BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan memproduksi tuturan dengan tepat secara kontekstual

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis pada bab IV diperoleh temuan-temuan berupa pola

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan fokus penelitian ini, penutur Indonesia memerlukan ketrampilan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

Keywords: Aizuchi, Sentence Conversation, The Japan Society I. PENDAHULUAN

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Aizuchi sering digunakan ketika terjadi interaksi komunikasi,apabila seorang penutur

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Pergi kemana? どこへ行きますか

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi. bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur.

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

Bab 5. Ringkasan. Saat ini banyak orang yang mempelajari bahasa Jepang dan mulai tertarik dengan

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN)

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. atau gagasan-gagasan dalam perasaan. Bahasa juga berfungsi sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kajian terhadap kompetensi pragmatik penutur bahasa kedua memiliki dua aspek penting, yaitu produksi dan pemahaman yang merupakan bagian dari kompetensi pragmatik pembelajar bahasa kedua. Pembelajar bahasa kedua harus memiliki kemampuan memproduksi tuturan dengan tepat secara kontekstual dalam bahasa targetnya, dan memiliki kesadaran terhadap hal-hal yang membentuk perilaku linguistik yang tepat dalam variasi interaksi sosial dalam bahasa target mereka. Hal ini menunjukkan hubungan antara budaya dan kompetensi pragmatik dalam bahasa kedua. Produksi dan pemahaman terhadap fitur linguistik bahasa kedua dipengaruhi oleh budaya dan kemungkinan terjadi tumpang tindih antara norma pragmatik dalam budaya bahasa pertama dengan norma yang sama dalam budaya bahasa kedua. Menurut Schauer (2009), keadaan ini menyulitkan pembelajar bahasa kedua untuk menentukan makna yang diniatkan secara tepat. Kedua aspek ini memperlihatkan kesulitan yang dihadapi penutur Indonesia. Produksi tuturan aizuchi pada penutur Indonesia dipengaruhi oleh lamanya kontak bahasa dengan penutur dan motivasi dalam berinteraksi sosial. Latar belakang pendidikan kebahasaan juga berpengaruh terhadap hal ini. Pemahaman terhadap penggunaan aizuchi didapatkan penutur Indonesia dari proses imitasi yang dilakukannya ketika melakukan kontak bahasa dengan penutur.

2 Ketepatan pragmatik dalam penggunaan aizuchi diteliti dengan memperhatikan variasi leksikal, saat relevan untuk memberikan respons pendengar, dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur Indonesia ketika bercakap-cakap dengan penutur dalam bahasa. Ketika tidak tepat menggunakannya, penutur Indonesia menemui hambatan dalam menyampaikan respons. Solusi yang diupayakannya adalah memberikan respons dalam bahasa ibunya yaitu bahasa Indonesia. Hambatan yang dihadapi oleh penutur Indonesia dalam menggunakan aizuchi berupa perbedaan struktur kalimat dan norma budaya dalam tuturan bahasa dengan bahasa Indonesia. Orang cenderung sering memberikan respons sebagai pendengar sebagai tanda empati terhadap penutur di tengah-tengah tuturan, sedangkan orang Indonesia cenderung memberikan respons yang sama hanya di akhir tuturan saja untuk menghormati dan menghargai penutur. Penutur Indonesia dalam konteks percakapan di kantor dalam penelitian ini sebagian memperlihatkan perilaku yang sama dengan penutur asli dan sebagian lagi mempertahankan identitas sosial mereka. Hal ini terlihat dari upaya mereka dalam memberikan aizuchi sebagai backchannel tidak dalam konteks bahasa (yang memberikan aizuchi di setiap unit frasa atau klausa), tetapi di akhir tuturan seperti kebiasaan yang dilakukan orang Indonesia ketika bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, bahasa menjadi objek penelitian karena di Indonesia peminat bahasa cukup tinggi. Bahasa diajarkan sebagai mata pelajaran wajib atau pilihan di tingkat sekolah menengah. Pengaruh budaya juga cukup tinggi terlihat di kalangan remaja Indonesia. Anime, cosplay,

3 dan manga bukan hal yang baru dan aneh bagi remaja kita. Bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri pada budaya remaja Indonesia. Struktur bahasa dan struktur bahasa Indonesia yang berbeda menimbulkan language gap dalam percakapan lintas budaya sebagai salah satu bentuk komunikasi. Hambatan dalam komunikasi dapat terjadi karena perbedaan cara dalam melakukan komunikasi lisan, baik dalam sistem bahasa maupun sistem bahasa Indonesia. Tindak tutur yang terjadi dapat berlangsung dengan baik atau mengalami hambatan karena adanya perbedaan cara interlokutor melakukan percakapan terutama ketika bertutur dalam bahasa asing. Salah satunya dalam hal merespons tuturan penutur dalam percakapan. Hambatan ini bisa diatasi dengan adanya pengetahuan sosial budaya yang dimiliki oleh interlokutor yang berbeda budayanya. Interlokutor harus memerhatikan pola-pola kemungkinan tingkah laku dalam setiap budaya yang yang memiliki keragaman berbeda dan membentuk unit-unit fungsional tersendiri (Jandt, 1998). Unit fungsional yang terdapat dalam respons percakapan tersebut bergantung pada budaya yang mengikat tindak tutur, misalnya berupa backchannel. Respons ini diberikan oleh mitra tutur untuk mempertahankan keberlangsungan sebuah percakapan. Ada atau tidak adanya backchannel mempengaruhi kelancaran pola interaksi komunikasi. Tanggapan yang diberikan berupa umpan balik terhadap sebuah tuturan berperan penting dalam memuluskan jalannya percakapan. Jadi, pengetahuan pragmalinguistik memiliki peran penting dalam meningkatkan keterampilan mendengar dalam pemerolehan bahasa kedua (Maynard, 1989; Horiguchi, 1997; Iwasaki 1997).

4 Edizal (2010) berpendapat bahwa dalam budaya, aizuchi berfungsi sebagai pelancar arus komunikasi bagi manusia. Namun, tidak begitu halnya dengan kebanyakan bangsa lainnya. Mereka yang terbiasa mendengarkan saja kalimat lengkap lawan bicara tanpa menimpalinya, menganggap aizuchi ini sebagai pengganggu yang menjengkelkan. Suatu pandangan yang lumrah muncul dari mereka yang tidak paham akan fungsi aizuchi tersebut dalam dunia komunikasi masyarakat. Orang yang sering berkomunikasi dalam bahasa serta sering mendengarkan dan memperhatikan cara orang berbicara, secara alamiah akan terbiasa menerapkan aizuchi ketika berbicara dalam bahasa kendati tanpa begitu menyadari apa fungsi sebenarnya penerapan ungkapan-ungkapan tersebut. Memahami dengan baik makna yang terkandung dalam ungkapan ini memungkinkan kita berkomunikasi menjadi dekat seperti yang biasa diterapkan penutur asli. Perhatikan contoh penggunaan aizuchi berikut: A B A B A B A : ゆうべですね yūbe desu ne. <<Semalam>> : はい Hai. <<Ya>> : 私がアパートに入っていったとき watashi ga apāto ni haitte itta toki Waktu aku masuk apartemen : ええ ē. <<Ya>> : おこっている愛人の手から okotte iru aijin no te kara. <<Dari tangan pacar gelapku yang lagi sewot>> : はい Hai. <<Ya>> : さらが飛んできた

5 B sara ga tonde kita. <<Piring terbang ke arahku>> : ああ そうですか 愛人を持っている人は不誠実な人ですよ ā, sō desu ka. Aijin o motte iru hito wa fuseijitsuna hito desu yo. <<Oh, begitu? Orang yang punya pacar gelap adalah orang yang tidak setia kan>> Dalam percakapan ini terlihat ucapan pembicara ditimpali dengan beragam aizuchi, yaitu hai dan ā, sō desu ka oleh mitra tutur. Pembicara juga dengan sengaja memotong tuturan untuk memberikan kesempatan kepada lawan bicara dengan mengisi ruang yang disediakannya untuk memberikan respons. Jelas terlihat dia tidak berusaha merampungkan kalimatnya sekaligus menjadi: ゆうべ私はアパートに入っていったとき おこっている愛人の手からさらが飛んできた Yūbe watashi wa apāato ni haitte itta toki, okotte iru aijin no te kara sara ga tonde kita. <<Semalam waktu aku masuk apartemen, piring terbang dari tangan pacar gelapku yang lagi sewot ke arahku>> Menurut Edizal (2010), satu pandangan lain berlaku pula di sini bahwa ketika seseorang berbicara bukan di depan corong mikrofon, melainkan di depan seseorang lain yang punya perasaan dan bisa mendengar serta menanggapi ucapannya, lawan bicara mestilah diberi kesempatan dengan mempersilakannya masuk dalam aliran pembicaraan tersebut. Penutur sedikitnya menyediakan interval bagi pendengar untuk menyelipkan ekspresi-ekspresi pendek ini. Sebaliknya si pendengar juga siap dengan segudang aizuchi yang sudah lengket mapan dalam benaknya dan akan menumpahkannya sedikit demi sedikit baik berupa kata yang sama maupun yang berbeda. Dengan demikian, harapan akan kelancaran komunikasi akan tercapai dan benturan budaya dapat dihindari.

6 Identikasi Masalah Penutur asli bahasa sering menggunakan aizuchi dalam percakapan mereka sehari-hari baik formal maupun informal. Contoh aizuchi adalah hai, ē, sō desu ne, dan naruhodo. Bagi orang asing, aizuchi menimbulkan kebingungan dalam mempertahankan kelangsungan percakapan. Kurangnya penggunaan aizuchi oleh penutur non- dapat membawa kesalahpahaman bahwa tuturan yang disampaikan dalam percakapan tidak dimengerti oleh mitra tutur. Kehadiran aizuchi dalam sebuah percakapan merupakan ciri khas percakapan dalam bahasa ( Kita dan Ide, 2007 dalam Maynard, 1993). Ketepatan menggunakan aizuchi ini perlu pula diatur dalam benak. Pemakaian yang tidak layak akan mengacaukan aliran komunikasi dan membingungkan lawan bicara. Seandainya ungkapan yang sama digunakan terus menerus dalam selang waktu dua tiga detik, misalnya kata hai tanpa variasi, akan menimbulkan kesan seolah-olah pendengar sudah jemu mendengarkannya dan bisa dianggap sebagai sinyal agar berhenti saja mengoceh. Oleh karena itu penggunaan aizuchi yang sama terus-menerus dalam menimpali pembicaraan seseorang perlu dielakkan (Edizal, 2010). Aizuchi merupakan strategi kerjasama antara penutur dan mitra tutur dalam manajemen percakapan sehari-hari dalam bahasa. Dalam penelitian ini, Metode Analisis Percakapan digunakan untuk mengetahui fitur-fitur percakapan dalam perilaku penutur Indonesia ketika memberikan respons berupa backchannel dalam bahasa. Backchannel yang diberikan penutur Indonesia akan diteliti sebagai sebuah strategi kerjasama dalam struktur percakapan.

7 Bagi penutur Indonesia, percakapan dalam bahasa merupakan hal yang cukup sulit karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa kedua. Dalam penggunaan bahasa kedua dalam percakapan terdapat tingkat kenyamanan (level of comfort) dalam mengenali beberapa bentuk dan struktur bahasanya (Bialystok, 2003). Penelitian ini diupayakan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku penutur Indonesia dalam menggunakan aizuchi sebagai backchannel dalam percakapan bahasa. 1.2 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, penutur Indonesia sebagai penutur non-asli menggunakan backchannel dalam percakapan bahasa sebagai respons tuturan kepada mitra tuturnya. Menurut Mey (2001), bahasa memiliki ragam aizuchi sebagai backhannel yang bentuk dan frekuensinya bervariasi mulai dari tuturan biasa seperti hai dan ē sampai ke bunyi vokal dan konsonan termasuk menggerutu dan helaan napas. Dengan demikian, penutur Indonesia memerlukan ketrampilan pragmatik dalam penggunaan aizuchi ini ketika bercakap-cakap dalam bahasa. Untuk itu, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian di bawah ini untuk mendapatkan pengetahuan mengenai ketrampilan penggunaan aizuchi ini. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut diajukan sebagai berikut: 1. Apakah penutur Indonesia dapat menggunakan aizuchi sebagai backchannel dalam bahasa dengan bentuk yang tepat? 2. Apakah penutur Indonesia dapat menggunakan aizuchi sebagai backchannel dalam bahasa dalam saat yang tepat?

8 3. Apakah penutur Indonesia dapat menggunakan aizuchi sebagai backchannel dalam bahasa dengan fungsi yang tepat? 4. Hambatan apa yang dihadapi oleh penutur Indonesia dalam menggunakan aizuchi? 1.3 Definisi Operasional 1. Percakapan adalah percakapan tatap muka yang terjadi secara spontan dan alamiah antara dua orang penutur (penutur dan penutur Indonesia) berupa obrolan biasa (casual conversation) di kantor dalam bahasa dengan topik yang beragam. 2. Penutur adalah penutur asli bahasa yang tinggal dan bekerja di Indonesia. 3. Penutur Indonesia adalah orang Indonesia yang bertutur menggunakan bahasa sebagai bahasa kedua dan menjadi interlokutor dalam percakapan. Penutur Indonesia bekerja sebagai karyawan di lembaga pendidikan bahasa di Bandung. 4. Aizuchi adalah backchannel berupa tuturan verbal pendek yang dituturkan oleh pendengar/mitra tutur yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dalam bahasa dan berfungsi untuk melancarkan proses komunikasi. Bentuk aizuchi, momen, dan fungsi kemunculannya dalam percakapan menjadi variabel analisis dengan memperhatikan Pause-bounded Phrasal Unit (PPU) dan Listening Relevant Response Moment (LRRM). Penelitian ini berfokus pada sinyal verbal saja.

9 5. Bentuk aizuchi adalah bentuk leksikal yang menjadi unit aizuchi. 6. PPU adalah sebuah klausa sintaktis yang dibagi ke dalam beberapa unit yang lebih kecil dan dibatasi oleh jeda. 7. LRRM adalah momen yang ada dalam keberlangsungan percakapan yang disampaikan pendengar yang melekat pada makna berdasarkan aktivitas komunikasi. 8. Fungsi aizuchi adalah fungsi yang melekat pada tuturan aizuchi yang ditentukan dengan melihat isi tuturan penutur dan niat pendengar dalam menyampaikan responsnya dengan mempertimbangkan tuturan penutur berikutnya. 1.4 Tujuan Penelitian Komunikasi interpersonal menuntut ketrampilan interlokutor dalam mengelola percakapan agar berlangsung mulus. Apalagi ketika dihadapkan pada percakapan yang menggunakan bahasa asing, interlokutor memerlukan pemahaman lebih dalam mengenai struktur bahasa dan pola penggunaan bahasa tersebut dalam kaitannya dengan budayanya. Penelitian tentang perilaku penutur Indonesia terhadap aizuchi sebagai backchannel dalam percakapan bahasa ini bertujuan: 1. untuk mendapatkan pengetahuan linguistik mengenai bentuk aizuchi dan saat yang tepat menggunakan aizuchi ketika bercakap-cakap dalam bahasa ;

10 2. untuk mendapatkan strategi komunikasi yang baik dan berterima dalam percakapan bahasa agar hambatan yang dialami penutur Indonesia dapat diatasi; 3. untuk memahami konsep budaya tentang penggunaan aizuchi sebagai backchannel dalam percakapan bahasa ; Pengetahuan tentang bentuk, fungsi, dan momen yang tepat dalam penggunaan aizuchi membantu kelancaran komunikasi ketika bertutur dalam bahasa. Konsep budaya tentang penggunaan aizuchi ini juga akan membantu penutur Indonesia dalam mengatasi hambatan ketika menemukan kesulitan dalam memberikan respons percakapan dalam bahasa. Latar belakang budaya yang berbeda mempengaruhi produksi dan pemahaman kompetensi penutur Indonesia, namun hal ini dapat diatasi dengan proses peralihan pragmatik. 1.5 Manfaat Penelitian Keberhasilan melakukan komunikasi lintas budaya dipengaruhi oleh kompetensi pragmatik dan pemahaman budaya yang dimiliki oleh interlokutor. Fenomena penggunaan aizuchi sebagai backchannel dalam cara merespons percakapan bahasa oleh penutur Indonesia ini diteliti secara mendalam guna mendapatkan manfaat penelitian berupa: 1. pengetahuan sosial budaya interlokutor agar dapat melancarkan komunikasi dalam percakapan bahasa ; 2. pengetahuan linguistik mengenai pola penggunaan aizuchi dalam bahasa ;

11 3. pemahaman penggunaan aizuchi sebagai backchannel dalam budaya bagi penutur Indonesia; 4. kemudahan dalam strategi percakapan yang diupayakan oleh penutur Indonesia ketika berkomunikasi dengan penutur dalam bahasa untuk meningkatkan ketrampilan interpersonalnya. Ketrampilan interpersonal dalam mengelola sebuah percakapan akan meningkatkan kualitas hubungan antar-interlokutor terutama dengan penutur. Bekal pengetahuan ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk komunikasi bisnis seperti negosiasi, presentasi, diskusi, dan wawancara kerja untuk meningkatkan kompetensi pragmatik penutur Indonesia dalam menggunakan bahasa.