ( non-fisik ), berupa pelatihan pengembangan pertanian /agribisnis dan demplot, sudah dilakukan di 8 Desa dari 38 Desa terdanai di Kabupaten Ngada. Penyebab keterlambatan ini adalah minimnya BDSP yang terlibat dalam memfasilitasi seluruh usulan kegiatan di Kab. Ngada. Seluruh usulan kegiatan pengembangan kapasitas (non-infrastruktur) yang berjumlah 55 usulan kegiatan di Kab. Ngada, hanya difasilitasi oleh 8 BDSP (4 Lembaga dan 4 Individu), sementara sebaran Desa yang difasilitasi dikategorikan lokasi yang sangat sulit. Hal ini berdampak pada penjadwalan pelaksanaan kegiatan non-infrastruktur di Kabupaten Ngada. Beberapa upaya telah diantisipasi, misalnya melalui strategi pengelompokan (cluster) usulan kegiatan dan mengundang seluruh stakeholders pegiat agribisnis di Kab. Ngada untuk mengikuti proses lelang. Namun, upaya yang dilakukan masih belum menimbulkan dampak bagi penyelenggaraan kegiatan non-infrastruktur yang lebih efisien dan evektif. Sementara di Kab. TTS, kegiatan pelatihan penguatan kapasitas petani (non-fisik), berupa pelatihan pengembangan pertanian/agribisnis dan demplot, secara umum sudah dilakukan di seluruh Desa (29 Desa terdanai) dengan perkembangan kegiatan berkisar antara 0-30 %. Berkaitan dengan pelibatan BDSP di Kab. TTS, dari 63 usulan kegiatan non-infrastruktur telah dilibatkan 21 BDSP (12 Lembaga dan 9 Tim Individu). Secara Provinsi, Total penyerapan BLM pada bulan Februari 2009 adalah 50,87 % dari Pagu Provinsi sebesar Rp. 6.600.000.000,-. Penyerapan DOK di tingkat Provinsi mencapai rata-rata 57 %, dari total pagu DOK Provinsi NTT sebesar Rp. 600.000.000,-. Dari pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 lokasi, beberapa permasalahan yang diidentifikasi yaitu: 1) Kekosongan FK PNPM Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Amanuban Selatan -Kab. TTS sangat menghambat percepatan dan mutu pelaksanaan kegiatan; 2) Belum adanya asupan modul pengembangan agribisnis untuk mendukung pencapaian mutu pelaksanaan kegiatan di Lapangan berdampak pada kualitas analisa dan pemantauan pelaku di tingkat Provinsi belum dapat optimal; 3) Adanya kebijakan yang seringkali berubah seringkali membuat proses pekerjaan menjadi tidak efisien, dan membuat Pelaku di lapangan menjadi dimotivasional, mengingat rata-rata lokasi pilot di Provinsi NTT merupakan kategori lokasi yang amat sulit. Kebijakan yang diambil bukan semata-mata berdampak pada Provinsi namun juga pada pelaku-pelaku di 67 Desa terdanai (FK-AP, UPK, KAD-TPK). Tak jarang Pelaku di Desa (KAD atau TPK) berjalan kaki untuk ke Ibukota Kecamatan. 4) Belum adanya dukungan finansial untuk biaya operasional Kabupaten dan Provinsi membuat posisi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan di jenjang Provinsi dan Kecamatan menjadi lemah untuk mendorong dukungan kebijakan, terutama dukungan kebijakan pelaku di jenjang Kabupaten; 5) Belum adanya mekanisme yang mengatur mengenai kerjasama antar pilar SADI (SP-1, SP-2, dan SP-3) berdampak pada pencapaian target yang diharapkan oleh program belum optimal, terutama dukungan dari SP-3 (ACIAR-BPTP). Sebagai tindak lanjut dan rekomendasi dari uraian permasalahan tersebut akan dibahas kemudian dalam Laporan ini. Halaman - 1

1. PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM & PERKEMBANGAN KEGIATAN Seluruh wilayah pilot program di 6 Kecamatan lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008, Seluruh kecamatan telah melaksanakan MAD 2 (100%), Pertemuan Kabupaten (100%), MAD 3 (100%) dan MD 3 (100%). Pencairan BLM di seluruh Kecamatan juga sudah mencapai 100%. Saat ini memasuki tahapan pelaksanaan kegiatan yaitu pembangunan sarana & prasarana pendukung kegiatan pengembangan agribisnis, pelelangan dan penandatanganan kontrak kerjasama dengan BDSP, dan pelaksanaan kegiatan Pelatihan. Pada akhir Februari 2009, dilaporkan kegiatan pembangunan infrastruktur (kegiatan fisik), terutama di Kabupaten Ngada yaitu kegiatan pembangunan Jalan Usaha Tani, Jembatan Titian, Saluran Irigasi, Gedung Pos Penyuluhan Pertanian. Sementara di Kabupaten Timor Tengah Selatan, pembangunan infrastruktur dilakukan di Kecamatan Kuan Fatu berupa Kandang Demonstrasi Plot budidaya Sapi. Berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, 6 Desa di Kabupaten Ngada telah melakukan MDST I. Perkembangan yang paling lambat pembangunan infrastruktur ada di Desa Bentengtawa, Kec. Riung Barat, Kab. Ngada. Hal ini karena lokasi pembangunan yang masih banjir yang menyulitkan proses pembangunan. Sementara, kegiatan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Timor Tengah Selatan hanya dilakukan di Kec. Kuan Fatu, yaitu pembangunan Kandang penggemukan sapi bali secara intensif untuk kebutuhan pendukung Demonstrasi Plot. Secara Provinsi, Total penyerapan BLM pada bulan Februari 2009 adalah 50,87 % dari Pagu Provinsi sebesar Rp. 6.600.000.000,-. Penyerapan BLM tertinggi adalah di Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan total penggunaan BLM sebesar Rp. 2.008.485.035,- (61 %). Sebaliknya penyerapan BLM terkecil di Kabupaten Ngada sebesar Rp. 1.349.124.786,- (40,88 %). Penyerapan DOK di tingkat Provinsi mencapai rata-rata 57 %, dari total pagu DOK Provinsi NTT sebesar Rp. 600.000.000,-. Ratarata penyerapan tertinggi adalah di Kabupaten Ngada yaitu sebesar 65 %, sementara Kabupaten TTS hanya sebesar 49,8 %. Kegiatan pengembangan kapasitas kelompok tani dalam bidang agribisnis di Provinsi NTT, hampir serentak dilakukan pada Bulan Februari 2009. Secara dominan kegiatan pelatihan di Kabupaten TTS selangkah lebih maju, hal ini diakibatkan jumlah pelibatan BDSP yang Realisasi penyerapan DOK di Provinsi NTT, Feb-2009 Realisasi penyerapan BLM di Provinsi NTT, Feb-2009 lebih banyak dibandingkan dengan di Kabupaten Ngada. Sebanyak 29 Desa terdanai di Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah berproses melakukan kegiatan pelatihan. 1.2. PERKEMBANGAN PENYERAPAN BLM Secara umum terjadi kenaikan sebesar 73, 32 % penyerapan BLM di Provinsi NTT jika dibandingkan dengan Bulan Januari 2009. Pada Bulan Januari 2009, penyerapan BLM NTT hanya mencapai Rp. 895.670.160,-. Sementara pada Bulan Februari 2009, penyerapan BLM di Provinsi NTT mencapai Rp 3.357.609.821. Sampai dengan akhir bulan Februari 2009 penyerapan dana BLM T.A. 2008 yang disalurkan dari UPK ke TPK pada masing-masing wilayah ditampilkan pada Tabel Perkembangan Penyerapan BLM NTT Bulan Februari 2009. Halaman -2

Pembangunan infrastruktur pendukung pembelajaran berupa Demonstrasi-Plot (Demplot) Kandang Penggemukan Sapi Bali, Desa Basmuti-Kab. Timor Tengah Selatan. Nilai Investasi: Rp. 15.000.000,-. Tindak lanjut: BDSP Pemenang lelang akan melakukan pendampingan dalam pelaksanaan optimalisasi demplot. Disekitar demplot juga telah ditanam HMT sebagai satu rangkaian dalam usulan kegiatan. Tabel Perkembangan Penyerapan BLM Provinsi NTT Bulan Februari 2009. 1.3. PERKEMBANGAN PENYERAPAN DOK Up-date: Feb-2009 Secara umum terjadi kenaikan penyerapan DOK sebesar 9,89 % di Provinsi NTT jika dibandingkan penyerapan pada Bulan Januari 2009. Pada Bulan Januari 2009, penyerapan BLM NTT hanya mencapai Rp. 311.926.025,-. Sementara pada Bulan Februari 2009, penyerapan DOK di Provinsi NTT mencapai Rp. 346.151.993,-. Sampai dengan akhir bulan Februari 2009 penyerapan dana DOK T.A. 2008 yang disalurkan untuk kegiatan operasional pengelolaan kegiatan di masing-masing Kecamatan ditampilkan pada tabel Tabel Perkembangan Penyerapan DOKProvinsi NTT Bulan Februari 2009. Tabel Perkembangan Penyerapan DOKProvinsi NTT Bulan Februari 2009. Up-date: Feb-2009 Halaman - 3

Pelatihan Pengembangan Agribisnis Jeruk Keprok Soe di Desa Netpala, difasilitasi oleh Tim dari BPTP Naibonat - Provinsi NTT. Total Investasi Pembelian Jasa BDSP: Rp. 15.000.000,-. Kegiatan ini diawali dengan melakukan field-visit baru dilanjutkan dengan kegiatan in-class training yang ternyata cukup evektif dan memberikan motivasi bagi Partisipan Pelatihan dalam proses pembelajaran didalam kelas. 1.4. KEMAJUAN TAHAPAN KEGIATAN Dibandingkan dengan progres kegiatan bulan sebelumnya (Bulan Januari 2009), perkembangan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan di masing-masing Kabupaten yang mengalami peningkatan dilaporkan sebagai berikut : KABUPATEN NGADA 1) Akumulasi Desa yang melakukan kegiatan Laporan Pertanggungjawaban Dana (LPD) Tahap Pertama naik menjadi 13 Desa, atau naik sekitar 34 % dari total 38 Desa terdanai; 2) Pada pelaksanaan kegiatan infrastruktur terdapat pencapaian perkembangan kegiatan mencapai 80 s/d 99 %, kecuali pembangunan sarana bendungan dan pengarah arus irigasi di Desa Benteng Tawa, Kecamatan Riung Barat, Kab. Ngada yang masih mengalami kendala. Hal ini disebabkan karena cuaca yang belum mendukung untuk pelaksanaan kegiatan (banjir); 3) Kecamatan Aimere dan Kecamatan Golewa yang pada Bulan Januari 2009 masih belum mengalami perkembangan dalam kegiatan pengembangan kapasitas bagi kelompok tani yang lolos dalam usulan kegiatan, pada Bulan Februari 2009 sudah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan dengan melibatkan BDSP hasil pemenang lelang. KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1) Seluruh Desa terdanai yang berjumlah 29 Desa telah melakukan kegiatan pelatihan Tahap Pertama. Pelatihan Tahap Pertama yang dimaksud adalah pelatihan in-class, sementara tahap selanjutnya adalah kegiatan pengembangan demplot dan pendampingan. Kegiatan pelatihan tersebut melibatkan 21 BDSP baik dari lembaga maupun individu hasil proses pelelangan yang diselesaikan di bulan Januari 2009; 2) Kegiatan pembangunan prasarana demonstrasi plot pendukung kegiatan pembelajaran di Kec. Kuan Fatu telah mengalami kemajuan Fisik sebesar 50 s/d 70 %. Kegiatan yang dimaksud adalah pembangunan kandang percontohan penggemukan komoditas sapi bali. Meskipun sudah selesai, namun belum dioptimalkan karena jadwal pelatihan pembuatan demplot masih menunggu kegiatan pelatihan tahap pertama diselesaikan terlebih dahulu. Kemajuan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan penyerapan BLM dan DOK di Provinsi NTT secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Terejadi kenaikan pada penyerapan BLM jika dibandingkan dengan Bulan Januari 2009 di Provinsi NTT yaitu sebesar 73, 32 %. Pada Bulan Januari 2009, penyerapan BLM NTT hanya mencapai Rp. 895.670.160,-. Sementara pada Bulan Februari 2009, penyerapan BLM di Provinsi NTT mencapai Rp 3.357.609.821. Kenaikan Penyerapan BLM diakibatkan karena akumulasi kegiatan pengembangan kapasitas di lokasi pilot program, khususnya di Kab. TTS; 2) Penyerapan DOK di Provinsi NTT terjadi kenaikan sebesar 9,89 % jika dibandingkan dengan Bulan Januari 2009. Pada Bulan Januari 2009, penyerapan BLM NTT hanya mencapai Rp. 311.926.025,-. Sementara pada Bulan Februari 2009, penyerapan DOK di Provinsi NTT mencapai Rp. 346.151.993,- Kenaikan ini disebabkan karena beban operasional yang meningkat untuk mengkonsolidasikan TPK - KAD dalam mengelola kegiatan pengembangan kapasitas di tiap Desa lokasi pilot program. Halaman -4

Keterangan : MAD = Musyawarah Antar Desa ; MD = Musyawarah Desa ; KPMD = Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; PAGAS = Penggalian Gagasan; MDKP = Musyawarah Desa Khusus Perempuan ; PU = Penulisan Usulan ; VU = Verifikasi Usulan ; PK = Pertemuan Kabupaten ; MD PJ = Musyawarah Desa Pertanggungjawaban; MDST= Musyawarah Desa serah terima; TP = Tim Pemelihara. Beberapa foto dokumentasi dinamika proses kegiatan pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh BDSP pemenang lelang di beberapa lokasi pilot program. Halaman - 5

1.5. TINGKAT PARTISIPASI Tabel disamping menggambarkan jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam beberapa tahapan kegiatan, terutama kegiatan musyawarah di tingkat kecamatan, desa ataupun dusun lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan. Perimbangan partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan masih cenderung didominasi oleh laki-laki. Hal-hal berkaitan dengan isu budaya masyarakat, kesibukan antara aktivitas ekonomi dengan kepentingan program yang menjadi alasan mengapa tingkat partisipasi kaum laki-laki menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. 1.6. PERMASALAHAN Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis di Provinsi NTT, secara garis besar dapat dilaporkan sebagai berikut: Berkaitan pengelolaan DOK dan BLM: 1) Lemahnya pemahaman FK-AP tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana BLM dari UPK ke TPK, mengakibatkan lemahnya pengawasan FK-AP terhadap pencairan dan penyaluran dana BLM dari UPK ke TPK; 2) Sebagian UPK belum konsisten melakukan pencatatan keuangan per tanggal transaksi, baik DOK maupun BLM PNPM AP. Berkaitan dengan pengelolaan Program : 1) tedapat 1 kekosongan FK-AP yaitu di Kecamatan Amanuban Selatan, Kab. TTS; 2) Lemahnya asupan instrumentasi pendukung dalam bidang agribisnis untuk kegiatan penguatan kapasitas pelaku (FK-AP, PLA, dan KAD); 3) Lemahnya pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan (kegiatan maupun keuangan) oleh FK-AP; 4) Lemahnya dukungan kebijakan yang bisa menjadi rujukan dan kekuatan dalam melaksanakan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan (PTO, Erata tehadap perbaikan PTO); 5) Belum tersedianya operasional kantor untuk administrasi dan kegiatan pendukung PNPM Agribisnis Perdesaan di tingkat Provinsi; 6) Belum optimalnya kerjasama antara Spesialis di Provinsi dengan Faskab/T-Kab. dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan; 7) Belum adanya mekanisme yang mengatur sinergi antar pilar SADI yaitu SP-1;SP-2;SP-3 dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan; 8) Belum adanya indikator awal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perumusan strategi dan pelaksanaan pengembangan agribisnis di lokasi pilot program. Halaman -6

1.7. REKOMENDASI Berkaitan dengan pengelolaan DOK dan BLM: 1) Pengendalian, pemantauan dan pengawasan UPK secara berjenjang dari Spesialis SADI, Spesialis Monev, FMS Provinsi, dan Faskab/Fastekab harus lebih kontinu dilakukan setiap kunjungan ke lapangan; 2) Penguatan kapasitas dalam hal pengelolaan administrasi keuangan bagi pelaku di kecamatan dan desa, harus selalu dilakukan oleh pihak yang berkompeten di PNPM MP. Berkaitan dengan pengelolaan program: 1) Sesegera mungkin manajemen pengelola program PNPM Agribisnis Perdesaan mengisi kekosongan FK-AP di Kecamatan Amanuban Selatan, Kab. TTS; 2) Pengelola program perlu mendukung asupan instrumentasi dalam bentuk standar modul pembelajaran mandiri bidang agribisnis untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di lapangan; 3) Pengelola program perlu merancang sebuah sistem informasi keuangan yang memudahkan UPK maupun TPK dalam memahami logika administrasi keuangan, melakukan OJT/IST, dan memvalidasi data keuangan program di lapangan; 4) Pengelola program perlu memikirkan agenda-agenda pengembangan kapasitas dan strategi komunikasi yang menunjang pemahaman pelaku kegiatan di lapangan dalam hal pengetahuan dan ketrampilan agribisnis; 5) Penyediaan biaya operasional kantor di Provinsi dan Kabupaten. Halaman - 7

LAPORAN PERKEMBANGAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROVINSI NTT Sampai Dengan Bulan Februari 2009 Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax : (0380) 823937 Halaman -8