ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

dokumen-dokumen yang mirip
ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae.

TINJAUAN PUSTAKA. Udang putih berdasarkan klasifikasinya termasuk ke dalam Kingdom

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Udang Air Tawar Peranan Udang Air Tawar dalam Ekosistem

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

ABSTRAK IDENTIFIKASI DAN KERAPATAN UDANG DI BAWAH TUMBUHAN NIPAH KAWASAN MANGROVE DESA SWARANGAN KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Menurut Kanna (2002) kepiting bakau (S. serrata) berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Kelong (Penaeus indicus)

KEHIDUPAN UDANG REGANG, MACROBRACHIUM SINTANGENSE (DE MAN)

Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi (Demarjati et al.,

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai anggota dari golongan krustasea, semua badan udang dan kepiting terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

MANAJER UTAMA MANAJER PEMASARAN MANAJER SDM

Oleh. Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

ABSTRAK KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI UDANG DI SUNGAI KAPUAS MURUNG DESA PULAU TELO KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

IDENTIFIKASI JENIS UDANG DI SUNGAI BLANG BALEEKECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI ROSIFA DEWI 09C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi kedalam empat family,

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gambar 1. Udang Galah (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

ORGANISMA LAUT Laut sebagai ruang kehidupan (Bio Cyrcle) 1. Sistem Benthic

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

KARSINOLOGI (BIO323) Mempelajari Kelompok Hewan anggota Crustacea

Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus von Martens)

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Hutan Mangrove 2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove Fungsi Fisik

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Udang vannamei atau udang putih (Litopenaeus vannameii) adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Transkripsi:

ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

Kelompok Macrura (lanjutan) Bangsa Udang Penaeid Pada stadium post larva, anakan udang hidup merayap atau melekat pada benda2 di dasar perairan Banyak ditemukan di muara sungai dan perairan berhutan bakau Salinitas bervariasi 4-35 Untuk mencapai tingkat juwana (juvenil) : - Metapenaeus monoceros melewati 12 tingkatan (14-16 kali ganti kulit) - Penaeus merguiensis melewati 14 tingkatan (18-22 kali ganti kulit) Udang muda akan kembali ke laut untuk tumbuh menjadi besar dan dewasa dan akhirnya memijah Dari menetas stadium post larva sekitar ± sebulan Dari post larva juwana sekitar 3-4 bulan Dari juwana dewasa perlu waktu 8 bulan Makanan udang pada stadium larva alga renik (microalgae) : Diatomae dan berbagai jenis zooplankton Udang bersifat omnivor : hewan dan tumbuhan kecil serta detritus

Kultur pakan alami (plankton)

Udang Penaeid (lanjutan) Hutan mangrove berperan dalam daur hidup udang, karena perairan mangrove merupakan tempat asuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan tempat berlindung (shading ground) daerah kegiatan penangkapan udang di laut mempunyai banyak persamaan dengan daerah sebaran hutan mangrove. Penangkapan pada beberapa lokasi telah berjalan dengan sangat intensif hingga telah melebihi produksi lestari (sustainable yield), misal di pantai Utara Jawa, pesisir Kalimantan, Sumatra dan Papua.

SIFAT DAN KELAKUAN UDANG SECARA UMUM * Bersifat nokturnal : aktif mencari makan pada waktu malam hari Siang hari non aktif, membenamkan diri dalam lumpur dan menempel pada suatu benda yang terbenam dalam air Dalam keadaan normal/ lingkungan yang baik udang jarang tampak aktif bergerak pada siang hari, kecuali ada sesuatu yang tidak beres : - makanan kurang - kadar garam meningkat - suhu meningkat - oksigen menurun - senyawa2 beracun : asam sulfida (H2S), CO2, amoniak (NH3) dll. * Sifat kanibalisme : sifat suka memangsa jenisnya sendiri, timbul pada udang yang sehat dan sasarannya udang yang sedang ganti kulit (molting) - dalam keadaan kurang makan, sifat kanibalisme tampak lebih nyata Sifat ini muncul pada waktu masih burayak yaitu mulai tingkat mysis * Untuk menghindari kanibalisme, udang yang sedang molting akan mencari tempat untuk bersembunyi

Pergantian kulit (molting) Udang mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis), untuk tumbuh menjadi besar perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit baru yang disebut ganti kulit (ecdysis)/ molting Udang muda > sering ganti kulit dibanding yang sudah dewasa Menjelang ganti kulit, garam-garam anorganik dari kulit lama diserap Kulit baru yang masih lunak terbentuk di bawah kulit lama Otot-otot anggota tubuh melemas, sehingga memungkinkan terlepas nya anggota2 tsb dari kulit lama Pada waktu kulit baru masih lunak, pertumbuhan luar biasa terjadi menyerap sejumlah besar air * Dalam proses pembentukan kulit dan kerangka luarnya (eksoskeleton), peran unsur kapur atau kalsium (Ca) sangat penting * Antara metabolisme unsur Ca, pertumbuhan, pergantian kulit, dan tekanan osmose terdapat hubungan yang sangat erat tersedia nya unsur Ca di dalam lingkungan merupakan syarat utama * Udang yang sedang ganti kulit sangat lemah menjadi sasaran hewan pemangsa (predator) dan sasaran kanibalisme

Daya Tahan dan Makanan Pada waktu berupa benih sangat tahan thd perubahan kadar garam, bersifat euryhaline dapat dipelihara pada tambak dg salinitas yang bervariasi Udang juga tahan terhadap perubahan suhu (eurythermal) 22-31 C Secara alami pemilihan terhadap jenis makanan sangat bervarisi tergantung pada tingkatan umur udang - Pada waktu burayak, makanan utama plankton (fito & zooplankton) - Pada tingkat nauplius blm perlu makan karena masih ada cadangan makanan di dalam kantong kuning telur - Pada zoea mulai mencari makanan, krn persediaan makanan sdh habis, berupa fitoplankton : Diatomae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellatae (Tetraselmis, dll) - Pada mysis, mulai makan zooplankton : Protozoa, Rotifera (Brachionus), anak tirip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll. - Pada tingkat post larva dan uadang muda (juvenil) selain diatas juga makan Diatomae, Cyanophyceae di dasar perairan, anak tiram, teritip, udang2an (Crustacea), cacing Annelida dan detritus (sisa hewan & tbhn membusuk) - Udang dewasa makan Moluska (kerang, tiram, siput), cacing Annelida (Polychaeta), udang2an (Crustacea), anak serangga (Chironomus) dll.

Bangsa Udang Palaemonid BIOLOGI UDANG GALAH : Kelompok udang Palaemonid yang hidup di air tawar Berbeda dengan udang dari famili Penaeidae, seperti udang windu dan udang putih yang hidup di air payau Dipelihara dan dibesarkan dalam kolam dan sungai Jenis yang dibudidayakan Macrobrachium rosenbergii (de Man) Termasuk filum Arthropoda, kelas Crustacea, ordo Decapoda, famili Palaemonidae, dan genus Macrobrachium Dalam siklus hidupnya menempati 2 habitat - pada saat dewasa kelamin dan menetas menjadi plankton sampai larva stadium 11, udang galah hidup di air payau - setelah juvenil sampai stadium dewasa lebih senang di air tawar - setelah dewasa dan matang kelamin kembali ke air payau, karena telur hasil perkawinan setelah menetas hanya hidup di lingkungan air payau Udang galah dewasa yang hidup di alam dapat memijahkan telurnya dalam air tawar yang berjarak puluhan kilometer dari laut, dan selanjutnya larva akan terbawa arus sungai menuju ke muara yang langsung berhubungan dengan laut. Di muara sungai yang kondisi airnya payau, larva udang melakukan metamorfosis sampai menjadi juvenil

TUBUH CRUSTACEA : Udang galah, Macrobrachium sp

Karakteristik Udang Galah - Badan udang galah terbagi 3 bagian : kepada dan dada (cephalothoraks), badan (abdomen), dan ekor (uropoda) - Tubuh beruas-ruas dan terbungkus kerangka luar (eksoskeleton) terbuat dari bahan chitin - Pada bagian kepala-dada terdapat pelindung yang disebut karapas dan pada kepala bagian depan atas terdapat kerucut kepala (rostrum) yang mennyerupai gergaji - Bagian kepala terdiri dari 6 ruas, sepasang mata majemuk yang bertangkai terletak pada ruas pertama dan bisa digerakkan. Sungut pertama terdiri dari 3 ruas yang terletak pada ruas kedua bagian kepala dan ujungnya bercabang - Pada ruas ketiga badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang. Pada ruas ke 4, 5 dan 6 bagian badan terdapat rahang yang disebut mandibula, alat pembantu rahang atas (maxilla 1), dan alat pembantu rahang bawah (maxilla 2) merupakan anggota badan, sebagai alat untuk makan - Bagian dada terdiri 8 ruas, dimulai ruas ke 7, 8 dan 9 secara berturutan terdapat alat pembantu rahang berjumlah 3 pasang disebut maxilliped, berfungsi sebagai alat deteksi dan memegang makanan. - 5 ruas berikut ruas 10, 11, 12, 13, dan 14 terdapat kaki jalan (pereiopoda) Kaki jalan 1 dan 2, pada ujung ruas ke 7 disebut dactilus, menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini berfungsi mengambil makanan yang besar

* Kepala berbentuk kerucut, rostrum melebar pada bagian ujungnya, bentuknya memanjang dan melengkung ke atas. * Pada bagian atas terdapat gigi seperti gergaji berjumlah 12 buah dan bagian bawah 11 buah, atau patokan yang dihafal 12 ± 2 atas dan 11 ± 2 bawah Perbedaan udang galah dan udang galah a. Udang galah - pasangan kaki jalan kedua tumbuh sangat besar, kuat, bercapit besar dan panjang - bagian perut lebih ramping - kepala berukuran lebih besar - tubuh langsing dan keadaan ruang di bagian bawah perut sempit - alamat kelamin terletak pada pangkal kaki jalan yang kelima b. Udang galah - pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh kecil, capit yang kedua lebih pendek dan mungil - bagian perut nampak gemuk dan melebar - kepala udang galah lebih kecil dari udang galah - tubuh terlihat gemuk dan ruang bagian bawah perut membesar sesuai dengan kegunaannya untuk mengerami telur - alamat kelamin terletak pada pangkal kaki jalan yang ketiga

SECARA RINCI METAMORFOSE HIDUP UDANG GALAH SBB :

* Setelah telur hasil perkawinan udang dewasa dierami di bawah perut induk, selanjutnya ditetaskan di muara sungai berair payau * Dalam air payau telur menetas berbentuk plankton yang melayang-layang dalam air, bergerombol, berenang mendekati lingkungan yang terkena pancaran sinar matahari Pada usia 2 hari plankton mengalami pergantian kulit menjadi larva stadium 1 Pada fase ini karapas masih lunak, mata belum bertangkai, rostrum longitudinal dan telson bentuknya segitiga dengan 7 buah duri berambut, dan larva memiliki warna putih transparan * Pada usia 3 hari mulai menjadi larva stadium 2. Pada fase ini larva sudah memiliki tangkai mata, pada telson yang berbentuk segi tiga memiliki 8 buah duri berambut dan pasangan terluar tanpa rambut, dan mulai terlihat adanya persendian dari uropoda Pada usia 5 hari menjadi larva stadium 3. Pada fase ini sudah dapat diketahui pada karapas dengan rostrumsebuah gigi dorsal, telson dengan 8 pasang duri berambut yang sepasang di bagian tengah dan sepasang di bagian pinggir tak berambut, pereipoda sudah dalam kondisi lengkap meskipun belum sempurna, uropoda bercabang dua dengan 6 duri berambut

* Pada usia 9 hari berubah lagi menjadi larva stadium 4. Telson membentuk empat persegi panjang dalam keadaan menyempit dengan 5 pasang duri dorsal dan 2 pasang dari lateral, uropoda bercabang dua, exopoda dengan 10 duri berambut dan endopoda dengan 7 duri rambut, pereiopoda kelima sudah makin berkembang. * Pada usia 12 hari menjadi larva stadium 5. Telson yang berbentuk empat persegi panjang lebih menyempit ke bagian belakang, duri posterior 4 pasang, duri lateral kecil tak berambut dan sepasang duri tengah tanpa rambut, uropoda berambut, endopoda dan exopoda hampir sama panjangnya dengan telson Pada usia 18 hari menjadi larva stadium 6. Telson lebih sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang, endopoda dengan 16 duri berambut, chromatophora belum merata, tebal pada bagian kepala dan pada bagian telson berwarna jingga pucat,pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut Pada usia 22 hari menjadi larva stadium 7. Telson lebih memanjang dan menyempit, chromatophora meluas dengan warna biru gelap pada pereipoda 2 dan sisi ventral abdomen serta bagian pinggir dengan warna merah atau biru kekuningan, pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut

* Pada usia 25 hari menjadi larva stadium 8. Telson lebih menyempit, duri pada ujung telson hilang, pleopoda lebih berkembang dan pada cabang luar mulai berambut jarang * Pada usia 29 hari menjadi larva stadium 9. Telson makin sempit di bagian posterior, terdapat 3 pasang duri lateral pendek, 4 pasang duri posterior dan sepasang duri tengah berambut, pigmentasi agak merata dengan warna kuning kecoklatan * Pada usia 34 hari menjadi larva stadium 10. Pada rostrum sudah memiliki 3-4 buah gigi dorsal, telson lebih memanjang dan menyempit, duri lateral hilang, pada pereipoda pasangan pertama dan kedua mulai berjepit, pleopoda dengan endopoda dan exopoda berambut lebat dan tebal * Pada usia 37 hari menjadi larva stadium 11. Fase ini merupakan batas akhir dari larva sejak menetas. Rostrum sudah memiliki gigi dorsal 9 buah, telson sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang dan lebih panjang dari telson * Mulai usia 40 hari metamorfose berakhir dan larva menjadi juvenil atau udang muda yang panjangnya 8 mm, panjang karapas ± 2,5 mm, rostrum berbentuk lanset dan memiliki 11 gigi atas dan 5 gigi bawah, terdapat rambut diantara gigi, telson 2 pasang duri pada ujung posterior dengan pasangan berambut * Secara morfologi juvenil sudah mirip udang dewasa, berjalan di dasar sungai mencari makanan hewan renik, dan menjauhi air payau menuju ke habitat air tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin, usia 5-6 bulan kembali lagi ke air payau untuk menetaskan telurnya

Jenis Udang Air Tawar 1. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) 2. Udang lar (Macrobrachium lar) 3. Udang palemon merah (Palaemon styliferus) 4. Udang muara (Macrobrachium equidens) 5. Udang ragang (Macrobrachium equidens) 6. Udang palemon bening (Palaemon concinnus) 7. Udang beras (Caridina gracillirostris)

Karakteristik Udang Galah