Pengaruh Temperatur Kalsinasi pada Sintesis Nanopartikel Silika Pantai Purus Kota Padang

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS NANOPARTIKEL SILIKA DARI PASIR PANTAI PURUS PADANG SUMATERA BARAT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

ISSN Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESIS SILIKA BERBABIS PASIR ALAM BANCAR MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

PENGARUH WAKTU TAHAN PADA PROSES HYDROTHERMAL DAN TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP KEKRISTALAN SILIKA DARI BAHAN ALAM PASIR KUARSA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Synthesis of Nanosilica Originated from Fly Ash using Sol-Gel Method with Methanol as Solvent

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH TEMPERATUR HIDROTERMAL TERHADAP KONDUKTIVITAS LISTRIK ZEOLIT SINTETIS DARI ABU DASAR BATUBARA DENGAN METODE ALKALI HIDROTERMAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI III.1

Influence of Carbon Concentration on Carbon Encapsulated Nanosilica from Rice Husk to Solar Steam Conversion ABSTRACT

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

Karakterisasi Bentuk Partikel SiC yang Dilapisi dengan MgAl 2 O 4 Berdasarkan Variabel Konsentrasi Ion Logam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SEKAM PADI MENJADI NATRIUM SILIKAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING KARBON AKTIF BERBASIS TEMPURUNG KEMIRI TERHADAP SIFAT LISTRIK ANODA BATERAI LITIUM

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

IDENTIFIKASI MATERIAL PASIR DESA SAMBERA MARANGKAYU MENGGUNAKAN XRF DAN XRD

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi-SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

Bab III Metoda Penelitian

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Karakterisasi Bentuk Partikel SiC yang Dilapisi dengan MgAl 2 O 4 Berdasarkan Variabel Konsentrasi Ion Logam

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

SINTESIS KARBON AKTIF DARI KULIT DURIAN UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT

Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02 No. 03 Tahun

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

PERBANDINGAN MASSA KALIUM HIDROKSIDA PADA EKSTRAKSI SiO2 ORDE NANO BERBASIS BAHAN ALAM PASIR KUARSA

Transkripsi:

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Pengaruh Temperatur Kalsinasi pada Sintesis Nanopartikel Silika Pantai Purus Kota Padang Tika Yulian Rozi*, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus UNAND Limau Manih, Pauh Padang 25163 *tikayulianrozi@gmail.com ABSTRAK Sintesis nanopartikel silika telah berhasil dilakukan dengan menggunakan bahan pasir pantai Purus Sumatera Barat. Nanopartikel silika disintesis menggunakan metode kopresipitasi, yaitu dengan cara merendam pasir dengan HCl 10 M selama 12 jam kemudian pasir direaksikan dengan NaOH 7 M. Larutan disaring kemudian dititrasi dengan HCl 10 M sampai ph akhir mendekati 1-2. Hasil sintesis di dikalsinasi dengan variasi temperatur 600 C, 700 C dan 800 C selama 5 jam. Berdasarkan hasil XRD diketahui bahwa sampel yang dikalsinasi dengan temperatur 600 C memiliki kristal silika kuarsa dengan hasil sampingan berupa NaCl. Kristal silika kuarsa dan kristobalit ditemukan pada sampel dengan temperatur kalsinasi 700 C dan 800 C. Ukuran kristal ketiga sampel lebih besar dari pada 100 nm. Hasil SEM menunjukan bahwa semua sampel memiliki bentuk partikel yang tidak homogen dan mengalami penggumpalan. Kata kunci : nanopartikel, silika, kalsinasi, XRD, SEM ABSTRACT Synthesis of silica nanoparticles has been conducted from Purus coast sands of West Sumatra. The synthesis was conducted using coprecipitation method, by soaking the sands into10 M HCl for 12 hours and then were reacted with 7 M NaOH. The solution was filtered and then titrated with 10 M HCl until ph of about 1-2. The synthesis result was calcined with temperature variation of 600 C, 700 C and 800 C for 5 hours. XRD patterns show that the sample which is calcined at a temperature of 600 C has quartz silica crystal and NaCl. Crystobalite and quartz silica crystal found in the samples with calcination temperature of 700 C and 800 C. Crystalline sizes of the three samples are larger than 100 nm. SEM result show that all samples have inhomogeus particle form and agglomerated. Keywords: nanoparticles, silica, calcination, XRD, SEM. I. PENDAHULUAN Pasir pantai di Indonesia umumnya berwarna putih dan cenderung mengandung material berupa pasir kuarsa atau pasir silika. Pasir silika terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor seperti oksida besi, oksida kalsium, oksida alkali, oksida magnesium, tanah liat dan zat organik hasil sisa-sisa hewan serta tumbuhan (Fairus dkk., 2009) Penggunaan pasir silika sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan campuran. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silicon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting), sedangkan sebagai bahan campuran, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya. Pasir silika yang terdapat di alam dapat diubah ukurannya menjadi skala nanometer yang disebut dengan nanopartikel silika. Nanopartikel merupakan partikel yang memiliki ukuran <100 nm. Nanopartikel silika memiliki beberapa keunggulan yaitu luas permukaan terhadap volume lebih besar, ketahanan panas yang baik, kekuatan mekanik yang tinggi dan inert sehingga digunakan sebagai prekursor katalis, adsorben dan filter komposit (Kalapathy, dkk., 2000). Nanopartikel silika terdiri atas 2 yaitu amorf dan kristal. Nanopartikel silika amorf bisa digunakan dalam proses pembuatan substrat elektronik, substrat lapisan tipis, insulator listrik dan insulator termal. Nanopartikel silika kristal dapat dimanfaatkan sebagai katalis yang baik karena mempunyai luas permukaan yang besar, ketahanan panas yang baik, kekuatan mekanik yang tinggi dan inert. Partikel silika memiliki peran yang berbeda-beda untuk masingmasing produk yang dihasilkan, dimana kualitas produk ditentukan dari ukuran dan distribusi ukuran partikel silika itu sendiri di dalam sistemnya (Zawrah, dkk., 2009) Nanopartikel silika dapat disintesis dengan beberapa motode, yaitu metode sol-gel, metode gas phase process, metode kopresipitasi dan lain-lain. Metode yang sering digunakan 351

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 adalah metode kopresipitasi. Metode kopresipitasi merupakan salah satu metode sintesis senyawa anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara bersamasama ketika melewati titik jenuhnya. Metode kopresipitasi mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yaitu prosesnya yang menggunakan temperatur rendah dengan waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat dan juga merupakan metode yang sederhana dan mudah dilakukan. Beberapa zat yang paling umum digunakan sebagai zat pengendap dalam kopresipitasi adalah hidroksida, karbonat, sulfat dan oksalat (Rio, 2011). Proses kopresipitasi menggunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh dengan biaya yang relatif murah (Jayanti, 2014). Nanopartikel silika yang dihasilkan dari proses kopresipitasi dapat berupa amorf maupun kristal. Silika dalam struktur kristal memiliki susunan atom yang lebih teratur dari pada silika amorf. Nanopartikel silika dapat ditingkatkan kristalinitasnya dengan melakukan kalsinasi, yaitu pemanasan dengan suhu tinggi yang tidak melebihi titik lelehnya atau pengaruh tekanan (Nisa dan Munasir, 2015). Rizka dan Triwikantoro (2014) mensintesis nanopartikel silika dengan metode kopresipitasi menggunakan HCl 2 M dan NaOH 7 M. Silika yang yang digunakan berasal dari pasir pantai Tuban, Jawa Timur yang dikalsinasi pada temperatur 900 C dan 950 C dengan waktu tahan 4, 6, 8 dan 10 jam. Pada temperatur 900 C selama kurang dari 8 jam masih berbentuk silika amorf, sedangkan pada kalsinasi 950 C selama 4, 6, 8, 10 jam berbentuk gabungan dari silika amorf dan kristal, semakin lama waktu kalsinasi yang diberikan, puncak kristal dari fasa kristobalit semakin meningkat. Latif dkk (2014) dengan menggunakan metode dan sumber silika yang sama menghasilkan silika kuart pada temperatur 800 C dan 1000 C sedangkan pada temperatur 1200 C terbentuk silika kuart dan kristobalit dengan waktu tahan 4 jam. Pada penelitian lain, Hayati dan Astuti (2015) telah mensintesis nanopartikel silika dari pasir pantai Purus kota Padang, dengan menggunakan metode kopresipitasi. Penelitian ini menggunakan HCl 10 M dengan variasi terhadap konsentrasi NaOH yaitu 5 M, 6 M dan 7 M. Hasil sintesis NaOH 5 M mempunyai fasa amorf, sedangkan fasa kristal ditemukan pada sampel dengan konsentrasi NaOH 6 M dan 7 M, dengan ukuran kristal kecil dari 80 nm. Penelitan tersebut tidak menggunakan kalsinansi. Penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan kalsinasi dengan temperatur 600 C, 700 C dan 800 C dan diharapkan menghasilkan nanopartikel silika dengan kristalinitas yang lebih tinggi. II. METODE Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, pipet spatula logam, corong kaca, cawan keramik, lumpang, kertas saring, kertas ph, timbangan digital, oven, ayakan 200 mesh, furnace, los angeles machine dan hot magnetic stirrer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pasir pantai, aquades, HCl 10 M dan NaOH 7 M. Pengambilan sampel pasir dilakukan di pantai Purus Kota Padang. Awalnya pasir pantai di destruksi dengan cara penggerusan dengan Los Angeles machine dan pengayakan dengan ayakan 200 mesh, selanjutnya diekstraksi magnet dan kemudian disintesis dengan metode kopresipitasi. Langkah-langkah metode kopresipitasi adalah sebagai berikut : sampel pasir direndam sebanyak 60 g dalam HCl 10 M selama 12 jam. Perendaman ini bertujuan untuk melarutkan pengotor yang ada pada pasir sebelum dilanjutkan dengan sintesis. Kemudian sampel dicuci dengan aquades untuk memurnikannya kembali dan dikeringkan dengan oven. Selanjutnya direaksikan dengan NaOH 7 M, kemudian disaring dengan kertas saring. Larutan lolos saring dititrasi sedikit demi sedikit dengan HCl dengan mengontrol sampai ph akhir 1-2. Hasil titrasi dicuci dengan aquades untuk menghilangkan NaCl sampai lima kali dengan aquades 300 ml. Setelah itu dilakukan kalsinasi dengan variasi temperatur 600 C, 700 C dan 800 C selama 5 jam. Setelah dikalsinasi dilakukan penggerusan dengan lumpang sehingga didapatkan serbuk silika. Karakterisasi dilakukan dengan XRD (X-Ray Diffractometer) dan SEM (Scanning Electron Microscope) untuk mengetahui fasa kristalinitas sampel serta ukuran silika dan melihat morfologi permukaan silika yang dihasilkan. 352

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Morfologi Permukaan Silikon Dioksida Morfologi permukaan sampel menggunakan SEM dapat dilihat pada Gambar 1. Pada sampel dengan temperatur kalsinasi 600 C terlihat bahwa permukaan dari silika tidak homogen (tidak seragam), dimana terdapat beberapa aglomerasi (gumpalan). Bentuk partikel dan gumpalan yang dihasilkan tidak beraturan. Hasil karakterisasi sampel pada temperatur kalsinasi 700 C menghasilkan partikel dengan ukuran dan bentuk yang tidak beraturan. Sebagian besar dari partikel-partikel kecil tersebut membentuk partikel yang besar atau beraglomerasi dengan ukuran yang berbeda-beda. Hasil karakterisasi sampel pada temperatur 800 C menggambarkan partikel dengan ukuran dan bentuk yang tidak beraturan terdiri dari beberapa gumpalan-gumpalan. Jadi, peningkatan temperatur kalsinasi menyebabkan perubahan struktur permukaan partikel silika yang dihasilkan. Semakin tinggi temperatur kalsinasi yang digunakan maka partikel yang dihasilkan semakin mengalami penggumpalan. Pada temperatur 700 C struktur permukaan yang dihasilkan lebih homogen dari pada temperatur 600 C dan 800 C. 600 C 700 C (a) 800 C (b) (c) Gambar 1 Morfologi Permukaan Sampel Perbesaran 10.000x 3.2 Hasil XRD Nanopartikel Silika Hasil XRD untuk temperatur kalsinasi 600 C dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat adanya puncak-puncak difraksi yang tajam. Puncak-puncak tersebut terdiri atas puncak difraksi silika kuart dan NaCl. NaCl merupakan hasil sampingan dari sampel A. Puncak puncak difraksi yang tajam menunjukan bahwa struktur silika yang terbentuk adalah kristal. Kristal silika yang dihasilkan memiliki indeks miller [101] pada puncak tertinggi yaitu pada sudut 2Ɵ = 26,641ᵒ. Pola-pola difraksi yang terbentuk merupakan akibat adanya hamburan atom-atom yang terletak pada bidang hkl dalam kristal tersebut. Menurut data ICDD dengan kode referensi 01079-1906 struktur kristal yang terbentuk adalah heksagonal dengan α = β = 90ᵒ dan γ = 120ᵒ. Hasil ini sesuai dengan teori dimana silika murni memiliki struktur heksagonal. Silika kuart yang dihasilkan memiliki nilai FWHM sebesar 0,1535. Hasil XRD silika pada temperatur 700 C dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat adanya puncak puncak difraksi yang tajam terdiri atas silika kuart dan silika kristobalit. Indeks miller [011] dihasilkan pada puncak tertinggi dengan sudut 2Ɵ = 26,631ᵒ untuk silika kuart. Menurut data ICDD dengan kode referensi 01-086-1560 struktur kristal silika kuart yang terbentuk adalah heksagonal dengan α = β = 90ᵒ dan γ = 120ᵒ. Silika yang dihasilkan memiliki struktur heksagonal dengan nilai FWHM sebesar 0,1279. Silika kristobalit yang dihasilkan berbentuk tetragonal dengan indeks miller [101] pada sudut 2Ɵ = 21,923. Menurut data ICDD dengan kode 01-074-9378, silika kristobalit yang dihasilkan memiliki α = β = γ = 90ᵒ dengan nilai FWHM sebesar 0,1023. Gambar 4 merupakan hasil XRD silika dengan temperatur kalsinasi 800 C. Pada gambar 4 terlihat struktur silika yang terbentuk merupakan kristal dimana terdapat banyak puncak-puncak difraksi. Menurut data ICDD dengan kode referensi 01-075-8320, struktur kristal silika kuart yang terbentuk adalah heksagonal. Puncak tertinggi pada sudut 2Ɵ = 26,600ᵒ dan nilai FWHM sebesar 0,1279. 353

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Selain menghasilkan silika kuart, sampel C juga menghasilkan silika kristobalit. Silika kristobalit yang terbentuk berstruktur tetragonal dengan indeks miller [101] pada sudut 2Ɵ = 21,923. Menurut data ICDD dengan kode 01-074-9378, silika kristobalit yang dihasilkan memiliki α = β = γ = 90ᵒ dengan nilai FWHM sebesar 0,1535. Position [ᵒ2Theta] (Copper (Cu)) Gambar 2 Hasil XRD Silika dengan Temperatur Kalsinasi 600 C Position [ᵒ2Theta] (Copper (Cu)) Gambar 3 Hasil XRD Silika dengan Temperatur Kalsinasi 700 C Position [ᵒ2Theta] (Copper (Cu)) Gambar 4 Hasil XRD Silika dengan Temperatur Kalsinasi 800 C Sampel C mempunyai tingkat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan sampel B. Perbedaan temperatur menyebabkan perubahan struktur kristal. Struktur kristal mengalami perubahan karena posisi atom-atom dapat berubah seiring dengan kenaikan temperatur. Struktur atom yang terbentuk semakin kuat sehingga kristalinitas silika yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori, semaki tinggi temperatur kalsinasi yang digunakan maka kristalinitas nanopartikel silika yang dihasilkan akan semakin tinggi. 354

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Pola difraksi XRD juga dapat menentukan ukuran kristal. Ukuran kristal dihitung dengan menggunakan persamaan Scherrer. Hasil perhitungan ukuran kristal dari silika dengan variasi temperatur kalsinasi 600 C, 700 C dan 800 C dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Ukuran kristal Silika dengan variasi temperatur kalsinasi Sampel Temperatur kalsinasi (ᵒC) B (rad) Ɵ (ᵒ) D (nm) A 600 0,00133886 13,32725 106,370 B 700 0,00111560 13,29695 127,624 C 800 0,00111560 13,30175 127,670 Tabel 1 menjelaskan bahwa peningkatan temperatur dari 600 C menjadi 700 C memberikan perubahan ukuran kristal yang cukup tinggi. Perubahan ini disebabkan karena nilai FWHM yang dihasilkan sangat jauh berbeda. Selain itu, temperatur 600 C merupakan temperatur yang tidak jauh berbeda dengan temperatur kuart rendah. Ukuran kristal sampel B dengan sampel C tidak jauh berbeda karena temperatur kedua sampel masih berada pada rentang silika kuart tinggi. Pada kuart tinggi perubahan kristal yang dihasilkan tidak terlalu signifikan. Tabel 2 Volume unit sel dengan variasi temperatur kalsinasi Sampel Struktur Volume a (Ǻ) b (Ǻ) c (Ǻ) Silika Unit Sel A Kuart 4,9134 4,9134 5,4052 130,49 B Kuart 4,9160 4,9160 5,4054 130,63 Kristobalit 4,9836 4,9836 4,9836 123,77 C Kuart 4,9230 4,9230 5,4090 131,09 Kristobalit 4,9836 4,9836 6,9549 172,73 Tabel 2 memperlihatkan karakteristik nanopartikel silika serta volume unit sel yang dihasilkan. Pada sampel A hanya terbentuk silika kuart sedangkan sampel B dan C sudah ditemukan silika dengan tingkat kristalinitas yang lebih tinggi yaitu silika kristobalit. Selain itu, dengan peningkatan temperatur juga terjadi peningkatan pada volume unit sel silika yang dihasilkan. Struktur silika kuart yang dihasilkan oleh ketiga sampel memiliki volume unit sel yang tidak jauh berbeda. Perbedaan yang tidak terlalu jauh disebabkan karena temperatur yang digunakan tergolong pada temperatur silika kuart tinggi. Namun demikian, silika kristobalit yang dihasilkan oleh sampel B dan sampel C memiliki perbedaan volume unit sel dengan rentang yang cukup jauh. Perubahan temperatur mempengaruhi posisi atom- atom silika, sehingga terjadi perbedaan volume unit sel pada temperatur yang berbeda. IV. KESIMPULAN Hasil SEM menunjukan bahwa semakin tinggi temperatur kalsinasi yang digunakan menyebabkan partikel silika semakin menggumpal. Pada temperatur 600 C dan 700 C masih terlihat adanya partikel-partikel yang tidak mengalami penggumpalan. Namun pada temperatur 800 C tidak terlihat adanya partikel-partikel yang tidak menggumpal. Hasil XRD nanopartikel silika dari pasir pantai Purus Kota Padang pada temperatur kalsinasi 600 C menghasilkan silika kuart dengan struktur heksagonal. Sampel tersebut menghasilkan NaCl sebagai hasil sampingan. Sedangkan penggunaan temperatur kalsinasi 700 C dan 800 C menghasilkan silika kuart dan silika kristalobalit. Silika kuart yang dihasilkan berstruktur heksagonal. Struktur tetragonal dihasilkan oleh silika kristalobalit. Ukuran kristal silika pada temperatur 600 C sebesar 106,370 nm, pada temperatur 700 C sebesar 127,624 dan pada temperatur 800 C sebesar 127,670. 355

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 DAFTAR PUSTAKA Fairus, Sirin., Haryono., Sugita, H., M., Sudrajat, Agus, 2009, Proses Pembuatan Waterglass dari Pasir Silika dengan Pelebur Natrium Hidroksida, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 8, No. 2, hal. 56-62. Hayati, R., Astuti, 2015, Sintesis Nanopartikel Silika dari Pasir Pantai Purus Padang Sumatera Barat Dengan Metode Kopresipitasi, Jurnal Fisika Unand, Vol. 4, No. 3, Fisika UNAND, hal. 282-287. Jayanti, D.N., 2014, Optimalisasi Parameter ph pada Sintesis Nanosilika dari Pasir Besi Merapi Dengan Ekstraksi Magnet Permanen Menggunakan Metode Kopresipitasi, Skripsi, Fisika, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kalapathy., Proctor, A., Shultz, J., 2000, A Simple Method For Production of Pure Silica From Rice Hull Ash, Bioresource Technology, Vol. 73, hal. 257-262. Latif, C, Triwikantoro, Munasir, 2014, Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi pada Struktur Silika. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 3, No.2. Nisa, Z dan Munasir, 2015, Studi Morfologi Silika Hasil Kalsinasi dengan Metode Sintesis Hydrotermal Kopresipitasi, Jurnal Fisika, Vol. 4,No. 1,hal. 41-44. Rio, B.F., 2011, Sintesis Nanopartikel SiO2 Menggunakan Metode Sol-Gel dan Aplikasinya Terhadap Aktifitas Sitotoksik, Jurnal Nanoteknologi, UNAND, Padang. Rizka, A. B dan Triwikantoro, 2014, Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika, Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1, No. 1, ITS, hal. 1-5. Zawrah, M.F., EL-Kheshen, 2009, Facile And Economic Synthesis of Silica Nanoparticles, Journal of Ovonic Research, Vol. 5, hal 129-133. 356