Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3) Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana *)

dokumen-dokumen yang mirip
I GEDE SUMERTHA GAPAR NIM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB V HASIL PENELITIAN. Puskesmas IV Denpasar Selatan, lokasinya berada di Kelurahan Pedungan

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB) DI KECAMATAN KUTA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

SKRIPSI HUBUNGAN SANITASI PONDOK PESANTREN DENGAN KEJADIAN ISPA DI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL-FITHRAH SURABAYA

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DAN KUALITAS FISIK RUMAH DESA PENDA ASAM BARITO SELATAN

TESIS. Oleh SANTI IMELDA GEA /IKM

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Keywords : House physical condition, Children under-five years old, Acute Respiratory Infection

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

Margareta Pratiwi STIKes Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondensi Penulis :

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN FAKTOR KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN INSIDEN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN CAMBAI KOTA PRABUMULIH TAHUN 2010

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Balita Di Nagari Tertinggal Pada Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat

Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sario Kecamatan Sario Kota Manado

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X,

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Lingkungan Fisik Kamar Tidur dan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

HUBUNGAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN TAHUN 2011

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KONDISI RUMAH DENGAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS KUNTI KABUPATEN PONOROGO

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) TOMPEYAN TEGALREJO DI KOTA YOGYAKARTA

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANGGOTA SEKAA TERUNA TERUNI TENTANG PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA KESIMAN

GAMBARAN PRAKTIK/KEBIASAAN KELUARGA TERKAIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS SIGALUH 2 BANJARNEGARA

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

Transkripsi:

ECOTROPHIC 9 (2) : 41-45 ISSN : 1907-5626 HUBUNGAN KUALITAS SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR I Gede Sumertha Gapar 1*), Nyoman Adi Putra 2), I.B.G. Pujaastawa 3) 1) Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3) Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana *) Email : sumerthagaparigede@yahoo.co.id ABSTRACT Besides positive results, the rapid development and growth of Denpasar City has also brought some problems to the Government of Denpasar City, for example the emergence of housing complexes that did not meet health standards and requirements. This problem can cause negative impacts toward the health condition of city residents, especially in the form of diseases influenced by environment factors such as acute respiratory infections (ARI). Based on that phenomena this study was carried out to examine the causal relationship between home sanitation factors (ventilation, natural lighting, humidity, temperature, population density, and air pollution) and the event of acute respiratory infections (ARI) in the working area of Public Health Centre IV of Denpasar Selatan District, in Denpasar City. This study had an observational nature and employed a cross-sectional design. Based on data analysis applied, this study belong to analytical studies. Population size of this study was 5,777 and covered all inhabited houses in the working areas of Public Health Centre IV of Denpasar Selatan District. Sample of 97 houses were taken using proporsional stratified random sampling. Statistical tests shows that: (1) the quality of house sanitation has a significance value p = 0.000 (sig p <0.05), (2) house ventilation has a significance value = 0.162 (sig p>0.05, (3) natural lighting has a significance value p=0.002 (sig p<0.05), (4) Room humidity has a significance value p=0.003 (sig p<0.05), (5) Room temperature has a significance value p=0.491 (sig p>0.05), (6) house population density has a significance value p=0.123 (sig p>0.05), (7) Air population in the house has a significance value p=0.001(sig p<0.05). Based on the results of our study it can be concluded that the quality of house sanitation affect the event of acute respiratory infections (ARI) diseases. The variables of house sanitation that affect the event of ARI diseases are: room humidity (OR=0.321), air population in the house (OR= 0.233), natural lighting (OR= 0.151). Our study found that the probability of people who live in a house with below-standard-sanitationquality to be stricken by ARI diseases was 97.7%. Based on the results of our study it can be suggested that to the people that built the house of a qualified health. Keywords: sanitation quality; house; disease; Acute respiratory Infections. 1. PENDAHULUAN Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1984, tetapi sampai saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk di Provinsi Bali. Ini ditunjukkan dengan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien di Puskesmas dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan kasus yang menduduki urutan pertama adalah infeksi akut lain pada saluran napas bagian atas. Kasus terbanyak ditemukan di Kota Di sisi lain, berdasarkan Laporan Data Kesakitan Puskesmas Kota Denpasar Tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama dari 11 penyakit terbanyak di Puskesmas. Terbanyak ditemukan di Kecamatan Denpasar Selatan, khususnya di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di wilayah ini, banyak dijumpai permukiman penduduk yang sangat padat serta kurang tertata dan saling berhimpitan antara rumah yang satu dengan lainnya. Keadaan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas sanitasi rumah di wilayah tersebut, seperti : sirkulasi udara dalam rumah menjadi terganggu, pencahayaan alami rumah juga terganggu (sinar matahari terhalang masuk ke dalam rumah), serta kelembaban udara dalam rumah menjadi tinggi. Hal ini dipandang penting dan menarik untuk dikaji sebagai upaya untuk mengetahui hubungan kualitas sanitasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Permasalahan di atas akan dicoba dipahami dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diformulasikan sebagai berikut : bagaimanakah hubungan kualitas sanitasi rumah dengan 41

ECOTROPHIC VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan? dan seberapa jauh hubungan variabel kualitas sanitasi rumah yang meliputi ventilasi, suhu, kelembaban, pencahayaan alami, kepadatan hunian, dan pencemaran udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan? 2. METODE PENELITIAN Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional. Berdasarkan waktu penelitian, rancang bangun penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Sedangkan berdasarkan analisis data, penelitian ini merupakan penelitian analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang dihuni oleh Kepala Keluarga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan sebanyak 5.777 rumah dengan sampel sebanyak 97 rumah. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data meliputi (Dahlan, 2010) : analisis univariat, analisis bivariat, serta analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik (Yasril dan Kasjono, 2009). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Responden Jumlah responden yang digunakan sebanyak 97 responden yang tersebar di 14 banjar pada wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Tabel 1 menunjukkan data distribusi responden. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Identitas Distribusi Jumlah Orang Persentase Responden Responden Jenis Kelamin Laki-laki 26 26,8 Perempuan 71 73,2 Jumlah 97 100% Kelompok Umur d 20 tahun 4 4,12 21-30 tahun 10 10,31 31-40 tahun 31 31,96 41-50 tahun 33 34,02 51-60 tahun 10 10,31 e 61 tahun 9 9,28 Jumlah 97 100 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah/ 7 7,2 tidak tamat SD Tamat SD 13 13,4 Tamat SLTP 19 19,6 Tamat SLTA 53 54,6 Tamat Perguruan Tinggi/ 5 5,2 Akademi 3.2. Kejadian Penyakit ISPA Distribusi kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan No. Kejadian ISPA Jumlah Prosentase (%) 1. Tidak Sakit ISPA 31 32 2. Sakit ISPA 66 68 Total 97 100 3.3. Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA Hubungan kualitas sanitasi rumah dengan kejadian ISPA dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan No. Kualitas Sanitasi Kejadian ISPA Total Rumah Sakit ISPA Tidak Sakit ISPA Jml. % Jml. % Jml. % 1. Baik 23 45,1 28 54,9 51 52,6 2. Cukup 26 89,7 3 10,3 29 29,9 3. Kurang 17 100 0 0 17 17,5 Total 66 68 31 32 97 100 Keterangan : sig p=0,000 Dari uji statistik didapatkan bahwa kejadian Selatan yang tinggal pada rumah dengan kualitas sanitasi kurang sebanyak 17 dari 17 orang (100%), rumah dengan kualitas sanitasi cukup sebanyak 26 dari 29 orang (89,7%) menderita ISPA, dan rumah dengan kualitas sanitasi baik sebanyak 23 dari 51 orang (45,1%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Berarti ada hubungan antara kualitas sanitasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan WHO (2007) yang menyatakan bahwa penyebaran dan dampak penyakit ISPA berkaitan dengan empat hal. Salah satunya adalah kondisi lingkungan seperti kualitas sanitasi rumah, yaitu : polusi udara, kepadatan hunian, kelembaban, kebersihan, musim, suhu/ temperatur, ventilasi, dan penerangan alami rumah). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ahmad dan Sulistyorini (2005) yang menyatakan sanitasi rumah mempunyai nilai sig p = 0,000 (p<0,05). Jumlah 97 100 42

[I Gede Sumertha Gapar, dkk.] : Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)... 3.4. Hubungan Variabel Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA Distribusi kejadian penyakit ISPA pada masingmasing variabel kualitas sanitasi rumah dapat dilihat pada Tabel 4. dikatakan bahwa rumah yang memiliki penerangan alami yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar mempunyai kemungkinan 8,286 kali untuk terjadinya penyakit ISPA dibandingkan dengan yang Tabel 4. Tabulasi Silang Antara Variabel Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kejadian ISPA No. Variabel Kondisi Jumlah sig p OR Sakit ISPA Tidak Sakit ISPA Jml. % Jml % 1. Ventilasi Rumah Tdk memenuhi syarat 4 100 0 0 4 0,162 Memenuhi syarat 62 66,7 31 33,3 93 2. Penerangan Alami Tdk memenuhi syarat 24 92,3 2 7,7 26 0,002 8,286 Ruang Rumah Memenuhi syarat 42 59,2 29 40,8 71 3. Kelembaban Tdk memenuhi syarat 36 83,7 7 16,3 43 0,003 4,114 Ruang Rumah Memenuhi syarat 30 55,6 24 44,4 54 4. Suhu Ruang Tdk memenuhi syarat 1 100 0 0 1 0,491 Rumah Memenuhi syarat 65 67,7 31 32,3 96 5. Kepadatan Hunian Padat 15 83,3 3 16,7 18 0,123 Ruang Tidur Tidak padat 51 64,6 28 35,4 79 6. Pencemaran Udara Ada pencemaran 43 82,7 9 17,3 52 0,001 4,570 Dalam Rumah Tidak ada pencemaran 23 51,1 22 48,9 45 Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan yang tinggal pada rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 4 dari 4 orang (100%). Sedangkan yang tinggal pada rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 62 dari 93 orang (66,7%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,162 (p>0,05). Dengan demikian ventilasi tidak Selatan Kota Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani et al. (2010) yang menyatakan bahwa ventilasi mempunyai nilai sig p = 0,009 (p<0,05). Begitu pula dengan hasil penelitian dari Yudarmawan (2012) yang menyatakan bahwa ventilasi mempunyai nilai sig p = 0,003 (p<0,05), serta penelitian dari Fillacano (2013) yang menyatakan bahwa ventilasi mempunyai nilai sig p = 0,019 (p<0,05). Kejadian sakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan yang menempati rumah dengan penerangan alami tidak memenuhi syarat sebanyak 24 dari 26 orang (92,3%), sedangkan yang menempati ruang tidur dengan penerangan alami yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 42 dari 71 orang (59,2%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05). Berarti ada hubungan penerangan alami rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Penerangan alami rumah memperoleh nilai OR = 8,286, sehingga dapat memiliki penerangan alami yang memenuhi syarat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ahmad dan Sulistyorini (2005), menyatakan bahwa penerangan alami memperoleh nilai p = 0,047 (p<0,05), seta penelitian Suryani et al. (2015) bahwa penerangan alami memperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05). Hasil yang berbeda justru diperoleh dari penelitian Yudarmawan (2012) yang menunjukkan bahwa penerangan alami mempunyai nilai sig p=0,093 berada diatas nilai sig p=0,05 serta penelitian yang dilakukan Maryani (2012) diperoleh nilai sig p = 0,937 (p>0,05). Melihat bahwa penerangan alami rumah Selatan Kota Denpasar, maka diperlukan adanya pembinaan dan penyuluhan tentang pentingnya pencahayaan alami rumah. Pencahayaan dalam ruang rumah diusahakan agar sesuai dengankebutuhan untuk melihat benda sekitar dan membaca berdasarkanpersyaratan minimal 60 Lux (Kemenkes RI, 2011). Kejadian penyakit ISPA pada orang yang menempati ruang rumah dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 36 dari 43 orang (83,7%), sedangkan yang menempati ruang rumah dengan kelembaban yang memenuhi syarat sebanyak 30 dari 54 orang (55,6 %) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,003 (p<0,05). Berarti ada hubungan kelembaban ruang rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Kelembaban ruang rumah memperoleh nilai OR = 43

ECOTROPHIC VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 4,114, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah yang memiliki kelembaban ruang yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar mempunyai kemungkinan 4,114 kali untuk terjadinya penyakit ISPA dibandingkan dengan yang memiliki kelembaban ruang yang memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryani (2012), bahwa kelembaban kamar memperoleh nilai sig p = 0,000 (p<0,05). Hasil yang sesuai juga diperoleh dari penelitian Hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini (2005), bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap ISPA pada balita. Hasil berbeda diperoleh dari penelitian Ahmad dan Sulistyorini (2005), diperoleh nilai p = 0,134 (p>0,05) untuk kelembaban alami rumah. Kejadian sakit ISPA pada orang yang menempati ruang rumah dengan suhu yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 dari 1 orang (100%), sedangkan yang menempati ruang rumah dengan suhu yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 65 dari 96 orang (67,7%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai sig p=0,491 (p>0,05). Berarti tidak ada hubungan suhu ruang rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Dengan demikian suhu ruang rumah bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Ahmad dan Sulistyorini (2005), diperoleh nilai p = 0,179 (p>0,05), serta penelitian Yudarmawan (2012) diperoleh nilai p = 0,198 (p>0,05). Kejadian sakit ISPA pada orang menempati ruang tidur dengan kepadatan hunian yang padat sebanyak 15 dari 18 orang (83,3%), sedangkan yang menempati ruang tidur dengan kepadatan hunian yang tidak padat yaitu sebanyak 51 dari 79 orang (64,6%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai sig p=0,123 (p>0,05). Berarti tidak ada hubungan kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Dengan demikian kepadatan hunian ruang tidur bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yudarmawan (2012) bahwa kepadatan hunian mempunyai nilai sig p=0,454 berada diatas nilai sig p=0,05. Hasil berbeda justru terlihat dari hasil penelitian Maryani (2012) didapat nilai p value (0,000) kurang dari 0,05. Kejadian sakit ISPA pada orang yang menempati ruang rumah dengan pencemaran udara yang tercemar sebanyak 43 dari 52 orang (82,7%), sedangkan yang menempati ruang rumah dengan pencemaran udara yang tidak tercemar yaitu sebanyak 23 dari 45 orang (51,1%.) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05). Berarti ada hubungan pencemaran udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Dengan demikian pencemaran udara dalam rumah Selatan Kota Pencemaran udara dalam rumah memperoleh nilai OR = 4,570, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah yang memiliki kelembaban ruang yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar mempunyai kemungkinan 4,570 kali untuk terjadinya penyakit ISPA dibandingkan dengan yang memiliki kelembaban ruang yang memenuhi syarat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukarlan (2003), menunjukkan bahwa bahan pencemar berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian ISPA pada Balita. Disebutkan bahwa odds ratio dari masing-masing bahan pencemar tersebut adalah sebesar 6,21 untuk obat nyamuk bakar, 3,04 untuk bahan bakar kayu dan 5,69 untuk asap rokok. Demikia pula halnya dengan hasil penelitian Nasution et al. (2009) serta Winarni et al. (2010), didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita. 3.5. Variabel Kualitas Sanitasi Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit ISPA Melalui analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik diperoleh variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA, yaitu : kelembaban ruang rumah (OR= 0,321), Pencemaran udara dalam rumah (OR= 0,233), dan penerangan alami rumah (OR= 0,151), sedangkan probabilitas orang yang menempati rumah dengan kualitas sanitasi (penerangan alami, kelembaban, dan pencemaran udara dalam rumah) yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk terkena ISPA adalah 97,7%. 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan 1. Terdapat hubungan antara kualitas sanitasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. 2. Variabel kualitas sanitasi rumah yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA, yaitu : kelembaban ruang rumah, pencemaran udara dalam rumah, dan penerangan alami rumah. 3. Probabilitas orang yang menempati rumah dengan kualitas sanitasi (penerangan alami, kelembaban, dan pencemaran udara dalam rumah) yang tidak memenuhi syarat di wilayah 44

[I Gede Sumertha Gapar, dkk.] : Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)... kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk terkena ISPA adalah 97,7%. 4.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu : kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk selalu memperhatikan kualitas sanitasi rumahnya dengan cara menjaga atau membangun rumah sesuai dengan persyaratan kesehatan, terutama dengan memperhatikan faktorfaktor sanitasi rumah seperti : pencahayaan alami rumah, kelembaban rumah, dan pengendalian pencemaran udara dalam rumah. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Y.N., dan Lilis Sulistyorini. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik Dengan Kejadian ISPA Pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan 1 (2) : 110-119. Dahlan, S. 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.. Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014. Laporan Data Kesakitan Puskesmas Kota Denpasar Tahun 2013. Denpasar : Dinas Kesehatan Kota Fillacano, R. 2013. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Terhadap ISPA Pada Balita di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Jakarta : Kemenkes RI. Maryani, R.D., 2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Nasution K., M. Azharry Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna Adi Wibisana, M. Ramdhani Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi, Corrie Wawolumaja, dan Bernie Endyarni. 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Balita Di Daerah Urban Jakarta. Jurnal Sari Pediatri 11 (4) : 223-228. Nindya T.S., dan Lilis Sulistyorini. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (1) : 43-52. Oktaviani D., Nur Alam Fajar, dan Imelda G Purba. 2010. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku Keluarga Terhdap Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Cambai Kota Prabumulih tahun 2010. Jurnal Pembangunan Manusia 4 (10) : 1-15. Sukarlan, 2003. Faktor Risiko Kejadian Pnemonia pada Balita di Rumah Sakit Umum Ulin di Kota Banjarmasin. Tesis : Universitas Airlangga. Suryani I., Edison, dan Julizar Nazar. 2015. Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas 4 (1) : 157-167. WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Trust Indonesia Winarni, Basirun Al Ummah, dan Safrudin Agus Nur Salim. 2010. Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 6 (1) : 16-20. Yasril, dan Heru Subaris Kasjono. 2009. Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan pertama. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press. Yudarmawan, I N. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor Sanitasi Rumah Terhadap Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita (Study Dilakukan pada Masyarakat di Desa Dangin Puri Kangin Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar Tahun 2012). Skripsi. Denpasar : Poltekkes 45