ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

PROFIL PIODERMA PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMINRSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. anak usia sekolah (Amin et al., 2011) bahkan dikatakan. merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. insulin secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER

KARYA TULIS AKHIR PROFIL PENDERITA BARU PENYAKIT PIODERMA PADA UNIT RAWAT JALAN KULIT DAN KELAMIN RSUD GENTENG BANYUWANGI PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Angka Kejadian, Karakteristik dan Pengobatan Impetigo di RS Al-Islam Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

24 Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

Vitamin D and diabetes

POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

lingkungan. Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. nosokomial merupakan salah satu faktor penyabab kegagalan terapi di rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK USIA TAHUN DI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kulit, membran mukosa maupun keduanya, secara histologi ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

Transkripsi:

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus, atau oleh keduanya. Pioderma sering dialami anakanak, karena daya tahan kulit terhadap invasi kuman pathogen belum sesempurna orang dewasa. Angka morbiditas pioderma pada pasien anak masih cukup terjadi terutama di negara berkembang dengan iklim tropis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rrumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015- Juni 2016. Pendekatan penelitian ini menggunakan studi deskriptif desain penelitian retrospektif. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling, dalam sampel ini yang digunakan adalah pasien anak yang berusia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015- Juni 2016 yang mengalami pioderma. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara deskriptif. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukan bahwa dari 347 kunjungan, 53 pasien yang menderita pioderma di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Didapatkan pasien berusia 4 tahun sebanyak 31 pasien (58.5%). Laki-laki 34 pasien (64.2%) dan perempuan 19 pasien (35.8%). Jenis diagnosis impetigo bulosa 27 pasien (50.9%). Lokasi lesi pada kepala yaitu 32 pasien (60.4%), hasil pemeriksaan kokus gram positif dengan hasil positif adalah 28 pasien (52.8%). Distribusi terapi topikal 10 pasien (18.9%), terapi antibiotik sistemik 1 pasien (1.9%) dan kombinasi topikal dan antibiotik sistemik adalah 42 pasien (79.2%). Berdasarakan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa insidens pioderma pada anak masih cukup banyak terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah periode juni 2015 sampai juni 2016. Kata kunci: Pioderma, anak, jenis kelamin, lokasi lesi, antibiotik 1

2 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR... xi DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4

3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7 2.1 Definisi Pioderma... 7 2.2 Epidemiologi Pioderma... 7 2.3 Diagnosis Pioderma... 9 2.3.1 Impetigo... 9 2.3.2 Folikulitis... 11 2.3.3 Furunkel atau Karbunkel... 12 2.3.4 Ektima... 12 2.3.5 Erisipelas... 13 2.3.6 Selultis... 14 2.4 Terapi Pioderma... 15 2.4.1 Terapi Sistematik... 15 2.4.2 Topikal... 16 BAB IIIKERANGKA BERPIKIR,KONSEP,DAN HIPOTESIS PENELITIAN 17 3.1 Kerangka Berpikir... 17 3.2 Kerangka Konsep... 18 BAB IV METODE PENELITIAN... 19 4.1 Jenis Rancangan Peneletian... 19 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 19 4.3 Subjek dan Sampel Penelitian... 19

4 4.3.1 Variabilitas Populasi... 19 4.3.2 Kriteria Subjek... 20 4.3.2.1 Kriteria Inklusi... 20 4.3.2.2 Kriteria Eksklusi... 20 4.3.3 Teknik Penentuan Sampel... 20 4.4 Variabel Penelitian... 20 4.4.1 Identifikasi Variabel... 20 4.4.2 Definisi Operasional Variabel... 20 4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian. 22 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 22 4.7 Alur Penelitian... 23 4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data... 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 25 5.1 Hasil Penelitian... 25 5.2 Pembahasan... 29 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 34 6.1 Simpulan... 34 6.2 Kekurangan penelitian... 35 6.3 Saran..35 DAFTAR PUSTAKA... 36 Lampiran 1 Jadwal Penelitian... 38

5 Lampiran 2 Rancangan Biaya... 39 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda, 2013). Kulit merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan penyakit kulit. Penyakit kulit dapat terjadi pada semua kalangan dan sering dijumpai pada anak-anak, bahkan dikatakan merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang (Hazarika, 2012). Di United Kingdom (UK), insidensi infeksi kulit pada anak-anak pada tahun 2005 adalah sekitar 75 per 100.000 (Manoharan, 2012). Menurut laporan dari World

6 Health Organization pada Epidemiologi dan Manajemen Penyakit Kulit Umum pada Anak di Negara Berkembang pada tahun 2005, dilaporkan angka prevalensi yang tinggi untuk pioderma (kisaran prevalensi 0,2-35%), tinea kapitis (1-19,7%), skabies (0,2-24%), gangguan kulit viral (0,4-9%, terutama moluskum kontagiosum), pedikulosis kapitis (0-57%), dermatitis (0-5%), dan reaksi karena gigitan serangga (0-7,2%). Anak-anak menyajikan angka prevalensi lebih tinggi dari orang dewasa untuk pioderma terutama mereka yang di bawah 5 tahun (WHO, 2005).

2 Disebutkan data dari Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) yang dikumpulkan dari 8 Rumah Sakit di Indonesia tahun 2011, pioderma pada anak menempati urutan pertama. Pada studi tersebut didapatkan 13, 86% dari 8.919 kunjungan baru pasien kulit anak adalah pioderma (Pangow dkk., 2015). Didapatkan bahwa jenis diagnosis pioderma terbanyak berturut-turut adalah impetigo dengan 31 pasien (58,5%), furunkel dengan 11 pasien (20,8%) folikulitis dengan 7 pasien (13,2%), karbunkel dengan 2 pasien (3,8%), untuk ektima dan selulitis masing-masing 1 pasien (1,9%) tapi erisipelas tidak terdapat kasus (Pangow dkk., 2015). Menurut penelitian Hazarika tahun 2012, dalam penelitian ini sebagian besar kasus dikelompok usia prasekolah (52%), diikuti oleh kelompok umur sekolah (31%). Ditemukan rasio laki-laki dan perempuan 1: 1,08. Seks rasio dominan bertentangan dalam berbagai studi. Sebagian besar kasus pioderma primer datang selama musim panas dan lembab, termasuk trauma mikro yang disebabkan oleh gigitan serangga, mempengaruhi anak-anak rentan terhadap infeksi ini (Hazarika, 2012). Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah utama penyebab tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara berkembang dan wilayah beriklim tropis, termasuk di Indonesia (Pangow dkk., 2015). Penyakit infeksi ini sering dijumpai pada anak karena daya tahan kulit terhadap invasi kuman patogen belum sesempurna orang dewasa. Kulit anak-anak dibandingkan dengan kulit orang dewasa mempunyai struktur yang sedikit berbeda (Garna, 2001).

3 Pioderma didefinisikan sebagai setiap penyakit kulit bernanah dan merupakan infeksi di epidermis dan dermis (misalnya, impetigo kontagiosa, impetigo bulosa, ektima, erisipelas, selulitis, dll) atau di folikel rambut (misalnya folikulitis superfisialis, folikulitis profunda, furunkel atau karbunkel). Mayoritas infeksi kulit ini disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Grup A Streptococcus (Hazarika, 2012). Pengobatan umum yang dapat diberikan yaitu sistemik dan topikal. Penelitian yang dilakukan oleh Pangow dkk., 2015 berdasarkan distribusi terapi pasien pioderma anak didapatkan bahwa terapi yang terbayak digunakan ialah terapi kombinasi antara antibiotik sistemik dan topikal yaitu sebanyak 35 (66%). (Pangow dkk., 2015). Meskipun penyakit kulit pada anak jarang bersifat letal, namun penyakit ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada biaya pengobatan, dan stress psikologis. Untuk menilai faktor risiko penyakit kulit banyak hal yang harus dipertimbangkan antara lain ekologi dan lingkungan. Anak sangat sering terpapar oleh kondisi iklim dan kondisi sosial yang menjadi predisposisi bagi mereka untuk menderita infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya. Berbagai faktor pencetus seperti iklim yang lembab, kemiskinan, menurunnya daya tahan seperti kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas. Telah ada penyakit lain di kulit karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Serta kurangnya tingkat kebersihan terlibat dalam pengembangan pioderma (Mistik dkk., 2015). Penyakit kulit pada anak dapat memberikan efek pada kualitas kehidupan, mengganggu hubungan antara

4 keluarga dan hubungan sosial, mengganggu kegiatan seperti bermain, olahraga, dan sekolah, serta memberikan dampak pada perkembangan anak. Pioderma pada anak masih menjadi permasalahan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Melihat masih cukup banyak insiden angka morbiditas pioderma pada anak maka penulis tertarik untuk meneliti karakteristik klinis pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada periode juni 2015 sampai juni 2016 berdasarkan usia, jenis kelamin, diagnosis, lokasi lesi, hasil pemeriksaan gram dan terapi yang diberikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015 sampai Juni 2016. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015 sampai Juni 2016. Berdasarkan diagnosis, usia, jenis kelamin, lokasi lesi, hasil pemeriksaan gram, dan terapi yang diberikan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pioderma di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015 sampai Juni 2016.

5 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan jenis diagnosis. 2. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan usia. 3. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan jenis kelamin. 4. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0 -i 14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan lokasi lesi. 5. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan hasil pemeriksaan gram. 6. Mengetahui profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit berdasarkan jenis terapi yang diberikan.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan data mengenai profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun yang memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode juni 2015 sampai juni 2016 ke masyarakat dan kalangan akademisi. 2. Dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian-penelitian lain yang membahas mengenai pioderma pada anak. 3. Dapat digunakan sebagai intervensi dalam mengidentifikasi maupun mengatasi masalah penyakit ini.