BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

kenegaraan maupun kebijakan perekonomian. Pada era reformasi saat ini membawa perubahan paradigma sistem pemerintahan nasional, dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan alat-alat transportasi pun semakin meningkat. Alat transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan daerahnya dan menyeimbangkan dengan laju pertumbuhan daerah sesuai dengan prioritas dan meningkatkan kemampuan potensi daerah masing-masing. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru yang merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad,1997). Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Setiap pemerintah daerah berupaya keras meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disamping pengelolaan terhadap sumber PAD yang sudah ada perlu ditingkatkan dan daerah juga harus selalu kreatif dan inovatif dalam mencari dan mengembangkan potensi sumber-sumber PAD sehingga semakin

2 banyak memiliki sumber pendapatan yang akan dipergunakan dalam pembangunan daerahnya (Nasrul Qadarrochman,2010). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan daerah terdiri dari : (a) Pendapatan Asli Daerah (b) Dana Perimbangan (c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan PAD suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan PAD suatu daerah maka semakin tinggi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Ini dikarenakan PAD merupakan sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah itu sendiri. Secara geografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak 7 33-8 12 Lintang Selatan dan 110 00-110 50 Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km 2. Secara administratif terdiri dari 1 Kota dan 4 Kabupaten, 78 Kecamatan dan 438 Kelurahan/Desa, yaitu : Tabel 1.1 Kondisi Geografis DIY Kabupaten/Kota Luas area Kecamatan Kelurahan/Desa Kota Yogyakarta 32,50 km 3 14 kecamatan 45 kel Kab. Bantul 506,85 km 3 17 kecamatan 75 desa Kab. Kulonprogo 586,27 km 3 12 kecamatan 88 desa Kab. Gunungkidul 1.485,36 km 3 18 kecamatan 144 desa Kab. Sleman 574,82 km 3 17 kecamatan 86 desa DIY 3.185,80 km 3 78 kecamatan 438 kelurahan/desa Sumber: Statistik Indonesia D.I Yogyakarta

3 Dalam pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dan dapat menjadi tolak ukur untuk meningkatkat pembangunan sektor-sektor yang lain secara bertahap. Hal ini dapat dilihat dari dampak positif yang diberikan industri pariwisata dalam perekonomian nasional. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah sub sektor pariwisata di DIY tahun 2014 menunjukkan Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebesar 49,0%, Kabupaten Sleman sebesar 35,8%, Kabupaten Bantul sebesar 6,8%, Kabupaten Kulonprogo sebesar 1,1% dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 7,3%, sehingga total sebesar 100% PAD di DIY berasal dari sektor pariwisata (Statistik Kepariwisataan,2014). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata menjadi peranan penting bagi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Dengan adanya pariwisata dan banyaknya obyek-obyek wisata akan berdampak baik untuk nasional maupun daerah yaitu dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah baik dari segi lingkungan,sosial, budaya dan ekonomi. Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota perjuangan, kota pendidikan, pusat kebudayaan dan menjadi salah satu tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara yang memiliki potensi alam yang melimpah. Dari beberapa sektor-sektor yang dikembangkan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa digali dan terus dikembangkan. Dalam tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4 Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011-2014 dalam jutaan Kabupaten/Kota Tahun 2011 2012 2013 2014 Kota Yogyakarta 202.260.820 241.190.745 304.797.499 470.634.760 Kab. Sleman 203.416.683 220.367.231 298.406.947 573.337.599 Kab. Bantul 106.885.124 121.593.862 170.006.171 224.197.864 Kab. Kulonprogo 49.588.455 54.293.141 64.750.332 158.800.563 Kab. Gunungkidul 41.985.405 55.600.362 66.710.860 159.304.338 Sumber: BPS D.I Yogyakarta Dilihat dari tabel 1.2 diatas perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Yogyakarta dari tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kota Yogyakarta pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 202.260.820 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 470.634.760 juta. Kabupaten Sleman pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 203.416.683 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 573.337.599 juta. Kabupaten Bantul pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 106.885.124 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 224.197.864 juta. Kemudian disusul dengan 2 Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten kulonprogo memberikan sumbangan PAD pada tahun 2011 sebesar 49.588.455 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 158.800.563 juta. Dan terakhir Kabupaten Gunungkidul memberikan sumbangan PAD pada tahun 2011 sebesar 41.985.405 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 159.304.338 juta. Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

5 perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai pendapatan utama dan sebagai alat pengukur keuangan daerah. Pajak sebegai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan dan membiayai pengeluran pemerintah daerah dalam menyelidiki kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yang berupa barang-barang publik. Pada tabel 1.3 dibawah ini merupakan perkembangan pajak daerah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 1.3 Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2011-2014 dalam jutaan Tahun Kabupaten/Kota Kota Sleman Bantul Kulonprogo Gunungkidul 2011 120.457.515 142.698.407 35.068.591 5.853.809 8.129.852 2012 208.812.089 177.835.870 51.768.352 8.448.298 10.728.490 2013 230.465.805 281.385.141 83.232.017 8.701.734 12.350.676 2014 253.996.307 326.033.995 99.558.470 21.171.577 28.477.674 Sumber: DPPKA Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota yang terdiri dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Perkembangan pajak daerah Kabupaten/Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dilihat pada tahun 2011 di Kota Yogyakarta penerimaan pajak daerah sebesar 120.457.515 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 253.996.307 juta. Kabupaten Sleman tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 142.698.407 juta dan meningkat

6 di tahun 2014 sebesar 326.033.995 juta. Kabupaten Bantul 35.068.591 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 99.558.470 juta. Kabupaten Kulonprogo tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 5.853.809 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 21.171.577 juta. Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 8.129.852 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 28.477.674 juta. Dari 4 Kabupaten yang berada di Yogyakarta, Kabupaten Sleman yang memberikan penerimaan pajak daerah terbesar dan terendah di Kabupaten Kulonprogo. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintah dan pembangunan daerah karena pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Dari segi perkembangannya, Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian disektor pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata ini dapat meningkatkan PAD. Salah satunya jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara dapat meningkat setiap tahunnya. Perkembangan yang diberikan pada sektor pariwisata dengan adanya kunjungan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014.

7 Wisatawan Mancanegara dan Nusantara 4,000,000 3,000,000 2.360.173 2.837.967 3.346.180 2,000,000 1.607.694 1,000,000-2011 2012 2013 2014 Sumber: Statistik Kepariwisataan Gambar 1.4 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di D.I Yogyakarta Tahun 2011-2014 Dari gambar 1.4 diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011 wisatawan mancanegara dan nusantara sebesar 1.607.694 orang dan pertumbuhan sebesar 10,34%, tahun 2012 sebesar 2.360.173 orang dan pertumbuhan sebesar 46,80%, tahun 2013 sebesar 2.837.967 dan pertumbuhan sebesar 20,24%, tahun 2014 sebesar 3.346.180 dan pertumbuhan sebesar 17,91%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah, semakin banyak wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke obyek-obyek wisata maka akan meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah.

8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah pada suatu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan disuatu daerah pada suatu periode tertentu (BPS,2014). Pada tabel di bawah ini merupakan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000 di Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012-2014. Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2012-2014 per Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 Kota Yogyakarta 6.151.679 6.486.790 6.830.589 Sleman 7.069.229 7.471.898 7.876.124 Bantul 4.400.313 4.645.476 4.920.952 Kulonprogo 1.963.078 2.062.182 2.132.296 Gunungkidul 3.642.562 3.830.400 4.004.300 Sumber: BPS D.I Yogyakarta (diolah) Dari tabel 1.5 perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan. Penerima sumbangan PDRB terbesar berada di Kabupaten Sleman tahun 2014 sebesar 7.876.124, sedangkan Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 memiliki nilai terendah sebesar 2.132.296. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari luas wilayah, sumberdaya alam serta potensi disetiap daerahnya masing-masing. Simanjuntak dalam Halim (2001), mengemukakan jika suatu daerah dapat mengelola sumber daya alam yang dimiliki dan perekonomiannya berkembang

9 dengan baik maka PDRB akan meningkat yang memperkuat PAD suatu daerah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan antara pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2014. B. Batasan Masalah Salah satu indikator untuk mengukur Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh suatu daerah yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan, PDRB. Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti dalam menyelesaikan peneliti ini diantaranya : 1. Obyek yang diteliti adalah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen, sedangkan Pajak, Jumlah Wisatawan dan PDRB sebagai variabel independen.

10 C. Rumusan Masalah Untuk mengetahui Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta dari berbagai obyek yang akan diketahui. Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan menjadi: 1. Seberapa besar pengaruh Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 2. Seberapa besar pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 3. Seberapa besar pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.

11 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil kajian penelitian ini dimasa yang akan datang di Kabupaten/Kota Yogyakarta khususnya di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul dan di Indonesia pada umumnya sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Sebagai tolak ukur seberapa jauh pengetahuan dari penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Pemerintah Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan yang tepat guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.