II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

dokumen-dokumen yang mirip

I. PENDAHULUAN *

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

ANALISIS TATANIAGA BAWANG MERAH (Kasus di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes)

ANALISIS SISTEM TATANIAGA MENTIMUN DI DESA LALADON, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR BACHTIYAR ARIF IBRAHIM

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa bawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO).

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Usahatani jamur tiram di Provinsi Lampung menguntungkan bagi petani

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

ANALISIS SISTEM TATANIAGA DAUN BAWANG (Studi Kasus: Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Skripsi. Dhimas Satria Sakti Wira Utama H

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT

BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN. diperlukan langkah-langkah strategis yaitu mendesain (menyusun) metode. sampai pada beberapa poin simpulan sebagai berikut:

PEMASARAN CABAI MERAH. Habib Nasihin. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (STUDI KASUS DESA CIBEUREUM, KECAMATAN SUKAMANTRI, KABUPATEN CIAMIS, PROVINSI JAWA BARAT)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

ANALISIS PEMASARAN SALAK

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Produksi Per musim tanam (kg)

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Jika melihat R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2,6 maka usahatani kembang kol dapat dikatakan efisien. Sedangkan jika dilihat dari R/C rasio atas biaya total adalah 2,6 sehingga usahatani kembang kol layak untuk dikembangkan. Saluran pemasaran pada kegiatan ushatani kembang kol terdiri dari lima saluran. Saluran I (petani-pedagang pengumpul)-pedagang besar (pedagang grosir Kramatjatipedagang pengecer (pasar induk Kramatjati)-konsumen. Saluran II (petani-pedagang pengumpul-pedagang besar (pedagang Grosir TU)-pedagang pengecer (pasar TU)-konsumen. Saluran III (petani-pedagang Kramatjati-pengecer pasar Kramatjati)-konsumen. Saluran IV petani-pedagang besar (TU)-pedagang pengecer (pasar TU)-konsumen dan saluran V (petanipedagang pengecer (pasar cisarua))-konsumen. Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk pedagang grosir masing-masing pasar induk Kramatjati, pasar Cisarua dan pasar TU cenderung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Penentuan harga antara petani dan pedagang berdasarkan tawar-menawar, namun petani tetap sebagai penerima harga (price taker). Marjin pemasaran kembang kol yang paling efisien adalah saluran kelima, karena memiliki marjin terkecil yaitu Rp 2.500,00/kilogram. Begitupun farmer s share terbesar yang diperoleh terdapat pada saluran V sebesar 56,5 persen. Rasio keuntungan biaya terbesar juga terjadi di saluran V dengan nilai tiga. Penelitian mengenai usahatani dan tataniaga caisin di Gapoktan Bunga Wortel memiliki karakteristik yang relatif sama. Diantaranya: letak kecamatan yang sama, selain itu caisin dan kembang kol termasuk pada kelompok sayuran daun. Analisis ushatani caisin akan menggunakan beberapa alat analisis yang sama, yaitu dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani dan efisiensi usahatani dengan menggunakan R/C rasio. Struktur pasar caisin yang akan terbentuk nantinya akan lebih dari satu, tergantung kepada tingkatan proses pemasaran seperti halnya pada tataniaga kembang kol. Selain itu, petani caisin pada saluran pemasaran yang relatif pendek akan mendapatkan peluang farmer share s yang cukup besar. Penelitian mengenai usahatani dan tataniaga kembang kol sangat membantu peneliti dalam menentukan alat analisis usahtani dan tataniaga caisin.

2.2. Analisis Usahatani dan Pemasaran Bawang Merah Maulina (2001) menganalisis pendapatan usahatani dan pemasaran bawang merah di Desa Kemukten, kecamatan Kersana, Kabupaten Dati II Brebes, Jawa Tengah. R/C rasio atas biaya total sebesar 1,4 maka usahatani bawang kurang menguntungkan untuk dikembangkan. Namun karena R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2,5 maka usahatani bawang merah layak dikembangkan. Dari 27 responden, didapatkan tiga pola saluran pemasaran. Pola saluran yang paling efisien adalah pola saluran pemasaran II, karena selain memiliki saluran pemasaran yang pendek dan farmer share s yang cukup besar yaitu 90 persen. Penelitian mengenai usahatani dan pemasaran bawang merah bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi penulis dalam menentukan alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian usahatani dan tataniaga caisin. Penelitian ini juga dapat menambah informasi usahatani dan pemasaran komoditas hortikultura lainnya, selain caisin. 2.3. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Pepaya California Purba (2008) menganalisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahdulur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitianyang dilakukan dapat disimpulkan bahwa petani memperoleh nilai R/C rasio atas biaya total sebesar rata-rata 3,59 dan R/C aras biaya tunai sebesar rata-rata 4,05. Nilai dari kedua R/C tersebut lebih dari satu, maka usahatani pepaya California tersebut masih memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani adalah luas lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Pada saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahdulur, terdapat dua bentuk pola saluran. Pola saluran I, petani menjual pepaya kepada supplier, kemudian supplier menjual pepaya tersebut kepada pedagang pengecer dan pengecer menjualnya kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual pepaya langsung kepada pabrik (konsumen akhir). Perhitungan efisiensi usahatani pepaya California menggunakan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Untuk penelitian usahatani caisin yang akan dilakukan akan menggunakan alat analisis yang sama. Dengan mengetahui efisiensi usahatani caisin,

dapat diketahui kelayakan usahatani caisin tersebut. Jika R/C rasio yang didapatkan lebih dari satu, maka usahatani caisin menguntungkan bagi petani caisin. Pepaya California sebagai salah satu komoditas hortikultura yang memiliki karakter cepat rusak (perishable) memiliki kesamaan denga karakter caisin. Saluran pemasaran yang relatif pendek membuat tataniaga papaya ini menjadi efisien. Dengan memiliki karakter yang cepat rusak juga, saluran pemasaran caisin yang akan diteliti idealnya memiliki jarak yang relatif pendek. 2.4. Analisis Tataniaga Sayuran Bayam Apriyanto (2008) menganalisis tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling yaitu dengan menelusuri saluran pemasaran bayam yang dominan di daerah penelitian berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat petani sampai pedagang pengecer. Pedagang yang diambil sebagai sampel terdiri dari tiga orang pedagang pengumpul dan lima pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruteun Ilir terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga satu : petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecerkonsumen; saluran tataniaga dua : petani-pedagang pengecer - konsumen; saluran tataniaga tiga : petani-konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani sayuran bayam adalah fungsi penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan, pengangkutan dan fasilitas berupa informasi pasar, penaggungan risiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi petani sayuran bayam di Desa Ciaruteun Ilir bersifat pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan risiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Desa Ciaruteun Ilir adalah Oligopsoni. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan risiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang diahadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, produk yang diperjualbelikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker.

Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga petani yang paling efisien, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat dan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani memperoleh keuntungan terbesar yaitu sebesar Rp 368 per ikat, rasio keuntungan dan biaya yaitu sebesar 9,43 dan bagian harga terbesar (farmer s share) diterima oleh petani sebesar 100 persen. Pada saluran tataniaga tiga petani berprofesi sebagai pedagang pengecer dan produk yang dijual sedikit sehingga keuntungan secara total yang diperoleh tidak begitu besar dan hanya sebagian kecil dari jumlah petani yang di wawancara yang melakukan kegiatan tataniaga ini. Penelitian mengenai tataniaga bayam menambah informasi mengenai metode penarikan sampel tataniaga, yaitu dengan menggunakan snowball sampling. Analisis mengenai struktur pasar caisin akan dilakukan pada setiap tingkatan seperti pada penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara terperinci mengenai sturuktur pasar yang terjadi. Seperti pada penelitian tataniaga yang lainnya, alat analisis yang digunakan adalah analisis margin tataniaga, analisis farmer share s dan analisis rasio keuntungan dan biaya. 2.5. Analisis Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Rachma (2008) menganalisis efisiensi tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima jenis saluran tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum. Saluran Tataniaga I terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer II. Saluran tataniaga II terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer I dan pedagang pengecer II. Saluran tataniaga III terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer II. Sedangkan saluran tataniaga IV terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer I dan pedagang pengecer II. Saluran V terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang pengecer I. Berdasarkan kelima saluran tataniaga tersebut, terlihat bahwa 100 persen cabai merah dijual petani kepada pedagang pengumpul. Setiap lembaga tataniaga terlibat memiliki fungsi tataniaga masing-masing. Fungsi tataniaga bertujuan untuk memperlancar penyaluran hasil panen dari petani ke konsumen akhir. Struktur pasar yang terjadi dalam tataniaga cabai merah ini dalah monopsoni karena hanya ada satu pedagang pengumpul yang menampung langsung keseluruhan hasil pertanian cabai merah dari petani di Desa Cibeureum dan beberapa penjual di setiap tingkat lembaga tataniaga lainnya. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa terjadi transaksi dengan nota

penjualan antara petani, pedagang grosir, pedagang pengecer I, dan pedagang pengecer II adalah secara tunai. Lembaga penentu harga cabai merah adalah pedagang grosir. Hasil analisis marjin tataniaga menunjukkan marjin terbesar terdapat pada saluran II, III, dan IV, sedangkan marjin terkecil terdapat pada saluran I dan V. Secara operasional dari kelima saluran tataniaga cabai merah yang ada, saluran V merupakan saluran tataniaga yang rendah, farmer s share serta rasio keuntungan dan biaya yang paling tinggi. Pada intinya analisis efisensi tataniaga cabai merah ini adalah ingin memberikan alternatif bagi petani dalam memilih saluran tataniaga yang memberikan keuntungan paling besar, sehingga dapat meningkatkan bagian harga yang diterima oleh petani. Berdasarkan penelitian efisiensi tataniaga cabai merah, bermanfaat bagi penulis dalam menentukan tingkat efisiensi tataniaga caisin. Pada umumnya tataniaga yang memiliki saluran tataniaga terpendek dan memiliki marjin terkecil merupakan tataniaga yang efisien. 2.6. Analisis Efisiensi Pemasaran Talas Widiyanti (2008) meneliti tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Talas (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Hasil analisis pemasaran talas diketahui bahwa dalam pemasaran talas terbentuk tiga pola saluran pemasaran. Pola saluran pemasaran I terdiri dari: petani-pedagang pengumpul desa (tengkulak)-pedagang pengecer-konsumen. Sistem pemasaran talas yang paling efisien terjadi pada saluran pemasaran II. Hal ini dikatakan demikian karena dapat dilihat bahwa pola saluran II memiliki volume pemasaran talas yang paling besar jika dibandingkan dengan pola pemasaran yang lain, dan telah memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat, yaitu petani, pedagang perantara (pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer) dan konsumen. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator efisiensi tataniaga adalah faktor kepuasan. Artinya jika seluruh lembaga tataniaga mendapatkan kepuasan, berarti tataniaga tersebut telah efisien.