PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

dokumen-dokumen yang mirip
PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK

Tingkat Kelangsungan Hidup

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

BAB III BAHAN DAN METODE

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

BAB III BAHAN DAN METODE

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PARTIKEL LUMPUR TERHADAP TINGKAT KONSUMSI PAKAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DALAM WADAH TERKONTROL

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

PERFORMA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK DAN TANPA TRANSGENIK PMAV PASCA UJI VITALITAS DAN MORFOLOGI\

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae.

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

BAB 4. METODE PENELITIAN

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DALAM MENINGKATKAN SINTASAN POST LARVA

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Vibrio SKT-B pada Stadia yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Windu Penaeus monodon

Il.TINJAUAN PUSTAKA.

II. BAHAN DAN METODE

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

Transkripsi:

617 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) ABSTRAK Ike Trismawanti, Syarifuddin Tonnek, dan Agus Nawang Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: ic_ast@yahoo.co.id Antibiotik pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) sudah dilarang oleh pemerintah dikarenakan meninggalkan residu. Alternatif pengganti antibiotik diperlukan agar dapat meningkatkan status kesehatan udang windu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubuk bawang putih pada pemeliharaan larva udang windufase naupli sampai Post Larva 12 (PL-12) terhadap pertumbuhan dan vitalitas larva. Hewan uji yang digunakan adalah naupli udang windu dengan kepadatan 50 ekor/l. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu penambahan ekstrak bawang putih dengan dosis 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm dan 15 ppm dengan tiga ulangan. Penggunaan bubuk bawang putih sebagai antibiotik alami diberikan setiap 3 hari sekali. Pengamatan lanjutan setelah panen yakni uji vitalitas larva udang windu secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan10 menit sedangkan perendaman dengan air tawar selama 15 menit serta uji kimiawi dengan menggunakan formalin 200 ppm selama 30, 60 dan 90 menit. Variabel yang diamati meliputi sintasan hidup, pertambahan bobot dan panjang, serta pemantauan kualitas air pada setiap stadia larva udang windu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap sintasan dan pertambahan panjang sedangkan untuk pertambahan bobot larva udang windu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Uji vitalitas secara fisik dengan pengeringan selama 5 dan 10 menit terhadap larva udang windu menunjukkan perbedaan yakni perlakuan C mampu bertahan hidup hingga 100% dibandingkan dengan perlakuan B (98,35%; 90%), D (98,35%; 76,67%) dan A (56,60%; 60%) sedangkan perendaman dengan air tawar berturut-turut C (95%), B (90%),D (86,65%) dan A (80%). Uji secara kimiawi dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30 dan 60 menit menunjukkan bahwa semua perlakuan mampu bertahan hidup hingga 100% sedangkan dalam jangka waktu 90 menit berturut-turut A(98,35%), B (100%), C (100%) dan D (100%). KATA KUNCI: bubuk bawang putih, udang windu dan vitalitas PENDAHULUAN Budidaya udang windu memainkan peranan penting bagi pendapatan devisa negara di Indonesia. Budidaya udang penaeid di tambak sampai saat ini masih memberikan harapan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat disebabkan pasar komoditas udang masih terbuka, khususnya pasar ekspor. Udang windu (Penaeus monodon) yang menjadi primadona perikanan dalam pengembangannya banyak mengalami permasalahan. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah penyakit dan lingkungan. Sampai saat ini masih dicari alternatif untuk mengatasi penyakit kunang-kunang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Pembudidaya masih bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan status kesehatan udang windu yakni antibiotik yang telah dilarang oleh pemerintah, sehingga berakibat produk Indonesia sulit bersaing dalam pasar global karena isu penggunaan antibiotik yang menyisakan residu. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengganti bahan kimia tersebut diantaranya penggunaan bahan dari alam berupa tanaman obat, salah satunya yakni bawang putih. Bawang putih mengandung alisin yakni zat yang aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup ampuh. Banyak yang membandingkan alisin dengan si raja antibiotik yaitu penisilin (Iyam dan Tajudin, 2003). Lebih lanjut dikatakan Amagase et al. (2001) umbi bawang putih mengandung polisakarida, protein, enzim, asam-amino, S-alilsistein, sulfoksida dan ã-glutamylcysteines. Kandungan tersebut dapat membentuk alliin melalui pemecahan sel. Apabila bawang putih mengalami proses Page 633 of 1000 Page 1 of 7 Page 1 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 618 pemotongan, enzim allinase dengan cepat menguraikan alliin untuk membentuk cytotoxic dan odoriferus alkyl alkane-thiosulfinates seperti allicin. Allicin melalui jalur dekomposisi cepat menghasilkan bahan lainnya seperti diallyl sulfida, diallyl disulfida dan diallyl trisulfida. Pada saat yang bersamaan ã- glutamylcysteines pada umbi bawang putih diubah menjadi S-allyl cysteine (SAC) melalui penuaan alami. Kandungan protein pada bubuk bawang putih berperan penting pada pertumbuhan larva udang windu. Kualitas air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, air harus dijaga dengan baik agar tidak mendorong tersebarnya organisme-organisme pathogen yang berdampak buruk terhadap pertumbuhan udang. Air adalah media hidup utama udang, maka keseimbangan ekosistemnya harus dijaga. Apabila air tersebut terus-menerus dipakai tanpa ada sedikit perbaikan pada sifat biologi, kimia, dan fisika, air tersebut tentunya kurang layak bagi kehidupan udang (Buwono, 1993). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh pemberian bubuk bawang putih pada pemeliharaan larva udang windu fase naupli sampai Post Larva 12 (PL-12) terhadap pertumbuhan dan vitalitas larva. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Broodstock Center Udang Windu (BCUW) Instalasi Barru, Sulawesi Selatan dengan menggunakan 12 buah wadah berupa akuarium. Akuarium diisi air laut dengan volume 16 liter. Hewan uji yang digunakan adalah naupli udang windu (Penaeus monodon)dengan bahan-bahan meliputi bubuk bawang putih, Artemia sp., Chaetoceros sp., formalin 200 ppm, kertas saring dan pellet. Alat-alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, DO meter, baskomblender, ayakan (40 mash), oven, erlenmeyer dan spektrofotometer. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan pada penelitian ini meliputi: A = Penambahan bubuk bawang putih dosis 0 mg/l B = Penambahan bubuk bawang putih dosis 5 mg/l C = Penambahan bubuk bawang putih dosis 10 mg/l D = Penambahan bubuk bawang putih dosis 15 mg/l Proses pembuatan bubuk bawang putih terlihat pada Gambar 1 Pemberian bubuk bawang putih diberikan pada stadia Zoea 2, Mysis 2, PL-2, PL-5 dan PL-8. Pemberian Bubuk bawang putih diberikan dengan cara mencampurkan sedikit air laut kemudian di tebar ke dalam wadah pemeliharaan. Variabel yang diamati selama penelitian meliputi sintasan hidup, pertambahan bobot dan panjang, serta pemantauan kualitas air. Pengamatan selanjutnya Pengupasan kulit Pengirisan tipis (2-3 mm) Pengovenan pada suhu 40 o C Bubukbawang putih Pengayakan (40 mash) Gambar 1. Proses pembuatan bubuk bawang putih Penghalusan dengan blender Page 634 of 1000 Page 2 of 7 Page 2 of 14

619 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 setelah panen (PL-12) yaitu uji vitalitas larva udang windu (Penaeus monodon) secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan 10 menit dengan menggunakan kertas saring danperendaman dengan air tawar selama 15 menit. Uji vitalitas dengan pengeringan selama 5 menit menggunakan larva yang berbeda dengan uji pengeringan selama 10 menit. Uji kimiawi dengan menggunakan formalin 200 ppm selama 30, 60, dan 90 menit. Sampel udang yang digunakan sebanyak 20 ekor setiap wadah. Pengukuran beberapa variabel kualitas air pada media penelitian meliputi oksigen terlarut, suhu, ph, salinitas, amonia dan nitrit. Oksigen terlarut, suhu, ph, salinitas diukur menggunakan DO meter sedangkan nitrit dan ammonia dengan spektofotometer. Pemantauan kualitas air ini dilakukan setiap 3 hari. Sintasan udang windu dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997): di mana: SR = Sintasan hewan uji (%) No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor) Nt = Jumlah hewan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan menggunakan Software SPSS- 16 dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least significant different by students) dan dianalisa proksimat bubuk bawang putih. HASIL DAN BAHASAN Analisis Proksimat Bubuk Bawang Putih Hasil analisis proksimat dari bubuk bawang putih yang digunakan pada penelitian ini tersaji pada Tabel 1. Dari data hasil analisis proksimat tersebut diketahui bahwa bubuk bawang putih mengandung protein yang cukup tinggi yakni 21,21% dan kadar lemak yang rendah (0,21%). Kadar Protein yang tinggi pada bubuk bawang putih berpengaruh pada pertumbuhanlarvaudangwindu (Penaeus monodon). Menurut Mudjiman (1992), zat-zat gizi yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga, mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan untuk tumbuh antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Zat yang paling berperan dalam pertumbuhan adalah protein. Sintasan SR Nt No x 100% Tabel 1. Analisis proksimat dari bubuk bawang putih Komposisi (%) Jumlah Kadar Protein 21,21 Kadar lemak 0,21 Kadar air 7,77 Serat kasar 1,93 Sintasan larva udang windu dengan penambahan bubuk bawang putih untuk perlakuan A, B, C dan D dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap sintasan larva udang windu (P<0,05) pada stadia Mysis dan PL-12. Data pada Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian bubuk bawang putih pada stadia mysis dan PL-12 untuk perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, akan tetapi perlakuan B (58,67± 4,619 ab dan 41,88± 4,625 ab ) berbeda nyata dengan perlakuan D (34,67± 15,144 ac dan 21,71 ± 12,446 ac ). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian bubuk bawang putih Page 635 of 1000 Page 3 of 7 Page 3 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 620 Tabel 2. Sintasan (%) larva udang windu (Penaeus monodon) pada setiap stadia Dosis bawang Zoea Mysis putih (%) (%) PL-12 A (0) 50,67 ± 10,066 a 49,33 ± 16,166 a 34,62 ± 12,817 a B (5) 56,00 ± 8,000 a 58,67 ± 4,619 ab 41,88 ± 4,625 ab C (10) 58,67 ± 18,037 a 52,00 ± 4,000 a 35,88 ± 6,110 a D (15) 50,67 ± 6,110 a 34,67 ± 15,144 ac 21,71 ± 12,446 ac 60 Sintasan (%) 40 20 0 A B C D Perlakuan Zoea Mysis PL-12 Gambar 2. Sintasan larva udang windu pada setiap stadia dengan dosis yang tidak optimal pada perlakuan D dapat mempengaruhi sintasan larva udang windu. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nuryanti et al. (2008) yakni pemberian ekstrak bawang putih terhadap ketahanan tubuh ikan mas dimana pemberian optimal pada dosis 50 g/ml dengan sintasan 91,7%.Pertambahan Bobot dan Panjang Penambahan bubuk bawang putih (Allium sativum) dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot larva udang windu sedangkan pada pertambahan panjang memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05). Data pertambahan bobot dan panjang dapat dilihat pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan B (1,020 ± 0,04359 b ) berbeda nyata dengan perlakuan A (0,8967±0,04619 a ). Hal ini menjelaskan bahwa penambahan bubuk bawang putih mempengaruhi pertambahan panjang pada larva udang windu dibandingkan dengan kontrol. Tabel 3. Pertambahan panjang dan bobot larva udang windu (Penaeus monodon) setiap perlakuan Dosis bawang putih Bobot (g) Panjang (cm) A (0) 0,003 ± 0,0005 a 0,8967 ± 0,04619 a B (5) 0,004 ± 0,0005 a 1,0200 ± 0,04359 b C (10) 0,004 ± 0,0005 a 0,9367 ± 0,04509 ab D (15) 0,004 ± 0,0005 a 0,9700 ± 0,04243 ab Page 636 of 1000 Page 4 of 7 Page 4 of 14

621 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 Uji Vitalitas Performa larva udang windu melalui uji vitalitas dilakukan secara fisik melalui pengeringan dan perendaman air tawar serta secara kimiawi dengan perendaman formalin tertera pada Tabel 4, 5, dan 6. Tabel 4. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30, 60 dan 90 menit Dosis bawang putih Sintasan (%) 30 menit 60 menit 90 menit A (0) 100 100 98,33 ± 2,89 a B (5) 100 100 100 ± 0,00 a C (10) 100 100 100 ± 0,00 a D (15) 100 100 100 ± 0,00 a Tabel 5. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan pengeringan selama 5 dan 10 menit Dosis bawang putih Sintasan (%) 5 menit 10 menit A (0) 56,65 ± 14,43 b 60 ± 5,00 a B (5) 98,35 ± 2,89 a 90 ± 5,00 bc C (10) 100 ± 0,00 a 100 ± 0,00 c D (15) 98,35 ± 2,88 a 76,67 ± 353 ab Tabel 6. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan perendaman air tawar selama 15 menit Dosis bawang putih A (0) B (5) C (10) D (15) Sintasan (%) 80 ± 10,00 a 90 ± 5,00 ab 95 ± 5,00 b 86,65 ± 2,89 ab Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda secara nyata (P>0,05) Uji vitalitas larva dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit pada semua perlakuan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa larva udang windu untuk semua perlakuan mampu bertahan hidup hingga 100%. Dari hasil tersebut menyatakan bahwa larva udang windu untuk semua perlakuan dikatakan sehat melalui uji perendaman formalin. Menurut Farhan (2006) bahwa Larva yang direndam dengan formalin dengan dosis 200 ppm selama 30 menit dapat dikatakan baik apabila lebih dari 96% hidup sedangkan benur yang tidak sehat atau lemah tidak tahan melalui test ini. Dari Tabel 5 uji vitalitas larva secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan 10 menit menunjukkan bahwa sintasan larva tertinggi pada perlakuan C(100%) dibandingkan dengan perlakuan B (98,35%; Page 637 of 1000 Page 5 of 7 Page 5 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 622 90%), D (98,35%; 76,67%) dan A (56,65%; 60%). Sedangkan uji vitalitas dengan perendaman air tawar selama 15 menit menunjukkan bahwa sintasan tertinggi pada perlakuan C (95%) dibandingkan dengan B (90%), D (86. 65%) dan A (80%). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih berpengaruh pada kekebalan tubuh larva udang windu. Hal ini sesuai dengan pendapat Holladay (1997) dalam Amrullah et al. (2006) bahwa bawang putih mempunyai efek terhadap peningkatan respon kekebalan dengan cara merangsang aktivitas macrophage dan meningkatkan aktivitas sel T. juga efektif terhadap penekanan infeksi viral dan melindungi membran sel dari kerusakan DNA. Kualitas Air Hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan larva udang windu disajikan pada Tabel 7. Dalam hal ini kualitas air pemeliharaan terlihat masih terjaga dan cukup mendukung kehidupan larva hingga akhir penelitian. Tabel 7. Kisaran variabel kualitas air pada pemeliharaan larva windu dengan penambahan bubuk bawang putih Dosis bubuk Parameter bawang putih Suhu DO Salinitas Nitrit Amonia ph (ºC) (ppm) (ppt) A (0) 27,17-33,92 8,06-8,79 4,05-6,25 30,64-34,07 0,03-0,12 0,02-0,77 B (5) 27,15-33,84 8,12-8,83 4,02-6,36 30,16-34,16 0,03-0,11 0,01-0,68 C (10) 27,27-33,86 8,09-8,8 4,05-6,39 30,29-33,87 0,02-0,07 0,02-0,66 D (15) 27,20-34,02 8,06-8,82 3,96-6,49 30,51-34,21 0,01-0,07 0,02-0,55 Hastuti et al. (1987) mengatakan bahwa kisaran salinitas yang optimal bagi pemeliharaan larva udang windu adalah 25-35 ppt. Penambahan bubuk bawang putih pada semua perlakuan menunjukkan bahwa kisaran salinitas berada dalam kisaran yang optimal untuk pemeliharaan larva udang windu. Suhu air sangat mempengaruhi proses yang penting dalam budidaya udang. Kisaran suhu dalam penelitian ini berada dalam kisaran optimal. Udang mengalami stress pada suhu kurang dari 20ºC dan lebih dari 32ºC dan akan mengalami kematian pada suhu 35ºC, sedangkan kisaran toleransi udang terhadap suhu antara 21-32ºC dengan kisaran suhu optimal (28±1ºC) (Wardoyo dan Djokosetiyanto, 1988). Sedangkan menurut Manik dan Mintardjo,menyatakan bahwa larva udang windu mempunyai kisaran suhu optimal bagi pertumbuhannya yaitu 29 31ºC. Pertumbuhan udang windu yang normal membutuhkan ph air antara 7,5-8,7 dengan batas optimum antara 8,0-8,5 dan kandungan oksigen terlarut yang dapat mendukung kehidupan udang minimal 3 mg/l sedangkan kandungan yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah 4,3-7 mg/l (Poernomo, 1988). ph dan oksigen terlarut selama penelitian berada dalam kisaran yang optimal. Suyanto & Mujiman (2004) menjelaskan bahwa Amonia dalam air terdiri dari dua bentuk, yaitu amonia (NH3) yang bersifat racun dan amonium (NH4) yangtidak bersifat racun, dimana amonia dihasilkan dari perombakan bahan-bahan organik. Kadar amonia yang baikuntuk budidaya udang windu kurang dari 0,1 mg/l. Menurut Wickins (1976) bahwa kandungan ammonia 0,1 mg/l dapat menurunkan pertumbuhan 1-2% dan pada konsentrasi 0. 45 mg/l, pertumbuhan menurun hingga 50%. Udang memiliki toleransi yang cukup besar terhadap keberadaan nitrit. Namun kadarnitrit yang aman bagi pertumbuhan udang sebaiknya tidak lebih dari 4,5 ppm (Boyd, 1990). KESIMPULAN Penambahan bubuk bawang putih (Allium sativum) berpengaruh terhadap sintasan dan pertambahan panjang dan vitalitas larva. Dosis bubuk bawang putih yang memiliki sintasan, pertambahan panjang tertinggi selama penelitian yakni 5 mg/l sedangkan pada uji vitalitas larva pada dosis 10 mg/l. Pemberian bubuk bawang putih yang berlebihan dapat menyebabkan kematian pada larva udang windu. Page 638 of 1000 Page 6 of 7 Page 6 of 14

623 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 DAFTAR ACUAN Amagase H.,B. L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga and Y. Itakura, 2001. Intake of garlic and its bioactive components. J. Nutrisi. 131:955S-962S. Amrullah, Wahidah dan Ratnasari, 2006. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) untuk Mengendalikan Penyakit Kunang-kunang yang Disebab-kan oleh Bakteri Vibrio Harveyi Pada Larva Udang Windu. Pangkep: Politani. 63 hlm. Boyd CE, 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture. Alabama: Birmingham Publishing CO. Buwono, I. D, 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Bandung: Kanasius. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Pustaka Nusatama. Yogyakarta, 163 hlm. Farhan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Serang: Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan. 112 hlm. Hastuti, W. S., C. Kokarkin dan M. L. Nurdjana, 1987. Teknologi Pemeliharaan Larva (Larvae Rearing Technology). Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan. INFIS Manual Seri No. 52. 22 hlm. Iyam, S. S dan Tajudin, 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih, Raja Antibiotik Alami. Manik, R. dan K. Mintardjo, 1983. Kolam Ipukan Dalam Pedoman Pemlarvaan Udang Penaeid. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Mudjiman, A. 1992. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta, 190 hlm. Nuryati, S, Giri. P dan Hadiroseyan. Y. 2008. Efektifitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi koi herpes. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 139-150. Poernomo, A., 1988. Faktor Lingkungan Dominan Pada Budidaya Udang Windu. Seri F. Ujung Pandang. Suyanto SR, dan Mujiman A., 2004. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya. Wardoyo, S. T. H dan D. Djokosetiyanto, 1988. Pengelolaan Kualitas Air di Tambak Udang. Makalah seminar Memacu Keberhasilan dan pengembangan Usaha Pertambakan Udang. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 25 hlm. Wickins, J. F., 1976. The tolerance of warmwater prawn to recirculated water. Aquaculture, 9 : 19-37 hlm. Page 639 of 1000 Page 7 of 7 Page 7 of 14

617 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) ABSTRAK Ike Trismawanti, Syarifuddin Tonnek, dan Agus Nawang Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: ic_ast@yahoo.co.id Antibiotik pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) sudah dilarang oleh pemerintah dikarenakan meninggalkan residu. Alternatif pengganti antibiotik diperlukan agar dapat meningkatkan status kesehatan udang windu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubuk bawang putih pada pemeliharaan larva udang windufase naupli sampai Post Larva 12 (PL-12) terhadap pertumbuhan dan vitalitas larva. Hewan uji yang digunakan adalah naupli udang windu dengan kepadatan 50 ekor/l. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu penambahan ekstrak bawang putih dengan dosis 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm dan 15 ppm dengan tiga ulangan. Penggunaan bubuk bawang putih sebagai antibiotik alami diberikan setiap 3 hari sekali. Pengamatan lanjutan setelah panen yakni uji vitalitas larva udang windu secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan10 menit sedangkan perendaman dengan air tawar selama 15 menit serta uji kimiawi dengan menggunakan formalin 200 ppm selama 30, 60 dan 90 menit. Variabel yang diamati meliputi sintasan hidup, pertambahan bobot dan panjang, serta pemantauan kualitas air pada setiap stadia larva udang windu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap sintasan dan pertambahan panjang sedangkan untuk pertambahan bobot larva udang windu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Uji vitalitas secara fisik dengan pengeringan selama 5 dan 10 menit terhadap larva udang windu menunjukkan perbedaan yakni perlakuan C mampu bertahan hidup hingga 100% dibandingkan dengan perlakuan B (98,35%; 90%), D (98,35%; 76,67%) dan A (56,60%; 60%) sedangkan perendaman dengan air tawar berturut-turut C (95%), B (90%),D (86,65%) dan A (80%). Uji secara kimiawi dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30 dan 60 menit menunjukkan bahwa semua perlakuan mampu bertahan hidup hingga 100% sedangkan dalam jangka waktu 90 menit berturut-turut A(98,35%), B (100%), C (100%) dan D (100%). KATA KUNCI: bubuk bawang putih, udang windu dan vitalitas PENDAHULUAN Budidaya udang windu memainkan peranan penting bagi pendapatan devisa negara di Indonesia. Budidaya udang penaeid di tambak sampai saat ini masih memberikan harapan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat disebabkan pasar komoditas udang masih terbuka, khususnya pasar ekspor. Udang windu (Penaeus monodon) yang menjadi primadona perikanan dalam pengembangannya banyak mengalami permasalahan. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah penyakit dan lingkungan. Sampai saat ini masih dicari alternatif untuk mengatasi penyakit kunang-kunang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Pembudidaya masih bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan status kesehatan udang windu yakni antibiotik yang telah dilarang oleh pemerintah, sehingga berakibat produk Indonesia sulit bersaing dalam pasar global karena isu penggunaan antibiotik yang menyisakan residu. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengganti bahan kimia tersebut diantaranya penggunaan bahan dari alam berupa tanaman obat, salah satunya yakni bawang putih. Bawang putih mengandung alisin yakni zat yang aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup ampuh. Banyak yang membandingkan alisin dengan si raja antibiotik yaitu penisilin (Iyam dan Tajudin, 2003). Lebih lanjut dikatakan Amagase et al. (2001) umbi bawang putih mengandung polisakarida, protein, enzim, asam-amino, S-alilsistein, sulfoksida dan ã-glutamylcysteines. Kandungan tersebut dapat membentuk alliin melalui pemecahan sel. Apabila bawang putih mengalami proses Page 633 of 1000 Page 8 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 618 pemotongan, enzim allinase dengan cepat menguraikan alliin untuk membentuk cytotoxic dan odoriferus alkyl alkane-thiosulfinates seperti allicin. Allicin melalui jalur dekomposisi cepat menghasilkan bahan lainnya seperti diallyl sulfida, diallyl disulfida dan diallyl trisulfida. Pada saat yang bersamaan ã- glutamylcysteines pada umbi bawang putih diubah menjadi S-allyl cysteine (SAC) melalui penuaan alami. Kandungan protein pada bubuk bawang putih berperan penting pada pertumbuhan larva udang windu. Kualitas air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, air harus dijaga dengan baik agar tidak mendorong tersebarnya organisme-organisme pathogen yang berdampak buruk terhadap pertumbuhan udang. Air adalah media hidup utama udang, maka keseimbangan ekosistemnya harus dijaga. Apabila air tersebut terus-menerus dipakai tanpa ada sedikit perbaikan pada sifat biologi, kimia, dan fisika, air tersebut tentunya kurang layak bagi kehidupan udang (Buwono, 1993). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh pemberian bubuk bawang putih pada pemeliharaan larva udang windu fase naupli sampai Post Larva 12 (PL-12) terhadap pertumbuhan dan vitalitas larva. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Broodstock Center Udang Windu (BCUW) Instalasi Barru, Sulawesi Selatan dengan menggunakan 12 buah wadah berupa akuarium. Akuarium diisi air laut dengan volume 16 liter. Hewan uji yang digunakan adalah naupli udang windu (Penaeus monodon)dengan bahan-bahan meliputi bubuk bawang putih, Artemia sp., Chaetoceros sp., formalin 200 ppm, kertas saring dan pellet. Alat-alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, DO meter, baskomblender, ayakan (40 mash), oven, erlenmeyer dan spektrofotometer. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan pada penelitian ini meliputi: A = Penambahan bubuk bawang putih dosis 0 mg/l B = Penambahan bubuk bawang putih dosis 5 mg/l C = Penambahan bubuk bawang putih dosis 10 mg/l D = Penambahan bubuk bawang putih dosis 15 mg/l Proses pembuatan bubuk bawang putih terlihat pada Gambar 1 Pemberian bubuk bawang putih diberikan pada stadia Zoea 2, Mysis 2, PL-2, PL-5 dan PL-8. Pemberian Bubuk bawang putih diberikan dengan cara mencampurkan sedikit air laut kemudian di tebar ke dalam wadah pemeliharaan. Variabel yang diamati selama penelitian meliputi sintasan hidup, pertambahan bobot dan panjang, serta pemantauan kualitas air. Pengamatan selanjutnya Pengupasan kulit Pengirisan tipis (2-3 mm) Pengovenan pada suhu 40 o C Bubuk bawang putih Pengayakan (40 mash) Gambar 1. Proses pembuatan bubuk bawang putih Penghalusan dengan blender Page 634 of 1000 Page 9 of 14

619 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 setelah panen (PL-12) yaitu uji vitalitas larva udang windu (Penaeus monodon) secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan 10 menit dengan menggunakan kertas saring danperendaman dengan air tawar selama 15 menit. Uji vitalitas dengan pengeringan selama 5 menit menggunakan larva yang berbeda dengan uji pengeringan selama 10 menit. Uji kimiawi dengan menggunakan formalin 200 ppm selama 30, 60, dan 90 menit. Sampel udang yang digunakan sebanyak 20 ekor setiap wadah. Pengukuran beberapa variabel kualitas air pada media penelitian meliputi oksigen terlarut, suhu, ph, salinitas, amonia dan nitrit. Oksigen terlarut, suhu, ph, salinitas diukur menggunakan DO meter sedangkan nitrit dan ammonia dengan spektofotometer. Pemantauan kualitas air ini dilakukan setiap 3 hari. Sintasan udang windu dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997): di mana: SR = Sintasan hewan uji (%) No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor) Nt = Jumlah hewan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan menggunakan Software SPSS- 16 dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least significant different by students) dan dianalisa proksimat bubuk bawang putih. HASIL DAN BAHASAN Analisis Proksimat Bubuk Bawang Putih Hasil analisis proksimat dari bubuk bawang putih yang digunakan pada penelitian ini tersaji pada Tabel 1. Dari data hasil analisis proksimat tersebut diketahui bahwa bubuk bawang putih mengandung protein yang cukup tinggi yakni 21,21% dan kadar lemak yang rendah (0,21%). Kadar Protein yang tinggi pada bubuk bawang putih berpengaruh pada pertumbuhanlarvaudangwindu (Penaeus monodon). Menurut Mudjiman (1992), zat-zat gizi yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga, mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan untuk tumbuh antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Zat yang paling berperan dalam pertumbuhan adalah protein. Sintasan SR Nt No x 100% Tabel 1. Analisis proksimat dari bubuk bawang putih Komposisi (%) Jumlah Kadar Protein 21,21 Kadar lemak 0,21 Kadar air 7,77 Serat kasar 1,93 Sintasan larva udang windu dengan penambahan bubuk bawang putih untuk perlakuan A, B, C dan D dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap sintasan larva udang windu (P<0,05) pada stadia Mysis dan PL-12. Data pada Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian bubuk bawang putih pada stadia mysis dan PL-12 untuk perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, akan tetapi perlakuan B (58,67± 4,619 ab dan 41,88± 4,625 ab ) berbeda nyata dengan perlakuan D (34,67± 15,144 ac dan 21,71 ± 12,446 ac ). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian bubuk bawang putih Page 635 of 1000 Page 10 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 620 Tabel 2. Sintasan (%) larva udang windu (Penaeus monodon) pada setiap stadia Dosis bawang Zoea Mysis putih (%) (%) PL-12 A (0) 50,67 ± 10,066 a 49,33 ± 16,166 a 34,62 ± 12,817 a B (5) 56,00 ± 8,000 a 58,67 ± 4,619 ab 41,88 ± 4,625 ab C (10) 58,67 ± 18,037 a 52,00 ± 4,000 a 35,88 ± 6,110 a D (15) 50,67 ± 6,110 a 34,67 ± 15,144 ac 21,71 ± 12,446 ac 60 Sintasan (%) 40 20 0 A B C D Perlakuan Zoea Mysis PL-12 Gambar 2. Sintasan larva udang windu pada setiap stadia dengan dosis yang tidak optimal pada perlakuan D dapat mempengaruhi sintasan larva udang windu. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nuryanti et al. (2008) yakni pemberian ekstrak bawang putih terhadap ketahanan tubuh ikan mas dimana pemberian optimal pada dosis 50 g/ml dengan sintasan 91,7%.Pertambahan Bobot dan Panjang Penambahan bubuk bawang putih (Allium sativum) dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot larva udang windu sedangkan pada pertambahan panjang memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05). Data pertambahan bobot dan panjang dapat dilihat pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan B (1,020 ± 0,04359 b ) berbeda nyata dengan perlakuan A (0,8967±0,04619 a ). Hal ini menjelaskan bahwa penambahan bubuk bawang putih mempengaruhi pertambahan panjang pada larva udang windu dibandingkan dengan kontrol. Tabel 3. Pertambahan panjang dan bobot larva udang windu (Penaeus monodon) setiap perlakuan Dosis bawang putih Bobot (g) Panjang (cm) A (0) 0,003 ± 0,0005 a 0,8967 ± 0,04619 a B (5) 0,004 ± 0,0005 a 1,0200 ± 0,04359 b C (10) 0,004 ± 0,0005 a 0,9367 ± 0,04509 ab D (15) 0,004 ± 0,0005 a 0,9700 ± 0,04243 ab Page 636 of 1000 Page 11 of 14

621 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 Uji Vitalitas Performa larva udang windu melalui uji vitalitas dilakukan secara fisik melalui pengeringan dan perendaman air tawar serta secara kimiawi dengan perendaman formalin tertera pada Tabel 4, 5, dan 6. Tabel 4. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30, 60 dan 90 menit Dosis bawang putih Sintasan (%) 30 menit 60 menit 90 menit A (0) 100 100 98,33 ± 2,89 a B (5) 100 100 100 ± 0,00 a C (10) 100 100 100 ± 0,00 a D (15) 100 100 100 ± 0,00 a Tabel 5. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan pengeringan selama 5 dan 10 menit Dosis bawang putih Sintasan (%) 5 menit 10 menit A (0) 56,65 ± 14,43 b 60 ± 5,00 a B (5) 98,35 ± 2,89 a 90 ± 5,00 bc C (10) 100 ± 0,00 a 100 ± 0,00 c D (15) 98,35 ± 2,88 a 76,67 ± 353 ab Tabel 6. Sintasan (%) larva udang windu melalui uji vitalitas dengan perendaman air tawar selama 15 menit Dosis bawang putih A (0) B (5) C (10) D (15) Sintasan (%) 80 ± 10,00 a 90 ± 5,00 ab 95 ± 5,00 b 86,65 ± 2,89 ab Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda secara nyata (P>0,05) Uji vitalitas larva dengan perendaman formalin 200 ppm selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit pada semua perlakuan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa larva udang windu untuk semua perlakuan mampu bertahan hidup hingga 100%. Dari hasil tersebut menyatakan bahwa larva udang windu untuk semua perlakuan dikatakan sehat melalui uji perendaman formalin. Menurut Farhan (2006) bahwa Larva yang direndam dengan formalin dengan dosis 200 ppm selama 30 menit dapat dikatakan baik apabila lebih dari 96% hidup sedangkan benur yang tidak sehat atau lemah tidak tahan melalui test ini. Dari Tabel 5 uji vitalitas larva secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan 10 menit menunjukkan bahwa sintasan larva tertinggi pada perlakuan C(100%) dibandingkan dengan perlakuan B (98,35%; Page 637 of 1000 Page 12 of 14

Pertumbuhan dan vitalitas larva udang windu... (Ike Trisnawanti) 622 90%), D (98,35%; 76,67%) dan A (56,65%; 60%). Sedangkan uji vitalitas dengan perendaman air tawar selama 15 menit menunjukkan bahwa sintasan tertinggi pada perlakuan C (95%) dibandingkan dengan B (90%), D (86. 65%) dan A (80%). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bubuk bawang putih berpengaruh pada kekebalan tubuh larva udang windu. Hal ini sesuai dengan pendapat Holladay (1997) dalam Amrullah et al. (2006) bahwa bawang putih mempunyai efek terhadap peningkatan respon kekebalan dengan cara merangsang aktivitas macrophage dan meningkatkan aktivitas sel T. juga efektif terhadap penekanan infeksi viral dan melindungi membran sel dari kerusakan DNA. Kualitas Air Hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan larva udang windu disajikan pada Tabel 7. Dalam hal ini kualitas air pemeliharaan terlihat masih terjaga dan cukup mendukung kehidupan larva hingga akhir penelitian. Tabel 7. Kisaran variabel kualitas air pada pemeliharaan larva windu dengan penambahan bubuk bawang putih Dosis bubuk Parameter bawang putih Suhu DO Salinitas Nitrit Amonia ph (ºC) (ppm) (ppt) A (0) 27,17-33,92 8,06-8,79 4,05-6,25 30,64-34,07 0,03-0,12 0,02-0,77 B (5) 27,15-33,84 8,12-8,83 4,02-6,36 30,16-34,16 0,03-0,11 0,01-0,68 C (10) 27,27-33,86 8,09-8,8 4,05-6,39 30,29-33,87 0,02-0,07 0,02-0,66 D (15) 27,20-34,02 8,06-8,82 3,96-6,49 30,51-34,21 0,01-0,07 0,02-0,55 Hastuti et al. (1987) mengatakan bahwa kisaran salinitas yang optimal bagi pemeliharaan larva udang windu adalah 25-35 ppt. Penambahan bubuk bawang putih pada semua perlakuan menunjukkan bahwa kisaran salinitas berada dalam kisaran yang optimal untuk pemeliharaan larva udang windu. Suhu air sangat mempengaruhi proses yang penting dalam budidaya udang. Kisaran suhu dalam penelitian ini berada dalam kisaran optimal. Udang mengalami stress pada suhu kurang dari 20ºC dan lebih dari 32ºC dan akan mengalami kematian pada suhu 35ºC, sedangkan kisaran toleransi udang terhadap suhu antara 21-32ºC dengan kisaran suhu optimal (28±1ºC) (Wardoyo dan Djokosetiyanto, 1988). Sedangkan menurut Manik dan Mintardjo,menyatakan bahwa larva udang windu mempunyai kisaran suhu optimal bagi pertumbuhannya yaitu 29 31ºC. Pertumbuhan udang windu yang normal membutuhkan ph air antara 7,5-8,7 dengan batas optimum antara 8,0-8,5 dan kandungan oksigen terlarut yang dapat mendukung kehidupan udang minimal 3 mg/l sedangkan kandungan yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah 4,3-7 mg/l (Poernomo, 1988). ph dan oksigen terlarut selama penelitian berada dalam kisaran yang optimal. Suyanto & Mujiman (2004) menjelaskan bahwa Amonia dalam air terdiri dari dua bentuk, yaitu amonia (NH3) yang bersifat racun dan amonium (NH4) yangtidak bersifat racun, dimana amonia dihasilkan dari perombakan bahan-bahan organik. Kadar amonia yang baikuntuk budidaya udang windu kurang dari 0,1 mg/l. Menurut Wickins (1976) bahwa kandungan ammonia 0,1 mg/l dapat menurunkan pertumbuhan 1-2% dan pada konsentrasi 0. 45 mg/l, pertumbuhan menurun hingga 50%. Udang memiliki toleransi yang cukup besar terhadap keberadaan nitrit. Namun kadarnitrit yang aman bagi pertumbuhan udang sebaiknya tidak lebih dari 4,5 ppm (Boyd, 1990). KESIMPULAN Penambahan bubuk bawang putih (Allium sativum) berpengaruh terhadap sintasan dan pertambahan panjang dan vitalitas larva. Dosis bubuk bawang putih yang memiliki sintasan, pertambahan panjang tertinggi selama penelitian yakni 5 mg/l sedangkan pada uji vitalitas larva pada dosis 10 mg/l. Pemberian bubuk bawang putih yang berlebihan dapat menyebabkan kematian pada larva udang windu. Page 638 of 1000 Page 13 of 14

623 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 DAFTAR ACUAN Amagase H.,B. L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga and Y. Itakura, 2001. Intake of garlic and its bioactive components. J. Nutrisi. 131:955S-962S. Amrullah, Wahidah dan Ratnasari, 2006. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) untuk Mengendalikan Penyakit Kunang-kunang yang Disebab-kan oleh Bakteri Vibrio Harveyi Pada Larva Udang Windu. Pangkep: Politani. 63 hlm. Boyd CE, 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture. Alabama: Birmingham Publishing CO. Buwono, I. D, 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Bandung: Kanasius. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Pustaka Nusatama. Yogyakarta, 163 hlm. Farhan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Serang: Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan. 112 hlm. Hastuti, W. S., C. Kokarkin dan M. L. Nurdjana, 1987. Teknologi Pemeliharaan Larva (Larvae Rearing Technology). Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan. INFIS Manual Seri No. 52. 22 hlm. Iyam, S. S dan Tajudin, 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih, Raja Antibiotik Alami. Manik, R. dan K. Mintardjo, 1983. Kolam Ipukan Dalam Pedoman Pemlarvaan Udang Penaeid. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Mudjiman, A. 1992. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta, 190 hlm. Nuryati, S, Giri. P dan Hadiroseyan. Y. 2008. Efektifitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi koi herpes. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 139-150. Poernomo, A., 1988. Faktor Lingkungan Dominan Pada Budidaya Udang Windu. Seri F. Ujung Pandang. Suyanto SR, dan Mujiman A., 2004. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya. Wardoyo, S. T. H dan D. Djokosetiyanto, 1988. Pengelolaan Kualitas Air di Tambak Udang. Makalah seminar Memacu Keberhasilan dan pengembangan Usaha Pertambakan Udang. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 25 hlm. Wickins, J. F., 1976. The tolerance of warmwater prawn to recirculated water. Aquaculture, 9 : 19-37 hlm. Page 639 of 1000 Page 14 of 14