BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id


BAB 6 HASIL PENELITIAN

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN MANADO

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi

FAKTOR-FAKTOR SEKUNDER YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PEKERJA LAUNDRY DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

Repository.unimus.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Reisma Wulandari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fleksibilitas sendi pada responden di Panti Wreda Pucang Gading Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Profil Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) adalah rumah sakit milik Yayasan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. 2 yaitu tahun dan diatas 35 tahun yang mengacu dari BKKBN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN. Penelitian yang berjudul : Hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran pada siswa kelas XI SMAN 1 Palimanan.

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan waktu penelitian selama 3 hari. Masing-masing pasar mempunyai buruh angkut sebanyak 14 orang, sehingga jumlah keseluruhan buruh angkut adalah 28 orang. Dari 28 orang tersebut hanya 25 orang yang bersedia untuk menjadi responden, 2 orang tidak menjadi responden dikarenakan 4 bulan tidak bekerja sampai penelitian ini dilakukan dan 1 buruh tidak bersedia untuk diwawancara. Para buruh angkut di pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari mempunyai riwayat pendidikan yang berbeda-beda diantaranya yaitu tidak tamat SD 3 orang (12%), tamat SD 10 orang (40%), tamat SMP 6 orang (24%), tamat SMA 6 orang (24%). Sebelum bekerja menjadi buruh angkut para responden mempunyai pekerjaan yaitu terbanyak menjadi pengangguran ada 9 orang 36% dan bekerja menjadi petani 8 orang 32%. Jam operasi kedua pasar berbeda. Pasar Pedurungan beroperasi dari jam 04.00 sampai jam 16.00 sore, sedangkan pasar Gayamsari beroperasi dari jam 03.00 sampai jam 17.00. Para buruh angkut di pasar Pedurungan mulai bekerja pukul 08.00 dan aktifitas selesai pukul 15.00, dan buruh angkut Pasar Gayamsari mulai bekerja pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00. walaupun pekerjaan ini tergolong informal akan tetapi para buruh tidak bisa bebas untuk pulang kerumah yang disebabkan karena upah yang biasanya diberikan pada saat selesai waktu jam kerja. Pelayanan yang diberikan oleh para buruh angkut di pasar bersifat kelompok yaitu dengan cara membagi menjadi beberapa kelompok dalam sekali mengangkut barang. Dalam satu kelompok bisa terdiri dari 3 sampai 4

orang pada setiap pasar, ini bertujuan agar cepat untuk melayani para konsumen yang membutuhkan tenaga pengangkut. Jarak angkut berkisar antara 10-25 meter di masing-masing pasar. Pelayanan yang diberikan dapat berupa partai besar (pesanan toko) ataupun partai kecil (layanan yang dibutuhkan konsumen secara individual). Buruh angkut yang mendapatkan barang melebihi kapasitas kemampuannya biasanya mengangkut dengan menggunakan palet. pengangkutan barang tersebut membutuhkan waktu 3-5 menit pada setiap toko, jika barang yang datang berjumlah banyak pada setiap mobil box atau truk yang datang, hal ini membutuhkan waktu 2 jam untuk mengantar semua pesanan pada toko-toko di satu pasar. Pada konsumen individu, berat angkut rata-rata mencapai 10-15 kg, dengan jarak angkut 10-15 meter. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari pada tanggal 23-24 September 2013 dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi yang dilakukan pada buruh angkut selain itu juga melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan penimbangan beban pada setiap angkut. 2. Analisis univariat a. Lama kerja Lama kerja buruh angkut berkisar antara 7 jam sampai dengan 8 jam dengan rata-rata 7,48 jam dan simpanan baku 0,510 jam. Setelah dikelompokkan dapat dilihat dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi menurut lama kerja Variabel Frekuensi Persentase Lama kerja < 8 jam 13 52 % Lama kerja 8 jam 12 48 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja mempunyai lama kerja < 8 jam yaitu sebanyak 13 pekerja (52%). b. Masa kerja Rerata masa kerja yang didapat pada buruh angkut di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari adalah 13,8 tahun dengan standar

deviasi 9,06 tahun. Didapatkan nilai minimum masa kerja 2 tahun dan nilai maksimum yang paling lama yaitu 41 tahun. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi masa kerja Variabel Frekuensi Persentase Masa kerja < 15 tahun 12 48 % Masa kerja 15 tahun 13 52 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja mempunyai masa kerja > 15 tahun yaitu sebanyak 13 pekerja (52%). c. Umur Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa umur responden berkisar antara 22 sampai 60 tahun dengan rata-rata sebesar 43,40 tahun dan standar deviasi 11,44 tahun. Penggolongan umur pada buruh angkut dapat dilihat dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi menurut umur Variabel Frekuensi Persentase Umur 30 21 84 % Umur < 30 4 16 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa buruh angkut di pasar mayoritas berumur lebih dari 30 tahun yaitu sebanyak 21 orang (84%). d. Beban angkut. Beban angkut di peroleh dengan cara menghitung jumlah beban yang diangkut dalam satu hari antara 350 kg sampai 950 kg pada setiap buruh, setelah ini dibagi dengan frekuensi angkut beban dalam sehari 13 sampai 19 kali mengangkut, sehingga didapatkan hasil beban yang diangkut dalam satu hari. Berdasarkan distribusi frekuensi beban angkut responden minimal beban angkut yaitu 25 kg dan maksimal 50,3 kg. rata-rata beban angkut

yang diangkut pada buruh angkut di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari dalam waktu sehari adalah 36,5 kg. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi beban angkut Variabel Frekuensi Persentase Beban angkut 25 24 96 % Beban angkut < 25 1 4 % Jumlah 25 100 % Dari data di atas dapat dilihat bahwa mayoritas buruh angkut memiliki beban angkut 25 kg yaitu 24 orang (96%). e. Status gizi Berdasarkan pengumpulan data dengan cara melakukan perhitungan Indeks massa tubuh ( IMT) yaitu dengan mengukur tinggi badan (m) dan berat badan (kg) pada setiap responden didapatkan antara 0 sampai 2, rata-rata 92 dengan standar deviasi 11,595 dari hasil tersebut didapatkan gambaran status gizi pada buruh angkut dapat dilihat dalam tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi menurut status gizi Variabel Frekuensi Persentase Status gizi obesitas 3 12 % Status gizi normal 21 84 % Status gizi kurus berat 1 4 % Jumlah 25 100 % Dari data di atas dapat dilihat bahwa mayoritas buruh angkut memiliki status gizi normal yaitu 21 orang (84%). f. Kebiasaan merokok Hasil penelitian terkait kebiasaan merokok buruh angkut dapat diketahui berdasarkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi setiap hari, didapatkan hasil antara 0 sampai dengan 24 batang, rata-rata 7,68 batang dan standar deviasi 7,6 batang. Gambaran mengenai kebiasaan merokok

pada buruh angkut di pasar Pedurungan dan pasar Gayamsari dapat dilihat dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi menurut kebiasaan merokok Variabel Frekuensi Persentase Tidak merokok 11 44 % Merokok ringan 12 48 % Merokok berat 2 8 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa buruh angkut terbanyak memiliki kebiasaan merokok ringan yaitu sebesar 12 buruh (48%). Dan hanya 8% yang memiliki kebiasaan merokok berat. g. Keluhan MSDs 1). Distribusi frekuensi keluhan MSDs. Distribusi MSDs pada buruh angkut di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Distribusi frekuensi menurut keluhan MSDs Variabel Frekuensi Persentase Tidak ada keluhan MSDs 12 48 % Ada keluhan MSDs 13 52 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan pengumpulan data dengan kuesioner terhadap 25 buruh angkut diketahui bahwa terbanyak merasakan adanya keluhan MSDs yaitu sebanyak 13 orang (52%) dan hanya 12 orang (48%) tidak merasakan adanya keluhan MSDs. 2). Distribusi frekuensi berdasarkan anggota tubuh yang mengalami keluhan MSDs. Distribusi responden berdasarkan anggota tubuh yang mengalami keluhan MSDs ditunjukkan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi keluhan MSDs No Indikator Ya Tidak N % N % 1 Leher kaku 15 60% 10 40% 2 Leher nyeri otot 11 44% 14 56% 3 Leher sakit kepala 7 28% 18 72% 4 Leher lengan terasa baal 6 24% 19 76% 5 Leher lengan tangan tertusuktusuk 11 44% 14 56% 6 Bahu nyeri otot 8 32% 17 68% 7 Bahu nyeri sendi 10 40% 15 60% 8 Bahu bengkak 4 16% 21 84% 9 Bahu sakit digerakkan 12 48% 13 52% 10 Punggung nyeri 10 40% 15 60% 11 Punggung kaku 13 52% 12 48% 12 Keluhan menetap 3 12% 22 88% Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa keluhan MSDs sebagian besar responden mengalami leher kaku sebanyak 15 orang (60%) dan punggung terasa kaku sebanyak 13 orang (52%). 3. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menghubungkan variabel independent yaitu faktor risiko (lama kerja, masa kerja, umur, status gizi, kebiasaan merokok, beban angkut) dengan variabel dependent yaitu keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs). Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Tabel 4.6 hasil uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk test No Variabel p value Distribusi data 1. Lama kerja 0,000 Tidak normal 2. Masa kerja 0,024 Tidak normal 3. Umur 0,203 Normal 4. Beban angkut 0,015 Tidak normal

5. Status gizi 0,000 Tidak normal 6. Kebiasaan merokok 0,000 Tidak normal 7. Keluhan MSDs 0,336 Normal Dari tabel 4,6 diketahui bahwa terdapat dua variabel yang berdistribusi normal yaitu umur dan keluhan MSDs karena p-value (>0,05). Untuk mengetahui hubungan umur dengan keluhan MSDs menggunakan uji korelasi pearson product moment. Variabel lama kerja, masa kerja, beban angkut, status gizi, kebiasaan merokok berdistribusi tidak normal karena p- value (< 0,05) sehingga uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan lama kerja, masa kerja, beban angkut, status gizi, kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. a. Hubungan lama kerja dengan keluhan MSDs Hasil uji korelasi Rank Spearman untuk hubungan lama kerja dengan keluhan MSDs diperoleh hasil dengan nilai r = 0,051 menyatakan mempunyai hubungan yang lemah dengan arah positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di scater dimana sebaran datanya tidak membentuk pola tertentu. Gambar diagram tebar dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Perhitungan statistik menggunakan uji Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,808 (> 0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan MSDs. b. Hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs Berdasarkan hasil uji Rank Spearman untuk hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs diperoleh hasil r = -0,179 jadi hubungan lemah sebab hubungan yang linier negatif. Arah hubungan kecenderungan negatif untuk lebih jelasnya akan dijelaskan oleh grafik dibawah ini 3.2 Gambar grafik 3.2 Perhitungan statistik menggunakan uji Rank Spearman didapatkan hasil uji p = 0,393 ( > 0,05) berarti tidak ada hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs. c. Hubungan umur dengan keluhan MSDs Distribusi data yang normal maka hubungan umur dengan keluhan MSDs dianalisis menggunakan uji Pearson product momen. Hasil uji Pearson product moment untuk hubungan umur dengan keluhan MSDs diperoleh hasil nilai r = -0,456 hal ini berarti hubungan cukup kuat sebab mempunyai arah hubungan yang bersifat linier negatif artinya semakin bertambah umur maka semakin rendah munculnya keluhan MSDs. Gambar diagram tebar dapat dilihat pada gambar 3.3

Gambar grafik 3.3 Berdasarkan Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Pearson product moment diperoleh p= 0,022 ( <0,05) berarti ada hubungan antara umur dengan keluhan MSDs. d. Hubungan beban angkut dengan keluhan MSDs Hasil uji korelasi Rank Spearman untuk hubungan beban angkut dengan keluhan MSDs diperoleh hasil r = 0,115 hal ini berarti mempunyai hubungan linier positif yang lemah. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan oleh grafik dibawah ini 3.4

Gambar grafik 3.4 perhitungan statistik menggunakan uji Rank Spearman didapatkan hasil p = 0,584 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan beban angkut dengan keluhan MSDs. e. Hubungan Status gizi dengan keluhan MSDs Distribusi data yang tidak normal maka hubungan beban angkut dengan keluhan MSDs pada buruh angkut dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman untuk hubungan status gizi dengan keluhan MSDs diperoleh hasil r = 0,136 hal ini berarti mempunyai hubungan linier positif yang lemah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di scater. Gambar diagram tebar dapat dilihat pada gambar 3.5 Gambar grafik 3.5 Perhitungan statistik menggunakan uji Rank Spearman didapatkan hasil p = 0,515 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan status gizi dengan keluhan MSDs. f. Hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs Distribusi data yang tidak normal maka hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada buruh angkut dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman untuk hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs diperoleh hasil dengan nilai r = 0,021. Hal ini berarti mempunyai arah hubungan linier positif. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat di scater dimana sebaran datanya tidak membentuk pola tertentu. Gambar diagram tebar dapat dilihat pada gambar 3.6 Gambar grafik 3.6 Hasil uji statistik diperoleh dengan p = 0,919 (> 0,05) berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. B. Pembahasan 1. Lama kerja Secara umum seseorang bekerja dalam sehari selama 6-8 jam dan waktu selain itu digunakan untuk beristirahat. Lama kerja dihitung dari pertama dimulainya aktifitas bekerja sampai responden selesai bekerja. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat jam kerja yang berbeda antara ke 2 tempat penelitian. Buruh angkut yang bekerja di pasar Pedurungan bekerja selama 7 jam pada setiap harinya yaitu sebanyak 13 orang (52%), dan buruh angkut yang bekerja di pasar gayamsari bekerja selama 8 jam setiap hari yaitu sebanyak 12 orang (48%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada selisih 1 jam kerja antara pasar Pedurungan dengan pasar Gayamsari. Lama kerja buruh angkut di pasar Pedurungan dan pasar Gayamsari sudah sesuai dengan Undang- Undang no 13 tahun 2003 menurut Disnaker yaitu menyatakan bahwa jam kerja yang berlaku 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6

hari kerja dalam 1 minggu, 8 jam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja. menurut pasal 77 ayat 2 undang-undang no 13 tahun 2003 menyatakan bahwa jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu jika melebihi jam kerja dalam 1 minggu, maka harus sepengetahuan pimpinan dengan surat perintah perusahaan yang diperhitungkan dalam waktu kerja lembur. 36 2. Masa kerja Masa kerja dihitung dari pertama kali buruh bekerja menjadi buruh angkut. Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang berisiko terkena MSDs terutama pada jenis pekerja yang bekerjanya menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. 35 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja mempunyai masa kerja 15 tahun yaitu sebanyak 13 pekerja (52%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai masa kerja lebih dari 15 tahun. Hal tersebut menunjukkan Semakin lama masa kerja pada buruh angkut dapat menyebabkan munculnya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang secara fisik maupun psikis. Hal ini dikarenakan tingkat ketahanan otot yang sering digunakan untuk bekerja akan menurun seiring lamanya seseorang bekerja dan dapat berakibat munculnya keluhankeluhan yang dapat mengakibatkan MSDs. 3. Umur. Hasil pengumpulan data didapatkan hasil dengan pengkategorian umur lebih dari 30 tahun dan kurang dari 30 tahun yaitu lebih dari 30 tahun 21 buruh (84%) dan kurang dari 30 tahun 4 buruh (16%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas buruh angkut berumur lebih dari 30 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya keluhan MSDs. Keluhan otot skeletal biasanya dialami oleh seseorang yang berumur 24-65 tahun, keluhan pertama muncul pada umur 30 tahun seiring bertambahnya umur maka keluhan akan semakin

meningkat. 35 sejalan dengan meningkatnya umur akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun. Oleh karena itu seseorang yang bekerja menjadi buruh angkut di pasar Pedurungan dan Gayamsari mempunyai potensi untuk mengalami keluhan MSDs. 4. Beban angkut. Berat beban angkut pada setiap buruh berbeda tergantung dari kemampuan dan kapasitas individu tersebut. Jika seseorang mengangkat beban melebihi batas kemampuannya maka dapat menimbulkan suatu cedera. Berdasarkan perhitungan beban angkut pada setiap harinya didapatkan hasil beban yang diangkut yaitu mayoritas responden mengangkut beban > 25 kg (96%) setiap harinya. Melihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa beban yang diangkut oleh para buruh pada setiap harinya melebihi standar yang sudah ditetapkan oleh ILO 23-25 kg. Hal tersebut disebabkan karena responden sudah terbiasa mengangkat beban yang terlalu berat dan kurangnya pengetahuan para responden tentang standar beban yang diperbolehkan untuk diangkat. 5. Status gizi. Indeks masa tubuh bisa digunakan untuk indikator mengetahui kondisi status gizi pekerja. Seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menopang berat badan dengan cara mengontraksikan otot punggung, jika ini dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan timbulnya penekanan pada bantalan saraf pada tulang belakang yang mengakibatkan kelelahan dan nyeri otot. 42 Berdasarkan pengukuran IMT (indeks massa tubuh) pada 25 buruh angkut di pasar Pedurungan dan pasar Gayamsari, didapatkan hasil status gizi normal yaitu 21 orang (84%), obesitas 3 orang (12%) dan kurus berat 1 orang (4%).hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas buruh berstatus gizi normal.

6. Kebiasaan merokok. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara didapatkan hasil dengan menggunakan uji kategori buruh yang merokok 12 batang pada setiap hari yaitu 12 buruh (48%), buruh yang merokok 24 batang setiap hari yaitu 2 buruh (8%) dan ada juga buruh yang tidak merokok sebanyak 11 buruh (44%). Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun, bila seseorang tersebut dituntut untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga maka pekerja akan cepat merasakan lelah yang disebabkan kandungan oksigen dalam darah rendah. 7. Keluhan MSDs Keluhan MSDs pada pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat keluhannya. Keluhan MSDs adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang yang dimulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. 20 Berdasarkan hasil wawancara dengan buruh angkut mengatakan bahwa mereka sebagian besar merasakan leher kaku sebanyak 15 orang (60%) dan punggung terasa kaku sebanyak 13 orang (52%). Keluhan lain jumlahnya kecil seperti bagian leher yang nyeri, sakit kepala, lengan terasa baal dan lengan terasa tertusuk-tusuk, bagian bahu merasa nyeri otot, nyeri sendi, bengkak, sakit jika digerakkan, nyeri dan kaku pada bagian punggung, diketahui bahwa sebagian besar buruh angkut mengatakan munculnya keluhan MSDs pada saat malam hari yaitu 22 orang (88%). Hal ini diakibatkan oleh adanya pengangkatan beban yang dilakukan pagi dan siang pada saat pada buruh angkut sedang bekerja. Jika otot merima beban statis secara berulang dengan waktu yang lama, dapat menyebabkan keluhan berupa rusaknya ligament, sendi dan tendon.

8. Hubungan lama kerja dan keluhan MSDs Berdasarkan uji korelasi didapatkan nilai p-value 0,808 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui lama kerja pada semua buruh sudah sesuai dengan standar, yaitu berkisar 7-8 jam, sehingga tidak ada perbedaan yang besar lama kerja pada sampel penelitian. Hal ini yang memungkinkan tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs. umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisa waktu 14-18 jam digunakan untuk beristirahat. Secara teori lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot sehingga dapat meningkatkan risiko gangguan MSDs terutama pada jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja tinggi. 37 9. Hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs Hasil uji Rank Spearman antara masa kerja dengan keluhan dengan p = 0,393 (> 0,05) ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan MSDs. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Emy Maijunidah (2010) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan MSDs, karena masa kerja yang tergolong muda juga mengalami adanya keluhan MSDs. Berdasarkan pengumpulan data dapat diketahui masa kerja antara 2 tahun sampai 41 tahun, rata-rata 13,08 tahun dengan standar deviasi 9, sehingga didapatkan sebagian besar responden mempunyai masa kerja 15 tahun yaitu 13 orang (52%). Berdasarkan observasi, buruh angkut dengan masa kerja rendah juga mengalami keluhan MSDs. Keluhan MSDs ini diperkirakan karena buruh angkut dengan masa kerja < 4 tahun (masa kerja rendah ) sudah ada yang mengalami MSDs yang disebabkan karena melakukan pekerjaan

dengan risiko ergonomi tinggi seperti pengangkutan barang melebihi kapasitas yaitu lebih dari 25 kg dan diperkirakan ada yang mempunyai masa kerja 4tahun juga mengalami MSDs yang mempunyai status gizi gemuk. Hal ini bertentangan dengan teori masa kerja merupaka salah satu faktor yang mempunyai hubungan dengan keluhan otot dimana semakin lama waktu seseorang untuk bekerja maka semakin pula resiko untuk mengalami MSDs. 37 10. Hubungan umur dengan keluhan MSDs Hasil uji statistik Pearson Product moment untuk hubungan umur dengan keluhan MSDs diperoleh hasil nilai p = 0,022 ( < 0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan MSDs tetapi yang bersifat kurang kuat. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui frekuensi kategori umur dengan munculnya keluhan MSDs yaitu mayoritas responden berumur lebih dari 30 tahun yaitu 21 buruh (84%) Hasil uji hubungan umur dengan keluhan MSDs diperoleh hasil nilai r= -0,456 hal ini berarti ada hubungan yang cukup kuat sebab mempunyai hubungan negatif artinya semakin dewasa umur seseorang maka semakin rendah pula munculnya keluhan MSDs. Hal ini bertentangan dengan teori karena semakin tua seseorang maka akan terjadi degenerasi yang berupa adanya kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan, sehingga menyebabkan stabilitas tulang dan otot berkurang. 43 Penelitian ini merupakan hubungan yang menyatakan hubungan negatif antara umur dengan keluhan yaitu sebarannya kurang, karena umur lebih tua ( 30 tahun) sudah terbiasa sehingga mereka tidak menganggap adanya sebagai keluhan MSDs. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda Agustina yang menyatakan bahwa variabel bebas yang diteliti adalah faktor (faktor umur, masa kerja, status gizi dan kebiasaan merokok) yang berhubungan dengan keluhan MSDs Hubungan beban angkut dengan

keluhan MSDs tempat penelitian dilaksanakan di industri pemecah batu dikecamatan karang nongko kabupaten Klaten yang mengatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs. 13 11. Hubungan beban angkut dengan keluhan MSDs Hasil uji Rank Spearman antara beban angkut dan keluhan MSDs diperoleh hasil p= 0,584 ( >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara beban angkut dengan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui rerata beban angkut yang diangkut dalam satu kali mengangkut yaitu 36,51 kg dengan nilai minimum 25 kg dan maksimum 50,3 kg. berdasarkan hasil didapatkan mayoritas 24 responden mengangkat beban > 25 kg (96%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayrika Praptiwi H yang menyatakan tidak ada hubungan antara berat beban dan teknik mengangkat beban terhadap nyeri punggung bawah dengan persentase 86,7% penjual tukang jamu mengangkat beban dengan berat lebih dari 10 kg. 14 Hal ini bertentangan dengan teori beban yang diperbolehkan untuk diangkat yaitu 23-25 kg dalam satu kali mengangkat. 60 Pembatasan beban yang diperbolehkan untuk diangkat dan pengangkatan beban secara ergonomi dapat mencegah munculnya keluhan MSDs. Berdasarkan penelitian ini ketidaksesuaian tersebut dapat dimungkinkan bahwa lama mengangkut barang pada setiap buruh hanya selama 3-5 menit, sehingga buruh tidak mengalami keluhan MSDs yang berarti. Dalam kesehatan kerja masa istirahat pada pekerja sebaiknya 5 menit setiap 1sampai 2 jam kerja untuk meregangkan otot agar tidak menjadi kaku. Pada buruh yang bekerja di tempat kerja dengan waktu yang bebas dapat mengambil istirahat sesuai dengan kebutuhan mereka. 59 12. Hubungan status gizi dengan keluhan MSDs Hasil uji Rank Spearman antara status gizi dengan keluhan MSDs diperoleh hasil p= 0,515 ( >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan keluhan MSDs.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui frekuensi kategori status gizi dengan rata-rata 92 dan standar deviasi 400. Mayoritas buruh angkut mempunyai status gizi normal yaitu 21 buruh (84%). Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad taufiqor pada welder dibagian fabrikasi PT Caterpillar Indonesia dengan hasil p= 0,941 ( > 0,05) yaitu tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan MSDs. Dalam penelitian Muhammad Taufiqor mendapatkan status gizi normal dan mengalami keluhan MSDs ringan. 15 Hal ini bertentangan dengan teori status gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan munculnya keluhan MSDs yaitu semakin gemuk tubuh seseorang maka bertambah risiko orang tersebut untuk terkena MSDs, ini disebabkan oleh tubuh seseorang yang berlebihan berat badan akan berusaha untuk menopang berat badan dengan cara mengontraksikan otot punggung. Jika aktivitas ini dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan adanya penekanan bantalan saraf pada tulang belakang. 42 Pada hasil penelitian kali ini di dapatkan hasil yang berbeda. Adanya ketidaksesuaian tersebut rata-rata memiliki status gizi normal, kemungkinan lainnya adalah pekerja memiliki masa kerja dibawah ratarata untuk mengalami keluhan MSDs ( < 15tahun). selain itu responden yang mengalami obesitas tidak merasakan adanya keluhan MSDs. 13. Hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. Hasil uji Rank Spearman antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs diperoleh nilai p= 0,919 hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui responden merokok antara 0 sampai 24 batang dengan rata-rata 7,68 batang perhari, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa buruh yang merokok masuk dalam kategori ringan yaitu 12 batang setiap harinya dan ada juga beberapa buruh yang tidak merokok. Walaupun dalam penelitian ini tidak menunjukkan kebiasaan merokok terkait menyebabkan munculnya keluhan MSDs, namun tidak

dipungkiri bahwa banyak penelitian menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan masalah kesehatan salah satunya yaitu MSDs. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Taufik Zulfiqor yang menyatakan bahwa variabel bebas yang diteliti adalah risiko pekerjaan, usia, masa kerja, kebiasaan merokok, indeks masa tubuh dan kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs, tempat penelitian pada PT Cater Pilar Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. 15 Kebiasaan merokok terkait antara meningkatnya keluhan otot dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. kebiasaan merokok pada setiap orang berdampak pada penurunan kapasitas paru-paru yang berdampak pada tubuh orang yang mengonsumsi oksigen akan menurun. Hal ini membuat pasokan oksigen ke otot berkurang yang mengakibatkan adanya penumpukan asam laktat yang mengakibatkan nyeri pada otot. 49