II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA. melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab (2001)

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri


JURNAL KELIMPAHAN DAN POLA PENYEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PANTAI PASIR PUTIH, SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

V. SIMPULAN DAN SARAN. adalah Diadema setosum dan Echinothrix calamaris. 2. Densitas bulu babi di Watu Lawang untuk Diadema setosum sebesar

Tinjuan Pustaka. A. Kerapatan Populasi. B. Ekologi Bulu babi

Jumat, 24 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

KELIMPAHAN DAN KEBIASAAN MAKAN BULU BABI (SEA URCHIN) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

DENSITY AND DISTRIBUTION PATTERN OF SEA URCHIN POPULATION (Diadema setosum) ON CORAL REEF (REEF FLAT) AT SETAN ISLAND

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

KERAGAMAN SPESIES LANDAK LAUT (Echinoidea) FILUM ECHINODERMATA BERDASAR MORFOLOGI DI PERAIRAN DOFA KABUPATEN KEPULAUAN SULA.

Filum Cnidaria dan Ctenophora

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Phylum Echinodermata

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

Hasil dan Pembahasan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Kelimpahan dan Pola Sebaran Bulu Babi (Echinodea) di Perairan Pulau Klah Kota Sabang

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pantai Kondang Merak

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

JENIS DAN DENSITAS BULU BABI (ECHINOIDEA) DI KAWASAN PANTAI SANUR DAN SERANGAN DENPASAR- BALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

Sub Bab Gastrulasi mengatur kembali blastula untuk membentuk sebuah embrio berlapis tiga dengan perut primitif

E C H I N O D E R M A T A

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

PERBEDAAN KELIMPAHAN BULU BABI (Echinoidea) PADA EKOSISTEM KARANG DAN LAMUN DI PANCURAN BELAKANG, KARIMUNJAWA JEPARA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.1

REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI (ECHINOIDEA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. indonesia adalah perairan dan lautan dengan 2,7 juta km 2 zona ekonomi eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

CIRI-CIRI COELENTERATA :

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Banggai Cardinal Fish (BCF) Ikan hias asli Indonesia

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

MIKROHABITAT BULU BABI (ECHINOIDEA) PADA WILAYAH INTERTIDAL PULAU KAPOTA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jatinangor, Januari I Putu Andika Wibisana. iii

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. organisme dapat disebut alamat suatu organisme. Relung (Ninche) adalah

ASOSIASI DAN POLA SEBARAN BULU BABI (Echinoidea) DI PANTAI MAREGAM KOTA TIDORE KEPULAUAN

KEANEKARAGAMAN JENIS ASTEROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. Oleh Rahel Desi Anggorowati NIM

BIOLOGI LAUT Mollusca

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak

FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

POTENSI PHYLLUM ECHINODERMATA DI PANTAI PAILUS JEPARA SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN

oleh Herri Sugiarto dan Supardi *) ABSTRACT

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bulu Babi Bulu babi merupakan organisme dari divisi Echinodermata yang bersifat omnivora yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis kaki dan duri panjang yang dapat digerakkan. Garis kaki dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang ataupun pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain. Bulu babi merupakan hewan laut yang memiliki habitat di ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang sangat umum dijumpai dangkal. Selain itu bulu babi menyukai dasar substrat yang keras dan substrat di padang lamun campuran yang terdiri dari pasir dan pecahan karang (Sugiarto dan Supardi, 1995). Bulu babi termasuk kedalam kerajaan Animalia dan divisi Echinodermata. Nama echino berarti duri dan dermata berarti lapisan sehingga dapat dikatakan bulu babi adalah binatang yang mempunyai kulit berduri. Bulu babi termasuk kedalam kelas Echinoidea. Selajutnya kelas Echinoidea ini terbagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Diadematoida, Cidaroida, Echinothuroida, Phymosomatoida, Arbacioida, Temnopleuroida, Echinoida, Clypeasteroida, Spatongoida, Helectypoida, Cassiduloida dan Holasteroida (Heinke dan Schultz, 2006). Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinoidea dibagi dalam dua, yaitu bulu babi regular sea urchin atau bulu babi beraturan dan irregular sea 8

9 urchin atau bulu babi tidak beraturan (Hyman, 1955). Bentuk tubuh bulu babi beraturan adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola, sedangkan bulu babi tidak beraturan memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi. B. Bentuk Bulu Babi Morfologi bulu babi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bulu babi yang memiliki cangkang beraturan (reguleria) dan cangkang tidak beraturan (iregularia). Bentuk tubuh bulu babi regularia adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola sedangkan bulu babi iregularia memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi. Bulu babi yang merupakan iregularia berasal dari bangsa Echinoida, Clypeasteroida dan Spatangoida. Sedangkan bangsa lainnya merupakan bulu babi reguleria (Chao, 2000). Bentuk luar cangkang bulu babi reguler menyerupai buah delima terkadang terdapat juga bentuk yang lebih pipih seperti setengah bola. Sebagai contoh cangkang Diadema setosum, dari bangsa Diadematoida, tersusun dari ratusan keping-keping kecil yang tertata secara unik (Gambar 1). Permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder. Mulut bulu babi terletak di daerah oral yang dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah yang dikenal sebagai aristotle s lantern, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu

10 memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu babi lainnya (Dobo, 2009). Anus bulu babi terletak di sisi abural yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal, termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas divisi Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi (Aziz, 1987). Gambar 1. Bentuk umum bulu babi beraturan (Dobo, 2009) C. Reproduksi Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan diluar tubuh. Pada musim memijah sel telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan dilepas ke air laut di sekitarnya. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam selaput agar yang disebut dengan jelly coat (Guidice, 1986). Zigot sebagai hasil pertemuan sperma dan sel telur akan mengalami fase-fase

11 pembelahan sampai ke stadium morula, blastula, gastrula dan selanjutnya akan berkembang menjadi larva yang hidup bebas sebagai plankton yang mempunyai bentuk simetris (Czihak, 1971). Larva bila menemui substrat keras seperti karang mati atau batu akan mengalami penempelan, kemudian akan mengalami metamorfosa dan menjelma menjadi anakan bulu babi (Gambar 2). Bulu babi dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel, duri-duri dan kaki (pediselaria). Semakin lama, anakan bulu babi akan menjadi dewasa. Bulu babi dewasa dapat dicirikan dengan memiliki organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar tampak dengan jelas. Bulu babi dewasa memiliki cangkang yang keras, jari-jari dan duri-duri yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna (Czihak, 1971). Gambar 2. Anakan bulu babi setelah mengalami metamorfosa (Czihak, 1971).

12 D. Kelimpahan Kelimpahan suatu organisme dalam perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per satuan volume. Sedangkan kelimpahan relatif adalah persentase dari jumlah individu suatu spesies terhadap jumlah total indi1idu yang terdapat di daerah tertentu. Analisis kelimpahan digunakan untuk menghubungkan kestabilan suatu organisme dengan fluktuasi lingkungannya. Kelimpahan individu bulu babi didefinisikan sebagai jumlah individu spesies setiap stasiun dalam satuan kubik (Odum, 1993). E. Pola Penyebaran Penyebaran atau pergerakan sangat dipengaruhi oleh faktor penghalang dan kemampuan individu atau alat perkembang biakannya untuk berpindah (Odum, 1993). Secara genetik pergerakan individu-individu dari suatu populasi sangat menguntungkan karena akan memberikan kemungkinan tetap terjaganya variasi genetik dan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kepunahan. Penyebaran populasi yang berupa penyebaran individu memiliki tiga pola dasar yaitu: 1. Acak (random), kondisi distribusi pola ini relatif jarang terjadi di alam 2. Merata (uniform), terjadi apabila kompetisi antara individu-individu sangat tajamdalam memperebutkan ruang hidup yang sama. 3. Berkelompok (clumped), pola distribusi ini dapat berkelompok secara acak (random clumped), berkelompok secara merata yang penyebaran

13 kelompok dalam suatu daerah membagi ruang hidup yang sama dan berkelompok secara besar. Penyebaran juga dipengaruhi oleh luas daerah dan jumlah populasi. Pada daerah yang luas dengan jumlah individu sedikit maka sebarannya akan jarang (McNaughton dan Larry, 1998). F. Transek Kuadrat Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan. Metode transek kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus pantai, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 1 X 1 m 2, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (Fahrul, 2007). G. Pantai Pasir Putih Pantai Pasir Putih terletak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam bagian Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Daerah Pasir Putih adalah daerah Utara yang berada di pinggir jalan yang menyalurkan dari Surabaya, sampai di Banyuwangi. Pantai Pasir Putih menjadi satu kesatuan dengan wisata Pantai Pasir Putih Situbondo. Secara geografis pantai ini berada di daerah Barat Situbondo. Koordinat Pantai Pasir Putih ini terletak pada 07 41 31,26 LS,

14 113 49 42,09 BT dengan ketinggian 10 meter dari permukaan laut (Pitasari dkk., 2011). H. Hipotesis 1. Kelimpahan bulu babi di ekosistem terumbu karang Pantai Pasir Putih, Situbondo sangat berlimpah. 2. Terdapat beberapa jenis bulu babi di Pantai Pasir Putih, Situbondo. 3. Pola penyebaran bulu babi di ekosistem terumbu karang Pantai Pasir Putih, Situbondo berkelompok (clumped).