BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan mengenai teori dari variabelvariabel

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu (A) Metode Penelitian, (B) Jenis dan Rancangan Penelitian, (C) Populasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

Eni Yulianingsih F

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci : kemandirian dan motif berprestasi. iii

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI X JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

Total 202 orang 100 %

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

Oleh :Mustika Makalalag

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Hasil yang diperoleh peneliti didapat dengan bantuan pengolahan data menggunakan software IBM SPSS Statistics (version 22), yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan peneliti kepada subjek penelitian yaitu 130 siswa-siswi SMAN Unggulan di DKI Jakarta. Peneliti melakukan uji coba alat ukur dan mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,886 untuk skala kecemasan dan sebesar 0,882 untuk skala motivasi berprestasi, serta nilai validitas kecemasan antara 0,226-0,542 dan nilai validitas motivasi berprestasi antara 0,216-0,530. Kemudian berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji hipotesis menggunakan uji Spearman, maka diperoleh hasil bahwa Ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dengan angka korelasi r= -0,868. Hubungan negatif menunjukan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang terbalik tidak searah. Jadi, apabila kecemasan tinggi maka motivasi berprestasi rendah, dan apabila kecemasan rendah maka motivasi berprestasi tinggi. Dari 130 subjek, didapat hasil bahwa siswa kelas XII SMAN Unggulan dalam penelitian ini memiliki kecemasan dan motivasi berprestasi dalam kategori sedang. Sementara itu, sebagai analisa tambahan peneliti melakukan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi berdasarkan usia, serta melakukan uji Independent Sample T Test untuk melihat perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi berdasarkan jenis kelamin, dan program kelas. Berdasarkan uji tersebut, didapat bahwa tidak adanya perbedaan kecemasan maupun motivasi berprestasi berdasarkan usia, jenis kelamin dan program kelas.

68 5.2 Diskusi Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Uji hipotesis tersebut memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang menandakan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2010) mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dengan kecemasan siswa menghadapi ujian pada SMK Senopati Sidoarjo. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro (2009) mengenai hubungan antara kecemasan terhadap tes dan motivasi berprestasi pada siswa kelas akselerasi SMA Negeri 3 Malang. Dalam hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebesar 49,2%. Hal ini menunjukan bahwa ujian nasional merupakan salah satu penentu syarat kelulusan siswa yang dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri siswa. Sesuai dengan pengertiannya, bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan yang berorientasi pada masa yang akan datang, yang di tandai dengan kekhawatiran karena kita tidak dapat memprediksi dan mengontrol kejadian yang akan datang (Durand & Barlow, 2006). Berkaitan dengan pengertian itu, maka siswa yang sedang menghadapi ujian nasional mengalami kecemasan karena merasa ujian nasional sebagai sesuatu yang berorientasi di masa yang akan datang yang tidak dapat diprediksi dan dikontrol oleh dirinya. Ditambah dengan penentuan lulus atau tidak lulusnya dirasakan sangat mengancam dan belum jelas kepastiannya yang menambah siswa merasa cemas. Selanjutnya hal tersebut sejalan dengan pernyataan Akhmadi (2013), bahwa ujian nasional menjadi beban sehingga siswa merasa takut, tertekan, dan depresi karena ujian tersebut dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam yang dapat membuat siswa mengalami kecemasan. Hasan (2007 dalam Irmayanti & Warsito, 2009) menambahkan bahwa siswa mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam

69 mengingat, gelisah, atau tidak bisa tidur malam sebelum tes (Taylor dalam McDowell, 2006). Berkaitan dengan motivasi berpresasi, McClelland (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa apabila dalam belajar, siswa mempunyai motivasi yang tinggi dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi muncul dari dalam diri individu masing-masing dan setiap individu berbedabeda (Ergene, 2011). Motivasi dapat berasal dari motivasi internal maupun eksternal (Santrock, 2003). Hasil analisis deskriptif penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori sedang yaitu 47,7% siswa. McClelland (1987 dalam Widyasari, 2005) mengemukakan beberapa aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi berprestasi seseorang, yaitu individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berorientasi pada tugas, menyukai tantangan, memperlihatkan keunggulan, menuntut umpan balik, mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan tugas-tugasnya, memiliki usaha-usaha tambahan, memiliki standar nilai yang tinggi, akan merasa berhasil dan puas apabila telah mengerjakan suatu tugas, serta memiliki harapan untuk sukses yang lebih kuat daripada rasa ketakutan akan kegagalan. Dalam penelitian ini, hasil yang didapat juga mengindikasikan bahwa hubungan yang terjadi antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta adalah hubungan berlawanan arah. Sehingga dapat dikatakan ketika tingkat kecemasan siswa tersebut tinggi, maka tingkat motivasi berprestasinya akan rendah. Begitu juga sebaliknya, jika siswa tersebut memiliki tingkat kecemasan rendah, maka tingkat motivasi berprestasi siswa itu akan tinggi. Artinya kecemasan menghadapi ujian nasional merupakan salah satu faktor yang memberikan konstribusi tinggi-rendahnya motivasi berprestasi siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Atkinson dan Raynor (1978) yang mengemukakan bahwa kecemasan dan motivasi berprestasi berhubungan negatif pada tingkah laku yang berorientasi pada prestasi. Atkinson menambahkan bahwa individu dengan derajat kecemasan rendah, sering disertai dengan adanya motivasi berprestasi tinggi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Burgoo dan Ruffer (dalam Agustiar & Asmi, 2010) bahwa kecemasan dalam tingkat rendah dapat memacu seseorang untuk mendapatkan prestasi dengan lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan

70 Bernstein (dalam Dewi & Amrizal, 2008) yang menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi berisiko mengalami motivasi berprestasi yang rendah dan merasa tidak berharga. Sementara Covington dan Omelich (1979 dalam Ergene, 2011) menambahkan bahwa individu dengan motivasi berprestasi yang kuat umumnya melihat dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan yang tinggi dan merasa lebih optimis serta menghargai kesempatan untuk meraih kesuksesan. Keterkaitan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kecemasan dalam menghadapi ujian dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis dan aspek kognitif, seperti dapat menurunkan konsentrasi dan perhatian, kesulitan mengingat, terganggunya memori, lamban dalam berpikir, memperbesar peluang untuk merendahkan kepercayaan diri, mengacaukan kemampuan dalam mengatasi masalah, dapat membuat siswa menjadi malas dan gelisah (Sieber (dalam Sudrajat, 2008); Ottens dan Wine (dalam Pratiwi, 2009); Yousefi (2009)). Sehingga siswa tidak dapat mengarahkan perhatian yang adekuat pada ujian yang akan dihadapi, merasa kemampuannya rendah, merasa tidak berdaya dan menjadi kurang dalam melakukan usaha-usaha untuk menghadapi ujian. Dimana hal tersebut menunjukan bahwa motivasi berprestasi siswa menurun, terlihat bahwa siswa dapat menjadi tidak yakin dengan kemampuannya, tidak memiliki optimis, merasa malas sehingga kurang bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap ujian, tidak memiliki ketangguhan dalam mencapai prestasi yang tinggi dan menjadi kurang melakukan usaha-usaha untuk menghadapi ujian tersebut. Siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berusia 17 tahun yaitu dengan persentase 75,4 %. Meskipun usia 17 tahun mendominasi tetapi ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek dengan usia 16, 17 dan 18 tahun. Hal itu terjadi karena pada usia 16, 17, dan 18 tahun sama-sama dalam fase remaja. Selain itu, sama-sama dalam rentang yang sama yaitu middle adolescence (Papalia et.al., 2007). Menurut Santrock (2003) masa remaja merupakan masa dimulainya perkembangan kognitif yang mengarah pada pemikiran operasional formal yang lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Selain itu masa remaja disebut pula sebagai masa strom and stress, atau masa up and down (Santrock, 2003). Bila pada masa ini remaja menemui hambatan dalam bidang tertentu maka hambatan tersebut akan membuat remaja menjadi cemas.

71 Kemudian sebagai analisa tambahan bahwa berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test ditemukan tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara subjek dengan jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maccoby (dalam Trismiati, 2004) yang mengungkapkan bahwa dalam berbagai studi kecemasan secara umum, perempuan lebih cemas dibandingkan laki-laki dan juga tidak sejalan dengan Myers (dalam Trismiati, 2004) yang menyatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksporatif sedangkan perempuan lebih sensitif. Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek dengan jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. Ini tidak sejalan dengan penelitian Stein & Bailey (dalam Fernald & Fernald,1999) yang mengatakan bahwa laki-laki lebih termotivasi dalam berprestasi dibandingkan perempuan. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek pada program kelas IPA dengan subjek pada program kelas IPS. Maka dapat dikatakan bahwa baik program kelas IPA maupun IPS cenderung memiliki kecemasan dan motivasi berprestasi yang sama ketika akan menghadapi ujian nasional. Hal ini terjadi, dikarenakan baik program kelas IPA maupun IPS sama-sama dituntut untuk memperoleh nilai yang memenuhi standar kelulusan dalam ujian nasional agar dapat dinyatakan lulus, yaitu 5,50. Selain itu juga sama-sama memiliki beban 6 mata pelajaran yang diujikan. Dimana untuk jurusan IPA: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan jurusan IPS: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Matematika, Sosiologi, dan Geografi. Kemudian baik pada IPA maupun IPS juga sama-sama diterapkan 20 paket variasi soal, sehingga tiap anak dalam satu kelas yang terdiri dari 20 siswa akan mendapatkan soal berbeda-beda (Afifah & Damanik, 2012). Berkaitan dengan keterbatasan pada penelitian ini, peneliti tidak dapat memiliki pengalaman secara langsung untuk memberikan kuesioner kepada subjek, karena kuesioner hanya diberikan kepada pihak sekolah dan pihak sekolah yang akan memberikanya kepada siswa sebagai subjek pada penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan waktu pembuatan surat izin kepada Instansi terkait memakan waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan waktu pengambilan data tersebut sangat berdekatan

72 dengan tanggal dimulainya Ujian Nasional. Selanjutnya variabel lainnya yang mungkin saja terkait atau mempengaruhi hubungan, tidak dimasukan ke dalam penelitian atau analisis oleh peneliti, dikarenakan peneliti tidak mengontrol secara keseluruhan penelitian ini sehinggah bisa saja ditemukan variabel-varibel terkait lainnya yang bisa digunakan pada penelitian selanjutnya. 5.3 Saran Berikut ini adalah saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu: a. Bagi siswa : (1) Bagi siswa-siswi yang akan menghadapi Ujian Nasional diharapkan untuk selalu memiliki pemikiran yang positif, dengan cara berpikir tenang, optimis bahwa pasti mampu lulus dengan baik, belajar lebih giat dan menjaga kesehatan badan. (2) Motivasi berprestasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar dan memgang peran penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, siswa juga diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan lagi motivasi berprestasinya dengan cara-cara seperti: (1) memperjelas tujuan yang dicapai, (2) memadukan motif-motif yang sudah dimiliki, (3) memadukan tujuan-tujuan sementara yang lebih dekat sifatnya, (4) memberitahukan hasil kerja yang sudah dicapai, dan (5) mengadakan persaingan yang akan dapat memperkuat usaha yang dilakukan, (6) merangsang pencapaian tujuan, dan (7) pemberian contoh yang positif (Martin dalam Sugiyanto, 2010). b. Bagi Orang tua dan Guru : (1) Dengan melihat hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi gambaran bagi orang tua, guru, dan siswa itu sendiri bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional. (2) Bagi orang tua dan guru diharapkan mampu memberikan pengarahan yang bersifat membangun dan memberi rasa nyaman sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada siswa-siswi yang akan menghadapi Ujian Nasional. (3) Bagi guru untuk memberikan sikap positif tentang Ujian Nasional kepada murid. Guru harus dapat menjelaskan sifat dan tujuan dari Ujian Nasional,

73 mendeskripsikan Ujian Nasional sebagai kesempatan dan tantangan bukan hanya beban kewajiban belaka. (4) Guru dan orang tua juga diharapkan untuk selalu memberikan motivasi maupun dukungan dalam hal prestasi sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya : (1) Untuk hal menerjemahkan alat ukur Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dari bahasa asli yaitu bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan tenaga expert dalam bidang bahasa Inggris dan melakuan back translate pada alat ukur tersebut. (2) Sebelum melakukan pengambilan data di sekolah, sebaiknya peneliti terlebih dahulu membuat surat izin kepada Instansi terkait 2 bulan sebelum dimulainya Ujian Nasional, agar pengambilan data tidak terlalu berdekatan dengan tanggal dimulainya Ujian Nasional, sehingga peneliti dapat mengikuti proses pemberian kuesioner kepada siswa. (3) Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan budaya dari responden penelitian, sehingga dapat lebih menggambarkan karakteristik penelitian tersebut secara tepat.

74