BAB II LANDASAN TEORI. berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut : kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi

dokumen-dokumen yang mirip
KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING DINDING, LANTAI DAN PLAFON PADA BANGUNAN OFFICE AT PASAR BARU.

PEMBUATAN BATA RINGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PENGGERGAJIAN BATU ANDESIT ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : harga satuan pekerjaan pasangan bata,sni, Work Study.

penelitian yang diuraikan secara sistematis termasuk metode yang dipakai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpenting. Pemilihan material yang baik sesuai waktu dan biaya serta tenaga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN

Revisi SNI Daftar isi

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING PADA PEKERJAAN KOLOM DAN BALOK MEGA TRADE CENTER MANADO. Ronny Walangitan ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

ABSTRAK. Kata kunci :Biaya, waktu, bata ringan Hebel, Kalsiboard.

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. baja. Pilihan menggunakan beton sebagai bahan konstruksi ini dikarenakan beton

PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA PADA DINDING RUMAH TINGGAL. Oleh : Iwan Rustendi

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6 a) Kelebihan 1) Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. 2) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasan

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: NIM :

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT. PANCURANMAS INDO SEJATI

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB II SEMEN WHITE MORTAR TR30

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

Revisi SNI Daftar isi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi Untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

M-System & Proses Instalasi PT. DUTA SARANA PERKASA

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Aerated Lightweight Concrete

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

STUDI PERBANDINGAN BIAYA MATERIAL PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DENGAN BATA MERAH

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

PENGUJIAN KEKUATAN LENTUR, KETAHANAN TERHADAP AIR DAN PANAS MATAHARI SERTA KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI TERHADAP BEBERAPA MACAM CALCIUM SILICATE BOARD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN KARAKTERISTIK BATAKO


BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. 2.1 Literatur Yang Menunjang Penelitian Keaslian Dan Kebaruan Penulisan... 7

berat jenis mortar, pada campuran dengan perbandingan pasir kecil mengakibatkan kenaikan serapan air, sedang

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

Revisi SNI Daftar isi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah. untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6.16 Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 3 PP Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 4 PP

ANALISA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJAAN DINDING BATA KONVESIONAL DENGAN DINDING BLOK HEBEL

Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur. Universitas Brawijaya ABSTRAK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

BAB III LANDASAN TEORI

Cara menghitung koefisien analisa harga satuan bangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II STUDI PUSTAKA. Batu bata adalah bahan bangunan yang digunakan untuk membuat dinding atau

Pengaruh Penggantian Material Bata Merah Dengan Batako Terhadap Biaya Bangunan

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN DINDING BATA RINGAN DENGAN METODE SNI & MS. PROJECT PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM ENTERPRENEURSHIP

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktvitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas, adapun berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut : a. Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi b. Concise Oxford Dictionary (9 th edition) mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk memproduksi, keadaan produktif, keefektifan dalam mengusahakan produktivitas khususnya daerah industri. c. Olomolaiye (1998) menyatakan bahwa produktivitas dapat diuraikan sebagai suatu perbandingan antara total output yang berupa barang maupun jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa manpower, material, money, methode, machine selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit. d. Pilcher (1992) menyatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan masukan ( input ). Produktivitas = output Input II - 1

e. Dalam buku yang berjudul Produktivitas apa dan bagaimana ( Drs. Muchdarsyah Sinungan, 2008) terdapat definisi produktivitas menurut L. Greenberg yaitu produktivitas adalah sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu di bagi totalitas masukan dalam periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai : a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. f. Boy (1986) dalam bidang konstruksi menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang dihasilkan ( output ) dan jumlah tenaga kerja, modal, tempat, dan sumber daya lain yang tersedia untuk menghasilkan barang ( input ) Produktivitas = hasil kerja Jam kerja 2.1.2 Konsep dasar sistem produktivitas Ukuran keberhasilan produktivitas dipandang dari dua sisi yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam mempoduksi output (barang dan/atau jasa). Menurut Mali (1978), produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut : II - 2

Produktivitas = Output yang dihasilkan = Pencapaian tujuan Input yang di pergunakan Penggunaan sumber-sumber daya = Efektivitas pelaksanaan tugas = Efektiftas Efisiensi penggunaan sumber-sumber daya Efisiensi Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap utama, yaitu`pengukuran produktivitas, evaluasi produktivitas, perencanaan produkivitas, dan peningkatan produktivitas. Konsep Siklus Produktivitas ini ditunjukkan dalam Gambar 2.1 TAHAP 1 : PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TAHAP 4 : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAHAP 2 : EVALUASI PRODUKTIVITAS TAHAP 3 : PERENCANAAN PRODUKTIVITAS Gambar 2.1. Siklus Produktivitas ( Sumanth, 1985 ) Dari gambar 2.1 tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang continue, yang melibatkan aspek-aspek : pengukuran, evaluasi, perencanaan dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran dari sistem itu sendiri. Apabila produktivitas produktivitas dari sistem itu telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas untuk dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. II - 3

Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang hatus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus menerus. Siklus produktivitas itu diulang kembali secara kontinu untuk mencapai peningkatan produktivitas terus menerus dalam sistem konstruksi. 2.1.3 Pengukuran Produktivitas Beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan antara lain : a. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjasi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. b. Tujuan ekonomis dan nonekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. c. Pengukuran target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. d. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang II - 4

ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi) dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas parsial). Dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat diambil. e. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan dalam usaha kontruksi sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas pada skala nasional maupun global. f. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat memberi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan tersebut. g. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus ( continuous productivity improvement). h. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan perusahaan dari waktu ke waktu. i. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus menerus yang dilakukan dalam perusahaan itu. j. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orangorang untuk secara terus menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan lebih memberikan II - 5

perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka. Dalam pengukuran produktivitas, model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output / input. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output / input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu : a. Produktivitas parsial Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single-faktor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial dari input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja. Produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input material. b. Produktivitas faktor-total Produktivitas factor-total merupakan rasio output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih ( net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi diatas, jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran produktivitas factor-total hanya factor tenaga dan modal. c. Produktivitas total II - 6

Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan definisi ini tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersamaan dalam memproduksi output. Ketiga pengukuran di atas dapat menggunakan suatu fisik dari output dan input ( ukuran berat, panjang, isi, dan lain-lain), atau satuan moneter dari output dan input (dollar, rupiah, dan lain-lain). Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang produktivitas, namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung dengan aspek-aspek kualitas, efektivitas, dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas harus didefinisikan sebagai rasio antara efektifitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input). Indikator-indikator pengukuran produktivitas dalam sistem pekerjaan konstruksi berada dalam tahap pengembangan, sehingga setiap jenis pekerjaan konstruksi biasanya menentukan indicator-indikator yang sesuai dengan proses kerja dan tujuan manajemen dalam perbaikan produktivitas dan industri itu. Untuk menjamin efektivitas keberhasilan program peningkatan produktivitas perusahaan, maka pemilihan indicator-indikator pengukuran produktivitas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari sistem pekerjaan konstruksi yang ada dengan mengacu pada kebutuhan langsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan produktivitas dari perusahaan itu. II - 7

Dengan demikian, sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada system apa saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa yang diharapkan dari system itu dan sumber-sumber daya (input) apa saja yang akan dipergunakan dalam proses system tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan denikian pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performansi dari system itu berkaitan dengan tranformasi nilai tambah dari input menjadi output. 2.1.4 Evaluasi Produktivitas Evaluasi produktivitas merupakan tahap kedua dari siklus produktivitas yang dilakukan berdasarkan pengukuran produktivitas yang telah dianalisis dan disajikan melalui suatu laporan produktivitas perusahaan. Setiap perusahaan dapat memodifikasi bentuk laporan produktivitasnya agar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan actual perusahaan. Selanjutnya dapat diidentifikasi produktivitas yang ditetapkan, untuk dikaji lebih lanjut apa yang menjadi akar penyebab dari masalah penurunan produktivitas terus menerus dari perusahaan itu dapat dilakukan secara efektif dan efisien. 2.1.5 Peningkatan Produktivitas Untuk dapat mengetahui adanya suatu peningkatan produktivitas maka perusahaan harus terlebih dahulu memiliki alat untuk mengevaluasi kinerja (Performance Appraisal). Dalam hal ini maka output (hasil) yang diharapkan untuk dimiliki oleh peserta training harus sudah tersusun secara rinci sehingga II - 8

akan lebih mudah untuk dilakukan evaluasi. Beberapa hal yang menjadi indikator adanya peningkatan produktivitas karyawan, misalnya: Perbaikan metode atau prosedur kerja sehingga menjadi lebih efisien peningkatan ketrampilan sehingga membuat pekerjaan diselesaikan dengan cepat dan tepat Peningkatan motivasi kerja sehingga mau melakukan berbagai upaya untuk mencapai keberhasilan 2.2 Upah 2.2.1 Definisi Upah Beberapa definisi tentang upah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Upah adalah harga untuk jasa-jasa yang diberikan seseorang kepada orang lain ( Edwin B. Flippo,1996 ). b. Upah adalah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat syarat tertentu ( Hadi Poerwono ) Meskipun para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tetapi jelas memiliki maksud yang sama yaitu upah merupakan pengganti jasa yang diberikan kepada seseorang atau jasa yang telah dilakukannya. 2.2.2 Peranan Upah Upah merupakan suatu hal yang penting bagi setiap karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan, karena dengan upah mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. II - 9

Karena pentingnya upah maka peranan upah dapat ditinjau dari dua pihak yaitu pihak pemberi jasa atau karyawan dan pihak penerima jasa atau perusahaan. Peranan upah ditinjau dari : a. Pihak Pengguna Jasa Upah merupakan imbalan atas jerih payah serta pengorbanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu apabila pemberian upah yang terlalu rendah akan menurunkan produktivitas kerja karyawan. b. Pihak Penyedia Jasa Upah merupakan salah satu unsur harga pokok produktivitas sehingga kesalahan didalam pengupahan akan membawa kerugian bagi perusahaan, karena biaya produksi yang sangat tinggi menyebabkan perusahaan tidk dapat bersaing di pasaran. 2.2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah Beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya upah antara lain : a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, maka upah akan cenderung turun. II - 10

b. Organisasi Buruh Ada tidaknya organisasi buruh, serta lemah kuatnya organisasi akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat, yang berarti posisi bergaining karyawan juga kuat, akan menaikkan tingkat upah. Demikian sebaliknya serikat buruh yang lemah, berarti posisi bergaining karyawan juga lemah akan cenderung menerima upah yang diterima perusahaan. c. Kemampuan untuk Membayar Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung dari perusahaan. Bagi perusahaan upah merupakan salah satu kompensasi biaya produksi. Tingginya upah akan mengakibatkab naiknya biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Kalau kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka perusahaan yidak mampu memenuhi fasilitas karyawan. d. Produktivitas Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan dia terima. Prestasi ini biasanya sebagai produktivitas. e. Biaya Hidup Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Oleh karena itu pemberian upah diusahakan mampu II - 11

mengimbangi biaya hidup karena bagaimanapun juga biaya hidup merupakan batas penerimaan upah dari karyawan. f. Pemerintah Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah, penetapan upah minimum, upah kerja lembur, pembatasan umur untuk tenaga kerja anak-anak merupakan beberapa kebijakan kompensasi yang berasal dari pemerintah. 2.3 Pengertian Umum Bata Ringan Bata ringan ( Aerated Ligth Concrete/ALC ) merupakan sebuah produk teknologi modern yang mempunyai berat yang ringan, daya tahan terhadap tanah lebih tinggi, kedap suara serta lambat menyerap panas. Keunggulan dari bata ringan antara lain adalah : 1. Bata ringan merupakan persenyawaan dari pasir, semen dan kapur serta beberapa bahan lainnya yang menyatu dan mengembang sehingga ringan dan mempunyai daya tahan tekan yang tinggi. Bata ringan ini dapat mencapai daya 45 kg/cm2 dan berat 550 kg/m3 ( kondisi kering ). (sumber sertifikat pengujian Cold crusing strength, Primacon) 2. merupakan bahan anorganik yang tahan api sehingga merupakan pilihan tepat terhadap perlindungan dari kebakaran. Bata ringan memiliki TKA 120/30/120 yang artinya tidak runtuh atau kolapse selama 120 menit pembakaran, tidak retak tembus selama 30 menit pembakaran dan suhu udara dibalik dinding bata ringan selama 120 II - 12

menit masih berada dibawah 260 o C/JIS ( panas api 1000 o C, suhu dibalik bata ringan 80 90 o C. ( sumber : Laboratorium PU Bandung ) 3. Dapat memberikan perlindungan isolasi suara dari luar yang baik sehingga mengurangi kebisingan suara dari luar. Insulasi suara bata ringan ukuran tebal 10 cm mencapai koefisien penyerapan suara 70% pada test denga frekuensi 125 Hz. ( sumber : Laboratorium PU Bandung ). 4. Sangat lambat dalam penyerapan air dan mudah kering. Molekulmolekul dalam bata ringan tidak saling berhubungan dan lambat menyerap air sehingga tidak tenggelam dalam air setelah direndam selama 24 jam. 5. Mempunyai dimensi 8 kali dan 40% lebih ringan dari batu bata biasa. Hal ini waktu pembangunan akan lebih cepat dan biaya tenaga kerja legih hemat. 6. Merupakan Insulasi terhadap panas membuat ruangan didalam gedung akan menjadi dingin sehingga menghemat energi atas penggunaan mesin pendingin ruangan ( AC ). Kekurangan: 1. Harganya reatif lebih mahal dibanding jenis bata lainnya. 2. Tidak semua tukang dapat melakukan pemasangan bata ini dengan baik. 3. Keberadaannya hanya toko material besar karena penjualaannya dalam jumlah per m3. II - 13

Spesifikasi Produk : Panjang Lebar Tebal Berat : 600 mm : 200 mm : 75 mm s/d 200 mm : 650 kg / m3 Tebal Lebar Daya tekan : 45 kg / cm2 Panjang Tabel 2.3.1 Tabel luasan produk bata ringan Ketebalan Produk mm 75 100 125 150 175 200 Isi per m3 pcs 111 83 66 55 47 41 Luas dinding per m3 m2 13.3 9.9 7.9 6.6 5.7 4.9 2.4 Pengertian Pekerjaan Pasangan Dinding Standar Operarional Pekerjaan (SOP) dari Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan ini adalah : 2.4.1 Sebelum Pelaksanaan a. Gambar Kerja harus sudah tersedia di lapangan b. Bouwplank sudah ada dan berisi data dimensi dan elevasi dalam bentuk pasangan c. Bata ringan yang digunakan harus bersih dan terbebas dari kotorankotoran yang menempel. 2.4.2 Saat Pelaksanaan a. Pada dasar pasangan harus di buat lantai kerja berupa mortar atau pasir dengan ketebalan sesuai dengan ketentuan spesifikasi II - 14

b. Pemasangan bata ringan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak saling berhimpitan dan tidak terlalu renggang. Jarak ideal dari satu batu dengan batu yang lainnya adalah + 2 cm. c. Disela-sela batu harus diisi mortar sepenuhnya sehingga tidak ada rongga yang kosong d. Untuk pemasangan batu pada permukaan terakhir, harus dibantu dengan benang-benang yang ujungnya diikatkan pada bouwplank, untuk memastikan bahwa permukaannya rata dan elevasinya sudah benar. e. Setelah proses pemasangan batu sampai pada permukaan terakhir, harus dilakukan siaran, yaitu untuk merapikan mortar disela-sela batu. 2.4.3 Metode Pelaksanaan Pemasangan dinding 1. Tarik benang horizontal untuk marking batako yang akan dipasang 20 cm II - 15

2. Pasang batako sesuai shop drawing. Isi nat tidak lebih dari 2 cm. 3. Pasang stek besi 10 cm tiap ketinggian 1,2 m untuk perkuatan pasangan batako 2.5 Pengerian Pekerjaan Plesteran Untuk menutupi permukaan pasangan batako, bata merah, dan hebel, biasanya digunakan plesteran. Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan plesteran ini adalah semen PC dan pasir pasang. Selain bahan tersebut, dapat juga ditambahkan batu kapur (gamping) ke dalam campuran bahan plesteran. II - 16

Ada dua macam plesteran, yaitu : 2.5.1 Plesteran biasa Plester biasa menggunakan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:5 2.5.2 Plesteran Trasram Plesteran Trasram menggunakan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:3 Kebutuhan semen untuk plesteran trasram lebih banyak dibanding dengan plesteran biasa. Plesteran transram berfungsi sebagai penahan rembesan air agar ruangan tidak lembab. Biasanya plesteran trasram dibuat setinggi 1,5 cm dan sering digunakan untuk dinding kamar mandi dan tempat pencucian. Kebutuhan Material Untuk menghitung kebutuhan material setiap meter persegi bidang dinding yang akan diplester adalah sebagai berikut: Tabel 2.5.1 Kebutuhan Material Plesteran Perbandingan Kebutuhan Material Semen Pasir Semen Tebal 2cm Pasir Tebal 2,5kg Semen Pasir (kg) (m3) (kg) (m3) 1 3 9,42 0,028 11,78 0,035 1 5 6,35 0,031 7,94 0,039 II - 17

Volume plesteran untuk dinding dihitung untuk dua sisi dinding, yaitu sisi dalam dan sisi luar. Artinya volume plesteran adalah dua kali luas permukaan dinding yang akan diplester. Dengan demikian, jumlah kebutuhan materialnya pun dapat dihitung. Misalnya dinding batako dengan luas 12 m 2 akan diplester dengan adukan 1:3 (semen;pasir). Ketebalan plesteran 2 cm sehingga jumlah kebutuhan bahan dapat dihitung sebagai berikut: Luas bidang plesteran = 12 m2 x 2 = 24 m2 Pasir pasang = 24 m2 x 0,028 m3/ m2 = 0,672 m3 Semen PC (50 kg/zak) = 24 m2 x 9,42 kg/m2 = 226,08 kg (setara 4,5 sak). ( sumber : Standar Nasional Indonesia ) Metode Kerja Plester Dinding 1. Pasang Batako sesuai shop drawing II - 18

2. Siram permukaan batako dengan air sampai basah secara merata (curing ) II - 19

3. Lakukan kamprotan pada bidang yang telah dicuring. Di kamprot dengan ketebalan 15 ~ 20 mm. 4. Buat kepalaan dengan ketebalan 15 mm. 5. Lanjutkan dengan penyiraman jika kepalaan telah mongering 6. Pastikan bidang yang akan diplester telah dicuring 7. Lakukan plesteran pada bidang-bidang yang telah ada kepalaannya sampai selesai seluruh permukaan. 8. Gunakan jidar untuk meratakan permukaan plesteran sesuai dengan kepalaan plesteran. 9. Saat plesteran setengah kering, gunakan roskam untuk menggosok permukaan sampai halus merata. 10. Dilanjutkan dengan curing selama 3 hari, sampai permukaan plesteran benar-benar basah seluruhnya. II - 20

11. Setelah cukup usia curing, keringkan bidang tersebut selama 1 hari. 12. Kemudian haluskan permukaan dinding dengan amplas halus. Metode tersebut diatas adalah merupakan acuan pelaksanaan dilapangan namun secara praktik bisa saja terdapat perbedaan cara pelaksanaan. Perbedaan pelaksanaan dilapangan dilakukan dalam rangka efesiensi dan masih dalam batasan sesuai spesifikasi teknis. II - 21