DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

KATA PENGANTAR. Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN JL. Soekarno Hatta no Telp. (0321) , Fax (0321)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

: PERTANIAN ORGANISASI : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Halaman sebelum perubahan

LAPORAN KINERJA (LKjIP) 2016 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

Purwokerto, Juli 2013 Juni Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas. Ir. H. SUGIYATNO, MM NIP

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DA TAHUN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban

KERTAS KERJA EVALUASI KESELARASAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BESERTA INDIKATOR KINERJA SKPD

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Terlampir. Terlampir

(Rp.) , ,04

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

MATRIKS RENCANA KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2014

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

ANGKERAN PENGUMPULAN DATA

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

DINAS PETERNAKAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 94 (1) Kepala Balai mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas

PENGUKURAN KINERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR CAPAIAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

GUBERNUR SUMATERA BARAT

RENCANA KERJA TAHUNAN 2017

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

Lampiran 4.b Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Pagu Indikatif Urusan Pertanian Kabupaten Bandung KONDISI AWAL 2015

Transkripsi:

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala, yang telah memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 dapat diselesaikan. LKIP ini merupakan bentuk laporan dan pertanggungjawaban Dinas Peternakan dan Perikanan pada pelaksanaan kegiatan secara kinerja dan anggaran pada tahun 2015. Laporan ini merupakan bentuk transparansi pelaksanaan kegiatan peternakan dan perikanan pada tahun 2015. Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada tahun 2015. Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun (2010 s.d 2015). Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan kebijakan pembangunan peternakan dan perikanan pada waktu yang akan datang. Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan Soreang, Februari 2016 Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Ir H. Hermawan Pembina Utama Muda NIP 195901201986031008 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... viiv DAFTAR LAMPIRAN... viiii IKHTISAR EKSEKUTIF... viiiii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Gambaran Umum...1 B. Permasalahan...4 BAB II PERENCANAAN KINERJA...5 A. Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2010-2015...5 B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015...7 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA...12 A. Capaian Kinerja Organisasi (Disnakan)...12 B. Realisasi Anggaran...63 BAB IV P E N U T U P...66 ii

DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Tujuan Kedua... 6 Tabel 2. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Ketiga... 6 Tabel 3. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Keempat... 7 Tabel 4. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Kelima... 7 Tabel 5. Sasaran, indikator sasaran pada tahun 2015... 8 Tabel 6. Target dan Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2010-2015... 10 Tabel 7. Target dan realisasi indikator kinerja pada Dinas peternakan dan Perikanan Tahun 2015. 12 Tabel 8. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun 2015.. 14 Tabel 9. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun 2015.. 15 Tabel 10. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun 2015.. 16 Tabel 11. Stimulan ternak dari Disnakan tahun 2010-2015... 17 Tabel 12. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Akseptor IB Tahun 2015.. 19 Tabel 13. Pelaksanaan Inseminasi Buatan di Kabupaten Bandung tahun 2015... 19 Tabel 14. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya 2015. 20 Tabel 15. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Populasi Peternakan TA 2015. 22 Tabel 16. Perbandingan target dan realisasi indikator pemotongan ternak di RPH tahun 2015.. 23 Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun 2015.. 25 Tabel 18. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA 2015.. 27 Tabel 19. Perbandingan target dan realisasi indikator produksi ikan konsumsi tahun 2015.. 28 Tabel 20. Target dan realisasi produksi ikan konsumsi pada tahun 2015.. 29 iii

Hal Tabel 21. Stimulan Bantuan Perikanan Kepada Masyarakat Tahun 2011-2015... 29 Tabel 22. Kelompok penerima sertifikat CBIB tahun 2015. 31 Tabel 23. Perbandingan target dan realisasi indikator produksi benih ikan tahun 2015. 35 Tabel 24. Jumlah Stimulan induk ikan tahun 2010-2015. 37 Tabel 25. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan produksi Ikan Produksi dan Benih TA 2015 38 Tabel 26. Target dan realisasi pencapain indikator Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi tahun 2015 39 Tabel 27. Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun 2015.. 40 Tabel 28. Target dan realisasi persentase peningkatan status kesehatan hewan. 41 Tabel 29. Realisasi Vaksinasi AI/ND di Kabupaten Bandung Tahun 2015. 42 Tabel 30. Vaksinasi Brucellosis pada Tahun 2015.. 44 Tabel 31. Hasil Vaksinasi Rabies Tahun 2015. 46 Tabel 32. Hasil Vaksinasi Rabies tahun 2010-2015. 49 Tabel 33. Eliminasi HPR dari tahun 2010-2015 49 Tabel 34. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Hewan/ Ternak TA 2015 52 Tabel 35. Target dan Realisasi Hasil Uji pada PAH tahun 2015 54 Tabel 36. Hasil Uji laboratorium Kesmavet Tahun 2015 54 Tabel 37. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk Menjamin Keamanan Pangan TA 2015. 56 Tabel 38. Perbandingan Target dan Realisasi indikator Pemanfaatan Teknologi Tahun 2015 56 Tabel 39. Fasilitasi teknologi berupa alat/sarana peternakan dan perikanan tahun 2015. 57 Tabel 40. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk Menjamin Keamanan Pangan TA 2015. 59 Tabel 41. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator peningkatan produksi olahan ikan 2015.. 60 Tabel 42. Produksi Olahan Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 60 Tabel 43. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Peningkatan Produksi Olahan Ternak tahun 2015.. 61 iv

Hal Tabel 44. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk Menjamin Keamanan Pangan TA 2015 62 Tabel 45. Ringkasan anggaran Belanja Langsung TA 2015... 63 v

DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1. Data Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015... 17 Grafik 2. Data Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015... 18 Grafik 3. Perkembangan Kebuntingan pada Betina akseptor IB tahun 2011-2015... 20 Grafik 4. Perbandingan Target dan Realisasi Fasilitasi Kelompok Pembudidaya Peternakan Tahun 2011-2015. 21 Grafik 5. Perbandingan Target dan Realisasi Pemotongan di RPH 2011-2015.. 24 Grafik 6. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 26 Grafik 7. Jumlah pembudidaya yang mendapat sertifikat CBIB Tahun 2011-2015 33 Grafik 8. Perbandingan Target dan Realisasi Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 34 Grafik 9. Perbandingan Target dan RealisasiProduksi Benih ikan di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 36 Grafik 10. Peningkatan intervensi jenis penyakit ternak dan hewan di kabupaten Bandung tahun 2011-2015. 40 Grafik 11. Perkembangan Vaksinasi AI/ND di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 43 Grafik 12. Perkembangan Vaksinasi Brucellosis di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. 45 Grafik 13. Peningkatan pelayanan dan pencegahan penyakit ternak/ hewan tahun 2010-2015. 52 Grafik 14. Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun 2012-2015. 55 Grafik 15. Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan dan perikanan di Kabupaten Bandung 2011-2015.. 58 Grafik 16. Produksi Produk Peternakan Tahun 2011-2015.. 62 vi

DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015... 68 Lampiran 2. Rencana Aksi 2015... 72 Lampiran 3. Indikator Kinerja Utama (IKU) Disnakan... 76 Lampiran 4. Daftar Fasilitasi Kelompok Peternak Pembudidaya 2015... 86 vii

IKHTISAR EKSEKUTIF Terdapat 17 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2015, 15 indikator utama diantaranya dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 2 indikator lainnya belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan melebihi Populasi ternak unggas, Fasilitasi kelompok pembudidaya, penyediaan telur, penyediaan susu, dan pelayanan kesehatan hewan serta beberapa indikator yang lain. Pencapaian ini tidak terlepas dari peran serta stakeholders peternakan/perikanan, masyarakat dan seluruh masyarakat peternakan dan perikanan yang didukung pula oleh peran aktif pemerintah Kabupaten Bandung pada proses pembangunan. Indikator lain yang belum mencapai target yang sudah ditetapkan diantaranya populasi ruminansia besar dan penyediaan daging. Realisasi tertinggi dicapai oleh indikator Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya yang mencapai 475 % dari target yang ditetapkan. Capain terendah ialah indikator Jumlah penyediaan daging yang hanya 85,82% dari target yang ditetapkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator yang belum mencapai target yang ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir rencana strategis target yang tidak tercapai dapat terkompensasi Anggaran belanja langsung yang dialokasikan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung untuk mendukung pencapain indikator tersebut pada tahun 2015 ialah sebesar Rp. 15.898.608.300,- dengan realisasi sebesar Rp. 13.349.079.009,- atau 83,96%. Jumlah anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah ditetapkan di dalam Renstra Disnakan, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran sebagai target tahunan dari Dinas Peternakan dan Perikanan. Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut: - Belum jelasnya mengenai mekanisme pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya mengenai aturan hibah yang harus diberikan kepada kelompok yang berbadan hukum membuat beberapa pelaksanaan kegiatan terhambat. - Cukup lamanya musim kemarau pada tahun 2015 mempengaruhi pada capaian target terutama untuk produksi ikan konsumsi, penyediaan pakan ternak, dan komoditas lainnya. viii

- Adanya kebijakan pembatasan impor sapi bakalan oleh pemerintah pusat membuat capaian sasaran terutama penyediaan daging tidak terlaksana secara optimal. - Masih terbatasnya penerapan teknologi dan perlunya peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan serta peternak. - Masih rendahnya daya saing produk peternakan dan perikanan sehingga belum memberikan nilai tambah untuk pelaku usaha Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2015 ialah sebagai berikut : - Melakukan asistensi dan konsultasi mengenai mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan aturan UU No. 23 tahun 2014 tersebut ke tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat. - Fasilitasi sarana dan kegiatan untuk mengurangi dampak kekeringan seperti dengan memberikan pompa untuk perikanan, penerapan teknologi pengawetan pakan dan lainnya. - Berkoordinasi dengan instansi lain pada tingkat Kabupaten, provinsi, dan pusat untuk mengatasi masalah penyediaan daging serta harga daging yang mengalami peningkatan. - Peningkatan stimulan teknologi serta peningkatan kualitas SDM peternak, pelaku usaha, dan pembudidaya ikan ix

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Isu food security dan food safety merupakan hal yang menjadi perhatian utama baik pada level daerah, nasional maupun dunia. Dimana dewasa ini kekurangan penyediaan produk pangan menjadi masalah utama di level internasional terutama untuk beberapa negara berkembang dan negara tertinggal. Selain isu ketersediaan pangan keamanan pangan juga menjadi isu yang cukup penting untuk diperhatikan mengingat banyaknya kasus produk pangan yang tidak layak konsumsi baik secara kondisi produk atau aturan etika yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bandung menanggapi isu tersebut dengan membuat sebuah instansi yang berkaitan dengan ketersediaan dan keamanan pangan produk peternakan dan perikanan melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 dimana didalamnya terdapat Tupoksi Dinas Peternakan dan Perikanan yaitu Merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pelayanan dan pengembangan peternakan dan perikanan yang meliputi peternakan, perikanan, kesehatan hewan dan pembinaan usaha peternakan dan perikanan serta melaksanakan ketatausahaan dinas Adapun Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung berdasarkan pada aturan tersebut adalah sebagai berikut: 1

KEPALA DINAS JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS SUB BAG. PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAG. KEUANGAN SUB BAG. UMUM dan KEPEGAWAIAN BIDANG PETERNAKAN BIDANG PERIKANAN BIDANG KESEHATAN HEWAN BIDANG BINA USAHA SEKSI PERBIBITAN SEKSI PEMBENIHAN SEKSI PENGENDALIAN PENYAKIT HEWAN SEKSI PENGOLAHAN & PEMASARAN HASIL PETERNAKAN SEKSI PRODUKSI SEKSI PRODUKSI SEKSI SARANA PELAYANAN KESEHATAN HEWAN SEKSI PENGOLAHAN & PEMASARAN HASIL PERIKANAN SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI KESEHATAN IKAN & LINGKUNGAN SEKSI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER SEKSI PELAYANAN PETERNAKAN & PERIKANAN UPTD PUSKESWAN UPTD RUMAH POTONG HEWAN UPTD PEMBENIHAN IKAN UPTD PERBIBITAN TERNAK SUB BAG. TU SUB BAG. TU SUB BAG. TU SUB BAG. TU Berdasarkan Peraturan Bupati Bandung Nomor 5 Tahun 2008 tanggal 26 Februari 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bandung, Tupoksi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut: KEPALA DINAS Tugas Pokok: Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan merumuskan serta mempertanggung jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kelautan dan perikanan serta sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan SEKERTARIS Tugas Pokok : Sekertarismempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan 2

yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan. BIDANG PETERNAKAN Tugas Pokok : Bidang Peternakan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas tugas di bidang pengelolaan peternakan yang meliputi perbibitan, produksi dan pengembangan. BIDANG PERIKANAN Tugas Pokok : Bidang Perikanan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas tugas di bidang pengelolaan perikanan yang meliputi pembenihan, produksi serta kesehatan ikan dan lingkungan. BIDANG KESEHATAN HEWAN Tugas Pokok : Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas tugas di bidang pengelolaan kesehatan hewan yang meliputi pengendalian penyakit hewan, sarana dan pelayanan kesehatan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet). BIDANG BINA USAHA Tugas Pokok : Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas tugas di bidang pengelolaan pembinaan usaha peternakan dan perikanan yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil peternakan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan serta pelayanan peternakan dan perikanan. UPTD PERBIBITAN TERNAK Tugas Pokok : UPTD Perbibitan Ternak mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pengembangan perbibitan ternak. UPTD PEMBENIHAN IKAN Tugas Pokok : 3

UPTD Pembenihan Ikan mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pengembangan pembenihan ikan. UPTD RUMAH POTONG HEWAN Tugas Pokok : UPTD Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pengendalian rumah potong hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU). UPTD PUSAT KESEHATAN HEWAN DAN LABORATORIUM Tugas Pokok : UPTD Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratorium mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pengembangan pusat kesehatan hewan dan laboratorium. B. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran dan program yang sudah ditetapkan diantaranya: - Belum jelasnya mengenai mekanisme pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya mengenai aturan hibah yang harus diberikan kepada kelompok yang berbadan hukum membuat beberapa pelaksanaan kegiatan terhambat. - Cukup lamanya musim kemarau pada tahun 2015 mempengaruhi pada capaian target terutama untuk produksi ikan konsumsi, penyediaan pakan ternak, dan komoditas lainnya. - Adanya kebijakan pembatasan impor sapi bakalan oleh pemerintah pusat membuat capaian sasaran terutama penyediaan daging tidak terlaksana secara optimal. - Masih terbatasnya penerapan teknologi dan perlunya peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan serta peternak. - Masih rendahya daya saing produk peternakan dan perikanan sehingga belum memberikan nilai tambah untuk pelaku usaha 4

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2010-2015 Rencana strategis merupakan bahan dasar pengukuran kinerja instansi pemerintah. Renstra merupakan target/ kebijakan yang telah ditentukan untuk 5 tahun. Selain itu, rencana strategis instansi pemerintah memerlukan integrasi antara keahlian Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya lainnya agar mampu memenuhi keinginan stakeholders dan menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik regional, nasional maupun global. Analisis terhadap kinerja organisasi baik secara internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta strategis instansi pemerintah pada umumnya, khususnya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. Sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka Dinas Peternakan dan Perikanan menyusun Renstra 2010-2015 sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun perundang-undangan.tujuan dari penyusunan Renstra itu sendiri ialah sebagai acuan pelaksanaan kebijakan dan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada Dinas Peternakan dan Perikanan.Visi dan Misi Dinas Peternakan dan Perikanan untuk tahun 2010-2015 ialah: MISI DISNAKAN 1. Meningkatkan Kualitas SDM dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan profesionalisme aparatur dalam rangka pelayanan prima. 2. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas peternakan dan perikanan berbasis teknologi dan sumberdaya lokal yang unggul. 3. Menciptakan keseimbangan ekosistem Sumber Daya Alam yang mendukung keberlanjutan pembangunan Peternakan dan Perikanan. 4. Mengembangkan usaha Peternakan dan Perikanan sebagai usaha ekonomi produktif yang mandiri dan berdaya saing. TUJUAN Mendorong Peningkatan Kualitas SDM Aparatur Yang dapat Mewujudkan Pelayanan Prima, serta Pemberdayaan Masyarakat Peternakan dan Perikanan yang Kreatif dan inovatif dalam pengembangan usaha 1. Terpenuhinya Penyediaan Produk Peternakan dan Perikanan dengan Pengembangan Agribisnis Berbasis Ekonomi Lokal 2. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ternak dan Ikan untuk Peningkatan Kualitas Produk Peternakan dan Ikan Terkendalinya dampak Pembangunan Peternakan dan Perikanan dengan Memperhatikan Sarana Prasarana, Daya Dukung serta Daya T ampung lingkungan Misi 1 VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN BANDUNG YANG MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING, MELALUI TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN PEMANTAPAN PEMBANGUNAN PERDESAAN, BERLANDASKAN RELIGIUS, KULTURAL DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Misi 1 VISI MENJADIKAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN SEBAGAI INSTITUSI YANG PROFESIONAL DALAM MEWUJUDKAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG UNGGUL, BERDAYA SAING DENGAN MEMANFAATKAN SUMBER DAYA LOKAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Misi 3 Meningkatkan Pendapatan untuk Meningkatkan Daya Beli dan Ketahanan Pangan Masyarakat Melalui Pengembangan Aktivitas Ekonomi Berbasis Potensi Lokal MISI KABUPATEN BANDUNG (RPJMD) 1. Meningkatkan profesionalisme birokrasi. 2. Meningkatkan kualitas SDM (pendidikan dan kesehatan) yang berlandaskan Iman dan takwa serta melestarikan budaya sunda. 3. Memantapkan pembangunan perdesaan. 4. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah. 5. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah. 6. Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing. 7. Memulihkan keseimbangan lingkungan dan menerapkan pembangunan berkelanjutan 5

Tujuan dan Sasaran Strategis Tujuan Kedua: Terpenuhinya penyediaan produk peternakan dan perikanan untuk konsumsi didalam daerah dengan ketersediaan infrastuktur peternakan dan perikanan yang mampu mendukung peningkatan produksi ternak dan ikan yang unggul. Sasaran pada tahun 2015 yang ditetapkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan ini ialah seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Tujuan Kedua Sasaran Indikator Kinerja Utama 1. Tercapainya populasi Jumlah populasi Ruminansia Besar (ekor) peternakan Jumlah populasi Ruminansia Kecil (ekor) Jumlah populasi ternak unggas (ekor) Persen akseptor Inseminasi Buatan(IB) sapi potong yang bunting (%) 2. Tercapainya produksi peternakan 3. Tercapainya produksi ikan konsumsi, benih, dan ikan olahan Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya (Kelompok) Jumlah penyediaan daging (Ton) Jumlah penyediaan telur (Ton) Jumlah penyediaan susu (Ton) Pemotongan ternak di RPH (ekor) Persen peningkatan Ikan konsumsi (%) Persen peningkatan Ikan Benih (%) Dimana sasaran dan tujuan ini didukung hampir oleh seluruh program yang ada pada Dinas Peternakan dan Perikanan, namun program dengan kegiatan yang secara langsung mendukung pada sasaran ini ialah sebagai berikut: a. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan b. Pengembangan budidaya perikanan c. Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau, dan Air Tawar. Tujuan Ketiga: Meningkatnya pencegahan dan pengendalian Penyakit ternak dan Ikan untuk peningkatan kualitas produk peternakan dan Ikan. Pada tujuan ini terdapat 2 sasaran untuk tahun 2015 yang ditetapkan seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Ketiga Sasaran Indikator Kinerja Utama 1. Tercapainya Peningkatan kesehatan hewan/ ternak - Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi (%) - Persen status kesehatan (%) 6

2. Pencapaian Peningkatan Persen produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) kesmavet untuk mendukung jaminan keamanan pangan Adapun program yang mendukung pada pencapaian indikator sasaran ini ialah program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ternak. Tujuan Keempat: Terkendalinya dampak pembangunan peternakan dan perikanan dengan memperhatikan sarana prasarana dan daya dukung serta daya tampung lingkungan. Pada tujuan ini terdapat 1 sasaran untuk tahun 2015 yang ditetapkan sebagai upaya pencapain tujuan seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Keempat Sasaran Indikator Kinerja Utama Tercapainya Peningkatan pemanfaatan hasil ikutan Persen pemanfaatan teknologi peternakan dan perikanan ( %) produksi peternakan serta penerapan teknologi peternakan dan perikanan Sasaran ini didukung oleh 2 program yaitu: 1. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan 2. Program Pengembangan Budidaya Perikanan Tujuan Kelima: Meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal. Pada tujuan ini ada 1 sasaran yang ditetapkan utuk tahun 2015 yaitu seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Kelima Sasaran Indikator Kinerja Utama Tercapainya Peningkatan - Persen peningkatan produksi olahan ikan (%) produk olahan peternakan - Persen peningkatan produksi olahan ternak (%) dan perikanan yang berdaya saing Sasaran ini didukung oleh 2 program utama yaitu : 1. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan 2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Sebagai upaya pencapaian Tujuan pada akhir periode Renstra Tahun 2015 maka di tetapkan beberapa sasaran dengan beberapa Indikator utama yang akan diurai pada 7

bagian bab utama sedangkan untuk indikator tambahan terdapat pada lampiran.indikator Kinerja utama pada Dinas peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut: Tabel 5. Sasaran, indikator sasaran pada tahun 2015. Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Tahun 2015 1. Tercapainya populasi Jumlah populasi Ruminansia Besar 63.494 peternakan (ekor) Jumlah populasi Ruminansia Kecil (ekor) Jumlah populasi ternak unggas (ekor) 268.102 6.159.209 2. Tercapainya produksi peternakan Persen akseptor Inseminasi Buatan/IB sapi potong yang bunting (%) Jumlah Fasilitasi Peternak pembudidaya (kelompok) 55 40 (231 akumulasi) - Jumlah penyediaan daging (ton) 31.181 - Jumlah penyediaan telur (ton) 8.701 - Jumlah penyediaan susu (ton) 64.267 - Pemotongan ternak di RPH (ekor) 14.857 3. Tercapainya produksi ikan konsumsi, benih, dan ikan olahan 4. Tercapainya peningkatan kesehatan hewan/ ternak/ ikan 5. Tercapainya Peningkatan kesehatan masyarakat veteriner untuk mendukung jaminan keamanan pangan - Persen peningkatan Ikan konsumsi (%) - Persen peningkatan ikan Benih (%) - Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi (%) - Persen peningkatan status kesehatan (%) - Persen produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) 7 (35 akumulasi) 7 (35 akumulasi) 32 68,9 75 8

Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Tahun 2015 - Persen pemanfaatan teknologi 3,04 peternakan dan perikanan ( %) 6. Tercapainya pemanfaatan hasil ikutan produksi peternakan serta penerapan teknologi peternakan dan perikanan 7. Tercapainya peningkatan produk olahan peternakan dan perikanan yang berdaya saing - Persen peningkatan produksi olahan ikan (%) - Persen peningkatan produksi olahan ternak (%) 5,9 (36 akumulasi) 9,67 (40 Akumulasi) 9

Adapun Perbandingan antara target dan realisasi capaian indikator sasaran dapat ialah seperti yang tersaji pada tabel dibawah ini: Tabel 6. Target dan Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2010-2015. Sasaran Tercapainya populasi peternakan Tercapainya produksi peternakan Tercapainya produksi ikan konsumsi, benih, dan ikan olahan Tercapainya peningkatan kesehatan hewan/ ternak/ ikan Indikator Kinerja Utama 2011 2012 2013 2014 Target Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2015 Jumlah populasi Ruminansia 49.114 73.252 75.172 60.004 61.383 61.103 62,303 61.841 63.494 Besar (ekor) Jumlah populasi Ruminansia 254.836 258.876 264.393 259.774 274.969 267.011 265,297 277.400 268.102 Kecil (ekor) Jumlah populasi ternak unggas 6.862.229 6.986.915 7.119.563 5.198.919 5.436.698 5.312.122 5,784,287 6.364.472 6.159.209 (ekor) Jumlah Fasilitasi Peternak 60 (60 60 (60 41 (101 41 (101 55 (156 60 (161 45 (201 128 (289 40 (231 pembudidaya (kelompok) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) - Jumlah penyediaan daging 53.287 57.356 32.876 27.839 28.873 28.799 29,095 29.414 31.181 (ton) - Jumlah penyediaan telur (ton) 9.008 7.823 8.731 7.297 7.745 7.639 7,795 7.768 8.701 - Jumlah penyediaan susu (ton) 66.210 67.429 79.374 59.157 60.831 59.937 61,516 62.317 64.267 - Pemotongan ternak di RPH 9.200 9.526 14.000 12.960 14.280 14.830 14.566 24.179 14.857 (ekor) - Persen peningkatan Ikan 7 (7 7,19 (7,19 7 (14 19,59 7(21 7,05 (33,83 7(28 8,92 (42,74 7 (35 konsumsi (%) akumulasi) akumulasi) akumulasi) (26,78 akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) akumulasi) - Persen peningkatan ikan Benih (%) - Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi (%) - Persen peningkatan status kesehatan (%) 7 (7 akumulasi) 9,16 (9,16 akumulasi) 7 (14 akumulasi) akumulasi) 10,86 (20,02 akumulasi) 7(21 akumulasi) 8,45(28,47 akumulasi) 7(28 akumulasi) 10,93 (39,40 akumulasi) 7 (35 akumulasi) 16 20 20 20 24 24 28 28 32 58 60 60 62,5 62 63,75 65 67,40 68,9 10

Sasaran Tercapainya Peningkatan kesehatan masyarakat veteriner untuk mendukung jaminan keamanan pangan Tercapainya peningkatan produk olahan peternakan dan perikanan yang berdaya saing Indikator Kinerja Utama - Persen produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) - Persen peningkatan produksi olahan ikan (%) - Persen peningkatan produksi olahan ternak (%) 2011 2012 2013 2014 Target Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2015 Na Na 60 62,5 65 70 70 72,6 75 6 (6 akumulasi) 15,19 (15,19 akumulasi) 6 (12 akumulasi) Na Na 8 (8 akumulasi) 4,37 (19,57 akumulasi) 28,56 (28,56 akumulasi) 6 (18 akumulasi) 8 (16 akumulasi) 4,23 (23,81 akumulasi) 10,63 (39,19 akumulasi) 6 (24 akumulasi) 8,44 (24,4 akumulasi) 6 (29,81 akumulasi) 19,24 (58,44 akumulasi) 5,9 (30 akumulasi) 9,67 (34,07 Akumulasi) 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi (Disnakan) Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Bandung sebagaimana tertuang dalam Rencana strategis. Pada tahun 2015 Terdapat 7 sasaran strategis dan 17 indikator sasaran prioritas pada Dinas Peternakan dan Perikanan. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 7. Target dan realisasi indikator kinerja pada Dinas peternakan dan Perikanan Tahun 2015 Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2015 Realisasi 2015 Persen Tercapainya populasi peternakan Tercapainya Peningkatan produksi peternakan Tercapainya Peningkatan produksi ikan konsumsi, dan benih a. Jumlah populasi Ruminansia Besar (ekor) b. Jumlah populasi Ruminansia Kecil (ekor) c. Jumlah populasi ternak unggas (ekor) d. Persentase akseptor Inseminasi Buatan/IB sapi potong yang bunting (%) e. Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya (kelompok) a. Jumlah penyediaan daging (ton) b. Jumlah penyediaan telur (ton) c. Jumlah penyediaan susu (ton) d. Jumlah Pemotongan ternak di RPH (ekor) a. Persentase peningkatan Ikan konsumsi (%) b. Persentase Ikan Benih (%) 63.494 62.116 97,83 268.102 282.530 105,38 6,159,209 6,586,513 106,94 40 (231 akumulasi) 55 61 110,91 190 (479 akumulasi) 475 (207 akumulasi) 31.181 26.761 85,82 8.701 8.819 101,36 64.267 71.602 111,41 14.857 21.960 147,81 7 (35 akumulasi) 6,98 (46,24 akumulasi) 99,71 7 5,95 85,00 12

Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2015 Realisasi 2015 Persen Tercapainya kesehatan hewan/ ternak Tercapainya kesehatan masyarakat veteriner untuk mendukung jaminan keamanan pangan Tercapainya Peningkatan Penerapan teknologi serta pemanfaatan hasil ikutan produksi peternakan dan perikanan Tercapainya produk olahan peternakan dan perikanan yang berdaya saing a. Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi (%) b. Persen peningkatan status kesehatan (%) Persentase produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) Persentase fasilitasi teknologi peternakan dan perikanan (%) a. Persentase peningkatan produksi olahan ikan (%) b. Persentase peningkatan produksi olahan ternak (%) 32 32 100,00 68,9 69,4 100,73 75 82,6 110,13 3,04 3,09 101,64 5,9 11,49 194,7 9,67 11,89 122,9 - Analisis Capaian Kinerja Organisasi (Disnakan) Analisis akuntabilitias kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tiap indikator sasaran dengan target pada tahun bersangkutan. Selain itu dilakukan penelahaan secara komprehensif dengan membandingkannya pada realisasi tahun sebelumnya serta pada target tahun yang akan datang. Adapun analisa sasaran pada Dinas Peternakan dan Perikanan untuk tahun 2015 ini ialah sebagai berikut: Sasaran Pertama Tujuan Kedua: Tercapainya populasi peternakan a. Jumlah Populasi Ruminansia Besar Indikator ini ditetapkan untuk mengukur proses pembangunan peternakan yang bersifat pengadaan ternak ruminansia secara langsung, maupun kegiatan penunjang lain seperti penyediaan sarana manajemen, penanggulangan penyakit serta kegiatan lainnya yang dapat menunjang pencapaian populasi ruminansia besar yang sudah ditetapkan. Adapun ruminansia yang dijadikan sebagai indicator dalam hal ini ialah sapi 13

perah dan sapi potong. Adapun indikator untuk sasaran ini terurai seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 8. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun 2015. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Realisasi tahun 2014 - Mendorong Populasi 63.494 62.116 97,83 61.841 Peternakan (Ruminansia Besar) 1. Sapi perah (ekor) 34.696 33.824 98,24 33.643 2. Sapi potong (ekor) 28.798 28.292 97,49 28.198 Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2015 Realisasi populasi ternak ruminansia besar masih berada dibawah angka target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya: - Terhambatnya dukungan pemerintah terutama pada akhir tahun 2015 dikarenakan adanya UU 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang mengharuskan penerima bantuan berbentuk badan hukum sehingga beberapa bantuan serta pengadaan ternak tidak dapat dilaksanakan. - Pertumbuhan populasi ternak dipengaruhi pula oleh harga daging yang melonjak tinggi sedangkan harga susu tidak meningkat sehingga banyak peternak sapi perah menjual ternaknya untuk menjadi daging. - Tingginya harga bakalan ternak yang berpengaruh pada jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak pada budidaya sapi perah, tingginya harga bakalan juga dapat mendorong peternak untuk menjual pedet keluar wilayah Kabupaten Bandung. - Khusus untuk sapi potong, pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah pusat untuk mengurangi sementara impor sapi bakalan yang berpengaruh kepada stock populasi ternak di beberapa feed lot. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan populasi sapi perah dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 0,5 %. Pertumbuhan populasi untuk ternak sapi potong juga menunjukan tren yang positif yaitu mencapai 0,3%. 14

b. Jumlah Populasi Ruminansia Kecil Ruminansia kecil yang diperhitungkan dalam indikator ini ialah ternak domba dan kambing dimana didalamnya termasuk kambing perah. Perbandingan target dan realisasi ternak ruminansia kecil untuk tahun 2015, tersaji pada tabel dibawah ini: Tabel 9. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun 2015. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2014 Mendorong Populasi Peternakan (Ruminansia Kecil) 268.102 282.530 105,38 277.400 1. Domba (ekor) 241.981 256.219 105,88 251.099 2. Kambing (ekor) 26.121 26.311 100,73 26.301 Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2015 Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pencapaian target untuk ternak domba belum dapat memenuhi apa yang telah ditetapkan atau hanya mencapai 105,38% dari target. Capain ini yang melebihi target ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: - Beralihnya beberapa peternak ternak ruminansia besar khususnya ternak sapi perah ke usaha tani dan memelihara domba sebagai pekerjaan sampingan seperti diwilayah Kertasari, Pangalengan, Cilengkrang dan Arjasari. - Peran aktif peternak dalam mencoba jenis usaha yang dianggap menguntungkan serta adanya stimulan, pembinaan serta pendampingan dari pemerintah. Khusus ternak kambing dapat memenuhi target yang ditetapkan hal ini lebih dikarenakan oleh semakin tingginya populasi ternak kambing perah yang memang tujuan utama pemeliharaanya untuk menghasilkan susu kambing. Peningkatan tersebut didukung oleh peran aktif peternak dalam membudidayakan kambing serta stimulant dari pemerintah terutama dengan sumber anggaran APBN. c. Jumlah Populasi Ternak Unggas Ternak unggas yang dihitung menjadi indikator dalam hal ini ialah khusus untuk jenis unggas yang secara umum biasa dipelihara oleh peternak serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi (ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging). Jenis unggas lain seperti itik manila (entog), puyuh, dan unggas lainnya tidak dimasukan 15

dalam indikator selian karena populasinya yang masih sedikit juga secara pemeliharaan oleh peternak di Kabupaten Bandung masih sangat terbatas. Uraian target dan realisasi perjenis unggas pada tahun 2015 seperti tersaji pada tabel 14 dibawah ini: Tabel 10. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2014 Mendorong Populasi 6.159.209 6.586.513 106,94 6.364.472 Peternakan Unggas (ekor) a. Ayam Buras 2,000,965 1.996.021 99,75 1.990.142 b. Ayam Ras Petelur 492,190 487.508 99,05 453.832 c. Ayam Pedaging 3,251,242 3.665.767 112,75 3.484.907 d. Itik 414,812 437.217 105,40 435.591 Data bidang peternakan 2015 Pada tabel terlihat bahwa pencapaian target populasi unggas untuk beberapa jenis unggas seperti ayam buras dan ayam petelur belum dapat mencapai angka yang ditargetkan. Capain yang belum sesuai dengan rencana ini lebih dikarenakan oleh : - Masih tingginya harga pakan ternak terutama untuk pakan ayam petelur, yang berakibat kepada biaya produksi tinggi sehingga para peternak menahan untuk menambah populasi ternak yang dipelihara. Pada jenis unggas lain seperti ayam pedaging dan itik capain pada tahun 2015 melebihi angka yang direncanakan yaitu 112,75% untuk ternak ayam pedaging dan 105,40% untuk ternak itik. Salah satu pendukungnya yaitu terjadinya peningkatan dukungan teknologi penetasan dan ternak itik yang di distribusikan ke masyarakat. Selain itu, adanya beberapa skema metode kerjasama antara perusahaan dengan peternak yang dapat dianggap menguntungkan peternak karena metode kredit dalam proses pembayarannya. Hal tersebut meningkatkan minat peternak untuk membudidayakan ayam pedaging lebih banyak. Persentase capaian realisasi anggaran dari 5 kegiatan yang secara langsung mendukung indikator ini ialah 84,6%. Adapun nilai rata-rata persentase capaian kinerja untuk indikator ini ialah 106,94%. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka efektivitas dari indikator sasaran ini ialah sebesar 1,26 yang artinya setiap Rp. 1,- dipergunakan akan menghasilkan 1,26 satuan hasil kinerja. 16

Populasi ternak ruminansia (ekor) Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Peternakan dan Perikanan untuk mendukung peningkatan populasi sapi perah memberikan beberapa stimulan dengan sumber anggaran Kabupaten diantaranya seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini: Tabel 11. Stimulan ternak dari Disnakan tahun 2010-2015. Jenis ternak 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Sapi potong (ekor) 6 10 36 134 25 14 225 Sapi perah (ekor) 12 15 20 45 36 50 28 Domba (ekor) 163 125 360 415 306 497 1.866 Kambing (ekor) 20 36 165 53 10 22 306 Kelinci (ekor) 200 260 618 946 1.175 762 3.961 ayam buras (ekor) 100 1600 5.405 300 1.760 210 9.375 Itik (ekor) 0 0 1.100 3.990 9.600 4400 19.090 ayam pelung (ekor) 147 102 285 138 135 93 900 Sumber: DPA bidang Peternakan TA 2010-2015 diolah. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa tiap tahunnya stimulan ternak mengalami peningkatan. Khusus ternak itik akumulasi paling banyak dimana sampai 2015 mencapai sebanyak 19.090 ekor. Komoditas lainnya yang mendapat alokasi anggaran yang cukup tinggi yaitu ternak sapi potong dan ternak domba. Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat pada Grafik dibawah ini: Grafik 1. Data Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 - Sapi Perah Sapi Potong Domba Kambing 2010 29,702 16,658 223,437 20,542 2011 36,045 36,849 232,107 26,769 2012 31,937 28,067 234,795 24,979 2013 32,358 28,745 241,910 25,101 2014 33,643 28,198 251,099 26,301 2015 33,824 28,292 256,219 26,311 17

Populasi Unggas (ekor) Sumber: Laporan Tahunan 2010-2014 dan Data Bidang Peternakan 2015 diolah. Berdasarkan grafik 3 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak ruminansia tertinggi dicapai oleh ternak sapi potong yang mencapai 69,84% sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh ternak sapi perah sebesar 13,88%. Adapun rata-rata pertumbuhan untuk ternak ruminansia selama 5 tahun mencapai 31,61%. Populasi ternak unggas, secara umum mengalami penurunan populasi sebesar -0,70% pertahun. penurunan tersebut terutama disumbang dari penurunan populasi ayam broiler dan ayam petelur sebesar -0,57% dan -3,27% pertahunnya. Populasi ternak unggas lainnya yaitu ternak ayam buras mengalami pertumbuhan sebesar 9.07% pertahun. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik 2. Data Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik 2010 1,373,201 501,917 4,383,865 438,561 2011 1,644,558 443,951 4,420,976 477,430 2012 1,863,970 414,129 2,443,390 389,739 2013 1,881,491 436,663 2,584,390 409,861 2014 1,990,142 453,832 3,484,907 435,591 2015 1,996,021 487,508 3,665,767 437,217 Sumber: Data Bidang Peternakan 2010-2015 diolah. d. Persen akseptor Inseminasi Buatan/IB sapi potong yang bunting Persentase betina akseptor IB sapi potong yang bunting merupakan indikator yang penting dalam mendorong pencapaian sasaran peningkatan populasi ternak, 18

karena keberhasilan suatu perkawinan buatan akan berbanding lurus dengan jumlah anak yang dihasilkan. Atas dasar pertimbangan tersebut khusus indikator ini dimasukan sebagai indikator yang dibahas. Pada tahun 2015 target dan realisasi dari indikator ini seperti tercantum pada tabel dibawah ini: Tabel 12. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Akseptor IB Tahun 2015 Realisasi tahun 2014 55,00 61,00 110,91 53,71 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Persen akseptor Inseminasi Buatan (IB) sapi potong yang bunting (%) Sumber: Data Bidang Peternakan 2015 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa realisasi capaian akseptor IB yang bunting cukup tinggi mencapai 110,91% dari target yang ditetapkan capaian yang cukup tinggi ini dimungkinkan oleh beberapa hal diantaranya: Peran aktif dari masyarakat yang melaporkan secara langsung jika ada akseptor yang berahi ke petugas. Adanya Fasilitasi untuk melaksanakan kegiatan IB antaralain: peralatan, bahan baku, dan sarana penunjang lainnya. Fasilitasi sub-kegiatan pada tahun 2015 yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan untuk mendukung indikator sasaran ini ialah: - Pengadaan semen beku 300 straw - Pengadaan N2 cair 550 liter - Plastik sheet dan plastik glove 14 pak - Pengadaan hormon FGf2 5 vial - Fasilitasi pertemuan peternak pembibitan sapi potong dan petugas IB 1 kali Jumlah pelayanan IB pada tahun 2015 seperti tersaji pada tabel dibawah ini: Tabel 13. Pelaksanaan Inseminasi Buatan di Kabupaten Bandung tahun 2015. Jumlah dosis Jumlah PKB Jumlah Kebuntingan Jumlah Kelahiran (Dosis) (ekor) (ekor) 1466 948 732 421 Sumber: laporan Bidang Peternakan 2015 19

Persentase Kebuntingan (%) Adapun perkembangan laporan kebuntingan dari tahun 2011-2015 tersaji pada grafik dibawah ini: Grafik 3. Perkembangan Kebuntingan pada Betina akseptor IB tahun 2011-2015 70 60 50 57 47 54 61 40 30 29.5 20 10 0 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase 29.5 57 47 54 61 Sumber: Laporan Bidang Peternakan 2011-2015 Berdasarkan grafik dapat terlihat persentase kebuntingan akseptor IB yang dilayani berada pada tahun 2015 yang mencapai 61%. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yang hanya 29,5%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kualitas semen beku, keahlian petugas IB, kelengkapan sarana dan prasarana IB serta lainnya. Nilai efektivitas dari indikator ini ialah sebesar 1,13 dimana nilai ini diperoleh dari hasil pembagian antara nilai capain kinerja dibagi dengan nilai realisasi anggaran. d. Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya (Kelompok) Fasilitasi peternak pembudidaya merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur peran serta pemerintah dalam rangka memberikan stimulan kepada kelompok peternak pembudidaya. Atas dasar pertimbangan tersebut khusus indikator ini dimasukan sebagai indikator yang dibahas. Pada tahun 2015 target dan realisasi dari indikator ini seperti tercantum pada tabel dibawah ini: Tabel 14. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudidaya 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudiaya (kelompok) 40 (231 akumulasi) 190 (479 akumulasi) Capaian (%) 475% (207% akumulasi) Realisasi tahun 2014 128 (289 akumulasi) 20

Sumber laporan kegiatan bidang peternakan 2015 Capaian target untuk indicator sasaran ini sangat tinggi dengan nilai realisasi mencapai 475% pada tahun 2015 dan sebesar 207% dari indicator akumulatif selama 5 tahun. Hal ini lebih disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: - Terdapatnya alokasi anggaran dari sumber APBD Provinsi, dari pusat melalui DBHCHT yang meningkatkan jumlah kelompok pembudidaya yang difasilitasi oleh pemerintah. - Terjadinya redistribusi rencana penerima kegiatan sehingga terjadi penambahan jumlah kelompok penerima bantuan. - Peran aktif petugas penyuluhan pada tingkat kecamatan yang membina dan membantu pelaksanaan kegiatan dilapangan Daftar kelompok peternak pembudidaya penerima fasilitasi bantuan dari Dinas Peternakan dan Perikanan pada Tahun 2015 sebanyak 190 kelompok diuraikan pada lampiran 4: Adapun Perbandingan kelompok penerima bantuan selama 5 tahun dapat digambarkan pada grafik dibawah ini : Grafik 4. Perbandingan Target dan Realisasi Fasilitasi Kelompok Pembudidaya Peternakan Tahun 2011-2015. 479 289 60 101 161 156 201 231 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudiaya (kelompok) Target Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudiaya (kelompok) Sumber Data : Bidang Peternakan 2011-2015 (diolah) 21

Berdasarkan Grafik dapat disimpulkan bahwa realisasi jumlah kelompok pembudidaya ternak yang mendapat fasilitasi bantuan mulai Tahun 2014 dan 2015 realisasi cukup signifikan hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yaitu: 1. Peningkatan alokasi anggaran untuk kegiatan peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya ternak 2. Adanya alokasi anggaran dengan sumber anggaran dari APBD Provinsi juga dari APBN Sasaran ini didukung oleh 1 program pada urusan pertanian yaitu Program Peningkatan Hasil Produksi Peternakan yang didalamnya memuat beberapa kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan populasi dan fasilitasi kelompok peternakan. Adapun dukungan kegiatan pada pencapaian indicator sasaran ialah seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 15. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Populasi Peternakan TA 2015 Program Kegiatan TA 2015 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2015 Peningkatan Hasil 1. Pembangunan - Penyediaan bibit sapi perah berkualitas Produksi Peternakan Sarana dan - Diiseminasi teknologi kepada masyarakat Prasarana Perbibitan Ternak 2. Perbibitan Dan - Distribusi bibit ternak kepada masyarakat Perawatan Ternak - Peningkatan Pengetahuan mengenai Recording, IB dan Reproduksi untuk masyarakat - Fasilitasi sarana prasarana IB kepada 3. Pengembangan agribisnis peternakan 4. Penguatan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Industri Hasil tembakau melalui Bantuan Peternakan 5. Pengembangan Agribisnis Peternakan (Bantuan Gubernur) masyarakat - Distribusi ternak ruminansia besar, Ruminansia kecil, Unggas dan ternak satwa harapan kepada masyarakat - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak - Distribusi ternak ruminansia besar, Ruminansia kecil, Unggas dan ternak satwa harapan kepada masyarakat petani tembakau di Kabupaten Bandung - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak - Distribusi ternak ruminansia besar, Ruminansia kecil, kepada masyarakat - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak 22

Sasaran Kedua Tujuan Kedua : Tercapainya Produksi Peternakan a. Jumlah Pemotongan di RPH (ekor) Indikator jumlah pemotongan di RPH dipergunakan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan pelayanan dinas dalam proses pemotongan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Indikator ini juga menunjukan kemampuan dinas dalam pemenuhan pendapatan asli daerah (PAD). Capaian indikator juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat mengenai import sapi karena sebagian besar sapi yang dipotong di RPH merupakan sapi import. Tabel 16. Perbandingan target dan realisasi indikator pemotongan ternak di RPH tahun 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Realisasi tahun 2014 - Pemotongan ternak di RPH 14.857 21.960 147,81 24.179 Sumber laporan kegiatan bidang peternakan 2015 Berdasarkan tabel diatas terlihat pencapaian indikator pemotongan dapat tercapai dengan nilai yang cukup tinggi mencapai 147% dari target yang sudah ditetapkan. Capaian pemotongan yang cukup tinggi ini lebih didorong oleh beberapa hal yaitu: - Adanya peningkatan sarana dalam pelayanan pemotongan di RPH kabupaten Bandung terutama di RPH MBC - Harga pelayanan pemotongan (Perda pemotongan) yang lebih murah di Kabupaten Bandung membuat pemotong memilih tempat pemotongan di Kabupaten Bandung Khususnya di MBC. - RPH di Kabupaten Bandung khususnya MBC tidak mengintervensi pengaturan jual beli karkas dan kulit (ditentukan oleh bandar dan pedagang) sehingga pelaku pemotongan tertarik untuk memotong di RPH MBC. Adapun perbandingan target dan realisasi pemotongan dari tahun 2010-2015 dapat digambarkan pada Grafik dibawah ini: 23

Grafik 5. Perbandingan Target dan Realisasi Pemotongan di RPH 2011-2015 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 61,495 52,046 83,455 66,903 40,000 30,000 20,000 23,200 22,486 37,480 37,316 10,000-9,200 9,526 2011 2012 2013 2014 2015 Target Pemotongan (ekor) Realisasi Pemotongan (ekor) Sumber Data: Laporan Tahunan UPTD RPH Tahun 2011-2015 diolah Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan realisasi pemotongan di RPH berada jauh diatas target yang telah ditetapkan. Capaian yang cukup tinggi ini merupakan dampak dari peningkatan sarana prasarana pemotongan khususnya RPH Baleendah secara terus-menerus sehingga dapat memenuhi standar pemotongan untuk sapi import. Selain itu, tarif pemotongan yang cukup murah menjadi daya tarik tersendiri untuk para bandar memotong di RPH Kabupaten Bandung. Jika dibandingkan antara capaian kinerja dengan capaian anggaran pada tahun 2015 maka diperoleh angka efektivitas untuk indikator ini yaitu sebesar 1,53 Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan antara capaian kinerja yang mencapai 147,81% dengan capaian anggaran yang mencapai 96,5%. 24

b. Jumlah Penyediaan Daging, Telur dan Susu (Ton) Indikator ini memiliki keterkaitan yang erat dengan indikator populasi yang biasanya berbanding lurus jadi jika populasi meningkat maka produksi produk peternakan juga akan meningkat dan sebaliknya. Indikator ini ditetapkan untuk menggambarkan tentang proses dukungan pemerintah dalam proses penyediaan produk peternakan. Adapun indikator yang digunakan untuk sasaran ini terurai sebagai berikut: Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun 2015 Realisasi Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) tahun 2014 a. Jumlah Penyediaan 31.181 26.761 85,82 29.414 Daging (Ton) b. Jumlah Penyediaan 8.701 8.819 101,36 7.768 Telur (Ton) c. Jumlah Penyediaan Susu 64.267 71.602 111,41 62.317 (Ton) Sumber Laporan Kegiatan Bidang Peternakan 2015 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa pencapain penyediaan susu dan telur pada tahun 2015 dapat melebihi angka yang ditetapkan yaitu sebesar 118 ton untuk produk telur dan penyediaan susu realisasinya lebih sebesar 7.335 ton dari target yang sudah ditetapkan. Khusus untuk penyediaan daging pencapaian target sebesar hanya sebesar 85,85%. Capaian penyediaan telur dan susu yang dapat melebihi target yang ditetapkan ditunjang oleh beberapa hal yaitu: - Semakin meningkatnya teknologi pakan sapi perah yang bias meningkatkan produktivitas - Peran aktif peternak dalam peningkatan keahlian serta adanya stimulant pakan dari berkualitas dari pemerintah - Terjadinya peningkatan populasi ternak unggas terutama ayam buras dan ternak itik sebagai penyumbang produksi telur utama di wilayah Kabupaten Bandung. Grafik data produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten Bandung dari tahun 2010 sampai 2015 dapat dilihat dibawah ini: 25

Produksi (ton) Grafik 6. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Daging Telur Susu 2010 45,183 8,323 62,876 2011 57,356 7,823 67,429 2012 27,839 7,297 59,157 2013 28,799 7,639 59,937 2014 29,095 7,795 61,516 2015 26,761 8,819 71,602 Sumber: Data Bidang Peternakan Tahun 2010-2015. Khusus untuk produksi daging pencapaiannya tidak sesuai dengan target yang ditetapkan hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya : - Belum terdapatnya sentra pembibitan sapi potong di Kabupaten Bandung - Adanya kebijakan pusat yang menggangu perkembangan dan pertumbuhan ternak penghasil daging khususnya sapi Upaya tindaklanjut yang perlu dilakukan pada masa yang akan datang terutama untuk mengoreksi produksi pada masa yang akan datang diantaranya sebagai berikut: - Merubah system pemeliharaan ternak penghasil daging dari system penggemukan ke system penyediaan bibit dan bakalan dengan cara memprioritaskan pengadaan ternak sapi potong bakalan ke sapi potong betina. 26

- Meningkatkan penggemukan sapi perah jantan - Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak. - Peningkatan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan - Peningkatan kualitas pakan ternak dengan introduksi jenis HMT baru atau sumber pakan lainnya Nilai rata-rata capaian kinerja indikator ini mencapai 99,53%. Indikator ini didukung oleh beberapa program seperti Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak, Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dan Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan, nilai rata-rata capaian anggaran dari tiga program yang mendukung indikator ini mencapai 89,53%. Berdasarkan angka-angka tersebut maka nilai efektivitas untuk indikator ini ialah sebesar 1,11 yang artinya setiap 1 rupiah dari kegiatan ini bisa mendongkrak nilai kinerja sebesar 1,11 satuan. Sumbangsih anggaran pemerintah tentunya hanya stimulan untuk masyarakat. Partisipasi nyata masyarakat dilapangan dalam proses pembangunan tetap yang paling utama dan paling mendongkrak capain target yang ditetapkan. Sasaran ini didukung oleh beberapa program yaitu seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 18. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA 2015. Program Kegiatan TA 2015 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2015 1. Pembangunan - Diiseminasi teknologi kepada masyarakat Sarana dan - Penyediaan produksi susu asal sapi perah Prasarana Perbibitan Ternak 2. Perbibitan Dan Perawatan Ternak a. Peningkatan Hasil Produksi Peternakan 3. Pengembangan agribisnis peternakan 4. Penguatan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Industri Hasil tembakau melalui Bantuan Peternakan - Distribusi bibit ternak kepada masyarakat - Peningkatan Pengetahuan mengenai Recording, IB dan Reproduksi untuk masyarakat - Distribusi ternak ruminansia besar, Ruminansia kecil, Unggas dan ternak satwa harapan kepada masyarakat - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak - Distribusi ternak ruminansia besar, Ruminansia kecil, Unggas dan ternak satwa harapan kepada masyarakat petani tembakau di Kabupaten Bandung - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak 27

Program Kegiatan TA 2015 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2015 5. Pengembangan - Distribusi ternak ruminansia besar, Agribisnis Ruminansia kecil kepada masyarakat Peternakan (Bantuan Gubernur) - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak b. Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan Peningkatan sarana dan prasarana teknologi Rumah Potong Hewan - Penyediaan sarana prasarana pemotongan ternak yang sesuai standar sebagai upaya untuk menjamin Food Safety and Food Security Sasaran Ketiga Tujuan Kedua: Tercapainya Peningkatan produksi ikan konsumsi dan benih a. Persentase peningkatan produksi ikan konsumsi (%) Indikator ini ditetapkan untuk mengukur kinerja proses pembangunan Dinas Peternakan dan Perikanan dalam penyediaan produk asal ikan. Adapun indikator yang ditetapkan terurai sebagai berikut: Tabel 19. Perbandingan target dan realisasi indikator produksi ikan konsumsi tahun 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) 2014 Peningkatan produksi Ikan konsumsi (%) 7 6,98 99,73 8,92 Sumber: Data Bidang Perikanan 2015 Berdasarkan tabel diatas pencapaian peningkatan produksi ikan konsumsi untuk tahun 2015 mencapai 99,73% dan berada dibawah target peningkatan yang sudah ditetapkan sebesar 7%. Pada tahun 2015 ini ditargetkan produksi ikan konsumsi mencapai 12.742 ton atau meningkat sebesar 7% dari realisasi produksi pada tahun 2014 namun hanya terjadi peningkatan sebesar 846 Ton dari realisasi 2014 atau peningkatan produksi sebesar 6,98%. Pencapaian peningkatan ikan konsumsi yang kurang dari target yang ditetapkan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: - Musim kemarau yang cukup lama membuat produksi ikan konsumsi dari sector minapadi dibawah target - System pemeliharaan yang masih bersifat individual dan tidak tersentra pada satu wilayah membuat pembudidaya kesulitan dalam menanggulangi permasalahan mengenai penyakit ikan dan kekurangan air. 28

Namun jika dibandingkan antara target produksi ikan konsumsi dengan realisasi tahun 2015 maka secara total target yang ditetapkan dapat tercapai yaitu sebesar 101,79%. Target yang dapat terlampaui realisasinya yaitu produksi ikan konsumsi di ait tenang (KAT) dan Perairan Umum (PU), namun untuk produksi ikan yang berasal dari mina padi hanya dapat terealisasi sebesar 85,54%. Uraian produksi ikan konsumsi berdasarkan jenis usaha perikanan seperti tersaji pada tabel dibawah ini : Tabel 20. Target dan realisasi produksi ikan konsumsi pada tahun 2015. No Jenis Usaha Target (Ton) Realisasi Capaian Realisasi (Ton) (%) 2014 (Ton) 1 Kolam Air 9.537,730 10.205,134 107,00 9.092,300 Tenang (KAT) 2 Mina Padi 3.063,052 2.620,220 85,54 2.896,839 4 Perairan Umum 142,047 145,000 102,08 134,800 Jumlah 12.742,829 12.970,354 101,79 12.123,943 Sumber: Data Bidang Perikanan 2015 Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Peternakan dan Perikanan ialah memberikan beberapa stimulant kepada pembudidaya dengan uraian sebagai berikut: Tabel 21. Stimulan Bantuan Perikanan Kepada Masyarakat Tahun 2011-2015 No Jenis Bantuan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1. Kolam balistik 8 terpal 70 unit 118 unit 195 unit 80 unit 2. Ikan lele 1 paket Benih Lele 48ribu ekor 132.200 ekor 224.520 ekor 170.000 ekor 3. Pakan ikan lele 100 Kg 5600 Kg 2.730 Kg 8.010 Kg 6240 Kg 4 Ikan Nila: 2250 liter a. Ukuran 3-5 cm 200 liter 700 liter 250 liter 1780 liter b. Ukuran 5-8 1100 kg - 200 Kg - - cm 5 Pakan ikan nila 2.350 kg 2.600 Kg 700 Kg 2650 Kg 1850 Kg 29

No Jenis Bantuan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 6 Benih udang - 30.000 ekor 20000 ekor - - galah 7 Pakan udang - 500 kg 250 Kg - - galah 8 Ikan Hias: a. Ikan Koki - - 80 ekor 60 ekor 30 ekor b. Induk - - 7 paket 30 ekor 20 paket Lobster c. Induk Koi - - 170 ekor 200 ekor - 9 Benih ikan Mas - - 300 Kg 700 Kg 5-8 cm dan 100 liter 3-5 cm 450 liter Sumber: DPA Bidang PerikananTahun 2011-2015 diolah a. Pembinaan dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan secara administrasi dan teknis agar kelompok mendapat sertifikasi CBIB. Pada tahun tahun 2015 ini terdapat 42 Pembudidaya/kelompok yang mendapatkan sertifikasi CBIB. Adapun daftar kelompok penerima seperti tersaji pada tabel dibawah ini: 30

Tabel 22. Kelompok penerima sertifikat CBIB tahun 2015. No Pelaku Usaha Komoditas Lokasi Nilai CBCB Masa Berlaku 1 Dudang Juhana Farm Ikan lele Desa Pasirmulya Kec.Banjaran Cukup 2 tahun 2 Wahyudin Farm Ikan lele Desa Sindangpanon Kec.Banjaran Baik 3 tahun 3 Yusuf Kholidin Farm Ikan lele Desa Pasirmulya Kec.Banjaran Baik 3 tahun 4 Pokdakan Tirta Mekar Ikan mas Ikan Desa Cipinang Kec.Cimaung Baik 3 tahun lele 5 Rizal Solihin Farm Ikan lele Desa Sangiang Kec.Sangiang Baik 3 tahun 6 Pokdakan Mekar Mukti Ikan lele Desa Padamukti Kec.Solokan jeruk Baik 3 tahun 7 Candra Permana Farm Ikan lele Desa Cileunyi kulon Kec.Cileunyi Sangat 4 tahun Baik 8 lim ibrahim farm Ikan lele Desa Rancaekek kulon Kec.rancaekek Baik 3 tahun 9 Hendy Ahmad Farm Ikan lele Desa Racaekek kencana Kec.rancaekek Baik 3 tahun 10 Oman Abdurahman Farm Ikan lele Ikan Desa Jelegon Kec.Rancaekek Baik 3 tahun Mas Ikan Nila 11 Asep Roswandi Farm Ikan lele Desa Pasirmulya Kec.Banjaran Baik 3 tahun 12 Triyana Adi Putra Farm Ikan lele Desa Cileunyi wetan Kec.Cileunyi Baik 3 tahun 13 Asep Suhendar Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 14 Didin Suhendi Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Cukup 2 tahun 15 Kosasih Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 16 Pokdakan Mina Bagus Ikan lele Desa Padamukti Kec.Solokan jeruk Baik 3 tahun 17 Mamat Rahmat Farm Ikan Nila Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Cukup 2 tahun 18 Firman Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 19 Ana Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 20 Budi Hermawan Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 31

No Pelaku Usaha Komoditas Lokasi Nilai CBCB Masa Berlaku 21 Romi Farm Ikan Nila Desa Cibeet Kec.Ibun Baik 3 tahun 22 Maman Ipo Farm Ikan Nila Desa Cibeet Kec.Ibun Baik 3 tahun 23 Kelompok tani "Banda Riksa" Ikan Nila Desa Cibeet Kec.Ibun Baik 3 tahun 24 H. Ade Yusuf Farm Ikan Nila Desa Cibeet Kec.Ibun Baik 3 tahun 25 Agus Sopari Farm(Pokdakan lele Ikan lele Desa Sangiang Kec.Sangiang Baik 3 tahun sangkuriang) 26 Irvan Nurdin AW Farm Ikan lele Desa Cileunyi kulon Kec.Cileunyi Baik 3 tahun 27 Iyan Sofyan Farm Ikan lele Kelurahan warga mekar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 28 Hasan Mustofa Farm(Pokdakan Baraya) Ikan lele Desa Rancamanyar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 29 Usep Sopandi Farm(Pokdakan Baraya) Ikan lele Desa Rancamanyar Kec.Baleendah Baik 3 tahun 30 Yahya Kamil Ikan Nilem Desa Cimaung Kec.Cimaung Cukup 2 tahun 31 Karyana Ikan Mas Desa Cimaung Kec.Cimaung Baik 3 tahun 32 Iyan Suryana Ikan gurame Desa Cimaung Kec.Cimaung Baik 3 tahun 33 Taryat Ikan Nila Desa Cimaung Kec.Cimaung Baik 3 tahun 34 Bambang farm Ikan Lele Desa Cimaung Kec.Cimaung Cukup 2 tahun 35 Enang Ikan Patin Desa Cimaung Kec.Cimaung Baik 3 tahun 36 Ahmad Ripki Ikan Nila Desa Cimaung Kec.Cimaung Baik 3 tahun 37 Heri Cahria Farm Ikan Mas Desa Cimaung Kec.Cimaung Cukup 2 tahun 38 Ipan Isamail Ikan Nila Desa Margamukti Kec.Pangalengan Baik 3 tahun 39 Yana Suryana Ikan Nila Desa Margamukti Kec.Pangalengan Baik 3 tahun 40 Cutarman Ikan Nila Desa Margamukti Kec.Pangalengan Baik 3 tahun 41 Rowin Rahmatuloh Ikan Nila Desa Margamukti Kec.Pangalengan Baik 3 tahun 42 Wildan Kuntanto Ikan Nila Desa Margamukti Kec.Pangalengan Baik 3 tahun Sumber data : Bidang Kesehatan Hewan Tahun 2015 32

Pada setiap tahunnya pembudidaya ikan yang mendapat sertifikat selalu bertambah. Adapun gambaran pembudidaya yang mendapat sertifikat CBIB ialah sebagai berikut: Grafik 7. Pertumbuhan kelompok yang mendapat sertifikat CBIB dari tahun 2010-2015 Grafik 7. Jumlah pembudidaya yang mendapat sertifikat CBIB Tahun 2011-2015 Jumlah Pembudidaya Bersetifikat CBIB (orang akumulasi) 150 100 50 0 0 15 54 94 136 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Pembudidaya Bersetifikat CBIB (orang akumulasi) 2011 2012 2013 2014 2015 0 15 54 94 136 b. Penunjang usaha budidaya ikan berwawasan lingkungan berupa fasilitasi pengendalian penyakit ikan seperti: Pematauan penyakit ikan dan lingkungan di 6 lokasi, penyakit oikan 8 lokasi, kualitas air 5 lokasi dan perairan umum 5 lokasi. Sosialisasi pengendalian penyakit ikan serta pemantauan obat ikan 1 kali Penyebaran obat dan bahan kimia sebanyak 2 jenis Restocking ikan lokalita (nila, Mas, tawes dan nilem) di 8 lokasi Fasilitasi kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas) perairan umum dan Culture Base Fisheries (CBF) 1 kelompok. Adapun data produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bandung untuk tahun 2010-2015 dapat digambarkan pada Grafik dibawah ini: 33

Produksi Ikan Konsumsi (Ton) Grafik 8. Perbandingan Target dan Realisasi Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 12,970 10,398 11,131 10750 11910 12,123 12123 8004 8,112 8694 8,695 9306 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Target (Ton) Realisasi (Ton) Sumber: Data Bidang Perikanan Tahun 2010-2015. Berdasarkan Grafik realisasi ikan konsumsi dari tahun ketahunnya konsisten selalu berada diatas jumlah yang telah ditetapkan. Selain itu, setiap tahunnya produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bandung menunjukan peningkatan. Selama 5 tahun terjadi peningkatan sebesar 59 % (rata-rata 11,97% pertahun) jika dibandingkan dengan target selama 5 tahun dimana pertumbuhan diharapkan mencapai 35% maka angka realisasi tersebut jauh melebihi target yang ditetapkan (171 %). Adapun nilai efektivitas dari kinerja dari indicator ini ialah sebesar 1,34. Persentase tersebut diperoleh dengan membandingkan persentase capaian realisasi anggaran dari 2 kegiatan perikanan yang secara langsung mendukung indicator ini yaitu kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan (realisasi anggaran 84%) dan kegiatan Peningkatan pengendalian penyakit ikan dan lingkungan kawasan perikanan (realisasi anggaran 64,2%), sehingga rata-rata 34

realisasi anggaran 2 kegiatan tersebut ialah 74,1 %. Hasil tersebut dibandingkan dengan realisasi kinerja yang mencapai 99,73%. b. Persentase Peningkatan Produksi Benih Ikan (%) Indikator persentase peningkatan produksi benih ikan dipergunakan untuk mengukur keberhasilan pemerintah dalam memproduksi dan menjamin ketersediaan benih ikan. Wilayah Kabupaten Bandung merupakan wilayah pembenihan untuk Kabupaten lain seperti Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung Barat dan lainnya. Tabel 23. Perbandingan target dan realisasi indikator produksi benih ikan tahun 2015 Capaian Realisasi Indikator Kinerja Target Realisasi (%) 2014 Peningkatan produksi 7 5,95 85,00 10,93 Benih ikan (%) Sumber: Data Bidang Perikanan dan UPTD BBI 2015 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa capain peningkatan produksi benih ikan sebesar 5,95% dari target yang ditetapkan 7%. Capaian produksi benih yang dibawah target ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: - Musim kemarau yang cukup lama membuat produksi benih ikan tidak optimal - Permintaan pasar akan benih mengalami penurunan karena hampir semua wilayah pembesaran mengalami kekeringan yang membuat lama waktu budidaya berkurang Namun walaupun secara peningkatan tidak tercapai namun jika ditinjau dari target jumlah benih yang dihasilkan maka jumlahnya melebihi target sebanyak 2.106 ribek. Pada tahun 2015 ini produksi benih ikan ditargetkan sebanyak 1.634.714 ribek dan dapat terealisasi sebesar 1.636.820 (100,13%). Perkembangan produksi benih ikan pertahunnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 35

PRODUKSI BENIH IKAN (RIBEK) Grafik 9. Perbandingan Target dan RealisasiProduksi Benih ikan di Kabupaten 1,800,000 Bandung Tahun 2010-2015. 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 1,636,820 1,544,833 1,518,140 1,410,650 1,418,822 1,317,721 1,326,002 1,239,254 1,158,181 1,188,641 1,088,942 1,033,010 Target (Ribek) Realisasi (Ribek) 600,000 400,000 200,000-2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Data Bidang Perikanan Tahun 2010-2015. Berdasarkan tabel diatas maka perkembangan produksi benih ikan di Kabupaten Bandung menunjukan trend positif. Selama kurun 5 tahun terjadi peningkatan sebesar 55,56% pada produksi benih ikan di Kabupaten Bandung atau rata-rata peningkatan produksi benih ikan pertahunnya mencapai 11,11% atau lebih tinggi 4,11% dari target rata-rata peningkatan produksi benih ikan pertahun yang telah ditetapkan ( 7%). Pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh peran serta para pembenih ikan dilapangan sedangkan pemerintah berperan memberikan dorongan serta stimulan untuk mengakselerasi pencapain produksi. Adapun peran pemerintah Kabupaten Bandung dalam pencapaian produksi benih ini ialah dengan memberikan stimulan induk ikan, Pakan, dan sarana budidaya untuk para pembudidaya ikan. Jumlah induk, benih, pakan dan sarana budidaya yang diberikan dari tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 36

Tabel 24. Jumlah Stimulan induk ikan tahun 2010-2015 No Jenis Bantuan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. a. Calon Induk 80 Kg - 900 Kg 1.150 kg 350 Kg 200 Kg ikan mas b. Calon induk 5 paket - - 14 paket 33 paket 14 paket Nila c. Calon induk 5 paket 35 paket 16 paket 136 paket 129 paket 60 paket Lele 2. Pakan 700 Kg 1700 Kg 6820 Kg 8.547 kg 8850 Kg 2340 Kg 3. Kakaban - - 96 buah 450 buah 800 buah 255 buah 4. Pupuk - 650 kg - - - - 5. Waring - - - 14 buah 93 buah 544 m2 6. Lambit - - - 7 buah - - 7. Benih ikan mas - - - 2500 gelas 5100 gelas 1000 gelas 8. Benih ikan nila - - - 650 liter - - 9 Udang Galah - - - - - 20.000 ekor 10 Timbangan - - - 6 buah 16 buah Sumber: Laporan Kegiatan Bidang Perikanan Tahun 2010-2015 Jika dibandingkan antara nilai capain kinerja dengan realisasi anggaran kegiatan maka nilai efektivitas dari kinerja dari indicator ini ialah sebesar 1,66 satuan kinerja. Angka tersebut diperoleh dari pembagian antara persentase capai kinerja indicator produksi benih ikan sebesar 137,96 % dengan nilai capaian realisasi anggaran yang mendukung indicator tersebut yaitu kegiatan pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan (99,7%) dan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul (66,5%) sehingga rata-rata 2 kegiatan tersebut sebesar sebesar 83,1%. Artinya setiap 1 rupiah yang dianggarkan dapat memberikan efek sebesar 1,66 satuan kinerja pada indikator. 37

Sasaran ini didukung oleh 2 program utama yang berhubungan secara langsung mewujudkan capain indicator yang telah ditetapkan. Adapun uraian program ialah sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini: Tabel 25. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan produksi Ikan Produksi dan Benih TA 2015. Program Kegiatan TA 2015 Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2015 a. Pengembangan 1. Pengembangan Bibit - Penyediaan benih ikan berkualitas Budidaya Perikanan Ikan Unggul - Diiseminasi teknologi kepada b. Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar 2. Pendampingan Pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan 3. Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Perikanan Peningkatan pengendalian penyakit ikan dan lingkungan kawasan perikanan pembenih ikan - Fasilitasi Indukan, pakan, sarana pembenihan pada masyarakat pembenih di Kabupaten Bandung - Peningkatan SDM pembenih ikan di Kabupaten Bandung - Diiseminasi Teknologi pembenihan ikan - Fasilitasi Benih, pakan, sarana Budidaya pada masyarakat Pembudidaya ikan di Kabupaten Bandung - Peningkatan SDM Pembudidaya ikan di Kabupaten Bandung - Fasilitasi CBIB untuk pembudidaya ikan - Diiseminasi Teknologi budidaya ikan - Pengawasan kelestarian lingkungan perairan umum dengan restocking dan pembetukan Pokmaswas - Pengendalian penyakit hewan dengan melakukan pengambilan sampel ikan - Pengedalian Kualitas air dengan melakukan kontrol logam berat dan sampel air - Peningkatan SDM Masyarakat perikanan mengenai pengadalian dan penanggulangan penyakit ikan 38

Sasaran Berdasarkan Pertama keputusan Tujuan Ketiga: menteri Tercapainya pertanian No Kesehatan 4026/kpts/OT.140/2013 Hewan/ternak tentang a. Persentase Jumlah Penyakit Hewan Prioritas yang Tertanggulangi (%) Penetapan Penyakit Hewan Menular Strategis terdapat 25 jenis penyakit hewan dan ternak yang perlu mendapatkan penanganan dan merujuk pula pada hasil surveillance di lapangan, maka Kabupaten Bandung memprioritaskan kegiatan pengendalian untuk 8 jenis penyakit yaitu: Anthrax, Rabies, Brucelossis, AI (HPAI dan LPAI ), ND, IBR, Helminthiasis, dan Parasit darah. Adapun capaian indikator kinerja pada tahun 2015 ialah sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 26. Target dan realisasi pencapain indikator Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi tahun 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase jumlah penyakit hewan prioritas yang tertanggulangi (%) Sumber: laporan bidang Keswan 2015 diolah Capaian Realisasi (%) 2014 32 32 100 28 Berdasarkan tabel dapat terlihat bahwa capain pada indikator ini mencapai 100% dengan jumlah penyakit yang bisa diintervensi sebanyak 8 jenis penyakit. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2014 terdapat kenaikan sebesar 4 % atau 1 jenis penyakit yang diintervensi ditambahkan. Kenaikan ini tentunya berdasarkan beberapa pertimbangan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: - Dukungan anggaran yang meningkat pada tiap tahunnya - Adanya dukungan dan bantuan dari provinsi maupun dari pusat untuk penanggulangan penyakit tersebut - Terdapatnya tambahan petugas penanggulangan dan pengendalian penyakit dari masyakarat maupun dari pusat. - Adanya tambahan sarana pusat pelayanan kesehatan hewan di beberapa wilayah/ kecamatan di kabupaten Bandung. Selama 5 tahun (2010-2015) pada tiap tahunnya selalu ada peningkatan pada intervensi jenis penyakit. Adapun peningkatan penanggulangan jenis penyakit tersebut dapat digambarkan pada grafik dibawah ini : 39

Grafik 10. Peningkatan intervensi jenis penyakit ternak dan hewan di kabupaten Bandung tahun 2011-2015. PERKEMBANGAN PENYAKIT HEWAN PRIORITAS YANG TERTANGANI (%) 20 20 24 28 32 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber data: Bidang Kesehatan Hewan 2011-2015 diolah Adapun nilai efektivitas dari indikator ini ialah sebesar 1,07 satuan. Persentase tersebut diperoleh dengan membandingkan persentase capain indikator kinerja dengan realisasi angaran program/kegiatan yang mendukung indikator tersebut. Dimana arti dari nilai tersebut ialah 1 rupiah anggaran bias mendongkrak capain indicator sebesar 1,07 satuan kinerja. b. Persentase Peningkatan Status Kesehatan Hewan/ Ternak(%) Indikator sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam pelayanan kesehatan hewan. Adapun uraian indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 27. Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun 2015 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) 2014 Persen peningkatan status kesehatan (%) 68,9 69,4 100,73 67,40 Sumber: laporan bidang Keswan 2015 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa capain pada tahun 2015 indicator ini mencapai 100,73%. Status peningkatan kesehatan hewan merupakan angka yang diperoleh dari perhitungan persentase penyakit yang dilakukan 40

penanggulangan atau pelayanan oleh bidang kesehatan hewan maupun oleh UPTD Puskeswan. Adapun uraian persentase sumbangsih dari tiap pelayanan dan penanggulangan sebagai berikut: Tabel 28. Target dan realisasi persentase peningkatan status kesehatan hewan Jenis Pelayanan/Penanggulangan Penyakit Target 2015 (%) Realisasi 2015 (%) Capaian a. Penanggulangan Penyakit 47,75 48,75 102,09 Keterangan Rabies 50 33.3 66.60 AI/ND 51 38.8 76.08 Helminthiasis 60 75 125.00 Brucellosis 30 47.89 159.63 b. Pelayanan Keswan 90.0 90.0 100.00 Pelayanan Kesehatan Hewan 90.0 90 100.00 Rata-Rata 68,9 69,4 100,72 Sumber: Data bidang Keswan 2015 diolah Selain itu capain ini juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya: - Adanya peningkatan pengetahuan mengenai penyakit ternak dan hewan dimasyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan. - Fasilitasi pelayanan, peralatan, sarana dan prasarana kesehatan hewan dari pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas peternakan dan Perikanan - Adanya petugas tambahan/ partisipasi dari masyarakat desa dengan petugas bantuan dari Kementrian Pertanian untuk penanganan penyakit dilapangan Uraian pencegahan dan penanggulangan penyakit yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan ielah sebagai berikut: a) Pengendalian AI dan ND Penyakit AI dan ND merupakan penyakit yang menyerang pada unggas yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Khusus untuk penyakit AI (Avian Influenza) penyakit ini dapat menular pada manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka penting sekali dilakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit ini. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap penyakit ND sehingga kematian yang disebabkan oleh penyakit AI masih dianggap disebabkan oleh penyakit ND. Fakta di lapangan pun memperlihatkan bahwa 41

kejadian AI dapat disertai dengan penyakit ND sehingga pengendalian yang dilakukan tidak hanya untuk AI tetapi juga untuk ND. Pada tahun 2015 vaksinasi AI dan ND dilaksanakan di 18 kecamatan 34 desa dengan pengulangan 1 bulan dan 3 bulan kemudian. Pengendalian AI/ND ini dilakukan terutama pada wilayah yang dikhawtirkan berpotensi terjadi penyakit tersebut seperti di Rancaekek, Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Cikancung, Cicalengka dan lainnya. Pada tahun 2015 ini dilakukan vaksinasi pada beberapa komoditas unggas dengan uraian sebagai berikut: Tabel 29. Realisasi Vaksinasi AI/ND di Kabupaten Bandung Tahun 2015 No Jenis Unggas Jumlah Vaksinasi (ekor) Keterangan 1 Ayam 19.672 2 Itik 19.882 3 Entog 1.882 4 Angsa 113 5 Burung 88 Jumlah 41.637 Sumber data : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2010-2015 diolah Berdasarkan tabel vaksinasi unggas paling banyak dilakukan untuk ternak itik sebanyak 19.882 ekor (47,75%), kedua ayam 19.672 ekor (47,25%), entog 1.882 ekor (4,52%) angsa 113 ekor (0,27%) dan Burung 88 ekor (0,21%). Alokasi vaksin yang cukup tinggi untuk ternak itik hal ini lebih dikarenakan pada 2 tahun terakhir kasus AI paling banyak terjadi pada ternak itik disbanding ternak unggas lainnya. Hal ini dimungkinkan karena mobilitas ternak itik yang cukup tinggi (terutama dengan sistem angon yang berpindah-pindah (nomaden)), dibandingkan dengan unggas lain bersifat diam pada satu tempat. Jumlah pelaksanaan vaksinasi sebagai upaya pengendalian AI dan ND dari tahun 2010-2015 dapat terlihat pada grafik dibawah ini: 42

Grafik 11. Perkembangan Vaksinasi AI/ND di Kabupaten Bandung Tahun 2010-40,000 2015 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Ayam Itik Entog Angsa Burung 2012 2013 2014 2015 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2010-2015 diolah. Berdasarkan grafik terjadi penurunan dalam jumlah vaksinasi pada tiap tahunnya hal ini dikarenakan target vaksinasi dilakukan pada daerah kasus saja yang setiap tahunnya menurun. Sebagai upaya untuk mengontrol efektivitas vaksinasi AI yang telah dilaksanakan maka dilakukan survailance dan monitoring pada penyakit AI/ND. Hasil dari survailance ini menunjukan bahwa dari 250 sampel yang diambil jumlah sampel yang hasilnya positif sebanyak 35,6 % untuk AI dan untuk ND sebanyak 42 % menunjukan hasil positif Melihat kondisi tersebut perlu ditingkatkan kembali kebersihan yang mencakup pada pemeliharaan unggas seperti kebersihan kandang (Good Farming Practice), kebersihan lingkungan kandang ataupun kebersihan penjaga kandang dan hal yang tak kalah penting adalah metode vaksinasi yang memperhatikan 43

handling vaksin (dari mulai persiapan sampai aplikasinya), ternak serta metode pengambilan sampelnya. b) Pengendalian Brucellosis Pengendalian brucellosis di Kabupaten Bandung sangat penting untuk dilakukan terutama untuk ternak sapi perah mengingat Kabupaten Bandung merupakan wilayah pengembangan ternak sapi perah. Penyakit brucellosis ialah jenis penyakit yang menyerang pada sistem reproduksi sapi yang dapat mengakibatkan keguguran pada sapi yang terkena penyakit ini. Bahaya lain dari penyakit ini ialah dapat menular pada manusia sehingga penyakit ini sangat strategis untuk dicegah dan ditanggulangi. Pada tahun 2015, vaksinasi Brucellosis dilakukan pada bulan Februari, Maret dan Agustus di 3 kecamatan yaitu Pasirjambu, Ciwidey dan Cilengkrang.kecamatan Tersebut dipilih mengingat kecamatan yang lain seperti Pangalengan, kertasari vaksinasinya sudah dilaksanakan pada TA 2014. Adapun uraian realisasi pelayanan vaksinasi pada tahun 2015 ialah sebagai berikut: Tabel 30. Vaksinasi Brucellosis pada Tahun 2015 No. Kecamatan Desa Vaksin Awal (ekor) Jumlah Hewan yang Divaksin Dewasa Dara Pedet Vaksin Ulang an (ekor) Vaksin Awal (ekor) Vaksin Ulang an (ekor) Vaksin Awal (ekor) Vaksin Ulanga n (ekor) Total (ekor) 1 Pasir Jambu Cibodas 8 0 6 0 0 0 14 2 Pasir Jambu Cisondari 45 0 19 0 2 0 66 3 Pasir Jambu Mekarmaju 17 0 14 0 18 0 49 4 Pasir Jambu Cukang genteng 25 0 0 0 0 0 25 5 Pasir Jambu Mekarsari 23 0 7 0 5 0 35 6 Pasir Jambu Cukanggenteng 26 0 0 0 0 0 26 7 Pasir Jambu Cibodas 2 0 2 0 0 0 4 8 Pasir Jambu Cisondari 98 0 32 0 24 0 154 9 Pasir Jambu Cikoneng 29 0 28 0 7 0 64 10 Pasir Jambu Tenjolaya 76 0 5 0 4 0 85 11 Pasir Jambu Sugih Mukti 11 0 37 0 4 0 52 12 Ciwidey Lebakmuncang 37 0 32 0 41 0 110 13 Ciwidey/ Panundaan/ Rancabali Alamendah 46 0 40 2 26 0 114 14 Cilengkrang Cilengkrang 35 0 0 0 0 0 35 15 Cilengkrang Ciporeat 15 0 0 0 0 0 15 16 Pasir Jambu Cibodas 64 0 5 0 1 0 70 17 Pasir Jambu Tenjolaya 18 0 0 0 0 0 18 18 Pasir Jambu Mekarsari 10 0 0 0 0 0 10 44

No. Kecamatan Desa Vaksin Awal (ekor) Jumlah Hewan yang Divaksin Dewasa Dara Pedet Vaksin Ulang an (ekor) Vaksin Awal (ekor) Vaksin Ulang an (ekor) Vaksin Awal (ekor) Vaksin Ulanga n (ekor) Jumlah 585 0 227 2 132 0 946 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2015 Vaksinasi brucellosis pada tahun 2015 ini terjadi penurunan realisasinya jika dibanding dengan tahun 2014 yang mencapai 3268 ekor hal ini lebih dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adanya beberapa kegiatan yang bersamaan kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi dan gertak birahi baik dari Deptan maupun provinsi. Adapun jika digambarkan vaksinasi selama 5 tahun maka terjadi fluktuasi sesuai dengan kasus dan kejadian dari penyakit itu sendiri. Perkembangan vaksinasi brucellosis dari tahun 2010-2015 dapat digambarkan sebagai berikut: Grafik 12. Perkembangan Vaksinasi Brucellosis di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 Total (ekor) 2015 2014 2013 2012 2011 2010 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah ternak sapi yang divaksin 1074 2817 1696 1129 3268 946 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2010-2015 Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa vaksinasi tertinggi dilakukan pada tahun 2011 yang mencapai 2.817 ekor dan tahun 2014 sebanyak 3.268 ekor dan yang terendah pada tahun 2015. 45

c) Pengendalian Rabies Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia). Penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia). Penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Pada tahun 2015, melaksanakan kegiatan pada daerah yang vaksinasi, yaitu daerah resiko tinggi atau pernah ada laporan kasus penggigitan, daerah perbatasan dengan Kabupaten/Kota yang resiko tinggi rabies dan populasi HPR yang tinggi, dimana selama 3 tahun terakhir belum diintervensi dengan kegiatan vaksinasi. Berdasarkan hasil kegiatan di tahun sebelumnya dan adanya asumsi penambahan populasi, maka target vaksinasi rabies sebanyak 6500 ekor HPR, namun terealisasi sebanyak 4582 ekor yang dilakukan di 25 kecamatan di 86 desa. Realisasi vaksinasi yang kurang dari target ternyata dipengaruhi oleh karena berkurangnya populasi di daerah target karena dijual dan hilang. Adapun uraian vaksinasi rabies pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 31. Hasil Vaksinasi Rabies Tahun 2015 Kecamatan Desa Anjing Jenis Hewan yang Divaksin Kucing Lain-Lain (Monyet, rubah dll) Total (ekor) Majalaya Majasetra 24 16 0 40 Banjaran Tarajusari 39 47 2 88 Banjaran Banjaran Wetan 33 6 0 39 Pameungpeuk Bojongkunci 47 11 0 58 Banjaran Banjaran Wetan 24 11 0 35 Pameungpeuk Rancatungku 36 0 0 36 Pameungpeuk Sukasari 34 21 0 55 Banjaran Kiangroke 25 27 1 53 Banjaran Kiangroke 9 23 0 32 Cangkuang Cangkuang 37 8 1 46 Cangkuang Bandasari 54 4 0 58 Cangkuang Tanjungsari 31 28 0 59 46

Kecamatan Desa Anjing Jenis Hewan yang Divaksin Kucing Lain-Lain (Monyet, rubah dll) Total (ekor) Cangkuang Nagrak 34 0 0 34 Cangkuang Ciluncat 17 11 0 28 Cangkuang Pananjung 12 16 0 28 Rancabali Cipelah 45 24 0 69 Pameungpeuk Langonsari 52 0 0 52 Pameungpeuk Rancamulya 6 10 0 16 Kertasari Cibeureum 40 3 0 43 Ciparay Ciparay 22 32 0 54 Ciparay Sumbersari 36 23 0 59 Pangalengan Margaluyu 28 6 0 34 Pangalengan Sukamanah 50 0 0 50 Pangalengan Pulosari 29 0 0 29 Pangalengan Wanasari 27 4 0 31 Pangalengan Margamulya 41 8 0 49 Ciparay Serangmekar 28 10 0 38 Ciparay Pakutandang 18 13 0 31 Ciparay Mekarlaksana 29 8 0 37 Ciparay Babakan 21 14 0 35 Ciparay Sagaracipta 17 8 0 25 Cikancung Cikasungka 12 9 0 21 Cikancung Mekarlaksana 15 14 0 29 Nagreg Citaman 14 4 0 18 Nagreg Bojong 14 8 0 22 Nagreg Nagreg Kendan 22 9 0 31 Nagreg Nagreg 5 9 0 14 Pasir Jambu Sugihmukti 21 14 0 35 Ciwidey Ciwidey 19 22 0 41 Ciwidey Rawabogo 52 39 7 98 Cimenyan Cimenyan 12 5 0 17 Cimenyan Mandala Mekar 11 7 0 18 Cimenyan Padasuka 21 9 0 30 Kutawaringin Padasuka 25 8 0 33 Kutawaringin Kutawaringin 21 14 0 35 Kutawaringin Kutawaringin 42 6 0 48 Kutawaringin Sukamulya 57 7 0 64 Cicalengka Panenjoan 30 0 0 30 Nagreg Mandalawangi 42 0 0 42 Rancaekek Rancaekek 22 57 3 82 Wetan Rancaekek Rancaekek 8 71 1 80 Kencana Rancaekek Jelegong 46 12 0 58 Rancaekek Bojongloa 29 24 0 53 47

Kecamatan Desa Anjing Jenis Hewan yang Divaksin Kucing Lain-Lain (Monyet, rubah dll) Total (ekor) Kutawaringin Kopo 38 0 0 38 Arjasari Wargaluyu 90 5 0 95 Arjasari Patrolsari 54 0 0 54 Cimaung Campaka Mulya 85 1 0 86 Cimaung Pasirhuni 53 0 0 53 Ciparay Gunung Leutik 24 2 1 27 Ciparay Bumiwangi 19 9 0 28 Ciparay Mekarsari 17 0 0 17 Pacet Sukarame 33 0 0 33 Paseh Karang Tunggal 54 6 0 60 Paseh Loa 147 11 0 158 Cikancung Mandalasari 26 0 0 26 Cikancung Srirahayu 26 0 0 26 Majalaya Majalaya 121 54 0 175 Majalaya Neglasari 14 20 0 34 Solokanjeruk Rancakasumba 20 8 0 28 Ibun Laksana 29 0 0 29 Soreang Kramat Mulya 62 21 0 83 Soreang Panyirapan 28 38 0 66 Katapang Cilampeni 51 30 4 85 Katapang Banyusari 58 22 0 80 Baleendah Manggahang 124 0 0 124 Baleendah Malakasari 24 12 1 37 Baleendah Wargamekar 35 1 0 36 Baleendah Bojong Malaka 65 14 0 79 Pasir Jambu Cisondari 31 22 0 53 Ciwidey Sukawening 28 14 0 42 Pasir Jambu Margamulya 22 3 0 25 Pasir Jambu Tenjolaya 21 21 1 43 Pasir Jambu Mekarsari 51 26 2 79 Pasir Jambu Cukanggenteng 23 0 0 23 Ciwidey Panundaan 8 29 1 38 Rancabali Cipelah 114 74 1 189 Ibun Mekarwangi 274 19 0 293 TOTAL 3354 1202 26 4582 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2015. Adapun rekapitulasi kegiatan vaksinasi dari tahun 2010-2015 dapat terlihat pada tabel dibawah ini: 48

Tabel 32. Hasil Vaksinasi Rabies tahun 2010-2015 Jenis HPR Yang di Vaksin ( Ekor ) Tahun Lain-lain Kera, Anjing Kucing rubah, dll Jumlah 2010 5090 765 45 5900 2011 4314 681 5 5000 2012 3449 1751 0 5200 2013 2941 2059 0 5000 2014 4707 1921 64 6692 2015 3354 1202 26 4582 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2015 Upaya pengendalian rabies selain vaksinasi dilakukan juga dengan pengendalian populasinya melalui eliminasi terhadap HPR (Hewan Pembawa Rabies) dan dengan pengendalian angka kelahiran melalui tindakan operatif terhadap hewan tersebut ( kastrasi pada hewan jantan ). Tahun 2015 ini dilaksanakan eliminasi HPR yang dilakukan oleh masyarakat ( berdasarkan permintaan ) mereka mengajukan permohonan stichine untuk diberikan kepada anjing liar yang biasa mengganggu sapi-sapi yang baru beranak. Berdasarkan permohonan masyarakat, sebanyak 40 ekor yang diklaim untuk dieliminasi, walaupun jumlah sebenarnya yang mati karena dieliminasi tidak terlaporkan karena HPR tersebut tidak ditemukan bangkainya.. Sementara pelakasanaan kastrasi dilakukan terhadap 50 ekor kucing-kucing liar. Jumlah HPR yang dieliminasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 33. Eliminasi HPR dari tahun 2010-2015 Tahun Kec. Lokasi HPR yang dieliminasi Ekor) Total Anjing Kucing Kera (Ekor) 2010 0 0 335 165 0 500 2011 17 29 241 9 0 250 2012 25 34 349 1 0 350 2013 8 16 193 87 0 280 2014 3 5 49 7 0 56 2015 0 0 0 0 0 0 Sumber : Bidang kesehatan hewan 2015 Berdasarkan table maka pada tiap tahunnya (2010 ke 2015) jumlah eliminasi pada HPR ini mengalami penurunan hal ini lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 49

- Terjadinya penurunan kasus penyakit ternak terutama pada tahun 2015 yang cukup signifikan - Adanya pengalihan prioritas penanngulangan penyakit dari pencegahan ke pencegahan penyakit ternak dan hewan. d) Pengendalian Anthraks, IBR,Helminthiasis dan Parasit Darah ( babesiosis ) Kabupaten Bandung merupakan daerah bebas anthraks sehingga tindakan yang dilaksanakan adalah surveillance pada ternak yang masuk ke Kabupaten Bandung terhadap kondisi fisik dan titer antibody yang dimilikinya. Pada tanggal 21 September 2015 menjelang Idul Qurban dimana lalu lintas ternak dari luar daerah meningkat. Sebanyak 60 sampel darah diambil dari sapi dan diuji dengan metode elisa. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa 59 sampel titernya dibawah 60 yang menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau terpapar oleh bakteri anthraks sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara maupun diperdagangkan sedangkan 1 sampel menunjukkan hasil positif yang kemungkinan hewan tersebut pernah divaksin sebelumnya dan hewan tidak menunjukkan gejala klinis sehingga secara umum, ternak yang ada di wilayah Kabupaten Bandung aman dari penyakit anthraks Begitu pula dengan pengendalian penyakit IBR dimana Kabupaten Bandung berdasarkan surveillance dari laboratorium daerah di Kabupaten Bandung menunjukkan adanya serologi positif namun laporan dan peneguhan diagnosa adanya kasus IBR belum pernah terdata di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 sehingga surveillance dilakukan pada 12 ternak yang beresiko terkena penyakit ini yaitu ternak- ternak yang berada di sekitar ternak impor yang divaksin IBR sebelum ternak tersebut masuk dan didapatkan data bahwa ternak tersebut sebanyak 10 ternak positif IBR dan 2 diantaranya negative IBR. Dari 12 ekor ternak yang positif tersebut tidak menunjukkan gejala klinis terserang IBR namun karena merupakan ternak impor yang memungkinkan ada vaksinasi sebelumnya dan masih menunjukkan kekebalan. Sementara 60 sampel yang diambil dari lokasi ternak bukan impor menunjukkan hasil negative yang menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau terpapar oleh virus IBR sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara maupun 50

dikawinkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah Kabupaten Bandung masih terbebas dari penyakit IBR. Penyakit hewan menular strategis lainnya yang dikendalikan adalah helminthiasis.surveilance dilakukan pada ternak yang dilayani oleh UPTD Puskeswan dan laboratorium.dimana tindakan pengujian yang dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan pengobatan yang telah dilakukan telah berhasil meng-eliminir cacing yang ada di tubuh ternak tersebut 100 sampel diambil untuk dilakukan pengujian yang sebelumnya telah mendapatkan pengobatan dan 74 % diantaranya sehat, dan 303 sampel lainya yang diperiksa ternyata juga sebanyak 77 % diantaranya menunjukkan tidak terinfeksi dengan cacing. Sedangkan 100 sampel lainnya yang diuji untuk dilakukan pengobatan kembali hanya menunjukkan kesembuhan sebesar 43,1 % sehingga dibutuhkan kembali pengobatan lanjutan serta kontrol cara pemberian pakan terhadap individu tersebut. Surveilance identifikasi parasit darah yang dilakukan berdasarkan hasil surveillance di Kecamatan Pangalengan Pada tahun 2014 ditemukan adanya hasil positif parasit darah Theileriosis dan pada tahun yang sama telah dilakukan kembali pengambilan sampel untuk lokasi yang sama menunjukkan hasil negatif. Sedangkan Bulan Mei 2015 dilakukan pengambilan sampel darah di Kecamatan Arjasari dan didapatkan pula hasil positif theileriosis pada sapisapi perah maka pengendalian yang dilakukan adalah dengan pengobatan dan pengendalian caplak melalui penyemprotan. Surveilance juga dilakukan pada ternak sapi potong yang datang dari wilayah timur Indonesia, dari 20 sampel yang diuji ternyata tidak ditemukan parasit darah. Untuk hasil demikian maka dapat direkomendasikan untuk dilakukan surveillance lanjutan di lokasi positif untuk melihat keberhasilan pengendalian yang dilakukan dan juga pada lokasi penampungan ternak yang dilalulintaskan dari daerah Indonesia Timur (NTT,NTB maupun Madura ) mengingat prevalensinya yang cukup tinggi terhadap penyakit parasit darah ( tripanosoma, babesiosis ). Selama 5 tahun jumlah pelayanan keswan mencapai kurang lebih 250 ribu ekor dimana pada setiap tahunnya pelayanan dan pencegahan penyakit yang dilakukan berfluktuatif sesuai dengan jumlah kasus yang terjadi. Adapun 51

uraian jumlah pelayanan dan pencegahan penyakit ternak / hewan dapat digambarkan pada grafik dibawah ini: Grafik 13. Peningkatan pelayanan dan pencegahan penyakit ternak/ hewan tahun 2010-2015. 70 65 60 60 62.5 63.75 67.4 69.4 55 2011 2012 2013 2014 2015 Peningkatan Status Kesehatan Hewan (%) Sumber data: Laporan Bidang Kesehatan Hewan 2011-2015 diolah. Berdasarkan grafik peningkatan status kesehatan hewan tertinggi dapat dicapai pada rentang tahun 2013-2014 yang peningkatannya mencapai 3,65%. Sedangkan realisasi terendah dicapai pada rentang tahun 2011-2013 yang hanya mencapai 1,25%. Hal ini tentunya berbanding lurus jumlah pelayanan dan jumlah vaksinasi pada tahun bersangkutan. Sasarn ini secara langsung didukung 1 program yaitu Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Menular. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yang berkontribusi secara langsung pada capaian indicator sasaran yang telah ditetapkan. Uraian keterkaitan/ dukungan kegiatan pada indikator dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 34. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Hewan/ Ternak TA 2015. Program Kegiatan TA 2015 Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak 1. Pemeliharaan Kesehatan dan Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2015 - Pelayanan Vaksinasi dan Pengobatan pada penyakit ternak/hewan 52