VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

Pematangan Gonad di kolam tanah

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Bisnis Ternak Ikan Lele

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

METODOLOGI PENELITIAN

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUDIDAYA IKAN KOI Cyprinus carpio DI KELOMPOK PETANI KOI SUMBER HARAPAN, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

MODUL TEACHING FACTORY

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

III. BAHAN DAN METODE

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

II. BAHAN DAN METODE

ANALISIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Daftar Hasil Wawancara. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban ata pertanyaan sebagai berikut:

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PEMBENIHAN IKAN MAS DI MN. FISH FARM CIJAMBE, SUBANG

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

BAB III BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id Dra. Sri Sukmaningrumo Msi di Thailand (Pangasius sutchi). Ikan patin termasuk golongan ikan yang paling banyak

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Transkripsi:

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007). Analisis terhadap aspek pasar pada pengusahaan ikan lele yang diproduksi oleh kelompok tani LPPMPU dapat dilihat melalui permintaan, penawaran, dan harga benih dan ikan lele ukuran konsumsi yang berlaku di pasar. 6.1.1. Permintaan dan Penawaran Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting dalam memutuskan untuk membuka suatu usaha, karena usaha tersebut sangat bergantung dari keberhasilan dalam memasarkan suatu produk yang dihasilkan dalam usaha tersebut. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi pasar adalah ikan lele. Permintaan ikan lele datang dari para pedagang seafood (kaki lima) dan restoranrestoran yang menyajikan hidangan pecel lele, serta rumah tangga, sehingga permintaan ikan lele untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dan terkait erat dengan perkembangan trend di kalangan masyarakat. Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2009), tingkat pengkonsumsian ikan termasuk ikan lele di Indonesia semakin meningkat, pada Tahun 2004 hanya terhitung 22,58 kilogram per kapita per tahun, namun pada Tahun 2007 meningkat menjadi 28,28 kilogram per tahun, sedangkan pada Tahun 2008 naik menjadi 29,98 kilogram per kapita per tahun. Untuk itu pasar ikan lele masih sangat terbuka lebar, sehingga para pengusaha ikan lele memiliki peluang untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar. Adapun penawaran ikan lele masih terbatas hal ini dikarenakan banyak petani yang mengalami kerugian dalam menjalankan usaha budidaya ikan lele, dan belum menguasai secara teknis mengenai budidaya ikan lele yang baik dan benar. Para petani ikan lele yang mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya, disebabkan karena kurang memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukan teknik budidaya ikan lele yang baik. Selain itu juga, adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani untuk memulai usaha budidaya ikan lele, sehingga petani tidak berani

mengambil resiko untuk menjalankan usahanya tersebut menjadi usaha yang sangat menguntungkan. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ikan lele di pasar, memberikan keuntungan bagi para petani khususnya di kelompok tani LPPMPU. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh jumlah produksi ikan lele yang dipanen oleh kelompok tani LPPMPU. Untuk memenuhi permintaan pasar yang besar perlu didukung adanya ketersediaan benih ikan lele. Untuk permintaan pasar tersebut perlu adanya perbaikan usaha yang dapat dilakukan oleh petani ikan di Kecamatan Babelan dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diberikan oleh UPTD Perikanan Kecamatan Babelan, sehingga para petani yang melakukan kegiatan usaha budidaya ikan lele memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan usahanya dan mampu memproduksi benih ikan lele yang berkualitas. Perbaikan yang dibutuhkan pasar saat ini adalah bagaimana tersedianya benih ikan lele secara kontinyu dan berkualitas baik. Harga ikan lele untuk konsumsi yang dibeli oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 10.000,00 per kilogram (9-10 ekor per kilogram), sedangkan harga pada pedagang di pasar mencapai 15.000 per kilogram. Dari gambaran di atas peluang usaha budidaya ikan lele masih terbuka lebar dan pasar masih sangat luas. 6.1.2. Pemasaran Pada umumnya ikan lele yang siap untuk dipanen hanya dijual kepada broker atau pedangan pengumpul. Ikan lele yang siap panen ukuran konsumsi, yang melakukan panen adalah pedagang pengumpul itu sendiri karena pemilik hanya menerima bersih dalam kegiatan panen, sedangkan untuk benih ikan lele yang melakukan panen adalah petani atau pemilik ikan sendiri. Hal ini dikarenakan benih ikan lele masih rentan terhadap kematian, jika ikan mengalami stress dan terdapat luka-luka dibagian tubuhnya akibat terbentur dengan dindingdinding kolam atau jaring pada saat panen. Sehingga dalam memanen benih ikan lele harus sangat hati-hati untuk mengurangi tingkat kematian. Ikan lele ukuran konsumsi yang telah dipanen langsung dimasukkan pada drum-drum yang telah disiapkan oleh pedagang pengumpul yang kemudian dibawa langsung oleh pedagang pengumpul untuk didistribusikan kepada

pedagang maupun ke restoran-restoran melalui pengecer. Sementara itu untuk benih ikan lele yang berumur 1 bulan yang siap panen, yang membelinya adalah anggota kelompok tani LPPMPU yang melakukan kegiatan pembesaran dan para pedagang pengumpul. Benih yang siap panen terlebih dahulu dihitung sesuai dengan jumlah permintaan dari pembeli, setelah dihitung akan dikemas dalam kantong plastik yang telah disediakan. Berikut adalah skema aliran pemasaran ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU. Pembenihan dan pendederan Pembesaran Pedagang pengumpul Pedagang dan restoran (pengecer) Gambar 2. Skema Aliran Pemasaran Ikan Lele Berdasarkan analisis aspek pasar ikan lele di atas, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan ikan lele layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar ikan lele, jika dilihat dari sisi permintaan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang yang cukup besar pada pengusahaan ikan lele di Kecamatan Babelan. 6.2. Aspek Teknis Analisis aspek teknis merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan usaha yang akan dilaksanakan. Analisis aspek teknis mencakup hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Aspek teknis yang akan dikaji diantaranya adalah lokasi usaha proyek, dan proses produksi.

6.2.1. Lokasi Usaha Pemilihan lokasi merupakan faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam pengusahaan ikan lele. Lokasi usaha pada kelompok tani LPPMPU terletak di Kecamatan Babelan, Desa Kedung Pengawas, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut : 1) Ketersediaan bahan baku Bahan baku utama yang digunakan oleh kelompok tani LPPMPU adalah induk dan benih ikan lele yang berkualitas. Anggota kelompok tani LPPMPU yang melakukan kegiatan pembenihan ikan lele memperoleh benih ikan lele berasal dari anggota kelompok tani yang melakukan kegiatan pembesaran ikan lele, begitu juga sebaliknya. Petani yang melakukan kegiatan pembesaran ikan lele memperoleh benih ikan lele yang akan dipelihara berasal dari petani yang melakukan kegiatan pembenihan ikan lele. Untuk harga induk ikan lele sebesar Rp 50.000,00 per ekor untuk ukuran 1 kilogram, sedangkan harga benih ikan berkisar antara Rp 150,00 per ekor dengan ukuran 5-5,5 cm. Untuk bahan baku lainnya yang diperlukan dalam kegiatan produksi, seperti pakan untuk benih dan induk ikan lele, plastik packing, bak sortir, ember, serokan, pupuk kandang, dan garam diperoleh dari pedagang yang menjual kebutuhan produk perikanan, sedangkan untuk pakan alami seperti keong petani membelinya dari orang yang menjual keong. Jadi petani LPPMPU tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku untuk kegiatan usahanya. 2) Letak pasar yang dituju Anggota kelompok tani LPPMPU menjual hasil panennya pada pengusahaan pembesaran ikan lele dan kepada pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena untuk menjual langsung kepada konsumen akhir seperti pedagang (pengecer) maupun restoran (seafood), membutuhkan kontinuitas produksi yang belum dapat dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU, serta membutuhkan dana yang lebih besar untuk memasarkan hasil produknya sendiri. Sampai saat ini, para kelompok tani LPPMPU hanya menjual hasil produknya kepada pedagang pengumpul dengan harga yang telah ditetapkan oleh pihak pedagang pengumpul yaitu Rp 10.000,00 per kilogramnya dengan isi 9-10 ekor per kilogram untuk ikan lele

ukuran konsumsi, sedangkan harga untuk benih ikan lele yang berumur 1 bulan sekitar Rp 150,00 per ekor. Dalam menjual hasil produksi ikan lele yang siap panen, diantara kedua belah pihak yaitu petani dan pedagang pengumpul tidak ada batasan kuota dan jumlah ikan lele yang dapat dijual. 3) Tenaga listrik, sumber air, dan kondisi iklim Tenaga listrik yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele sudah menjangkau lokasi proyek, sehingga untuk penggunaan listrik tidak ada masalah dalam menjalankan kegiatan budidaya ikan lele. Tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan lele ini adalah untuk penerangan pada malam hari dan untuk menyalakan mesin pompa yang digunakan untuk pengisian air kolam. Sementara itu untuk ketersediaan air dalam kegiatan budidaya ikan lele sangat melimpah disekitar lokasi proyek. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, air yang digunakan adalah air tanah, sedangkan untuk kegiatan pembesaran ikan lele petani menggunakan air yang berasal dari pengairan irigasi yang dekat dengan lokasi usaha. Hal ini sangat membantu para petani dalam menjalankan usahanya, karena sumber air yang digunakan langsung dari sumbernya, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penggunaan air yang harus dikeluarkan oleh petani LPPMPU jika menggunakan air PAM. Air yang berasal dari pengairan irigasi untuk kegiatan budidaya ikan lele tidak mengandung bahan kimia atau logam, sehingga para petani LPPMPU tidak perlu melakukan proses penyaringan air untuk menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam. Kualitas air yang memenuhi persyaratan untuk usaha pembenihan ikan lele diantaranya air tanah untuk pemijahan, pemeliharaan benih, dan kegiatan pembesaran ikan lele dengan ph 7,3. Kondisi iklim daerah Kecamatan Babelan cukup mendukung untuk dilakukan pengusahaan ikan lele, suhu untuk kegiatan budidaya ikan lele berkisar antara 27-32 0 C. 4) Fasilitas transportasi Lokasi proyek kegiatan pengusahaan ikan lele terletak di perkampungan yang telah memiliki fasilitas jalan yang sudah dibeton. Untuk alat transportasi tersedia ojek dan angkutan umum (angkot). Untuk menuju lokasi kegiatan pengusahaan ikan lele dapat menggunakan mobil pribadi, ojek atau angkutan umum.

6.2.2 Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan oleh anggota kelompok tani LPPMPU sesuai dengan jenis pengusahaan ikan lele yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU diantaranya adalah kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan, dan kegiatan pembesaran ikan lele untuk konsumsi. 6.2.2.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele Pada pengusahaan pembenihan ikan lele, kegiatan yang dilakukan adalah penebaran induk, pemeliharaan dan pemijahan induk untuk menghasilkan larva atau benih kecil yang berukuran 1 cm. Dalam kegiatan pembenihan ini menghasilkan benih yang baru menetas. Kegiatan pembenihan yang dilakukan adalah pemeliharaan induk dan teknik pembenihan seperti persiapan kolam, penebaran induk, proses pemijahan, pemeliharaan larva, pemanenan larva, dan penyeleksian larva. 1. Pemeliharaan Induk Berhasilnya suatu usaha pembenihan sangat dipengaruhi oleh kedaaan induk penghasil benih itu sendiri. Apabila induk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, maka benih yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang baik begitu pula sebaliknya. Calon induk ikan lele yang dimiliki oleh kelompok tani LPPMPU harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan induk yang akan dipijahkan, untuk mendapatkan kualitas benih yang baik. Jumlah induk yang dimiliki oleh kelompok tani LPPMPU masing-masing anggota berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan jumlah pembelian induk yang dimiliki oleh petani, dan target produksi yang ingin dicapai untuk memenuhi permintaan di pasar. Permintaan ikan lele semakin meningkat, maka semakin banyak pula induk yang dimiliki serta semakin tinggi pula target produksi yang direncanakan. Induk ikan lele yang siap untuk dipijahkan adalah berumur 12 bulan dan diperkirakan sudah matang kelamin dengan berat 1 kilogram untuk induk betina, sedangkan untuk induk jantan dengan berat 1,25 kilogram.

Jumlah telur (fekunditas) yang dihasilkan oleh ikan lele adalah 25.000 butir telur, dengan daya tetas telur (Hatching Rate/HR) 90 persen, sehingga menghasilkan telur yang dapat menetas sebanyak 22.500 butir, dan tingkat kematian (Survival Rate/SR) 88 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak 19.800 ekor larva. Walaupun jumlah larva yang dihasilkannya sedikit, ikan lele mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif cepat. Hal ini terlihat dari rentang waktu antara pemijahan satu ke pemijahan berikutnya yaitu selama 3 bulan. Masa produktif ikan lele adalah 2 tahun, jika induk sudah berumur diatas 2 tahun maka induk harus segera diganti dengan induk baru. Hal ini dikarenakan induk yang sudah tidak produktif lagi tetap dipijahkan, maka kualitas benih yang dihasilkan akan menurun. Induk yang sudah tidak produktif lagi disebut dengan induk afkir, yang kemudian dapat dijual kembali untuk dikonsumsi. Dalam waktu 1 tahun ikan lele dapat memijah sebanyak 4 kali, jadi pemijahan terjadi 8 kali dalam masa produktif ikan lele. Pembudidaya ikan lele memberikan pakan bagi induk ikan lele agar induk dapat menghasilkan benih yang baik dan berkualitas. Jenis pakan yang diberikan pada induk ikan lele adalah pelet dengan merek hiprovit yang merupakan pelet kasar. Adapula pakan tambahan yang diberikan pada induk selain pelet yaitu berupa keong. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, sore, dan malam hari. Jumlah pakan yang diberikan dalam sehari rata-rata sebanyak 4 gram per ekor, sehingga dalam satu hari dapat menghabiskan pakan sebanyak 600 gram. 2. Teknik Pembenihan Secara umum pembenihan adalah kegiatan budidaya ikan lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina (pemijahan) pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan larva. Dalam kegiatan pembenihan ini biasanya menghasilkan benih yang ukurannya berbeda atau tidak sama. Awal menebar induk sampai dengan menghasilkan benih membutuhkan waktu 2 sampai dengan 3 minggu. Larva yang dihasilkan memiliki panjang 0,9 1,3 cm, dengan berat

0,01 gram 0,02 gram. Adapun proses pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Persiapan Kolam Pembenihan Kolam yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU merupakan kolam yang tebuat dari semen (kolam semen) dan kolam terpal (yang terbuat dari terpal plastik). Dengan luas kolam yang digunakan pada kelompok tani LPPMPU rata-rata adalah 78 m 2. Persiapan kolam yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU, yang melakukan pembenihan ikan lele hanya dengan melakukan perbaikan dan pembersihan kolam. Perbaikan kolam dilakukan dengan menambal kembali kolam yang bocor, sedangkan pembersihan kolam dengan cara kolam disikat hingga bersih dari lumut (kolam semen), sedangkan untuk kolam terpal cukup dibersihkan dengan cara menggunakan busa (spon), dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang menempel pada dinding maupun dasar kolam. Setelah itu, kolam dibiarkan atau dijemur selama 1-2 hari. Kolam yang telah dikeringkan selama 1-2 hari, kemudian dilakukan pemupukan. Pemupukan pada kolam pembenihan tidak menggunakan pupuk anorganik, tetapi menggunakan pupuk organik berupa kotoran ayam dan dicampur dengan kotoran kambing. Dosis yang diberikan dalam setiap kolam adalah 500 gram m 2. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar sampai merata di sekitar dalam kolam. Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele, dan dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dalam kolam yang akan dipergunakan untuk kegiatan pemijahan. Setelah kolam telah selesai dipersiapkan, kegiatan berikutnya adalah kolam diisi dengan air jernih. Ketinggian air kolam untuk kegiatan pemijahan adalah 30-35 cm, dan dibiarkan selama 1-2 hari agar pakan alami dapat tumbuh serta untuk menetralkan ph air. Setelah dibiarkan selama 1-2 hari, maka induk ikan lele siap untuk ditebar dalam kolam yang telah dipersiapkan. Alur proses persiapan kolam pada pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 3.

Pembersihan dan Pengeringan kolam Pemupukan kolam Pengisian air kolam Gambar 3. Alur Proses Persiapan Kolam Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU b) Penebaran Induk Sebelum induk ikan lele dipijahkan, induk jantan dan betina dipelihara pada kolam yang terpisah. Hal ini untuk memudahkan dalam pengelolaan dan pengontrolan. Di samping itu bisa menghindarkan induk melakukan pemijahan secara diam-diam. Agar kematangan induk memadai, setiap hari induk diberi pakan bergizi, yaitu pakan buatan maupun pakan alami seperti pelet dan keong. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada kelompok tani LPPMPU, dalam melakukan pemijahan dilakukan dengan cara buatan. Ikan yang dipijahkan secara buatan adalah dengan cara kawin suntik. Hal ini bertujuan untuk merangsang ikan agar bisa memijah sesuai dengan rencana. Induk disuntik dengan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa atau Human Chlorionic Gonadotropin (HCG). Kelenjar hipofisa dapat diambil dari ikan lele dumbo atau ikan mas yang telah matang kelamin atau yang telah berumur minimal 12 bulan. HCG yang dikenal oleh para pembudidaya ikan adalah ovaprim. Sebelum ikan ditebar pada kolam pemijahan yang telah disiapkan, induk ikan jantan dan betina terlebih dahulu disuntik menggunakan ovaprim dengan dosis 1 cc per kilogram bobot induk yang akan dipijahkan. Setelah itu ikan siap ditebar pada kolam pemijahan. Pada pemijahan secara alami, tidak ada perlakukan khusus pada induk. Hanya ada pemilihan induk yang sudah matang kelamin atau matang gonad maka ikan siap untuk ditebar pada kolam pemijahan. Perbandingan induk jantan dan induk betina adalah 1 : 1, yang artinya untuk penebaran 1 ekor jantan ditebar 1 ekor betina. Bobot induk betina yang siap dipijahakan adalah 1 kilogram, sedangkan untuk induk jantan memiliki bobot 1,25 kilogram.

c) Pemijahan Petani yang melakukan pemijahan dengan cara buatan yaitu menggunakan ovaprim yang telah disuntikkan kepada induk betina dan induk jantan siap untuk ditebar pada kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Sementara itu, petani yang melakukan pemijahan dengan cara buatan tanpa menggunakan ovaprim induk ikan lele yang telah matang kelamin dapat langsung ditebar pada kolam pemijahan. Pada saat penebaran induk ikan lele yang akan dipijahkan, pada tiap kolam pemijahan diberi kakaban atau sarang untuk penempatan telur yang akan dikeluarkan oleh induk betina yang kemudian dibuahi oleh induk jantan. Dalam satu kolam kakaban yang digunakan adalah 3 sampai 4 kakaban yang diletakkan pada sudut-sudut kolam. Induk yang siap dipijahkan ditebar pada kolam yang telah disiapkan untuk pemijahan, induk dapat ditebar pada pagi atau sore hari. Induk betina akan mengeluarkan telur-telurnya yang akan diletakkan pada kakaban, dan secara bersamaan pula induk jantan mengeluarkan spermanya. Telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk jantan di luar tubuh induk. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan adalah selama 1 hari 1 malam atau selama 24 jam. Biasanya induk betina mengeluarkan telurnya pada malam hari atau menjelang pagi hari. Setelah proses pemijahan telah selesai, maka proses berikutnya adalah penetasan telur. Induk ikan lele yang telah melakukan pemijahan, induk ikan lele harus segera diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk ikan lele. Apabila induk tidak segera dipisahkan dari telur yang telah dibuahi, induk tersebut akan memakan telurnya sendiri, karena ikan lele termasuk ikan yang bersifat kanibal. Telur yang menempel pada kakaban harus segera diangkat dengan perlahan-lahan dan dipindahkan pada kolam penetasan telur yang telah disiapkan sebelumnya. Kakaban diletakkan secara mendatar sampai semua permukaannya terendam air. Hal ini dimaksudkan agar telur-telur yang menempel ikut terendam air, karena jika ada telur yang tidak terendam air maka telur tersebut tidak akan menetas dan menjadi busuk atau berjamur.

Jumlah telur yang dikeluarkan oleh induk betina yaitu mencapai 25.000 butir telur. Telur akan menetas dalam kurun waktu 22-24 jam setelah telur dibuahi. Tidak semua telur tersebut dapat menetas, telur yang menetas adalah sebayak 22.500 butir dengan daya tetas telur (HR) 90 persen. Benih atau larva ikan lele yang baru menetas berwarna merah tua, dan biasanya akan berkumpul dipermukaan dasar kolam. Selama proses penetasan, bak harus mendapat sedikit aliran air melalui selang kecil. Pengaliran air ini dilakukan agar kualitas air selama penetasan tetap terjaga. Apabila jika kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan kematian benih yang baru menetas. Setelah telur menetas, kakaban harus segera diangkat secara perlahan-lahan. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, dikwatirkan telur telur yang tidak menetas akan membusuk dan akan menyebabkan kualitas air menurun. Selanjutnya, telur yang menetas akan dipelihara sampai larva siap untuk dipanen. d) Pemeliharaan Larva Kolam tempat pemeliharaan larva merupakan kolam yang terbuat dari terpal plastik dan ada juga yang menggunakan kolam semen. Dalam satu kolam, diberi kakaban sebanyak 3 sampai dengan 4 kakaban. Ukuran kolam yang digunakan untuk pemeliharaan benih pada kelompok tani LPPMPU berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan lahan yang dimiliki. Kondisi lingkungan pada kolam pemeliharaan larva harus memperhatikan kualitas air agar tetap terjaga dengan baik. Penggantian air atau panambahan air dapat dilakukan setiap 3 atau 4 hari sekali, atau disesuaikan dengan keadaan kondisi air dalam kolam pemeliharaan. Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum dapat diberikan pakan tambahan, karena cadangan makanan dalam tubuhnya masih tersedia yaitu berupa kuning telur. Pada hari keempat setelah telur menetas, larva harus diberikan pakan tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva ikan lele. Jenis pakan tambahan yang baik untuk larva ikan lele adalah pakan alami atau pakan hidup yaitu berupa plankton dan cacing sutra. Hal ini dikarenakan pakan alami banyak mengandung protein yang dibutuhkan oleh pertumbuhan larva ikan lele tersebut. Dosis pakan yang diberikan pada larva adalah 1,98 liter cacing sutra

dalam satu hari. Pemberian pakan dilakukan 3 hari sekali yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari. e) Pemanenan Larva Larva dipelihara selama 15 17 hari dari awal penetasan telur. Larva ikan lele akan muncul kepermukaan air di setiap pinggir sudut kolam. Pemanenan larva dilakukan pada pagi hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau 16.00 WIB. Proses pemanenan tergantung dengan jenis kolam yang digunakan. Jika kolam yang digunakan adalah terpal plastik, cara pemanenannya adalah dari sudut plastik diangkat sehingga secara perlahan-lahan air dalam plastik mengalir ke bagian yang rendah (bawah). Maka larva akan berkumpul pada satu sudut yang rendah, sehingga dengan mudah larva dipindahkan ke tempat bak penampungan sementara untuk dihitung. Setelah dihitung, larva tersebut ditebar pada kolam pendederan yang telah disiapkan dengan ukuran yang sama besar. Adapun alur proses teknik pembenihan dapat dilihat pada Gambar 4. Persiapan Kolam Penebaran Induk Pemijahan Pemeliharaan Larva Pemanenan Benih Gambar 4. Alur Teknik Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU 6.2.2.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele Pendederan merupakan pembesaran larva sampai ukuran tertentu untuk dipelihara pada tahap pembesaran atau untuk dijual kepada peternak pembesaran. Ukuran siap jual dari kegiatan pendederan yaitu berukuran 5-5,5 cm dalam waktu pemeliharaan selama 1 bulan. Pada kegiatan pendederan ini dapat dilakukan pada kolam semen maupun kolam terpal. Adapun tahapan kegiatan pendederan yaitu

persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan benih, dan panen. 1) Persiapan Kolam Kolam yang digunakan untuk kegiatan pendederan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah kolam semen dan kolam terpal. Sebelum kolam dipergunakan untuk pemeliharaan sebaiknya dilakukan pembersihan kolam. Kolam yang akan digunakan dibersihkan dengan cara kolam disikat (kolam semen), atau dibersihkan dengan menggunakan spon (kolam terpal). Hal ini bertujuan untuk membunuh kuman penyakit yang menempel pada dasar maupun dinding kolam, agar ikan tidak mudah terserang penyakit. Setelah dibersihkan kolam dikeringkan dan dijemur dibawah terik matahari selama 1-2 hari. Kolam yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1-2 hari, langkah berikutnya adalah dilakukan pemupukan dengan cara pupuk disebar secara merata di dalam kolam dan didiamkan selama 1-2 hari. Pupuk yang diberikan pada kolam merupakan pupuk organik dari kotoran ayam dengan dosis 500 m 2 per kolam. Pemberian pupuk yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton yang merupakan pakan alami lele. Setelah didiamkan selama 1-2 hari, kolam diisi dengan air jernih yang berasal dari bak penampungan air dan didiamkan selama satu hari. Persiapan kolam telah selesai maka benih siap untuk ditebar. 2) Penebaran Benih Kolam yang telah dipersiapkan, maka benih ikan lele siap untuk ditebar. Penebaran dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sesuai dengan panen pada saat pembenihan. Kepadatan tebar setiap kolam adalah 22.500 ekor benih dengan ukuran 0,9-1,3 cm. 3) Pemeliharaan Benih Dalam proses pemeliharaan, benih harus diberi pakan berupa pelet yang bermerek Hiprovit 99 dengan dosis pakan yang diberikan sebanyak 0,2 gram per ekor dalam satu hari. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam hari. Dalam setiap satu minggu sekali, pada saat pemberian

pakan pelet dicampur dengan telur ayam yang bertujuan untuk menambah protein dan menambah bau amis pada kolam agar benih tidak terserang penyakit. Penyakit yang sering menyerang pada benih ikan lele yaitu cacing merah yang berasal dari bak penampungan air. Oleh karena itu pada saat benih belum ditebar pada kolam pemeliharaan, maka pada kolam tersebut diberi garam, dengan cara garam dilarutkan dalam air kolam dan didiamkan selama 2 jam. Setelah 2 jam cacing tersebut akan mati dan mengambang di permukaan air kolam. Cacing yang mengambang di permukaan kolam dibuang dengan menggunakan serokan. Selain itu untuk mencegah ikan terserang penyakit, kualitas dan kuantitas air kolam harus tetap dijaga. Dengan cara air kolam diganti dalam 15 hari sekali, air kolam tidak dibuang secara keseluruhan tetapi hanya setengah dari ketinggian air kolam dan dilakukan pengisian kembali sesuai dengan air kolam yang dibuang. 4) Panen Benih dipelihara selama 1 bulan dari awal benih ditebar. Benih yang siap untuk dipanen adalah benih berukuran 5-5,5 cm dengan harga Rp 150 per ekor. Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau pukul 16.00 WIB. Proses pemanenan tergantung dengan jenis kolam yang digunakan. Jika kolam yang digunakan adalah terpal plastik, cara pemanenannya adalah dari sudut plastik diangkat, sehingga secara perlahan-lahan air dalam plastik mengalir ke bagian yang rendah (bawah), maka benih akan berkumpul pada satu sudut yang rendah, kemudian benih ditangkap dengan menggunakan serokan atau bak sortir dengan hati-hati. Untuk kolam semen, proses panen yang dilakukan dengan cara air dibuang melalui pipa saluran pembuangan dengan cara perlahan-lahan sampai yang tersisa hanya tinggal di kamalir saja, sehingga benih akan berkumpul pada kemalir. Setelah semua benih berkumpul pada kemalir, benih ditangkap secara hati-hati dengan menggunakan serokan kecil atau menggunakan bak sortir. Kemudian benih diletakkan pada tempat bak penampungan sementara untuk dihitung. Setelah dihitung, benih tersebut dapat dipasarkan kepada peternak ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran. Jumlah benih yang dipanen dalam satu kolam adalah sebanyak 16.830 ekor. Adapun alur proses produksi pada kegiatan pendederan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 5.

Persiapan Kolam Penebaran Benih Pemeliharaan Benih Pemanenan Benih Gambar 5. Alur Proses Produksi Pendederan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU 6.2.2.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele Hasil pendederan ikan lele yang berukuran 5-5,5 cm belum dapat untuk dijadikan ikan konsumsi. Ikan seukuran ini harus dipelihara lagi untuk tahapan pembesaran sampai mencapai ukuran layak konsumsi, yakni minimal 250 gram per ekor atau 9-10 ekor per kilogram. Oleh karena itu bibit lele masih perlu dipelihara atau dibesarkan lagi agar menjadi ikan lele dumbo yang siap konsumi. Pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah kegiatan yang dilakukan dengan menebarkan benih ukuran 5-5,5 cm yang berumur 3 sampai dengan 4 minggu. Lama pemeliharaan ikan lele adalah rata-rata 3 bulan, dapat menghasilkan ikan lele konsumsi berbobot 250-300 gram per ekor atau 9-10 ekor per kilogram. Pada kegiatan pembesaran, jumlah benih yang ditebar adalah sebanyak 4.000 ekor per m 2 dengan luasan kolam rata-rata 4 x 10 m 2. Panen dilakukan selama 3 bulan sekali, sehingga dalam setahun petani dapat melakukan penen sebanyak 4 kali. Pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU ada yang menggunakan kolam tanah dan kolam semen. Sistem pengairan yang dilakukan adalah secara teknis yaitu sumber air yang berasal dari saluran air irigasi. Kolam seperti ini mudah dikelola karena air tersedia sepanjang tahun. Adapun proses kegiatan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

a) Persiapan Kolam Pembesaran Sebelum penebaran benih, kolam harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kolam dikeringkan beberapa hari sampai permukaan dasar kolam kering dan retak-retak (kolam tanah). Tujuannya untuk membunuh hama atau bibit-bibit penyakit yang ada di kolam tersebut dan untuk memudahkan pengolahan tanah dasar kolam. Kolam dikeringkan selama 3-4 hari. Langkah selanjutnya adalah memupuk tanah dasar kolam untuk menumbuhkan makanan alami. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yaitu pupuk kandang yang terbuat dari kotoran ayam dengan dosis 500 gram per m 2. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar sampai merata pada dasar kolam. Setelah pemberian pupuk selesai, maka kegiatan selanjutnya adalah pengisian kolam yang dilakukan secara bertahap agar pupuk bereaksi dengan sempurna. Pengisian kolam pada tahap pertama adalah setinggi 70 cm, dan kolam didiamkan selama 2 hari. Setelah kolam didiamkan selama 2 hari, maka dilakukan pengisian kolam tahap ke 2 dengan ketinggian kolam hingga mencapai 150 cm. b) Penebaran Larva Penebaran benih dapat dilakukan setelah dipastikan kolam benar-benar telah siap untuk digunakan. Benih dapat ditebar pada waktu pagi atau sore hari saat suhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menghindari tingkat kematian yang tinggi karena ikan stress. Jumlah benih ikan yang akan ditebar pada kolam pembesaran adalah sebanyak 4.000 ekor per m 2, dengan ukuran 5-5,5 cm. c) Pemeliharaan Untuk memacu pertumbuhan pada benih ikan lele, selama pemeliharaan ikan lele diberi pakan tambahan. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan yaitu pelet yang bermerek hiprovit 782, dosis yang diberikan dalam satu hari adalah 1 gram per ekor, harga pelet hiprovit 782 per kilogram adalah Rp 6.500,00. Pelet hiprovit 782 diberikan pada benih yang telah berumur satu bulan, hal ini dikarenakan disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan lele, sedangkan ikan lele yang sudah berumur 2 bulan pakan yang diberikan berupa pelet kasar yang bermerek hiprovit. Dosis yang diberikan dalam satu hari

untuk pelet kasar adalah 3 gram per ekor. Harga pelet kasar adalah Rp 4.500,00 per kilogram. Pakan yang diberikan selain pelet buatan, benih ikan lele yang telah berumur 2 bulan dapat juga diberi pakan alami yaitu keong, dalam satu hari menghabiskan 1 karung keong. Harga keong per kilogram adalah Rp 10.000,00. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam satu hari yaitu pagi, siang dan malam hari. Selain pemberian pakan, pengontrolan kualitas air harus diperhatikan. Pergantian air dilakukan 2 minggu sekali, hal ini bertujuan agar ikan tidak terserang penyakit akibat dari sisa-sisa makan yang mengendap menjadi racun. Dalam proses pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan kolam untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Hama biasanya menyerang pada kolam pembesaran. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan sekitar kolam dari semak-semak yang dapat dijadikan sarang ular atau hama lainnya. Lama pemeliharaan ikan lele di kolam pembesaran adalah selama 3 bulan. d) Pemanenan Pemanenan merupakan bagian akhir dari kegiatan pembesaran. Setelah ikan dipelihara selama 3 bulan, maka ikan tersebut siap untuk di panen sesuai dengan ukuran ikan konsumsi yaitu 9-10 ekor per kilogram. Proses pemanenan dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pada proses kegiatan panen, yang melakukan panen adalah para pedagang pengumpul. Ikan yang telah dipanen langsung dimasukkan pada drum-drum plastik yang telah disiapkan oleh pedagang pengumpul. Dalam satu kali proses produksi petani dapat memanen ikan lele sebanyak 350 kilogram per kolam, dengan harga per kilogramnya adalah Rp 10.000,00. Adapun alur proses produksi pada kegiatan pendederan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 6. Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa pengusahaan ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU layak untuk dilaksanakan. Dalam hal ini tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan pengusahaan ikan lele.

Persiapan Kolam Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan Gambar 6. Alur Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU 6.3. Aspek Manajemen Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Pengusahaan ikan lele di Kecamatan Babelan merupakan kelompok tani yang dinamakan dengan Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat (LPPMPU) yang didirikan pada tahun 2004. Pada saat ini anggota kelompok tani LPPMPU yang aktif dalam pengusahaan ikan lele hanya 4 orang. Struktur organisasi pada kelompok tani LPPMPU di Kecamatan Babelan dapat dilihat pada gambar berikut. Ketua Kelompok Tani LPPMPU Pak Sumirta Sekretaris : Pak H. Marjani Bendahara : Pak Rohmat Pemasaran : Pak Misar Gambar 7. Struktur Organisasi Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada masing-masing petani, untuk struktur organisasi sangat sederhana yaitu Pak Sumirta sebagai ketua dari kelompok tani LPPMPU dan dibantu oleh anggota lainnya yang melakukan pengusahaan ikan lele yang diantaranya Pak H. Marjani sebagai sekretaris, Pak Rohmat sebagai bendahara, dan Pak Misar sebagai memasarkan ikan yang siap untuk dipanen. Ketua kelompok tani LPPMPU adalah Pak Sumirta sebagai ketua dari kelompok tani LPPMPU yang bertugas mengawasi dan membantu para anggotanya dalam kegiatan pengusahaan ikan lele, Pak Sumirta dibantu oleh anggotanya yaitu Pak H. Marjani sebagai sekretaris

yang bertugas mencatat jumlah ikan yang dipanen oleh setiap anggota, Pak Rohmat sebagai bendahara yang bertugas mencatat pendapatan yang diperoleh dari masing-masing anggota kelompok tani LPPMPU, sedangkan Pak Misar bertugas untuk memasarkan hasil produksi atau output yang dihasilkan dari anggota yang melakukan kegiatan pengusahaan ikan lele. Dilihat dari struktur organisasi pada kelompok tani LPPMPU, dari masingmasing anggota hanya terdiri atas pemilik pengusahaan ikan lele dan satu orang tenaga kerja. Pemilik usaha bertindak sebagai pengawas, mengontrol kualitas produk yang dihasilkan, serta melakukan kegiatan produksi, sedangkan para pekerja bertugas untuk membantu pemilik pengusahaan yaitu memelihara benih sampai benih siap panen. Untuk penyerapan tenaga kerja pada kelompok tani LPPMPU sangat sederhana, karena karyawan yang membantu pemilik dalam kegiatan produksi adalah masih kerabat atau saudara dari pemilik usaha. Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha ini dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan meskipun dengan struktur organisasi lini dan pembagian tugas yang sederhana. 6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan Usaha yang dijalankan oleh kelompok tani LPPMPU memberikan kontribusi pendapatan bagi anggota tersebut, karena dengan melakukan kegiatan pengusahaan ikan lele, kehidupan dari kelompok tani LPPMPU dapat meningkatan pendapatan serta kehidupan yang sejahtera. Selain itu, keberadaan kelompok tani LPPMPU tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian yang menghasilkan limbah mengandung bahan kimia, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung dengan adanya pengusahaan ikan lele di sekitar lingkungan rumah warga. Hal ini dapat dilihat dari ketertarikan warga sekitar untuk membuka pengusahaan ikan lele dengan memanfaatkan lahan di sekitar rumah. Namun permasalahan yang dihadapi oleh petani pada saat penelitian, yaitu adanya keterbatasan modal yang dimiliki petani untuk memulai usaha barunya, serta kurang memiliki keterampilan untuk kegiatan teknis budidaya ikan lele.