BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Profil Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) adalah rumah sakit milik Yayasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Profil Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) adalah rumah sakit milik Yayasan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Profil Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) adalah rumah sakit milik Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Semarang. RSI-SA merupakan Rumah Sakit kelas B ( SK No. Hk /I/513/2011 ) dan telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama bagi Fakultas Kedokteran Unissula dengan SK penetapan No. HK.03.05/III/1299/11. RSI-SA berlokasi di Jalan Raya Kaligawe Km. 4 Semarang. Dalam penyelanggaraan pelayanan RSI-SA memberikan pelayanan: layanan rawat jalan; layanan rawat inap terdiri VIP, kelas I, II dan III; layanan penunjang medis ( Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi); Rumah Sakit Islam Sultan Agung juga memiliki layanan unggulan diantaranya Semarang Eye Center yaitu pusat layanan mata dengan fasilitas peralatan yang lengkap dan pelayanan one stop service, Lasik Center yang merupakan pengembangan pelayanan Semarang Eye Center dengan pelayanan utama adalah pelayanan bidang refraksi mata dan Urologi Center yaitu pusat layanan bidang ginjal dan saluran kemih. Dilengkapi dengan alat ESWL dan TUNA, urologi center memberikan pelayanan komprehensif bagi penderita ginjal dan saluran kemih. 2. Gambaran Situasi Kerja Perawat Shift kerja perawat di IGD dan ICU terbagi mejadi 3, terdiri dari pagi, siang dan malam. Penjadwalan shift dilakukan oleh penanggung jawab tiap intalasi. Kondisi kerja pada masing-masing shift memiliki situasi yang bereda dalam hal banyak atau sedikitnya pasien dan ringan atau beratnya penanganan pasien. Jika jumlah pasien banyak dan memerlukan tindakan khusus, ada perawat diluar 43

2 shift seharusnya yang diperbantukan dalam hal ini disebut lembur. Kejadian demikian lebih sering dialami oleh perawat IGD, bahkan untuk mengurangi kelelahan perawat memilih tinggal atau menginap di rumah sakit karena jarak pergantian shift untuk satu perawat terlalu dekat. Kondisi kerja perawat IGD dan ICU membuat perawat tidak dapat beristirahat sesuai jam istirahat yang berlaku sesuai ketentuan untuk karyawan pada umumnya. Perawat harus beristirahat secara bergantian termasuk untuk ibadah dan makan. Perawat biasanya membeli makanan dari kantin rumah sakit, karena tidak mendapatkan makanan atau snack dari rumah sakit. Kecenderungan perawat membeli makanan dari kantin rumah sakit tidak dapat menjamin terpenuhinya asupan gizi yang sesuai untuk kebutuhan tubuh dibandingkan jika perawat mendapatkan makan dari pihak rumah sakit yang sudah diperhitungkan kadar gizinya B. Hasil penelitian Penelitian di RSI sultan Agung Semarang dilakukan di ruang IGD dan ICU dengan jumlah responden 34 responden terdiri dari 17 perawat IGD dan 17 perawat ICU. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret sampai dengan 5 April 2014, didahului stadi pendahuluan di IGD pada tanggal 27 Januari 2014 dan di ICU pada tanggal 10 Maret Adapun hasil penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Responden 1) Jenis kelamin Responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bertugas di IGD dan ICU dengan distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuansi Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat IGD dan ICU di RSI Sultan Agung Semarang 44

3 Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase Laki-laki % Perempuan % Total % Berdasarkan tabel 4.1, prosentase terbesar responden adalah perempuan dengan prosentase sebesar 70,6%. 2) Umur Responden dalam penelitian memiliki umur minimal 20 tahun dan umur maksimal 35 tahun. Rara-rata umur responde yaitu 27,85 tahun dan standar deviasi 3,686. Berdasarkan nilai median 29,00 maka kategori umur dibagi menjadi 2 yaitu < 29 tahun dan 29 tahun. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Perawat IGD Dan ICU Di RSI Sultan Agung Semarang Umur Frekuensi Prosentase < % % Total % Berdasarkan tabel 4.2, dilihat bahwa prosentase tertinggi pada responden yang berumur<29 tahun yaitu sebesar 52,9%. 3) Masa Kerja a) Masa Kerja di Rumah Sakit Masa kerja minimum responden dalam penelitian ini 8 bulan dan maksimal 13 tahun. Rata-rata masa kerja adalah 4,66 tahun dan standar deviasi masa kerja yaitu 2,9131. Berdasarkan nilai rata-rata maka kategori masa kerja di rumah sakit dibagi menjadi dua, yaitu < 5 tahun dan 5 tahun Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Perawat IGD Dan ICU di RSI Sultan Agung Semarang Masa Kerja Frekuensi Prosentase < % % 45

4 Total % Berdasarkan tabel 4.3, prosentase tertinggi berada pada responden dengan masa kerja < 5 tahun sebanyak 58,8%. b) Masa Kerja Ruang Minimal masa kerja responden di ruangan (IGD atau ICU) 6 bulan dan maksimal 7 tahun. Rata-rata masa kerja di ruang IGD dan ICU diperoleh 3,035 tahun dan standar deviasi masa kerja di ruang IGD dan ICU yaitu 1,6823. Masa kerja ruang dikategorikan berdasarkan nilai median 3,00 yaitu 3 tahun dan > 3 tahun. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Ruang Perawat IGD Dan ICU di RSI Sultan Agung Semarang Masa Kerja Frekuensi Prosentase 3 tahun % > 3 tahun % Total % Berdasarkan tabel 4.4, prosentase tertinggi berada pada responden dengan masa kerja 3 tahun sebanyak 61,8%. b. Toleransi Stres Nilai minimum toleransi stres adalah 31 dan nilai maksimalnya 59, rata-rata yaitu 44,35. Standar deviasi pengukuran toleransi stres adalah 6,461. Hasil pengukuran toleransi stres selanjutnya dikategorikan menjadi baik jika nilai < 30, kurang jika nilai antara dan buruk jika nilai antara Untuk distribusi frekuensi toleransi stres responden dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Toelransi Stres Perawat IGD Dan ICU Di RSI Sultan Agung Semarang Toleransi Stres Frekuensi Prosentase 46

5 Baik % Kurang % Buruk 0 0% Total % Berdasarkan tabel 4.5, mayoritas responden memiliki toleransi stres yang baik dengan prosentase 82.4% dan tidak ada responden dengan toleransi stres yang buruk. c. Shift Kerja Shift kerja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu pagi, siang dan malam. Tabel 4.6 Distribusi Frekuansi Berdasarkan Shift Kerja Perawat IGD Dan ICU Di Rsi Sultan Agung Semarang Shift Kerja Frekuensi Prosentase Pagi % Siang % Malam % Total % Berdasarkan tabel 4.6, responden paling banyak berada pada shift siang dengan prosentase 35,3%. d. Status Gizi Nilai minimum pengukuran IMT adalah dan nilai maksimalnya 32,4619. Rata-rata dari pengukuran IMT yaitu 2,2658. Standar deviasi pengukuran toleransi stres adalah 3,9034. Status gizi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi lima kategori yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Perawat IGD Dan ICU Di RSI Sultan Agung Semarang Status Gizi Frekuensi Prosentase Normal % Kurus 3 8.8% Gemuk % Sangat Kurus 0 0% Obesitas % Total % Berdasarkan tabel 4.7, prosentase terbesar berada pada responden dengan status gizi normal sebanyak 61,8% dan responden dengan 47

6 dengan status gizi kurus memiliki prosentase paling kecil yaitu 8,8%. e. Kelelahan Nilai minimum waktu reaksi 189,74 mili detik dan nilai maksimum 718,18mili detik. Nilai rata-rata waktu reaksi 3,076mili detik dan standar deviasi 9, Hasil waktu reaksi selanjutnya dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu: Normal, KKR, KKS dan KKB. Untuk distribusi sesuai kateori tersebut dapat dilihat pada tabel Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelelahan Perawat IGD Dan ICU Di RSI Sultan Agung Semarang Kelelahan Frekuensi Prosentase Normal % KKR % KKS 2 5.9% KKB 1 2.9% Total % Berdasarkan tabel 4.8, prosentase paling tinggi berada pada kejadian KKR sebanyak 64,7% dan prosentase minimum 2,9% pada kejadian KKB. 2. Analisis Bivariat untuk menentukan uji analisis bivariat maka masing-masing variabel numerik terlebih dahulu diuji kenormalan datanya. Adapun hasil uji kenormalan data yaitu sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Kenormalan Data Variabel P Keterangan Toleransi Stres 0,200 Normal Status Gizi 0,045 Tidak normal Kelelahan 0,098 Normal Berdasarkan hasil uji kenormalan data maka uji bivariat yang digunakan adalah: 48

7 a. Person product moment untuk uji hipotesis antara toleransi stres dengan kelelahan b. Chi-square untuk uji hipotesis antara shift kerja dengan kelelahan c. Rank-spearman untuk uji hipotesis antara status gizi dengan kelelahan a. Hubungan antara Toleransi Stres dengan kelelahan Uji analisis bivariat antara toleransi stres dengan kelelahan menggunakan person product moment.diperoleh koefisien korelasi -0,132, artinya toleransi stres mempunyai hubungan yang lemah dengan kelelahan. untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan dalam diagram dibawah ini: Gambar 4.1 Diagram Tebar Korelasi Antara Toleransi Stres dengan Kelelahan Berdasarkan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa tidak dapat diihat hubungan antara antara toelransi stres dengan kelelahan. Hasil uji person product momentjuga menunjukkan nilai p=0,455lebih besar dari p-value (0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara antara toleransi stres dengan kelelahan. 49

8 b. Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Berdasarkan frekuensi shift kerja dan kelelahan, maka dapat dilihat distribusi frekuensi kelelahan berdasarkan shiftkerja responden sebagai berikut : Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kelelahan Berdasarkan Shift Kerja Pada Perawat IGD Dan ICU Di RSI Sultan Agung Semarang Shift Kelelahan Normal KKR KKS KKB Total p n % n % n % n % n % pagi ,599 siang malam Total Berdasarkan tabel 4.10, pada shiftpagi sebagian mengalami kelelahan kerja ringan (58,3%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja berat. Pada shift siang sebagian besar mengalami kelelahan kerja ringan (63,6%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja berat. Pada shift malam sebagian besar mengalami kelelahan kerja ringan (72,7%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja sedang. Hasil uji chi-squaremenunjukkan nilai p= 0,921 lebih besar dari p-value (0,05). Kesimpulan dari uji analisis tidak ada hubungan antara antara shift kerja dengan kelelahan. c. Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan Uji analisis bivariat antara status gizi dengan kelelahan menggunakan rank-spearmen.diperoleh koefisien korelasi -0,040 artinya status gizi mempunyai hubungan yang lemah dengan kelelahan. untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan dalam diagram dibawah ini: 50

9 Gambar 4.2 Diagram Tebar Korelasi Antara Status Gizi dengan Kelelahan Berdasarkan gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak dapat dilihat hubungan antara antara status gizi dengan kelelahan. Hasil uji rank-spearmen juga menunjukkan nilai p=0,823lebih besar dari p-value (0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara antara status gizi dengan kelelahan. C. Pembahasan 1. Toleransi Stres Berdasarkan tabel 4.5, mayoritas perawat memiliki toleransi stres yang baik dengan prosentase 79,4%. Perawat dengan toleransi stres kurang sebanyak 20,6%. Dari pemeriksaaan didapat nilai rata-rata toleransi stres yang menunjukkan rata-rata toleransi stres perawat di IGD dan ICU adalah baik. Hal ini dikarenakan, rata-rata responden berada pada usia dewasa muda sehingga kemandirian yang telah terekam dalam memori dapat menjadi orientasi dalam ketahanan 51

10 terhadap stres. Responden juga memiliki perbedaan pendidikan yang tidak signifikan, seluruh responden mendapatkan pengetahuan tentang kejiwaan pada masa pendidikan keperawatan. Seluruh responden memiliki kondisi fisik yang baik (tidak memiliki kecacatan fisik). Lingkungan kerja dengan beban mental yang dihadapi setiap hari dialami oleh setiap responden, tetapi stimulus keagamaan yang diterima setiap harinya membentuk toleransi stres yang baik. Toleransi terhadap stres (stres tolerance) adalah kemampuan untuk menahan ketegangan juga penderitaan karena kegagalan, namun tidak mempengaruhi keadaan psikologis atau fisiologis yang tidak semestinya. 47 Stimulus yang merugikan fisik atau lingkungan psikologis stres yang terakumulasi secara terus-menerus dapat menjadi pengaruh menurunnya ketahanan terhadap stres. 79 jika upaya prtahanan yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu akan mengalami kelelahan. 56 Toleransi terhadap stres bersifat individual. Setiap individu memiliki toleransi terhadap stres yang berbeda satu sama lain, dari yang buruk hingga pada toleransi stres yang baik. Secara umum, kesalehan dan seiring mengikuti kegiatan agama, baik sendiri maupun bersama, berhubungan dengan kesehatan mental yang baik. Sejumlah penduduk Amerika (± 20-40%) mengatakan bahwa agama adalah salah satu faktor penting yang membantu mereka mengatasi situasi hidup yang penuh stres. Orang-orang yang lebih religius tampaknya memiliki secara keseluruhan tingkat mortalitas lebih rendah dan pada lebih dari 80% penelitian yang menunjukkan adanya hubungna antara agama dengan kesehatan fisik Shift Kerja Shift kerja di RSI Sultan Agung Semarang, terbagi menjadi 3 shiftyaitu pagi, siang dan malam. Jumlah perawat pada tiap shift berbeda. Perawat pada shift pagi di IGD 7 perawat dan di ICU 5 perawat dan perawat pada shift siang dan malam jumlahnya sama yaitu 52

11 5 orang di IGD dan 4 orang di ICU. Berdasarkan tabel 4.6, perawat yang menjadi responden dalam penelitian paling banyak adalah perawat yang bertugas pada shift siang dengan prosentase 35,3%, perawat yang bertugas apada shift pagi dan malam memiliki prosentase yang sama yaitu 32,4%. Hal ini dikarenakan pelaksanaan penelitian bersamaan dengan persiapan akreditasi rumah sakit dan pelatihan karyawan, sehingga pada perawat shift pagi ada yang mengikuti pelatihan dan rapat persiapan akreditasi karena itu perawat pada shift pagi yang seharusnya memiliki jumlah lebih banyak menjadi sama dengan shift malam. Shiftkerja merupakan suatu periode waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai bekerja ketika kelompok yang lain selesai. 61 Shift kerja berpengaruh negative terhadap kesehatan fisik, mental dan sosial; mengganggu psychophysiology homeostatis seperti circadian rhythms, waktu tidur dan makan; mengurangi kemampuan kerja, dan meningkatnya kesalahan dan kecelakaan; menghambat hubungan sosial dan keluarga; dan adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, sistem syaraf, jantung dan pembuluh darah. 81 Keseimbangan yang buruk antara pekerjaan dan waktu kerja yang disediakan untuk istirahat dan pemulihan, jadwal kerja dan jam kerja yang panjang akan mengakibatkan kelelahan kronis. Konsekuensi dari kelelahan akan mengurangi kewaspadaan yang melamban dalam bereaksi dan mengantuk, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko Status gizi Status gizi dalam penelitian ini dilihat melalui nilai IMT yang kemudian dikategorikan sesuai dengan kategori IMT yang baku yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Berdasarkan tabel 4.7, status gizi perawat cukup beragam tetapi prosentase paling tinggi status gizi perawat adalah normal dengan prosentase 61,8%. Perawat dengan status gizi kurus memiliki prosentase 5,9%, gemuk 20,6%, 53

12 sangat kurus 2,9% dan obesitas 8,8%. Hal ini dikarenakan, sekalipun perawat tidak mendapatkan makan dari pihak RSI Sultan Agung, namun perawat mendapatkan tambahan insentive sebagai uang makan. Untuk shift malam juga diberikan mie instan dan 1 gelas susu. Kata gizi berasal dari kata nutrition, artinya sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh, yang dapat mempertahankan kehidupan. Zat gizi adalah elemen yang ada dalam makanan yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam tubuh, seperti : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. 61 Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.konsumsi makanan erat kaitannya dengan status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi jika tubuh memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan secara efisien untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kamampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin Kelelahan Berdasarkan tabel 4.10, pada shift pagi sebagian mengalami kelelahan kerja ringan (58,3%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja berat. Pada shift siang sebagian besar mengalami kelelahan kerja ringan (63,6%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja berat. Pada shift malam sebagian besar mengalami kelelahan kerja ringan (72,7%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan kerja sedang. Kelelahan kerja ringan paling banyak dialami pada shift malam, selain itu juga terdapat pula kelelahan kerja berat pada shiht malam. Hal ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan Anita Mayasari yang menyatakan bahwa tingkat kelelahan pada perawat shift malam lebih tinggi daripada shift pagi dikarenakan 54

13 manusia mempunyai circardian rhythem yaitu fruktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24 jam. 17 Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasan yang subyektif. 18 Tanda-tanda kelelahan yang mendasar adalah hambatan terhadap fungsi kesadaran otak dan perubahanperubahan yang terjadi pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan. Orang yang lelah akan dengan sendirinya mengalami penurunan perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, menjadi lambat dan sukar berpikir, penurunan kemampuan atau dorongan untuk kerja, kurang efisiennya kegiatan-kegiatan fisik dan mental. 31 Waktu reaksi dianggap salah satu penanda yang paling sensitif dari kerusakan struktural dan fungsional dalam sistem saraf pusat. 35 Pengukuran waktu reaksi dapat digunakan untuk memantau kondisi individu dari waktu ke waktu, untuk mengidentifikasi orang dengan perlambatan yang ekstrim, atau untuk menentukan efektivitas intervensi Hubungan antara Toleransi Stres dengan Kelelahan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki toleransi stres yang baik. Hal ini diharapkan perawat dapat melewati tahap pertahanan dengan baik sehingga meminimalisir kerusakan pada tubuh yang disebabkan oleh kondisi psikis, namun hasil uji statistik menunjukkan bahwa perawat yang memiliki toleransi stres yang baik tetap mengalami kelelahan. Hasil uji hipotesis dengan person product moment menunjukkan nilai p=0,455lebih besar dari p- value (0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara antara toleransi stres dengan kelelahan. Kondisi ini disebabkan setiap hari perawat selalu dihadapkan pada beban kerja tinggi baik fisik maupun mental. Keadaan demikian yang terakumulasi secara terus menerus membuat perawat mengalami penurunan ketahanan, sehingga 55

14 meskipun toleransi stres perawat baik, perawat tetap mengalami kelelahan akibat beban kerja setiap harinya, namun dalam penelitian ini beban kerja tidak dihitung. Hal tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan keadaan psikologis yang tidak seimbang dapat melemahkan dan mendorong timbulnya kelelahan. Salah satu faktor psikologis yang sering dikaitkan dengan kelelahan adalah stres. 27 Faktor internal psikis individu dalam menghadapi stres salah satunya dipengaruhi oleh toleransi terhadap stres pada individu tersebut. Toleransi terhadap stres adalah kemampuan untuk bertahan pada situasi yang penuh dengan stres tanpa mempengaruhi keadaan psikis maupun psikologis sehingga tetap dapat aktif dan positif. 47,48 Hal yang sama juga dijelaskan pada teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/gas). GAS terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap peringatan, tahap perlawanan dan tahap kelelahan. Pada tahap pertahanan, tubuh dipenuhi oleh hormon stres, tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan semua meningkat, jika semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu akan memasuki tahap kelelahan (exhaused) dimana kerusakan pada tubuh semakun meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan ditahap kelelahan ini dan kerentanan terhadap penyakit akan meningkat Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Hasil uji analisis menunjukkan responden paling banyak adalah pada shift siang. Responden pada setiap shift memiliki kecenderungan tingkat kelelahan yang sama, sehingga tidak ada hubungan antara antara shift kerja dengan kelelahan dikuatkan dengan hasil uji chisquaremenunjukkan nilai p=0,921 lebih besar dari p-value (0,05). Berdasarkan teori, pekerja yang telah bekerja denggan sistem shift menunjukkan tanda-tanda lebih sakit daripada orang pada hari tetap kerja. Masalah kesehatan jangka pendek mungkin muncul setelah 56

15 bertugas shiftatau mungkin hanya terlihat setelah beberapa tahun. 59 Keseimbangan yang buruk antara pekerjaan dan waktu kerja yang disediakan untuk istirahat dan pemulihan, jadwal kerja dan jam kerja yang panjang akan mengakibatkan kelelahan kronis. Konsekuensi dari kelelahan akan mengurangi kewaspadaan yang melamban dalam bereaksi dan mengantuk, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko. 63 Namun teori ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang menunjukkan kelelahan yang dialami perawat baik shift pagi, siang maupun malam sebagian besar memiliki kelelahan yang sama yaitu kelelahan kerja ringan. Hal ini disebabkan perbedaan jumlah pasien pada setiap shift tidak terlalu signifikan. Jumlah pasien dan tindakan yang diberikan menentukan beban kerja perawat. Semakin banyak dan rumitnya tindakan yang diberikan pada pasien, maka beban kerja baik fisik maupun psikis makin tinggi. Hal ini memungkinkan adanya perbedaan beban kerja, namun beban kerja dalam penelitian ini tidak dihitung. Pada saat dilaksanakan penelitian jumlah pasien pada shift pagi lebih banyak dan lebih memerlukan tindakan yang lebih rumit dibandingkan dengan shift malam, sehingga perawat pada shift malam memiliki waktu untuk istirahat sedangkan perawat shift pagi tidak memeiliki waktu untuk istirahat. Waktu shift yang ditempuh juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan, sehingga memungkinkan kelelahan yang dialami adalah sama. 7. Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan Hasil uji statistik menunjukkan prosentase tertinggi status gizi perawat berdasarkan IMT adalah normal dan berdasarkan waktu reaksi prosentase tertinggi perawat mengalami kelelahan kerja ringan. Perawat dengan status gizi normal tetap mengalami kelelahan yang sama yaitu kelelahan gizi ringan. dari hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubugan antara status gizi dengan kelelahan, 57

16 dibuktikan juga dengan hasil uji hubungan dengan rank-spearmenyang menunjukkan nilaip=0,823lebih besar dari p-value (0,05). Berdasarkan teori tentang zat gizi esensial yang harus diterima tubuh dari makanan, fungsi gizi terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai sumber energi, zat pengetur dan zat pembangun. 67 Pekerja memerlukan energi untuk dapat bekerja. Pemenuhan gizi untuk dapat bekerja tidak hanya harus dipenuhi secara kuantitatifnya saja, tetapi juga secara kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. 30 Makan yang cukup dan seimbang pada siang hari dan sebelum tidur secara signifikan mempengaruhi kewaspadaan dan kualitas tidur. Menjaga kesehatan dan kondisi berat badan tidak hanya meningkatkan stamina tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan gangguan tidur. Gizi yang tepat dan kondisi fisik yang baik memberikan pengaruh yang sangat penting pada efek kelelahan. 27 Namun teori ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan pembagian kerja pada masing-masing perawat tidak dibagi secara jelas, sehingga memunculkan terjadi perbedaan beban kerja antar perawat dalam satu shift yang memungkinkan perawat yang mengalami status gizi normal memiliki beban kerja lebih tinggi dibandingkan perawat dengan status gizi tidak normal (kurus, gemuk, sangat kurus dan obesitas). Kecenderungan rasa tidak enak yang dirasakan pada perawat muda terhadap perawat dengan masa kerja yang lebih lama juga memicu munculnya perbedaan beban kerja pada masing-masing perawat, namun beban kerja dalam penelitian ini tidak dihitung. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya : 1. Dalam penelitian pemeriksaan kelelahan hanya diukur secara fisik dengan reaction timer, tanpa mengukur kelelaha yang dirasakan oleh responden. 58

17 2. Dalam desain penelitian, pemeriksaan reaction timer dalam pegukuran kelelahan fisik dilakukan pada akhir shift, namun dalam pelaksanaannya tidak dapat dilaksanakan pada akhir shift melainkan satu jam sebelum shift berakhir. Hal ini dilakukan sesuai saran dari kepala ruang mengingat kecenderungan perawat akan segera pulang setelah jam shift selesai. 59

HUBUNGAN TOLERANSI STRES, SHIFT KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN PADA PERAWAT IGD DAN ICU (Studi di RSI Sultan Agung Semarang)

HUBUNGAN TOLERANSI STRES, SHIFT KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN PADA PERAWAT IGD DAN ICU (Studi di RSI Sultan Agung Semarang) J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 HUBUNGAN TOLERANSI STRES, SHIFT KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN PADA PERAWAT IGD DAN ICU (Studi di RSI Sultan Agung Semarang) Saadatul Maghfiroh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dengan judul hubungan toleransi stres, shift kerja dan status gizi dengan kejadian kelelahan pada perawat IGD dan ICU ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable Bebas Variable Terikat Status Gizi / IMT Tingkat aktivitas fisik Kelelahan Kerja Perawat Kecukupan Energi Kerja Shift kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wongkaditi Timur

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 usia minumum yaitu 127 bulan dan maximum yaitu 161 bulan. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 5 HASIL 5.1 Gambaran Umum RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang melayani pasien dari seluruh wilayah Indonesia bahkan ada beberapa diantaranya adalah warga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan circadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Data Departemen Sosial (Depsos)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik bidang gizi klinik yang menggunakan pendekatan crossectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN a. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian diskkiptif analitik di bidang gizi klinis dengan pendekatan cross-sectional yaitu mencari hubungan dua variable dengan pengamatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan karena adaptasi seseorang pada lingkungan. Stres kerja didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum RS Toto Kabila RS Toto Kabila Kabupaten Bonebolango terletak di desa permata kecamatan tilongkabila memiliki luas tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus nosokomial infeksi menunjukkan angka yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK

Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK DAUR PERTUMBUHAN FISIK Pertumbuhan fisik dapat diramalkan sebelumnya dan umumnya teratur Kecepatan tergantung individu DAUR PERTUMBUHAN UTAMA Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Penelitian merupakan penelitian gizi klinik yang menggunakan disain penelitian diskriptif dibidang gizi klinik dengan pendekatan crossectional (belah lintang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh pada tenaga kerja. Resiko dan potensi bahaya tersebut dapat berupa gangguan baik berupa fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia. Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada pembangunan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelayanan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian faktorfaktor risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum semarang didapati distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam BAB I PENDAHULUAN B. Latar belakang Sekarang ini kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat modern semakin komplek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sejumalah faktor psikososial seperti stress, depresi, kelas sosial, dan kepribadian tipe A dimasukkan dalam faktor risiko klasik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ix xi xiv xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 1. Tujuan Umum... 4 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci