BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh. perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RASIONAL, POLITIK DAN KULTUR ORGANISASI TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah baik pihak internal dan eksternal yang informasi tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang. dilaksanakan secara periodik (Winidyaningrum, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan akuntabilitas pada instansi pemerintah semakin meningkat. Selain itu tuntutan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. ini mulai menaruh perhatian besar terhadap praktik-praktik akuntansi dibanding

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyak perusahaan tiba-tiba tidak dapat bertahan ketika Indonesia mengalami krisis moneter dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

Oleh : HAJAH IMRONIYAH B

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada bidang akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan diperlukan oleh sejumlah besar pemakai

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, usaha bisnis investasi akan menjadi sangat diminati dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah menjadi sangat penting. Masyarakat berharap bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. akuntan dan SEC (Securities and Exchange Commission), sehingga manfaat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik


BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini semakin meningkat tuntutan masyarakat kepada pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima Layanan Publik adalah. hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian di tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 %, lebih baik bila

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan kompetitor. Terlebih lagi pada era global saat ini, persaingan

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. terlihat lebih baik dibandingkan pesaing-pesaingnnya, salah satunya dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB I PENDAHUULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 merupakan realisasi pasar bebas. di kawasan Asia Tenggara. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Di dalamnya terkandung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB1 PENDAHULUAN. kuantitatif bersifat keuangan dalam kesatuan ekonomi yang dapat. Alat yang digunakan untuk menghasilkan informasi akuntansi adalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan terutama perusahaan yang telah go publik

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan hal penting bagi suatu pemerintah untuk. menjalankan roda pemerintahannya.anggaranadalah dokumen yang berisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Investor sebagai pemilik modal yang berperan penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir reformasi keuangan di Indonesia terus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa terlepas dari penggunaan teknologi dari perolehan informasi. Disegala

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public yang terdaftar di pasar modal untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Era yang semakin maju mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan UKDW

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan individu maupun kelompok. Perkembangan TI dapat membantu dalam mengembangkan tugas-tugas baru pada perusahaan berskala pasar global atau pada instansi pemerintah, TI dimanfaatkan untuk mengatasi meningkatkan kemampuan seseorang dalam meraih keunggulan dan kesuksesan yang handal serta canggih. Ives dan Olson (Permatasari, 2002: 42) menyatakan bahwa keberadaan sistem informasi semakin mengarah untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Keterlibatan pemakai sangat diperlukan dalam keseluruhan tahap system development live cycle (mulai tahap perencanaan. analisis, perancangan, implementasi, dan penggunaan sistem), karena pemakai merupakan bagian integral dari kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai dalam semua tahap tersebut merupakan suatu komponen penting dalam menentukan keberhasilan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai dalam tahap perencanaan. Analisis dan perancangan, memang tidak terlalu besar, tetapi pada tahap implementasi dan penggunaan, interaksi pemakai terhadap sistem yang dibentuk sangat diperlukan. Partisipasi pemakai pada pengembangan sistem berkaitan langsung dengan penggunaan sistem dan kepuasan pemakai. 1

2 Pemanfaatan teknologi informasi ini juga digunakan dalam instansi pemerintahan. Pelayanan publik yang diberikan instansi Pemerintah (Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota dan Kecamatan) kepada masyarakat merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Pada era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi salah satu fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah. Peningkatan kinerja karyawan dapat ditingkatkan melalui sarana yang digunakan. Salah satunya yaitu sarana dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi (TI) Pemerintah Pusat mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah dan kualitas pelayanan publik, antara lain kebijakan tentang Penyusunan Sistem dan Prosedur Kegiatan, Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Inpres No. 7 Tahun 1999), dan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah (SK Menpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004). Langkah ini sebenarnya bukanlah hal baru, karena sebelumnya kebijakan serupa telah dikeluarkan pemerintah dalam bentuk Keputusan Menpan maupun Instruksi Presiden (Inpres). Beberapa penelitian mengemukakan fakta bahwa ukuran-ukuran kinerja tidak dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan, alokasi anggaran, atau pemantauan program (Julnes dan Holzer, 2001). Swindell dan Kelly (2002) mengemukakan bahwa hampir 75 % organisasi yang mengumpulkan

3 data kinerja di Amerika Serikat tidak menggunakannya dalam pengambilan keputusan (Sihaloho, 2010: 775). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti (tanggal 16-18 Oktober, 2011) dengan beberapa masyarakat di lokasi penelitian yaitu di sekarisidenan Surakarta adanya ketidaksesuaian antara kenyataan dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan itu ternyata tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan pelayanan publik oleh instansi pemerintah yang selama ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat, seperti saat masyarakat menyelesaikan urusan yang berhubungan dengan pemerintah daerah berbelit-belit, kinerja yang lamban dari pegawai, dan biaya mahal. Keluhan-keluhan tersebut menimbulkan informasi pegawai pemerintah bercitra buruk. Khususnya dalam urusan pembiayaan dan laporan-laporan keuangan lainnya di kabupaten, akuntansi berpengaruh kuat pada regulasi yang dibuat untuk melindungi pemakainya dari asimetri informasi, karena tanpa asimetri informasi, tindakan manajer dan informasi dalam perusahaan dapat secara bebas diketahui oleh semua pihak. Bagi pembuat kebijakan, asimetri informasi itu sendiri digunakan sebagai alasan untuk melindungi investor salah satu bentuknya adalah dengan membuat aturan tentang informasi keuangan melalui penyampaian laporan keuangan ke publik. Peraturan BAPEPAM tentang pengungkapan informasi yang diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang submisi publikasi laporan keuangan tahunan auditan bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya

4 laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM dan dapat diketahui kinerja (Agrianti, 2010: 1187). Pengukuran pemanfaatan TI instansi pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, pengelolaan organisasi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Informasi kinerja yang dihasilkan oleh suatu sistem pengukuran kinerja ditujukan untuk keperluan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi, yaitu stakeholder internal maupun eksternal. Namun, tujuan utama pengukuran kinerja instansi adalah untuk memperbaiki pengambilan keputusan internal serta alokasi sumber daya. Sistem pengukuran kinerja menjadi tidak berguna sama sekali apabila informasi kinerja yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dalam memperbaiki pengambilan keputusan. Implementasi pengambilan keputusan dapat diperoleh melalui hasil pengukuran dan pengumpulan data atau informasi kinerja dievaluasi dan diterapkan dalam alokasi anggaran, perencanaan kinerja dan perencanaan strategis, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan (Atmoko, 2009: 4) Pada tahap pemanfaatan TI, organisasi tidak hanya mempertimbangkan faktor-faktor rasional, yaitu ketentuan eksternal dan internal, ketersediaan sumberdaya, orientasi pada tujuan, informasi yang dapat meningkatkan keahlian, namun juga mempertimbangkan pengaruh lingkungan politik, baik kelompok internal organisasi maupun kelompok eksternal serta pengaruh kultur organisasi. Dengan mengakui pengaruh faktor-faktor politik dan kultur organisasi disamping faktor-faktor rasional, maka ukuran

5 pemanfaatan TI yang dirancang dan diadopsi akan dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki pengambilan keputusan (Sihaloho, 2010: 775). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya pemanfaatan teknologi informasi instansi pemerintah daerah. Salah satunya adanya faktor laporan keuangan daerah yang rasional. Adanya kualitas audit di pemerintah daerah dapat mempertahankan kredibilitasnya akuntan publik dalam membuat perencanaan kembali pekerjaan terhadap pekerjaan yang telah dinilai cukup meyakinkan. Laporan yang rasional merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Informasi yang sebenarnya bernilai prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan (Suwardjono, 2002). Di sisi lain, organisasi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari interaksi dengan stakeholder dan menutup diri dari masa jabatan pemerintah dan legislatif yang terbatas. Lingkungan yang dinamis dikarenakan adanya perubahan politik, berperan pula dalam perubahan perilaku individu dalam organisasi. Perubahan merupakan sesuatu yang harus dilakukan, tanpa adanya perubahan tidak akan adanya perbaikan. Bahkan perubahan sendiri dipandang sebagai sesuatu yang stagnan. Dengan kata lain, perubahan mutlak diperlukan dalam organisasi. Perubahan pada organisasi mau tidak mau akan berpengaruh pada perubahan individu yang ada pada organisasi tersebut. Kemajuan

6 Teknologi Sistem Informasi TSI berperan besar pada perubahan perilaku organisasi yang berdampak pada perubahan perilaku individu. TSI yang semula hanya bermanfaat pada hal-hal tertentu berubah menjadi berguna pada tujuan organisasi secara keseluruhan (Hamzah, 2009: 15). Konsistensi kebijakan dalam pelaksanaan program dan sistem pengukuran kinerja serta kepentingan politik merupakan sumber ketidakpastian yang mempengaruhi pengukuran kinerja di sektor publik. Para pimpinan dan anggota organisasi sektor publik akan mengalami kebingungan apabila terjadi ketidakkonsistenan antara kebijakan sebelumnya dengan kebijakan pemerintahan baru, sementara outcome dari pemerintahan sebelumnya belum dapat dirasakan. Fenomena ini menimbulkan keraguan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan ukuran kinerja apabila tidak ada aturan tentang konsistensi kebijakan publik (Sihaloho, 2010: 775). Konsistensi kebijakan publik mempengaruhi terjadinya lingkungan organisasi yang dinamis tidak hanya adanya perubahan politik saja, melainkan juga karena adanya kultur atau budaya organisasi. Joni (2003: 18) menyatakan bahwa suatu organisasi mempunyai tata-krama, tata tertib, ketentuanketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota organisasi tersebut, seperti layaknya suatu suku atau kaum. Budaya membentuk asumsi pada warga suatu organisasi, mengatur dan menguasai nilai-nilai kegiatan dan tujuan. Dengan demikian budaya organisasi mendukung para anggota organisasi atau karyawan dengan ketentuan bagaimana sesuatu harus dilakukan dan apa yang harus didahulukan mana saja

7 yang harus ditinggalkan. Dalam satu organisasi terdapat suatu sistem yang membentuk pengertian bersama, ada kesepakatan batin yang dihormati bersama. Itulah yang dimaksud dengan budaya organisasi. Setiap organisasi tentu mengenal suatu sistem atau pola nilai, simbol, upacara, mitos dan perbuatan-perbuatan yang berlangsung berulang setiap waktu atau disebut tradisi. Nilai yang dianut bersama ini, dalam batas tertentu mempengaruhi para manajer dalam bersikap dan mengambil keputusan. Penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi dilakukan Agrianti (2010), dengan kesimpulannya yaitu informasi dapat menentukan tingkat kepatuhan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah variabel pergantian auditor, opini auditor dan keterlambatan laporan auditor. Penelitian tentang budaya atau kultur organisasi dan komitmen pernah dilakukan oleh Budiwibowo dan Iksan (2010). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap komitmen pegawai, karena setiap pemerintahan mempunyai strategi sendirisendiri yang sesuai dengan kemampuan dan loyalitas pegawai. Semakin tinggi budaya organisasi, maka semakin tinggi pula komitmen pegawai. Sihaloho (2010) menyimpulkan hasil penelitian yaitu dalam implementasi atau pemanfaatan ukuran kinerja, penelitian ini berhasil membuktikan faktor kelompok internal dan kultur organisasi berpengaruh signifikan terhadap implementasi hasil pengukuran kinerja. Namun, penelitian tidak berhasil membuktikan pengaruh kelompok eksternal terhadap implementasi informasi kinerja. Dukungan kelompok eksternal diperlukan

8 agar instansi memanfaatkan hasil pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis dan perencanaan kinerja, evaluasi dan pemantauan serta alokasi anggaran. Hasil ini menunjukkan minimnya dorongan dari masyarakat dan anggota DPRD kepada instansi Pemerintah untuk memanfaatkan teknologi informasi. Signifikansi kelompok internal terhadap implementasi ukuran kinerja boleh jadi disebabkan ukuran kinerja belum dimanfaatkan dalam mengukur pemanfaatan TI pegawai, terutama kinerja pimpinan dan kepala bagian serta kepala seksi atau sub bagian. Signifikansi variabel sikap menunjukkan bahwa keterbukaan personil terhadap perubahan yang ditimbulkan dari pemanfaatan TI, walaupun pemanfaatan teknologi informasi dapat berpengaruh negatif terhadap jabatannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini mengambil judul: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RASIONAL, POLITIK DAN KULTUR ORGANISASI TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris di Pemerintah Daerah Tingkat II Sekarisidenan Surakarta). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah faktor rasional berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah?

9 2. Apakah faktor politik berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah? 3. Apakah faktor kultur organisasi berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji besarnya pengaruh faktor rasional terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah. 2. Untuk menguji besarnya pengaruh faktor politik terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah. 3. Untuk menguji besarnya pengaruh faktor kultur organisasi terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini ditujukan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya akuntansi di sektor publik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi lembaga pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga pemerintah bahwa faktor rasional, politik,

10 dan kultur organisasi merupakan faktor penting terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah sehingga kinerja instansi pemerintah dapat meningkat dan berkualitas. b. Bagi pegawai pemerintah Dapat memberikan tambahan wawasan bagi pegawai untuk mengetahui tentang faktor-faktor rasional, politik, dan kultur organisasi terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada instansi Pemerintah Daerah sehingga kualitas kerja pegawai pemerintah dapat meningkat karena dapat memanfaatkan TSI. c. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bahan dalam meneliti masalah yang sama.