TINJAUAN TEORI Theory of Reasoned Action (TRA)

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan sifatnya teori dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Standar Profesi Audit Internal (SPAI) (2004:5)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan seperti

BAB II LANDASAN TEORI. Jika kita bicara masalah audit yang dilakukan oleh pihak independen, maka harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

ABSTRAK. : kompetensi, independensi, etik, kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL SEORANG AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SUMATERA. Yuneita Anisma, Zainal Abidin & Cristina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. SA seksi 110 PSA No. 02 paragraf 2 menyatakan sebagai berikut :

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unisba.Repository.ac.id. BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

DAFTAR TABEL TABEL 3.1 OPERASI VARIABEL TABEL 3.2 BOBOT PENILAIAN KUESIONER TABEL 3.3 INTERVAL VARIABEL X DAN VARIABEL Y...

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. maraknya dengan skandal-skandal di lingkup internasional. Meskipun tidak

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB III METODE PENELITIAN. pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang berada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

Transkripsi:

TINJAUAN TEORI Theory of Reasoned Action (TRA) Berbagai maksud dan tujuan yang sering kali dapat memperkirakan perilaku secara akurat, tidak menyediakan keterangan yang banyak tentang berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Fishbein dan Ajzen (1980. 116) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut dipengaruhi oleh dua faktor penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang kedua berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa tindakan yang beralasan dirancang untuk menyelesaikan tujuan dengan tepat; yakni, teori yang berkaitan dengan sebab yang mendahului perilaku semaunya sendiri. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, secara tidak langsung, tindakan yang beralasan berdasarkan kepada anggapan bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang pantas; yakni mereka mengambil berbagai keterangan secara langsung maupun tidak mempertimbangkan berbagai akibat dari perilakunya. Sesuai dengan Theory of Reasoned Action, dan berbagai maksud dari sebuah tindakan adalah fungsi dari dua faktor dasar penentunya, yakni orang dalam sifat alaminya dan pancaran pengaruh sosial kepada orang tersebut menganggap bahwa, pentingnya sikap atas perilaku dan norma subyektif secara relatif, sebagian bergantung kepada maksud di balik penelitian yang dilakukan. Untuk beberapa maksud, berbagai pertimbangan atas sikap, lebih penting daripada pertimbangan normatif, sedangkan bagi sebagian lainnya pertimbangan normatif lebih penting. Sebagai tambahan, bobot relatif dari faktor pertimbangan atas sikap dapat bervariasi dari 7

seseorang kepada orang lain. figure theory of reasoned action (Icek and Ajzen, 1980. 117), yang mewakili teori tentang tindakan yang beralasan sebagaimana yang dijabarkan di dalam bagian ini. Attitude towart the behavior Intention Behavior Subjective norm Gambar -1. Theory Of Reasoned Action (Icek and Ajzen, 1980) Berbagai maksud dari sebuah tindakan yang menyediakan dukungan kuat bagi kaitan hipotesis di antara maksud sebagai variabel bebas dengan sikap atas kebiasaan dan norma subyektif sebagai variabel tidak bebas. Sebagian besar kajian tersebut, memiliki tata cara regresi linier ganda untuk memperkirakan, dalam kerangka korelasi ganda, kekuatan perkiraan secara terus menerus dari norma sikap dan subyektif, juga sumbangan relatif dua unsur peramal di dalam lingkup koefisien regresi yang dibakukan. Oleh karena itu pemilihan landasan teori ini dapat menjelaskan tekanan etis, kompetensi, komitmen profesional, dan situasi konflik audit terhadap skeptisisme profesional auditor. Skeptisme Profesional Auditor International Federation of Accountants (IFAC) mendefinisikan profesional skeptisme dalam konteks evidence assessment atau penilaian atas bukti audit (Tuanakota 2011, 78). IFAC mendefinisikan skepticism means the auditor makes a critical assessment, with a questioning mind, of the validity of audit evidence obtained and is alert to audit evidence that 8

contradicts or brings into question the realibility of documents and responses to inquiries and other information obtained from management and those charged with governance (ISA 200.16). Di dalam SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2011:230.06), menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence (1996) dalam Maghfirah et al. (2008) mengartikan skeptisisme profesional auditor sebagai berikut professional scepticism is a choice to fulfill the professional auditor s duty to prevent or reduce orharmful consequences of another person s behavior. Kee dan Knox s (1970) dalam Maghfirah et. al (2008) menyatakan bahwa Skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skeptisme profesional auditor. The American Heritage Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisme profesional akuntan. Faktor situasi berperngaruh secara positif terhadap skeptisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap skeptisme profesionalnya. Pengalaman yang dimaksudkan disini auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988) memperlihatkan auditor yang berpengalaman akan membuat 9

judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Berkaitan dengan skeptisme ini, penelitian yang dilakukan Kee dan Knox s (1970) yang menggambarkan skeptisme profesional auditor sebagai fungsi dari disposisi etis, pengalaman dan faktor situasional. Shaub dan Lawrence (1996) mengindikasikan bahwa auditor yang menguasai etika situasi yang kurang lebih terkait dengan etika profesional dan kurang lebih dapat melaksanakan skeptisme profesionalnya. Faktor situasional merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan skeptisme profesional auditor. Tekanan Etis Tekanan Etis merupakan pressure to engage in unetical work activity (Peterson, 2003) dalam Utami et al. (2006). Perilaku pegawai dipengaruhi faktor situasi dalam organisasi dan interaksi antara dua faktor tersebut (Trevino, 1986). Beberapa faktor individual termasuk gender, usia, pendidikan, personaliti, dan orientasi etis seseorang, sedangkan faktor situasional termasuk iklim organisasi, kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis, dan pengaruh dari atasannya (Peterson, 2003). Tekanan dari manajemen atas perilaku etis merupakan sumber banyak konflik (Shafer, 2002) dalam Utami et al. (2006). Leicht dan Fennel (1997) dalam Utami et al. (2006), menyatakan konflik etis selalu meliputi situasi di mana pegawai merasa tertekan oleh atasan supervisor dan anggota lain dalam organisasi untuk mengkompromikan nilai mereka dalam mencapai tujuan organisasi. Kompetensi Kompetensi dan independensi sangat menentukan kualitas audit yang dihasilkan seperti yang dikemukakan oleh AAA Financial Accounting Standard Committee (2000) yaitu; 10

Good quality audits require both competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as potential interactive effects. In addition, financial statement users perception of audit quality are a function of their perceptions of both auditor indepndence and expertise Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah atau sertifikat yang dimiliki serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakain banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melakukan tugasnya. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Dalam penelitian juga disimpulkan bahwa program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian auditor. Penelitian secara empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi seorang auditor. Webster s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti (2005;88) mendefinisikan kompetensi sebagai ketrampilan dari seorang ahli. Dengan demikian ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu dan tingkat ketrampilan prosedural yang luas dari pelatihan dan pengalaman audit. Kompetensi 11

umum yang perlu dimiliki oleh auditor adalah pemahaman mengenai akuntansi, khususnya akuntansi sektor publik dan pemerintahan termasuk pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan dan pemahaman auditor mengenai sistem pengendalian intern, Cris (2009). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Komitmen Profesional Komitmen profesional dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu yang membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan etika Modway et al., (1979) dalam Intiyas et al. (2007). Aranya et al. (1981), mendefinisikan komitmen sebagai suatu keyakinan akan penerimaan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama organisasi atau profesi, dan gairah untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Ponemon (1992) dalam Utami et al. (2007) mengatakan komitmen profesi bisa dihasilkan dari proses akulturasi dan asimilasi pada saat masuk dan memilih untuk tetap dalam profesi yang bersangkutan dan juga menyimpulkan bahwa perilaku etis akuntan publik berhubungan dengan tingginya komitmen akuntan pada profesi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komitmen profesional mendasari perilaku, sikap, dan orientasi profesional seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jeffrey dan Weatherholt (1996) menguji hubungan antara komitmen profesi, pemahaman etika, dan sikap ketaatan pada peraturan. Hasilnya menunjukkan bahwa akuntan publik dengan komitmen profesional yang kuat, perilakunya lebih mengarah pada ketaatan terhadap aturan dibanding akuntan publik dengan 12

komitmen profesional yang rendah. Khomsiyah dan Indriantoro (1998) juga mengungkapkan bahwa komitmen profesional mempengaruhi sensitivitas etika auditor pemerintah. Situasi Konflik Audit Perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit, perlu dipahami beberapa faktor, yaitu: etika, kompetensi, komitmen profesional, situasi konflik audit dan skeptisme profesional auditor. Dalam penugasan yang dilakukan atas klien, auditor seringkali dihadapkan pada dilema etis yang menyebabkan terjadinya situasi konflik audit. Akuntan publik dengan komitmen profesional yang tinggi akan memiliki kesadaran etis yang tinggi dalam merespon situasi konflik audit dengan mengabaikan tekanan sosial yang ada dibanding individu dengan komitmen profesional yang rendah. Tsui dan Gul (1996) dalam Utami et al. (2007). Menetapkan pengalaman berdasarkan kurun waktu empat tahun, karena dalam kurun waktu empat tahun akuntan publik dianggap telah berpengalaman dalam menghadapi situasi konflik audit. Pada dasarnya manusia akan keluar dari situasi yang tidak nyaman menuju situasi yang nyaman. Sikap tersebut akan mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut akan menanggapi dengan tindakan selanjutnya (Festinger, 1957). Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan tepat akan menghadapi serangkaian situasi-situasi yang mempengaruhi sikap dan keputusan yang ditetapkannya. Situasi tersebut termasuk lingkungan di mana auditor itu bekerja, situasi yang dialami oleh klien seperti klien yang baru pertama kali diaudit, situasi kemungkinan adanya motivasi manajemen untuk menarik investor diduga akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini. Oleh karena itu, serangkaian situasi yang dialami auditor 13

membuat auditor akan berusaha mencapai keselarasan antara sikap dan perilakunya agar selaras dengan perilaku yang seharusnya dilakukannya. Kecurangan dapat disembunyikan dengan cara memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif, karyawan atau manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan tindakan pencurian mereka dengan mamalsukan tanda tangan atau menciptakan pengesahan elektronik yang tidak sah diatas dokumen otorisasi pengeluaran kas. Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi diantara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti dapat meyakinkan, meskipun kenyataannya palsu (SPAP Seksi 316. Paragraph 08). Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh: Silalahi (2013) etika, kompetensi, pengalaman audit dan situasi audit berpengaruh terhadap skeptisme profesional auditor. Maghfirah dan Syaril (2008) dalam penelitiannya disimpulkan skeptisme profesional auditor mempunyai hubungan dengan ketepatan pemberian opini, dan variabel situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian, namun dalam kajian tersebut, hanya variabel situasi audit yang mempunya pengaruh dengan pemberian opini auditor publik. Utami et al. (2007) dalam penelitian pengaruh locus of control, komitmen profesional, pengalaman audit terhadap perilaku akuntan publik dalam konflik audit dengan kesadaran etis sebagai variabel pemoderasi. Locus of control dan komitmen profesional berpengaruh terhadap perilaku akuntan publik dalam situasi konflik, sedangkan pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap perilaku akuntan publik dalam situasi konflik audit. 14

Dalam penelitian ini keterkaitan antara variabel variabel tersebut dimoderasi oleh kesadaran etis. Suraida (2005) menguji pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisme professional audit, dan ketepatan pemberian opini publik. Hasil penelitian menunjukan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, resiko audit dan skeptisme professional auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan. KERANGKA PIKIR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Hubungan Tekanan Etis terhadap Skeptisme Profesional Auditor Pegawai berharap menerima nilai-nilai etis atau norma perilaku organisasi, namun organisasi gagal untuk memenuhi standar moral personalnya. Satu penemuan yang konsisten dalam bidang etika bisnis adalah bahwa pegawai selalu menerima diri mereka sendiri lebih etis daripada atasannya (manajemen puncak, supervisor), Hunt et al. 1988 dalam Utami et al. (2006). Dari perspektif auditor, konflik etis umumnya meliputi situasi auditor merasakan tekanan dari pihak atasannya untuk mengkompromikan nilai-nilai personal mereka dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi (Leicht dan Fennel, 1987). Jika karyawan tidak mempunyai komitmen yang tinggi atas standar etikanya, mereka merasionalkan perilaku tidak etis sebagai bagian yang diperlukan dalam pekerjaan atau lingkungan bisnis dan bisa menghindari konflik internal (Shafer, 2002). Untuk tetap mempertahankan sikap profesionalismenya kesadaran etis dan sikap profesional menjadi hal yang sangat penting bagi seorang akuntan (Louwers, et al 1997). 15

Dimensi etika yang sering digunakan dalam penelitian adalah 1) kepribadian yang terdiri dari locus of control external dan locus of control internal; 2) kesadaran etis dan 3) kepedulian pada etika profesi, yaitu kepedulian pada Kode Etik IAI yang merupakan panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai Akuntan Publik, bekerja dilingkungan usaha pada instansi pemerintah maupun dilingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Untuk tujuan itu terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa dan kepercayaan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut: 1) Tanggung jawab profesional; 2) Kepentingan publik; 3) Integritas; 4) Objektifitas; 5) Kompetensi dan kehatihatian profesional; 6) Kerahasiaan; 7) Perilaku profesional; 8) Standar teknis, harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian H1 sebagai berikut: H1: Semakin tinggi tekanan etis auditor maka skeptisme profesional semakin tinggi. Pengaruh Kompetensi terhadap Skeptisme Profesional Auditor Kompetensi merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium seperti; CPA (Certified Public Accountant) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) dan QIA (Qualified Internal Audit). Auditor harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah 16

bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan. Adapun Bedard (1986) dalam Lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Kompetensi umum yang perlu dimiliki oleh auditor adalah pemahaman mengenai akuntansi, khususnya akuntansi sektor publik dan pemerintahan termasuk pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan dan pemahaman auditor mengenai sistem pengendalian intern, Cris (2009). Hal tersebut menjadi dasar yang kuat untuk merumuskan hipotesis pengaruh kompetensi terhadap skeptisme profesional auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dan penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut: H2: Semakin tinggi kompetensi auditor maka skeptisme profesional semakin tinggi. Hubungan Komitmen Profesional terhadap Skeptisme Profesional Auditor. Auditor dalam pelaksanaan audit sudah seharusnya menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sesuai dengan definisi yang telah dikemukakan, komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Oleh karena itu, tingginya komitmen profesional auditor diharapkan seorang auditor dapat berusaha sekuat tenaga atas nama profesi untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dalam mempertanyakan dan melakukan evaluasi kritis terhadap bukti-bukti audit. 17

Komitmen profesional merupakan suatu format fokus karir pada komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa hidup seseorang, Wang dan Armstrong (2001) dalam Utami et al. (2007). Komitmen profesi perlu dikembangkan selama proses sosialisasi ke dalam profesi yang dipilih dengan penekanan-penekanan pada nilai-nilai profesi, karena masyarakat profesional memiliki karakteristik berbeda dalam memanfaatkan suatu organisasi. Januarti (2011), menemukan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis auditor, meski tidak berpengaruh signifikan, hal ini menunjukkan bahwa komitmen profesional yang tinggi untuk mempersepsikan dan mempertimbangkan keputusan etis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalaman, maka auditor tersebut akan semakin baik komitmen profesionalnya. Oleh karena itu, hipotesis yang dibangun sebagai berikut: H3: Semakin tinggi komitmen profesional maka skeptisme profesional semakin tinggi. Pengaruh Situasi Konflik Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor Secara historis, investasi publik telah bergantung kepada laporan keuangan yang telah diaudit ketika membuat keputusan untuk investasi dan sehigga mereka tergantung kepada akuntan publik yang profesional untuk mengkonfirmasikan akurasi dan kelengkapan informasi laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu auditor dipandang sebagai pihak yang dapat melindungi para investor. Akuntan publik dipandang sebagai profesi penawar jasa yang memiliki standar integritas sangat tinggi, namun pada awal abad dua puluh satu ada perhatian yang meningkat dari para ahli bahwa auditor mengkompromikan independensinya sehingga menyebabkan 18

objektivitas auditor dan akurasi laporan keuangan klien menjadi dipertanyakan, oleh karena itu standar etika diperlukan dengan maksud untuk mengarahkan akuntan dalam melayani publik, klien, dan tenaga kerja (Luz 2012). Namun demikian hubungan dekat antara akuntan dan klien telah mengarahkan auditor kepada pilihan-pilihan yang sulit. Tsui dan Gul (1996) dalam Utami et al. (2007). Menetapkan pengalaman berdasarkan kurun waktu empat tahun, karena dalam kurun waktu empat tahun akuntan publik dianggap telah berpengalaman dalam situasi konflik audit. Hal tersebut menjadi dasar yang kuat untuk merumuskan hipotesis pengaruh situasi konflik audit terhadap skeptisme profesional auditor oleh akuntan publik. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian H4 sebagai berikut : H4: Situasi konflik audit berpengaruh signifikan terhadap skeptisme profesional auditor. Model Penelitian Tekanan Etis (X1) H1 Kompetensi (X2) Komitmen Profesional (X3) H2 H2 H3 H3 H4 Skeptisme Profesional Auditor (Y) Situasi Konflik Audit (X4) Gambar 2. Model Penelitian 19