BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pasar produk dalam negeri. Peran tersebut adalah meningkatkan persaingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016

Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak 68 Persen Mencapai US$ 2,5 Miliar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian karena berguna bagi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. Pendahuluan. Menghadapi AFTA tahun 2003 dunia agribisnis Indonesia, menurut ramalan,

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspor suatu negara memainkan peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekspor dapat menyuplai anggaran negara melalui pendapatan dan mata uang asing yang dapat digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dan menciptakan iklim investasi yang menarik (Mohsen, 2015). Selain itu, ekspor juga memiliki peran penting dalam mengembangkan pasar produk dalam negeri. Peran tersebut adalah meningkatkan persaingan yang mendorong suatu negara untuk meningkatkan produksi dan menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Di Nigeria, sebelum terjadinya oil boom pada tahun 70-an, ekspor didominasi oleh produk non migas seperti kacang tanah, biji kelapa sawit, minyak kelapa sawit, biji coklat, karet, kapas, kopi dan sebagainya (Ogunjimi, Aderinto dan Ogunro, 2015). Namun setelah terjadinya oil boom pada tahun 70-an, perekonomian Nigeria berubah menjadi monokultural atau bergantung pada minyak (Onodugo dkk, 2013). Dilain pihak, perubahan ini juga disokong oleh 90% FDI yang masuk ke Nigeria tertuju pada sektor minyak (Olayiwola dan Okudua, 2013). Sementara sektor non migas terutama pertanian masih dicirikan dengan produktivitanya yang rendah (Ogunjimi, Aderinto dan Ogunro, 2015), karena sedikitnya aliran FDI yang masuk ke sektor non migas. Selain itu, terjadi pertumbuhan ekonomi yang tumbuh tanpa menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Penyebabnya yaitu sektor minyak yang menghasilkan 90% pendapatan ekspor, hanya menyerap kurang dari 1% penduduk Nigeria yang didominasi oleh orang asing dan anggota kelas politik yang mengendalikan produksi dan prosesnya (Onodugo dkk, 2013). Menyikapi hal ini, pemerintah membuat kebijakan Structural

Adjustment Program (SAP) untuk meningkatkan kembali peran ekspor non migas dalam perekonomian. Hasilnya, ekspor non migas berpangaruh positif dalam jangka panjang. Selanjutnya di Suriah, minyak mentah memiliki pangsa ekspor terbesar (Mohsen, 2015). Dua pertiga pendapatan devisa Suriah bersumber dari sektor minyak. Namun, cadangan minyak di Suriah sudah mulai menipis. Kondisi tersebut diperburuk dengan perang yang dimulai pada tahun 2011. Perang tersebut menyebabkan kerusakan besar bagi perekonomian Suriah. Investasi turun, devisit negara perdagangan meningkat dan sumur minyak banyak dikuasai teroris. Hasilnya, pemerintah harus membuat strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak dan melakukan diversifikasi ekspor agar pengaruh ekspor terhadap perekonomian lebih besar. Sedangkan di Iran yang merupakan negara kaya minyak dan salah satu negara yang tergabung dalam organisasi minyak internasional yakni OPEC. Pada tahun 2007, Iran adalah produsen minyak terbesar kedua dari 12 negara yang tergabung dalam OPEC. Iran memiliki 11% cadangan minyak dan 15% cadangan gas dunia (Hosseini dan Tang, 2014). Meskipun demikian, minyak tetap merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Pengembangan ekonomi berdasarkan pada sumber daya alam berhubugan dengan ketidakpastian pendapatan. Iran harus menghindari ketergantungannya pada ekspor sumber daya alam melalui promosi industrialisasi (Mehrabadi, Nabiuny dan Moghadam, 2012). Selain itu ramalan Stern pada tahun 2007 menyatakan bahwa akan terjadi krisis minyak di Iran, ekspor minyak Iran akan mendekati zero pada tahun 2015 disebabkan berkurangnya persediaan minyak dan meningkatnya permintaan dalam negeri (Hosseini dan Tang, 2014). Oleh karena itu, Iran mengembangkan ekspor non migas untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya, ekspor non migas memiliki pengaruh positif dalam jangka panjang. Begitupun dengan Kuwait yang perekonomiannya bersumber dari minyak dan tergabung dalam OPEC (Merza, 2007). Kuwait juga mengembangkan ekspor non migas untuk mempertahankan

pertumbuhan ekonominya. Hasilnya, ekspor non migas memilki pengaruh positif dalam jangka panjang dan pemerintah harus meningkatkan ekspor non migas agar pengaruhnya lebih besar Kemudian di Saudi Arabia, negara yang kaya minyak dan merupakan negara dengan jumlah turis tertinggi di Timur Tengah, tetapi penyerapan tenaga kerja dari sektor minyak tidak lebih dari 2% penduduknya (Alodadi dan Benhin, 2014). Selain itu harga minyak dunia tidak stabil, jika tetap menggantungkan pendapatan pada sektor minyak, maka akan membuat perekonomian berada dalam ketidakpastian. Oleh karena itu Saudi Arabia mengembangkan ekspor non migas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hasilnya, ekspor non migas masih memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan ekspor non migas. Sementara itu, pada negara yang tidak kaya minyak.dan menyandarkan perekonomiannya pada sektor non migas seperti Etiopia, Madagaskar, Turki dan Malaysia melakukan perbaikan dalam ekspor terutama pada sektor pertanian dan industry dan melakukan diversifikasi ekspor. Tujuannya adalah agar kegiatan ekspor yang dilakukan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi atau menjadi mesin pertumbuhan (export led growth). Bergitupun dengan Indonesia. Di Indonesia, sebelum terjadinya oil boom tahun 1970, ekspor Indonesia didominasi oleh sektor non migas. Akan tetapi setelah terjadinya oil boom, sektor migas mulai mendominasi total ekspor dan menjadi komponen utama penghasil devisa negara yang berlangsung dari tahun 1973-1986. Sejak tahun 1987 sampai sekarang ekspor Indonesia kembali didominasi oleh ekspor non migas. Perubahan ini terjadi karena pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi dalam bidang ekspor diantaranya menyangkut meringankan bea masuk dan pajak pertambahan nilai serta memperpendek prosedur administrasi dan mempertegas lembaga yang menanganinya (Nota Keuangan dan

1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 RAPBN 1988/1989). Nilai ekspor non migas pada tahun 1987 mencapai US$ 8.579,6 juta, sedangkan nilai ekspor migas sebesar US$ 8.556 juta. Ekspor non migas memiliki trend yang positif hingga tahun 1997 dengan nilai ekspor mencapai US$ 41.821,1 juta. Artinya, ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar US$ 33.241,5 juta selama sepuluh tahun. Grafik 1.1 Ekspor Indonesia (Juta US$) 180000 160000 140000 120000 100000 ekspor migas ekspor non migas 80000 60000 40000 20000 0 sumber: Badan Pusat statistic Indonesia Pada tahun 1997 krisis ekonomi melanda Asia tenggara. Krisis tersebut berdampak pada penurunan nilai ekspor non migas pada tahun 1998-1999 menjadi US$ 40.975,5 juta dan US$ 38.873,2 juta. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami pertumbuhan negatif yaitu tumbuh -13.13%. Ekspor non migas dan pertumbuhan ekonomi kembali terkena dampak krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Nilai ekspor non migas mengalami penurunan dari US$107.894,2 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 97.491,7 juta pada tahun 2009. Disisi lain, pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan meski tidak terlalu besar.

Pada tahun 2010 nilai ekspor non migas kembali meningkat menjadi US$ 129.739.5 juta dan pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali membaik. Akan tetapi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 nilai ekspor non migas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali mengalami perlambatan. Perlambatan ekspor non migas tersebut dipicu oleh turunnya harga ekspor produk primer yang sejalan dengan turunnya harga komoditas dunia (Laporan NPI, 2016) dan penurunan harga tersebut merupakan dampak dari krisis keuangan global yang menyebabkan melemahnya permintaan ekspor dunia. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa peningkatan ekspor non migas di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis penelitian mengenai Analisis Dampak Ekspor Non-Migas terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan dan pengaruh ekspor non-migas (NOX) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang? 2. Bagaimana pula hubungan dan pengaruh dari variabel ekonomi lainnya seperti angkatan kerja (L), PMTB (K), ekspor migas (OX), nilai tukar (EXCR) dan keterbukaan ekonomi (OPEN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan dan pengruh ekspor non-migas (NOX) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang 2. Untuk menganalisis bagaimana hubungan dan pengaruh dari variabel ekonomi lainnya seperti angkatan kerja (L), PMTB (K), ekspor migas (OX), nilai tukar (EXCR) dan keterbukaan ekonomi (OPEN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana hubungan dan pengaruh ekspor non-migas terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kemudian juga memperoleh informasi mengenai hubungan dan pengaruh dari variabel ekonomi lainnya seperti angkatan kerja (L), PMTB (K), ekspor migas (OX), nilai tukar (EXCR) dan keterbukaan ekonomi (OPEN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan ekspor non-migas dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu bagaimana hubungan dan pengaruh ekspor nonmigas (NOX) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana hubungan dan pengaruh dari variabel ekononomi lainnya seperti angkatan kerja (L), PMTB (K), ekspor migas (OX), nilai tukar (EXCR) dan juga tingkat keterbukaan ekonomi (OPEN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. penelitian ini menggunakan data annual time series

selama 36 tahun dari kurun waktu 1980-2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan Single equation Error Correction Model (ECM). 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari enam bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitaian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan BAB II : Tinjauan Literatur Bab ini menjelaskan tinjauan definisi, teori yang mendukung penelitian dan penelitian terdahulu yang mengenai penelitian. BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan tentang data dan sumber data, identifikasi variabel, serta model atau metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian. BAB IV : Gambaran Umum Bab ini menjelaskan perkembangan variabel yang digunakan di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. BAB V : Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil uji statistik berdasarkan model dan metode yang digunakan dalam penelitian, serta menjelaskan hasil yang telah diperoleh peneliti setelah dilakukan pengolahan data yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan.

BAB VI : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi pemerintah ataupun keperluan akademis untuk penelitian berikutnya.