PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN BIOFILTER DAN KARBON AKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT

Pemulihan Kualitas Air Limbah Laundry dengan Reaktor Biofilter

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN MOBIL DENGAN REAKTOR SARINGAN PASIR LAMBAT DAN KARBON AKTIF

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN REAKTOR BIOFILTER DAN KOAGULASI FLOKULASI

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

ANALISIS PENGOLAHAN HASIL SAMPING N₂O DENGAN KARBON AKTIF DAN SEDIMENTASI UNTUK MENURUNKAN NILAI TDS DAN TSS

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN MOBIL DENGAN REAKTOR SARINGAN PASIR LAMBAT DAN KARBON AKTIF

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN BIOSAND FILTER DAN ACTIVATED CARBON

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

Tembalang, Semarang

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water)

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

1. PENDAHULUAN. yang disebabkan limbah yang belum diolah secara maksimal.

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

Bab V Hasil dan Pembahasan

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PERENCANAAN IPAL BIOFILTER DI UPTD KESEHATAN PUSKESMAS GONDANGWETAN KABUPATEN PASURUAN. Siti Komariyah **) dan Sugito*)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER

Aerasi dan Biorack Wetland sebagai Pengolah Limbah Laundry

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

PENCEMARAN PERAIRAN AKIBAT KADAR AMONIAK YANG TINGGI DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE

PENGARUH AERASI DAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEMAMPUAN HIGH RATE ALGAE REACTOR (HRAR) DALAM PENURUNAN NITROGEN DAN FOSFAT PADA LIMBAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-233

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Hardini, I. 1) Karnaningroem, N. 2) 1) Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya,

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

STUDI KEMAMPUAN Spirulina Sp. UNTUK MENURUNKAN KADAR NITROGEN DAN FOSFAT DALAM AIR BOEZEM PADA SISTEM HIGH RATE ALGAL REACTOR (HRAR)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teori Koagulasi-Flokulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

UNIT AERASI, SEDIMENTASI, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, TSS, NITRAT, DAN FOSFAT AIR LIMBAH ARTIFICIAL ( CAMPURAN GREY DAN BLACK WATER)

Transkripsi:

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN BIOFILTER DAN KARBON AKTIF Denny Yan Rustanto a* dan Nieke Karnaningroem ** Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111 *denny_08@enviro.its.ac.id ABSTRAK Pesatnya pertumbuhan usaha laundry yang semakin menjamur di kota Surabya, menyebabkan banyaknya air limbah yang terbuang ke badan air. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas perairan seperti eutrofikasi dan proses sel purification perairan juga menurun. Berdasarkan penelitian pendahuluan kadar COD dan fosfat limbah laundry sebesar 1256 mg/l dan 3,56 mg/l belum sesuai dengan baku mutu limbah cair sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan biofilter dan karbon aktif secara aerobik dan intermitten dengan variasi media biofilter dan konsentrasi air limbah. Secara keseluruhan didapatkan efisiensi 76-90% untuk konsentrasi 100% dan 70-87% pada konsentrasi 50%. Sedangkan media biofilter yang paling efektif adalah media batu alam dengan total efisiensi removal mencapai 83%. Kata kunci: laundry, biofilter, karbon aktif, adsorpsi, intermitten. PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, masyarakat cenderung memilih kegiatan kerumahtanggaan dengan hal hal yang praktis, seperti misalnya dalam pencucian baju atau laundry diserahkan kepada usaha jasa pencucian baju atau laundry. Air limbah bekas pencucian baju atau kegiatan laundry tersebut apabila dibuang ke badan air atau lingkungan terus menerus tanpa proses pengolahan dengan teknologi yang aplikatif akan dapat menyebabkan penurunan kualitas badan air atau lingkungan dan bahkan dapat menimbulkan masalah pencemaran pada perairan. Kandungan zat yang paling besar dalam deterjen adalah natrium tripoly-phosphat yang berfungsi sebagai surfaktan dan builder, sehingga dalam air limbah laundry akan mengandung phosphat (HERA, 2003). D engan semakin banyaknya air limbah laundry yang mengandung surfaktan masuk ke perairan, juga akan menyebabkan daya dukung badan air mengalami penurunan dan proses self purification perairan juga menurun. Hal ini tidak sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran yang menyatakan bahwa kandungan total phosphat sebagai P yang diijinkan untuk air golongan II adalah sebesar 0,2 mg/l. Dan apabila kandungan phosphat dalam air limbah dari kegiatan laundry berlebih, maka hal ini akan dapat mengganggu lingkungan yang antara lain menyebabkan : eutrofikasi. Eutrofikasi adalah suatu fenomena dimana badan air menjadi kaya akan nutrien terlarut, kandungan oksigen terlarut dan kemampuan daya dukung badan air terhadap biota air menurun (EPA, 1999). Permasalahan Perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah konsentrasi COD dan fosfat pada air limbah laundry menyebabkan penurunan kualitas badan air. Hal ini dapat pula E-6-1

menyebabkan self purification perairan. Maka diperlukan penelitian tentang teknologi untuk mengolah air limbah laundry yaitu salah satunya dengan menggunakan biofilter dan karbon aktif untuk mengurangi kandungan fosfat dan kadar COD di dalamnya. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dilakukan ini adalah: 1. Mencari besarnya efisiensi kemampuan biofilter dan karbon aktif dari tempurung kelapa dalam menurunkan kadar COD, dan Phosphat (PO 4 ) pada air limbah laundry. 2. Mencari persen removal yang paling optimal dengan menggunakan variasi konsentrasi dan media biofilter dan karbon aktif dalam menurunkan kadar COD dan Phosphat (PO 4 ) dalam air limbah laundry. Landasan Teori Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan material organik atau bahan materail anorganik. Untuk media biofilter dari bahan organik misalnya, dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon, dan lain-lain. Sedangkan media dari bahan anorganik misalnya, batu pecah ( split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, dan lain-lain. Biasanya untuk media biofilter dari bahan anorganik, semakin kecil diameternya luas permukaannya semakin besar, sehingga jumlah mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi besar pula, tetapi volume rongga menjadi lebih kecil. Untuk media biofiler dari bahan organik banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya, dengan luas permukaan spesifik yang besar dan volume rongga (porositas) yang besar, sehingga dapat melekatkan mikoorganisme dalam jumlah yang besar dengan resiko kebuntuan yang sangat kecil. Dengan demikian memungkinkan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi yang tinggi serta efisisensi pengolahan yang cukup besar. METODE PENELITIAN Tabel 1 Perbandingan Luas Permukaan Spesifik Biofilter No. Jenis Media Luas Permukaan Spesifik (m 2 /m 3 ) 1. Trickling Filter dengan 100-200 Batu Pecah 2. Modul Sarang Tawan 150-240 (honeycomb modul) 3. Tipe Jaring 50 4. RBC 80-150 5. Bio-Ball (random) 200-240 Sumber : Said, 2008 Penelitian ini dilakukan dengan penelitian menggunakan reaktor biofilter dan karbon aktif untuk melihat efisiensi daripada reaktor tersebut dengan variasi media biofilter dan konsentrasi limbah. digunakan 3 buah reaktor biofilter yang terbuat dari kaca akrilik yang dirancang pada skala kecil (skala laboratorium). Reaktor biofilter berbentuk persegi panjang dengan luas alas sebesar 30 x 30 cm dengan tinggi media 50 cm. Dimensi tersebut didapatkan dari perhitungan debit dikali td selama 5 jam. Hasil dibagi dengan tinggi media sebesar 50cm. E-6-2

Pada pengolahan limbah air limbah laundry ini digunakan aliran down flow dengan sistem intermitten. Pada reaktor biofilter bagian inlet ketinggian 25 cm. Pada bagian inlet diberi ketinggian muka air dari media sebesar 20 cm untuk menjaga agar pada bagian atas media tidak kering (Sukawati, 2008). Sedangkan pada bagian outlet biofilter memiliki ketinggian 20 cm dan dilengkapi pula dengan perforated baffle sebagai penyangga. Diameter media yang digunakan yaitu 1-2 cm menurut penelitian terdahulu (Pohan, 2008). Td atau waktu tinggal air dalam reaktor dipilih 6 jam dari kriteria desain 5-8 jam, menurut penelitian terdahuluan (Putra, 2011) Reaktor selanjutnya yang dipakai adalah karbon aktif butiran atau granular. Karbon aktif ini dipilih karena karbon aktif ini sangat baik untuk memisahkan kontaminan dalam air buangan seperti fenol, insektisida, deterjent, warna dan logam berat lainnya (Anonim,2006). Reaktor karbon aktif berbentuk persegi panjang dengan luas alas sebesar 21x21 cm dengan tinggi media 60 cm. Dimensi tersebut didapatkan dari penelitian sebelumnya (Sukawati). Pada reaktor karbon aktif terdapat inlet 15 cm dan outlet 15 cm. ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambar 2 Rangkaian Reaktor Analisa efisiensi penurunan kadar COD dan fosfat dengan variasi media biofilter Analisa pengaruh variasi media penyangga biofilter terhadap penurunan kadar COD maupun fosfat. Berdasarkan hasil analisa dapat dibandingkan diantara ketiga jenis media media tersebut yang memiliki efiensi removal paling baik. Tabel 2 dan 3 menyajikan data hasil analisa COD serta Tabel 4 dan Tabel 5 yang menyajikan data hasil analisa fosfat masingmasing media biofilter dan karbon aktif Tabel 2 Data Hasil Analisa Total Removal COD rata-rata pada konsentrasi 100% Hari ke- Genteng Beton (%Batu Alam (%) Tutup Botol (%) Rata-Rata 1 71,43 85,71 57,14 71,43 2 74,00 82,86 57,14 71,33 3 83,33 87,50 71,43 80,75 4 83,33 87,50 71,43 80,75 5 82,00 91,67 66,67 80,11 6 81,67 92,00 71,67 81,78 7 85,00 88,00 71,43 81,48 8 83,33 85,00 76,00 81,44 9 75,00 80,00 75,00 76,67 10 60,00 75,00 71,67 68,89 11 66,00 72,00 60,00 66,00 12 56,67 57,14 60,00 57,94 13 57,14 50,00 50,00 52,38 E-6-3

Tabel 3 Data Hasil Analisa Total Removal COD rata-rata pada konsentrasi 50% Hari ke- Genteng Beton (%Batu Alam (%) Tutup Botol (%) Rata-Rata 1 62,50 82,50 60,00 68,33 2 66,67 85,00 63,33 71,67 3 66,67 85,50 66,67 72,94 4 73,33 86,67 60,00 73,33 5 75,00 87,50 66,67 76,39 6 70,00 88,33 70,00 76,11 7 75,00 87,50 72,50 78,33 8 76,67 87,50 75,00 79,72 9 75,00 83,33 76,67 78,33 10 73,33 82,50 75,00 76,94 11 70,00 75,00 72,50 72,50 12 65,00 70,00 63,33 66,11 13 53,33 66,67 60,00 60,00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 0 5 10 15 Konsentrasi 100 Konsentrasi 50 Gambar 3 Grafik Total Removal COD rata-rata konsentrasi 100% dan 50% Pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa dari ketiga variasi media tersebut, media batu alam yang paling cepat mengalami penurunan hingga mencapai titik breakthrough yaitu pada hari ke 7 hari, dimana pada waktu tersebut lapisan biofilm pada media genteng beton sudah mengalami pengelupasan yang dikarenakan ketebalan pada biofilm telah mencapai kondisi maksimum dimana pada kondisi ini, sumber makanan tidak dapat terdifusi sampai pada lapisan yang paling dalam. Media genteng beton dan tutup botol memasuki waktu breakthrough rata-rata hari ke 8 dengan kondisi porositas lebih kecil dari media batu alam. Dengan efisiensi removal yang baik, dimana mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan media batu alam juga lebih banyak daripada media genteng beton dan tutup botol, pada saat mikroorganisme sudah cukup matang/stabil, biomasa bakteri juga akan bertambah secara stabil sehingga lapisan biofilm pada permukaan media menjadi semakin tebal. Kondisi seperti ini menyebabkan difusi makanan dan oksigen pada lapisan terdalam semakin sedikit sejalan dengan bertambah tebalnya lapisan sehingga hanya bakteri diluar saja yang bekerja maksimal. Akibat terhentinya suplai makanan, maka mikroorganisme pada lapisan dalam akan mengalami tahap respirasi endogenous, dimana mikroorganisme yang lapar akan memanfaatkan sitoplasmanya untuk mempertahankan hidup. Pada kondisi seperti ini, mikroorganisme akan kehilangan kemampuan untuk menempel pada media, sehingga mikroorganisme akan terlepas dan terbawa keluar dari sistem biofilter. Apabila mikroorganisme yang mati terdapat dalam celah-celah kecil (batu alam memiliki banyak celah kecil) maka tidak dapat lepas dan tetap berada dalam biofilter, hal ini dapat menambah beban organik sehingga kemampuan mereduksi polutan organik secara optimal tidak terlalu lama jika dibandingkan kedua jenis media yang lain E-6-4

Tabel 4 Data Hasil Analisa Total Removal Fosfat rata-rata pada konsentrasi 100% Hari ke- Genteng BeBatu Alam Tutup Boto Rata-Rata 1 85,08 89,03 83,90 86,00 2 80,24 92,44 84,36 85,68 3 84,61 91,55 77,29 84,49 4 91,01 88,39 89,56 89,65 5 90,25 84,79 84,87 86,64 6 88,56 91,99 81,37 87,30 7 91,14 92,54 86,64 90,11 8 90,44 90,05 81,13 87,21 9 89,62 92,38 92,86 91,62 10 85,22 91,29 77,64 84,72 11 90,66 88,35 83,68 87,56 12 81,95 92,54 76,75 83,75 13 76,90 78,21 74,83 76,65 Tabel 5 Data Hasil Analisa Total Removal Fosfat rata-rata pada konsentrasi 100% Hari ke- Genteng BeBatu Alam Tutup Boto Rata-Rata 1 83,09 85,49 83,35 83,98 2 89,31 90,91 85,05 88,42 3 84,30 86,61 75,99 82,30 4 91,02 90,94 75,21 85,72 5 84,81 91,69 83,52 86,67 6 88,55 78,54 78,55 81,88 7 88,11 84,24 84,66 85,67 8 88,53 89,06 78,64 85,41 9 89,60 89,93 86,32 88,62 10 83,50 86,92 80,52 83,65 11 90,65 89,09 79,36 86,37 12 83,88 89,47 82,26 85,20 13 84,29 83,80 72,11 80,07 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 Konsentrasi 100 Konsentrasi 50 50.00 0 5 10 15 Gambar 4 Grafik Total Removal Fofat rata-rata konsentrasi 100% dan 50% Berdasarkan grafik pada Gambar 4, pola penurunan kadar fosfat pada unit biofilter tidak jauh berbeda dengan penurunan kadar COD. Dimana ketika kemampuan removal unit biofilter optimal (mikroorganisme stabil) pada masing -masing media, maka kemampuan removal terhadap COD dan fosfat juga berjalan stabil. Namun kemampuan biofilter menurunkan kadar fosfat lebih kecil dibanding kemampuannya menurunkan kadar senyawa organik. Jika dibandingkan masing-masing jenis media biofilter memiliki kemampuan rata-rata sama dalam mereduksi kadar fosfat air limbah laundry yaitu 30 40%. Fosfat pada limbah dari penggunaan detergen sintetis sebagian besar berbentuk fosfat kompleks. Fosfat kompleks mengalami hidrolisa selama pengolahan biologis menjadi bentuk ortofosfat (PO 4 3- ) dan bersifat menghambat penguraian biologis (Budi 2006), maka dari itu pada unit biofilter E-6-5

reduksi fosfat tidak sebesar reduksi senyawa organik lainnya sehingga diperlukan pengolahan lanjutan Analisa efisiensi penurunan kadar COD dan fosfat dengan variasi konsentrasi limbah Berdasarkan grafik pada Gambar 3 dan 4 tersebut, efisiensi removal pada konsentrasi 100 persen dan 50 persen tidak jauh beda, yaitu pada range rata-rata 65-80%. Perbedaan konsentrasi tidak menimbulkan perbedaan efisiensi removal COD dan fosfat yang signifikan. Fluktuasi persentase penurunan COD dan fosfat tersebut akibat fluktuasi inlet awal dan outlet biofilter seperti yang telah dijelaskan pada subbab 3.1 diatas. Dapat kita lihat bahwa efisiensi removal total konsentrasi 100 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi 50 persen. Begitu pula dengan efisiensi pada outlet biofilter dan karbon aktif itu sendiri. Pada biofilter sesuai dengan Tabel 2 dan 3, efisiensi removal konsentrasi 100 persen lebih tinggi karena jumlah COD dan fosfat yang notabene sebagai makanan mikroorganisme tersedia lebih banyak sehingga biofilter dapat memiliki efisiensi removal lebih besar serta mencapai titik jenuh (breakthrough) lebih cepat bila dibandingkan dengan konsentrasi 50 persen. Begitu pula dengan proses removal fosfatnya, pada Tabel 4 dan 5 dapat dilihat, konsentrasi 100 persen lebih tinggi daripada konsentrasi 50 persen. Pada Biofilter, proses mekanisme pendegradasian bahan organik yaitu COD dan fosfat adalah pertama mereka akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada permukaan media. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen yang terlarut di dalam air limbah, senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam lapisan biofilm dan energi yang dihasilkan akan diubah menjadi biomassa. Suplai oksigen pada biofilter dapat dilakukan dengan penambahan pengolahan pre treatment seperti aerasi. Reaksi yang terjadi adalah seperti berikut Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya oksigen yang terseda tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut sehingga keadaan dalam biofilter yang semula aerobik akan menjadi fakultatif karena kekurangan oksigen sehingga mikroorganisme akan mati dan terendap pada rongga-rongga media. Hal ini dapat menyebabkan beban organik bertambah besar pada outlet biofilter dan menyebabkan efisiensi removal menjadi menurun. Untuk itu perlu ditambahkan 1 pengolahan pre treatment berupa aerasi agar kadar oksigen dalam air tetap stabil karena semakin banyak mikroorganisme menguraikan bahan organik, maka semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut (Said, 2005) KESIMPULAN Dari Penelitian ini dengan tujuan daripada mencari besarnya efisiensi kemampuan biofilter dan karbon aktif dalam menurunkan kadar COD dan fosfat serta mencari persen remova optimal menggunakan variasi konsentrasi dan media biofilter adalah 1. Besarnya efisiensi biofilter dan karbon aktif dalam menurunkan COD dan fosfat memiliki peran yang berbeda, yaitu biofilter lebih efisien dalam meremoval COD sedangkan karbon aktif cenderung efisien dalam meremoval fosfat. Hal ini terlihat dari presen removal rata-rata biofilter dalam meremoval COD mencapai 68% dan karbon aktif hanya 50%. Sedangkan untuk fosfat removal rata-rata biofilter mencapai 24% dan biofilter mencapai 89% 2. A. Total Removal kadar COD dan fosfat dalam limbah laundry paling efisien apabila diolah dengan media batu alam yaitu mencapai 92% sedangkan untuk media genteng beton mencapai 83% dan media tutup botol mencapai 76% E-6-6

B. Persen Removal paling optimal adalah pada konsentrasi 100 % dibuktikan dengan Total removal rata-rata pada konsentrasi 100% adalah 70-81% sedangkan untuk konsentrasi limbah 50%, total removalnya adalah 60-78 % Saran Dari data analisa dan pembahsan dapat diambil saran yaitu 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan media biofilter yang lain 2. Untuk meningkatkan efisiensi biofilter perlu diberikan pengolahan pre treatment terlebih dahulu. 3. Tutup Botol perlu dilubangi agar aliran air didalam reaktor tidak terhambat yang mengakibatkan tutup botol cenderung naik ke atas 4. Perlu dilakukan pengecekan ph untuk meningkatkan efisiensi adsorpsi karbon aktif karena adsorpsi akan berjalan sangat baik bila berada pada ph asam atau dibawah ph 7 5. Reaktor perlu dilapisi penutup agar cahaya matahari tidak mengganggu dan menyebabkan tumbuhnya algae DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M.A.B. 2009. Colour Reduction From Water Sample Using Adsorption Process by Agro - Waste By Product. Thesis. Malaysia : Universiti Teknologi Malaysia. Anonim. (2001). Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Amuda, O.S.,Giwa, A.A., Bello, I.A.,2007.Removal of Heavy Metal From Industrial Wastewater Using Modified Activated Coconut Shell Carbon. Biochemical Engineering Journal; Volume 36 (2007) 174 181 Barros, L.A.F., Leal Filho, L.S., dan Peres, A.E.C., (2000 ). Technical Note Plant Practice Innovations In A Fosfate Concentrator. Dept of Minning Engineering, USP, Brazil. Darmawanti, Ika C. 2005. Studi Kemampuan Low Rate Biofilter Terhadap Perubahan Konsentrasi Ammonia, Nitrit, dan Nitrat Air Kali Surabaya. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Droste, Ronald L., (1997). Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment Disposal, John Willey & Sons Inc, New York Gratuito, M.K.B., Panyathanmaporn, T., Chumnanklang, R,A., Sirinuntawittaya, N.,Dutta, A. 2007. Production of Activated Carbon from Coconut Shell: Optimization Using Response Surface Methodology. Bioresource Technology; Volume 99 (2008) 4887 4895 Gunawan, R.A., (2009). Dasar Teknik Instrumentasi Menggunakan ph Meter. Laboratorium Kimia Dasar. Logdon, G.S., Kohne, R., Abel, S., LaBonde, S., (2002). Slow Sand Filter for Small for Small Water Systems, J. Environt. Engineering, Canada Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. New York : McGraw-Hill Inc. E-6-7

Paytan, A., dan McLaughin, K., (2007). Phosporus in Our Waters. Oceanography (20) 2:200-208. Pohan, Nurhasmawaty. 2008. Pengolahan Industri Cair Limbah Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Medan : USU e-repository. Priandani, M., (2005). Karbon Aktif si Hitam yang Aktif. Hari Pendidikan Nasional, Bontang Putra, M.Y. Eka.2011. Peningkatan Kualitas Air Sungai dengan Menggunakan Biofilter Bermedia Botol Bekas Minuman Probiotik. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Puspitahati. Cony. 2012. Studi Kinerja Biosand Filter dalam Mengolah Limbah Laundry dengan Parameter Fosfat. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Qasem, S.R., Motlet, E.M., dan Zhu, Guang. 2000. Water Works Engineering : Planning, Design & Operation. USA : Prentice-Hall. Reynolds, T.D., Paul A.R.1995.Unit Operations And Processes In Environmental Engineering. PWS Publishing Company:Boston Rosariawari, Firra. 2010. Efektifitas Multivalen Ions dalam Penurunan Kadar Fosfat Sebagai Bahan Pembentuk Deterjen. Teknik Lingkungan FTSP UPN Surabaya. Santos, Silvia C. R., Boaventura, Rui A. R. 2008. Adsorption Modelling of Textile Dyes by Sepiolite. Journal of Applied Clay Science 42. (1-2). Sukawati, T., (2008). Penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Limbah Laundry Menggunakan Reaktor Biosand Filter dan Activated Carbon. Tugas Akhir Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, Yogyakarta Sundstrom, D.W., dan Klei, H.E., Wastewater Treatment. 1979. Prentice-Hall,Inc.,London) Susana, T., dan Suyarso, (2008). Penyebaran Fosfat dan Deterjent di Perairan Pesisir dan Laut di Cirebon Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Bandung Tamamushi, B., (1983). Adsorption from Solution. Department of Civil Engineering. University of Birmigham, England Yuniarto, A. 1999. Studi Kemampuan Batubara untuk Menurunkan Konsentrasi Surfaktan dalam Larutan Deterjen dengan Proses Adsorpsi. Surabaya: Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS. E-6-8