Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol VI, No 2, Juli Desember 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) Umi Yunianti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB VI PENUTUP. 1. Dari analisis pertumbuhan belanja daerah untuk tahun 2012, 2013, dan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

E.D. Worotitjan., L. Lambey. Analisis Pendapatan dan ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

Novelson Mansoara, Pencatatan dan Pelaporan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR (STUDI KASUS PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2011-2014) THE FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS OF THE GOVERNMENT OFFICE OF KUTAI BARAT REGENCY, KALIMANTAN TIMUR (CASE STUDY AT BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR YEAR 2011-2014) Nanda Ertina Gabriella Mailoor 1, Paul David Elia Saerang 2, Harijanto Sabijono 3 1,2,3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115, Indonesia E-mail: 1 nanda.mailoor@yaoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adala untuk mengetaui kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut: (1) Analisis Pertumbuan Pendapatan, (2) Analisis Rasio Keuangan, (3) Analisis Pertumbuan Belanja, (4) Analisis Keserasian Belanja, dan (5) Rasio Efisiensi Belanja. Jenis penelitian dalam studi ini adala Penelitian Asosiatif dan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bawa Kinerja Keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menunjukkan: pertumbuan positif, pertumbuan dalam kemampuan penyelenggaraan desentralisasi dan ketergantungan pada pemerintaan provinsi atau pemerinta daera, nilai efektivitas PAD yang sangat efektif dan yang efektif, perubaan kinerja keuangan yang wajar dan tingkat pendapatan yang tinggi. Pemerinta Kabupaten Kutai Barat arus mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatanya yang tela ada dalam meningkatkan kinerja pemerinta dalam pengelola PAD. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Analisis Pertumbuan Pendapatan, Analisis Rasio Keuangan, Analisis Pertumbuan Belanja, Rasio Efisiensi Belanja. ABSTRACT Tis study aims to reveal te financial performance of BPKAD Kabupaten Kutai Barat based on: (1) Revenue Growt Analysis, (2) Financial Ratio Analysis, (3) Spending Growt Analysis, (4) Spending Accuracy Analysis, and (5) Spending Efficiency Ratio. Te kind of researc in tis researc is descriptive analysis metod. Result sows tat financial performance of BPKAD Kabupaten Kutai Barat as a positive growt, te growt in decentralization and dependency to province or regional government, very effective and efficient Regional Real Revenue PAD value, te reasonable canging in financial performance, and te ig level of revenue from te existing revenue potential, in order to increase governmental performance in managing Regional Real Revenue PAD. Keywords: Financial Performance, Revenue Growt Analysis, Financial Ratio Analysis, Spending Growt Analysis, Spending Effeciency Ratio. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 624

Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Seubungan dengan banyaknya perubaan dibidang ekonomi, social dan politik dalam era reformasi ini, berdampak pada percepatan perubaan perilaku masyarakat, terutama yang berkaitan dengan tuntutan masyarakat dengan adanya transparasi pelaksanaan kebujaksanaan pemerinta, demokratisasi dalam pengambilan keputusan, pemberian pelayanan ole pemerinta yang lebi berorientasi pada kepuasan masyarakat dan penerapan okum secara konsekuen. Sebagai konsekuensinya maka pemerinta memberlakukan undang-undang Nomor 22 taun 1999 tentang Pemerinta Daera sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 32 taun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 taun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerinta Pusat dan Daera sejak bulan Januari taun 2001 yang sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 33 taun 2004. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daera dan desentralisasi, pemerinta daera dituntut untuk memiliki kemandirian keuangan daera yang lebi besar. Dengan tingkat kemandirian keuangan yang lebi besar berarti daera tidak akan lagi sangat tergantung pada bantuan dari pemerinta pusat dan propinsi melalui dana perimbangan namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daera tinggi, maka daera suda tidak perlu lagi mendapatkan dana perimbangan. Dana perimbangan masi tetap diperlukan untuk mempercepat pembangunan di daera. Pengelolaan keuangan daera yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Taun 2013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daera, azaz umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daera yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubaan APBD, pengelolaan kas, penatausaaan keuangan daera akuntansi keuangan daera, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daera, kerugian daera, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daera arus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperatikan azaz keadilan, kepatutan, dan bermanfaat untuk masyarakat. Tujuan Peneliti 1. Kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut Analisis Pertumbuan Pendapatan. 2. Kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut Analisis Rasio Keuangan (Derajat Desentralisasi, Rasio Ketergantungan Keuangan Daera dan Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera). 3. Kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut Analisis Pertumbuan Belanja. 4. Kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut Analisis Keserasian Belanja (Analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja dan Analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja). 5. Kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat menurut Rasio Efisiensi Belanja. Tinjauan Pustaka Pengertian Akuntansi Accounting Principle Board Statement (APBS) No. 4 Akuntansi adala suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu Nanda Ertina Gabriella Mailoor 625

badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memili di antara beberapa alternative, Menurut Mamudi (2011). Pengertian APBD Pemerinta Daera dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daera (Permendagri No.13 Taun 2006). Dengan demikian APBD merupakan alat/wada untuk menampung berbagai kepentingan publik yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program dimana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar akan dirasakan ole masyarakat. Ole kerena itu, DPRD dan pemerinta daera arus selalu berupaya secara nyata dan terstruktur untuk mengasilkan suatu APBD yang dapat mencerminkan kebutuan riil masyarakat atas dasar potensi masing-masing daera serta dapat memenui tuntuta n terciptanya anggaran daera yang berorientasikan kepentingan dan akuntabilitas publik. Suatu anggaran yang tela direncanakan dengan baik, seingga baik tujuan maupun sasaran akan dapat tercapai secara berdayagunan dan berasil guna. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran Secara sederana laporan realisasi anggaran merupakan sala satu komponen laporan keuangan pemerinta yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerinta pusat atau daera yang menunjukan ketaatan teradap APBN atau APBD. Menurut Rudianto (2009) Laporan realisasi anggaran adala Rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan dalam satu periode dan sumber pendapatan yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Otonomi Daera Pengertian otonomi daera menurut UU No. 32 Taun 2004 adala ak, wewenang, dan kewajiban daera otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintaan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Istila otonomi daera bukan al yang baru bagi bangsa dan negara RI sebab sejak Indonesia merdeka suda dikenal dengan Komite Nasional Indonesia Daera (KNID), yaitu lembaga yang menjalankan pemerintaan daera dan melaksanakan tugas mengatur ruma tangga daeranya. Menurut Widjaja (2009), menyatakan bawa Otonomi daera iala sala satu bentuk dari desentralisasi suatu pemerintaan yang dasarnya ditujukan guna untuk memenui suatu kepentingan bangsa secara menyeluru, iala suatu upaya yang lebi mendekatkan berbagai tujuan untuk penyelenggaraan pemerintaan seingga dapat mewujudkan suatu cita-cita masyarakat yang adil dan makmur. Kinerja Keuangan Sala satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan adala dengan melaksanakan analisis rasio teradap APBD yang tela ditetapkan dan dilaksanakannya ( Halim dan Kusufi, 2008). Penggunaan analisis rasio pada sektor publik kususnya teradap APBD belum banyak dilakukan, seingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaida pengukurannya. Pengelolaan keuangan daera yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel, analisis rasio teradap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaida pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan keuangan yang dimiliki ole perusaaan swasta (Halim dan Kusifi, 2008). Nanda Ertina Gabriella Mailoor 626

Analisis Pertumbuan Pendapatan Analisis pertumbuan pendapatan bermanfaat untuk mengetaui apaka pemerinta daera dalam taun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuan secara positif atauka negatif. Tentunya diarapkan pertumbuan pendapatan tersebut positif dan kecenderungannya ( trend) meningkat. Sebaliknya jika terjadi pertumbuan yang negatif maka al itu arus dicari penyebab penurunannya, apaka karena faktor ekonomi makro yang di luar kendali pemerinta daera atau karena manajemen keuangan daera yang kurang baik. Analisis Rasio Keuangan 1. Derajat Desentralisasi. Derajat Desentralisasi diitung berdasarkan perbandingan antara jumla Pendapatan Asli Daera dengan total penerimaan daera. Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD teradap total penerimaan daera. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerinta daera dalam penyelenggaraan desentralisasi. 2. Rasio Ketergantungan Keuangan Daera. Rasio Ketergantungan Keuangan Daera diitung dengan cara membandingkan jumla pendapatan transfer yang diterima ole pemerinta daera dengan total penerimaan daera. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerinta daera teradap pemerinta pusat dan/atau pemerinta daera. 3. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera. Rasio Efektivitas PAD diitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD (dianggarkan). Analisis Pertumbuan Belanja Analisis pertumbuan belanja bermanfaat untuk mengetaui perkembangan belanja dari taun ke taun. Pada umumnya belanja memiliki kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuaian teradap inflasi, perubaan kurs rupia, perubaan jumla cakupan layanan dan penyesuaian faktor makro ekonomi Analisis Keserasian Belanja Analisis Keserasian Belanja bermanfaat untuk mengetaui keseimbangan antarbelanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi, dan stabilisasi. Fungsi anggaran tersebut akan berjalan dengan baik, maka pemerinta daera perlu membuat armonisasi belanja. 1. Analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja 2. Analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja Rasio Efisiensi Belanja Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat pengematan anggaran yang dilakukan ole pemerinta. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 627

Jenis dan Sumber Data Penelitian 2. METODE PENELITIAN Jenis data penelitian yang digunakan adala data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) dikatakan metode kuantitatif data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sumber yang digunakan adala data sekunder iala data yang diperole atau dikumpulkan dan disatukan dari berbagai sumber, yang berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Bupati Kutai Barat Kalimantan Timur kususnya pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD). Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adala dengan menggunakan data sekunder dengan mengumpulkan data dengan cara mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang ada pada instansi yang diteliti dengan menggunakan metode dokumentasi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka metode pengumpulan data yang digunakan adala deskriptif kuantitatif yaitu melakukan peritungan-peritungan teradap data keuangan yang diperole untuk memecakan masala yang ada sesuai dengan tujuan peneliti. Dan data kusus berupa Laporan Realisasi Anggaran Pemerinta Kabupaten Kutai Barat taun anggaran 2011-2014. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan adala sebagai berikut : 1. Analisis Pertumbuan Pendapatan. 2. Analisis Rasio Keuangan 1. Derajat Desentralisasi 2. Rasio Ketergantungan Keuangan Daera 3. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera 3. Analisis Pertumbuan Belanja. 4. Analisis Keserasian Belanja 1. Analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja. 2. Analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja. 5. Rasio Efisiensi Belanja. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Pertumbuan Pendapatan Rumus untuk mengitung Pertumbuan Pendapatan adala : Pertumbuan Pendapatan Taun t Pendapatan Taun t Pendapatan Taun (t 1) = Pendapatan Taun (t 1) x 100% Dalam penelitian ini terdapat dua model peritungan analisis Pertumbuan Pendapatan, yaitu Analisis Pertumbuan Pendapatan Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Nanda Ertina Gabriella Mailoor 628

Aset Daera Kabupaten Kutai Barat dan Analisis Pertumbuan Pendapatan Realisasi Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 1. Nilai Pertumbuan Anggaran No. Periode Pertumbuan Anggaran Pendapatan (%) Keterangan 1 Taun 2012 15,046 Positif 2 Taun 2013 15,525 Positif 3 Taun 2014 9,865 Positif Sumber: Data Olaan, 2016. Tabel 1 menunjukkan bawa nilai Pertumbuan Anggaran pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan pertumbuan positif, walaupun terdapat penurunan dari periode Taun 2013 ke periode Taun 2014. Tabel 2. Nilai Pertumbuan Realisasi Anggaran No. Periode Pertumbuan Realisasi Anggaran Pendapatan (%) Keterangan 1 Taun 2012 16,741 Positif 2 Taun 2013 17,332 Positif 3 Taun 2014 8,609 Positif Tabel 2 menunjukkan bawa nilai Pertumbuan Realisasi Anggaran pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan pertumbuan positif, walaupun terdapat penurunan dari periode Taun 2013 ke periode Taun 2014. Rasio Derajat Desentralisasi Rumus untuk mengitung Derajat Desentralisasi adala : = 100% Dalam penelitian ini terdapat dua model peritungan analisis Derajat Desentralisasi, yaitu Analisis Derajat Desentralisasi Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat dan Analisis Derajat Desentralisasi Realisasi Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 3. Nilai Derajat Desentralisasi Anggaran No. Periode Derajat Desentralisasi APB (%) Ketrangan 1 Taun 2011 3,136 Mampu 2 Taun 2012 3,639 Mampu 3 Taun 2013 5,466 Mampu 4 Taun 2014 6,556 Mampu Tabel 3 menunjukkan bawa nilai Derajat Desentralisi Anggaran pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan pertumbuan dalam kemampuan penyelenggaraan desentralisasi. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 629

Tabel 4. Nilai Derajat Desentralisasi Realisasi Anggaran No. Periode Derajat Desentralisasi Realisasi APB (%) Ketrangan 1 Taun 2011 3,511 Bergantung 2 Taun 2012 3,491 Bergantung 3 Taun 2013 5,737 Bergantung 4 Taun 2014 7,106 Bergantung Tabel 4 menunjukkan bawa nilai Derajat Desentralisi Realisasi Anggaran pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan pertumbuan ketergantungan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat dalam kemampuan mampu penyelenggaraan desentralisasi. Rasio Ketergantungan Keuangan Daera pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. = 100% Dalam penelitian ini terdapat dua model peritungan analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daera, yaitu Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat dan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Realisasi Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 5. Nilai Rasio Ketergantungan Keuangan Daera No. Periode Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Keterangan 1 Taun 2011 77,982 Bergantung 2 Taun 2012 86,277 Bergantung 3 Taun 2013 85,78 Bergantung 4 Taun 2014 84,624 Bergantung Tabel 5 menunjukkan bawa nilai Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan bawa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat tergantung pada pemerinta provinsi atau pemerinta daera, walaupun terdapat penurunan pada periode Taun 2012 ke periode Taun 2013 dan periode Taun 2013 ke periode Taun 2014. Tabel 6. Nilai Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Realisasi No. Periode Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Keterangan 1 Taun 2011 77,548 Bergantung 2 Taun 2012 86,456 Bergantung 3 Taun 2013 87,048 Bergantung 4 Taun 2014 84,13 Bergantung Tabel 6 menunjukkan bawa nilai Rasio Ketergantungan Keuangan Daera Realisasi Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan bawa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat tergantung pada pemerinta provinsi atau pemerinta daera, walaupun terdapat penurunan pada periode Taun 2012 ke periode Taun 2013 dan periode Taun 2013 ke periode Taun 2014. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 630

Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera Rumus untuk mengitung Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera adala : = 100% Dalam penelitian ini terdapat satu model peritungan analisis Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera, yaitu Analisis Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 7. Nilai Efektivitas Pendapatan Asli Daera No. Periode Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daera Keterangan 1 Taun 2011 109,368 Sangat Efektif 2 Taun 2012 95,331 Efektif 3 Taun 2013 105,935 Sangat Efektif 4 Taun 2014 108,149 Bergantung Tabel 7 menunjukkan bawa nilai Efektivitas Pendapatan Asli Daera pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan bawa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat mempunyai nilai efektivitas Pendapatan Asli Daera yang Sangat Efektif pada periode Taun 2011 dan periode Taun 2013 dan nilai efektivitas Pendapatan Asli Daera yang Efektif pada periode Taun 2012 dan periode Taun 2014. Analisis Pertumbuan Belanja Rumus untuk mengitung Pertumbuan Belanja adala: ( 1) = ( 1) Dalam penelitian ini terdapat satu model peritungan analisis Pertumbuan Belanja, yaitu Analisis Pertumbuan Belanja Anggaran Pendapatan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 8. Nilai Pertumbuan Belanja No. Periode Pertumbuan Belanja Keterangan 1 Taun 2012 12,722 Wajar 2 Taun 2013 14,049 Wajar 3 Taun 2014 8,59 Wajar Tabel 8 menunjukkan bawa nilai Pertumbuan Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan perubaan yang wajar. Analisis Keserasian Belanja 1. Analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja Rumus untuk mengitung Belanja Operasi Teradap Total Belanja adala: Nanda Ertina Gabriella Mailoor 631

= 100% Dalam penelitian ini terdapat satu model peritungan analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja, yaitu Analisis Belanja Operasi Teradap Total Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 9. Nilai Rasio Belanja Operasi Teradap Total Belanja No. Periode Rasio Belanja Operasi Teradap Total Belanja Keterangan 1 Taun 2011 92,199 Tingkat Pendapatan Tinggi 2 Taun 2012 94,194 Tingkat Pendapatan Tinggi 3 Taun 2013 93,12 Tingkat Pendapatan Tinggi 4 Taun 2014 93,912 Tingkat Pendapatan Tinggi Tabel 9 menunjukkan bawa nilai Rasio Belanja Operasi Teradap Total Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi, walaupun terjadi penurunan nilai dari periode Taun 2012 ke Taun 2013. 2. Analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja Rumus untuk mengitung Belanja Modal Teradap Total Belanja adala: = Dalam penelitian ini terdapat satu model peritungan analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja, yaitu Analisis Belanja Modal Teradap Total Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Tabel 10. Nilai Rasio Belanja Modal Teradap Total Belanja No. Periode Rasio Belanja Modal Teradap Total Belanja Keterangan 1 Taun 2011 21,385 Tingkat Pendapatan Tinggi 2 Taun 2012 23,335 Tingkat Pendapatan Tinggi 3 Taun 2013 22,875 Tingkat Pendapatan Tinggi 4 Taun 2014 22,498 Tingkat Pendapatan Tinggi Tabel 10 menunjukkan bawa nilai Rasio Belanja Modal Teradap Total Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi, walaupun terjadi penurunan nilai dari periode 2012 ke 2013 dan periode 2013 ke 2014. Rasio Efisiensi Belanja Rumus untuk mengitung Rasio Efisiensi Belanja adala: = 100% Dalam penelitian ini terdapat satu model peritungan analisis Rasio Efisiensi Belanja, yaitu Analisis Rasio Efisiensi Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 632

Tabel 11. Nilai Rasio Efisiensi Belanja No. Periode Rasio Efisiensi Belanja Keterangan 1 Taun 2011 92,199 Efisiensi Anggaran 2 Taun 2012 94,194 Efisiensi Anggaran 3 Taun 2013 93,12 Efisiensi Anggaran 4 Taun 2014 93,912 Efisiensi Anggaran Tabel 11 menunjukkan bawa nilai Rasio Efisiensi Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi, walaupun terjadi penurunan nilai dari periode Taun 2012 ke Taun 2013 dan periode Taun 2013 ke Taun 2014. Kesimpulan 4. PENUTUP 1. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut analisis Pertumbuan Pendapatan menunjukkan nilai Pertumbuan Anggaran dan Pertumbuan Realisasi Anggaran menunjukkan pertumbuan positif. 2. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut analisis Rasio Keuangan menunjukkan bawa: 1. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Derajat Desentralisi pada Anggaran dan Realisasi Anggaran menunjukkan pertumbuan dalam kemampuan penyelenggaraan desentralisasi. 2. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Rasio Ketergantungan Keuangan Daera menunjukkan ketergantungan pada pemerinta provinsi atau pemerinta daera. 3. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Efektivitas Pendapatan Asli Daera bawa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat mempunyai nilai efektivitas Pendapatan Asli Daera yang Sangat Efektif dan yang Efektif. 3. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut analisis Pertumbuan Belanja menunjukkan perubaan kinerja keuangan yang wajar. 4. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Analisis Keserasian Belanja menunjukkan bawa: 1. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Rasio Belanja Operasi Teradap Total Belanja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi. 2. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Rasio Belanja Modal Teradap Total Belanja menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi. 5. Kinerja keuangan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daera Kabupaten Kutai Barat (BPKAD) Kabupaten Kutai Barat menurut Rasio Efisiensi Belanja menunjukkan Rasio Efisiensi Belanja menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 633

Saran Dari asil analisis dan pembaasan diatas yang suda diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemerinta Kabupaten Kutai Barat arus mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatanya yang tela ada dalam meningkatkan kinerja Pemerinta dalam mengelola pendapatan asli daera (PAD) dengan menc ari alternatif-alternatif yang memungkinka untuk mengatasi kekurangan pembiayaan dan menggali potensi baru atau mengembangkan potensi-potensi yang suda ada. 2. Bagi peneliti selanjutnya diarapkan bisa meningkatkan lagi penelitian yang berubungan dengan kinerja keuangan pemerinta daera. DAFTAR PUSTAKA Buku [1] Abdul, Halim dan Syam, Kusufi. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. [2] Mamudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Pertama, Yogyakarta. UUI Press. [3] Mamudi. 2016. Analisis Laporan Keuangan Pemerinta Daera, Edisi Ketiga UPP STIM YKPN, Yogyakarta. [4] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 32 Taun 2004 Tentang Pemerintaan Daera. Undang-undang No. 33 Taun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerinta Pusat dengan Daera. [5] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Taun 2007 tentang Perubaan Atar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Taun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daera. [6] Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta: Erlangga. [7] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Baasa Depdiknas. [8] Widjaja. 2009. Otonomi Daera dan Daera Otonom. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Nanda Ertina Gabriella Mailoor 634