KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR KRISTAL SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGENDAPAN ADU

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

KARAKTERISASI SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE LIMBAH PUPUK FOSFAT MASRIPAH UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

MORFOLOGI SERBUK AMONIUM DIURANAT (ADU) DAN AMONIUM URANIL KARBONAT (AUK) HASIL PEMURNIAN YELLOW CAKE COGEMA

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM PADA PROSES EKSTRAKSI URANIUM DALAM YELLOW CAKE MENGGUNAKAN TBP-KEROSIN

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PENENTUAN KANDUNGAN PENGOTOR DALAM SERBUK UO2 HASIL KONVERSI YELLOW CAKE PETRO KIMIA GRESIK DENGAN AAS

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

KOMPARASI SIFAT KIMIA DAN FISIK SERBUK UO 2 HASIL KONVERSI YELLOW CAKE LIMBAH PUPUK FOSFAT DAN YELLOW CAKE KOMERSIAL MELALUI JALUR ADU

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

Kata kunci : pelarutan, yellow cake, asam nitrat, konsentrasi, temperatur, laju pengadukan.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

Pemungutan Uranium Dalam Limbah Uranium Cair Menggunakan Amonium Karbonat

Bab IV Hasil dan Pembahasan

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

Bab III Metodologi Penelitian

EKSTRAKSI STRIPPING URANIUM MOLIBDENUM DARI GAGALAN PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS STRUKTUR DAN PEMODELAN KRISTAL CALCIUM MANGANESE OXIDE (CaMnO 3 )

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS)

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE SECARA POTENSIOMETRI DAN GRAVIMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

ANALISIS KADAR URANIUM DALAM YELLOW CAKE DENGAN TITRASI SECARA POTENSIOMETRI

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

PENGARUH WAKTU OKSIDASI TERHADAP REGANGAN MIKRO PADA HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

HASIL DAN PEMBAHASAN

OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI

Bab III Metoda Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

4 Hasil dan Pembahasan

SETTING DAN KALIBRASI INSTRUMEN PROSES PADA TANGKI DI-301 INSTALASI PEMURNIAN DAN KONVERSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ph, DAN WAKTU ELEKTRODEPOSISI TERHADAP EFISIENSI ELEKTRODEPOSISI ION PERAK(I) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN AGEN PEREDUKSI ASETON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI REDUKSI PELET U02 SINTER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAHAN BAKAR PELET REAKTOR DAYA BERBASIS THORIUM OKSIDA PURWADI KASINO PUTRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

Transkripsi:

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR KRISTAL SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGENDAPAN ADU Jan Setiawan, Masripah, Ratih Langenati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN),BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314 E-mail : djan@batan.go.id (Naskah diterima : 17-12-2010, diproses : 03-01-2011) ABSTRAK KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR KRISTAL SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGENDAPAN ADU. Telah dilakukan proses konversi uranium dari yellow cake yang berasal dari limbah pupuk fosfat, dengan melarutkan yellow cake tersebut dengan HNO 3. Pemurnian dilakukan dengan proses ekstraksi yang menghasilkan larutan uranil nitrat hidrat (UNH). UNH diendapkan menjadi ammonium diuranat (ADU) dengan tiga variasi temperatur yaitu 65, 70 dan 75 o C. ADU dikalsinasi menjadi triuranium oktosida (U 3 O 8 ) melalui uranium trioksida (UO 3 ) yang kemudian di reduksi untuk mendapatkan serbuk UO 2. Serbuk uranium oksida yang terbentuk dianalisa perbandingan O/U, struktur kristal dianalisis dari pola difraksi XRD dan morfologinya diamati menggunakan SEM. Diharapkan dari tiga variasi temperatur pengendapan yang dilakukan diperoleh temperatur optimum yang menghasilkan serbuk UO 2 yang dapat sinter sesuai dengan ASTM C753-99. Hasil analisis diperoleh perbandingan O/U serbuk uranium oksida yang terbentuk rerata ±2. Analisis kuantitatif komposisi dari pola difraksi menggunakan aplikasi General Structure Analysis System (GSAS) diperoleh serbuk uranium oksida mengandung 95 wt% fasa UO 2, struktur kristal kubik dengan space group F m -3 m dan parameter kisinya 5.467 Å. Morfologi serbuk UO 2 yang terbentuk sangat halus, berukuran 500 nm sampai 1000 nm memiliki kecenderungan untuk beraglomerasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pengendapan ADU pada temperatur 70 o C menunjukkan temperatur yang optimum untuk memperoleh serbuk UO 2 yang dapat sinter. Kata kunci: yellow cake, ammonium diuranat, serbuk uranium oksida ABSTRACT MORPHOLOGY AND CRYSTAL STRUCTURE CHARACTERIZATION ON UO 2 POWDER FROM YELLOW CAKE WITH VARIATION PRECIPITATION ADU TEMPERATURE. The conversion process of uranium on yellow cake from phospate fertilizer waste has been done by dissolve it with HNO 3. The purification done by extraction to result uranyl nitrate hydrate (UNH). UNH was settling into ammonium diuranat (ADU) with three variations temperature at 65, 70 and 75 o C. ADU was calcined into triuranium octoside (U 3 O 8 ) through uranium trioxide (UO 3 ) and it reduced to UO 2 powder. O/U ratio calculation of uranium, crystal structure analysis from XRD diffraction pattern and 9

Urania Vol. 17 No 1, Februari 2011 : 1-54 ISSN 0852-4777 morphology observation by SEM had been done. The expected result is obtanied the optimum temperature to produced sinterable UO 2 powder accordance to ASTM C753-99. The result of O/U ratio for uranium oxide powder is ±2 with fraction of the phase UO 2 for uranium oxide powder is 95 wt%, it structure crystal is cubic with space group F m -3 m and the lattice parameter for UO 2 is 5.467 Å. Morphology of the UO 2 powders formed with fine grain with size around 500 nm to 1000 nm, and tend to aglomeration. According the result, precipitated ADU temperature at 70 o C shows an optimum temperature to obtained the sinterable UO 2 powder. Key word : yellow cake, ammonium diuranat, uranium oxide powder PENDAHULUAN Pemakaian uranium dioksida (UO 2 ) sebagai bahan bakar reaktor nuklir mempunyai beberapa kelebihan antara lain: cukup stabil terhadap iradiasi, tahan terhadap zat-zat kimia, pemanfaatan neutronnya tinggi (karena tampang lintang tangkap radiasinya rendah) serta relatif mudah diproduksi dan diolah ulang setelah iradiasi. Sifat-sifat tersebut masih cukup kompentatif, meskipun diikuti oleh sifat-sifat yang kurang menguntungkan seperti konduktivitas panas yang rendah dan ketahanan kejut panas yang buruk [1]. Uranium merupakan logam radioaktif, banyak tersebar di alam dalam bentuk mineral, kebanyakan terdapat pada batuan beku, batu pasir, bahan sedimentasi dan di dalam air laut. Uranium alam umumnya terdiri dari isotop-isotop U-235 (0,712 0,720 %) dan U-238 (99,274 99,282 %). Isotop U- 235 merupakan bahan fisil yang sangat penting untuk digunakan sebagai bahan bakar reaktor termal, terutama pada reaktor daya [1]. Logam U murni adalah padat, masif, keras dan berkilau seperti perak, cepat berubah menjadi kusam di lingkungan udara karena terbentuk lapisan tipis (oksida) di permukaan [1]. Dalam penelitian ini, dilakukan konversi uranium pada yellow cake yang berasal dari limbah pupuk fosfat. Yellow cake dilarutkan dengan asam nitrat (HNO 3 ), kemudian dimurnikan dengan diekstraksi menggunakan TBP Kerosin menghasilkan larutan uranil nitrat hidrat (UNH) [4,5]. UNH tersebut diendapkan dengan ammonium hidroksida (NH 4 OH) menjadi ammonium diuranat (ADU), selanjutnya ADU tersebut dikalsinasi menjadi triuranium oktosida (U 3 O 8 ) melalui uranium trioksida (UO 3 ). Serbuk U 3 O 8 yang duhasilkan kemudian di reduksi untuk [2,3,4] mendapatkan UO 2 dan diamati morfologi serta kristalografi serbuk UO 2 yang terbentuk. Pengamatan morfologi dilakukan untuk melihat ukuran partikel serbuk yang terbentuk, dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam ASTM C753-99 sebagai serbuk uranium oksida yang dapat sinter. Analisis kristalografi serbuk UO 2 dilakukan untuk menentukan tingkat kemurnian serbuk uranium oksida yang dihasilkan. TEORI 1. Proses ekstraksi Proses pemurnian uranium dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair dimana bahan yang akan diekstraksi maupun pelarutnya sama-sama berada dalam fasa cair tetapi kedua cairan tersebut tidak saling melarutkan antara cairan yang satu dengan yang lainnya. Pelarut harus bersifat selektif dan mempunyai daya ekstrak yang tinggi terhadap UNH namun juga tetap masih dapat diekstraksi kembali dengan air. Pelarut yang dapat digunakan untuk maksud tersebut antara lain adalah tributil fosfat (TBP) dan metil isobutil keton (MIBK) [2]. Proses ekstraksi dilakukan berulang-ulang untuk dapat menghasilkan 10

senyawa uranium yang murni. Dalam proses ekstraksi diperoleh dua fasa larutan UN-TBP mengandung uranium, sehingga rafinat harus diekstraksi kembali agar rafinat benar-benar tidak lagi mengandung uranium [2]. 2. Proses pengendapan Senyawa uranium yang berada dalam bentuk larutan UNH hasil proses pemurnian, kemudian dikonversi kebentuk padatan dengan cara pengendapan. Proses yang biasa dipilih untuk memperoleh uranium dioksida (UO 2 ) yang dapat sinter (sinterable) adalah dengan cara pengendapan uranium sebagai ADU. Dalam proses pengendapan terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas endapan, antara lain : ph, temperatur reaksi, dan waktu kontak [2]. Derajat keasaman atau ph pada proses pengendapan ADU merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap efisiensi dan sifat endapannya. Pengendapan pada ph rendah (< 7), akan menghasilkan aglomerat yang lebih besar sehingga lebih cepat mengendap dan lebih mudah untuk disaring tetapi reaksi pengendapannya kurang sempurna, sedangkan bila ADU diendapkan pada ph yang lebih tinggi (>7), maka aglomeratnya lebih halus, waktu pengendapannya lebih lama dan lebih sulit untuk disaring tetapi reaksi pengendapannya lebih sempurna [2]. Temperatur reaksi berpengaruh terhadap kecepatan reaksinya dimana semakin tinggi temperatur reaksi, maka kecepatan reaksi akan semakin cepat. Akan tetapi temperatur reaksi hanya terbatas hingga titik didih amonia yang digunakan sebagai pereaksi. Disamping itu, temperatur reaksi juga berpengaruh terhadap kualitas pengendapan. Pada temperatur yang rendah (<70 C) biasanya akan diperoleh endapan yang sulit disaring, umumnya temperatur reaksi dibuat sekitar 70 C [2]. (fasa organik) dan rafinat (fasa air). Rafinat merupakan kumpulan pengotor yang masih Waktu kontak atau waktu tinggal dalam reaktor berpengaruh terhadap jumlah endapan yang dihasilkannya. Semakin lama waktu tinggal dalam reaktor, maka zat-zat yang beraksi akan semakin banyak sehingga endapan yang terjadi juga akan semakin banyak, tetapi setelah konversi reaksi yang maksimum, penambahan waktu tinggal dalam reaktor sudah tidak berarti lagi [2]. 3. Karakterisasi serbuk UO 2 a. Analisa perbandingan Oksigen/Uranium (O/U) Perbandingan O/U merupakan salah satu uji dari pelet atau serbuk uranium. Metode gravimetri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada prinsip penimbangan. Metode gravimetri digunakan pada beberapa bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa dan kandungan unsur tertentu atau molekul dari suatu senyawa murni yang diketahui berdasarkan pada perubahan berat atau melihat adanya perubahan senyawa yang terjadi selama pemanasan dari UO 2 menjadi U 3 O 8. Perbandingan O/U merupakan perbandingan antara oksigen dan uranium yang terkandung dalam pelet atau serbuk, yang dapat diperoleh dari %U dan dicari dengan metode gravimetri atau dengan koreksi pada tabel [6] Dengan rumus : Massa U dalam U 3 O 8 = (1) % U = (2) Massa O = Massa UO 2 Massa U Keterangan : (3) 11

Urania Vol. 17 No 1, Februari 2011 : 1-54 ISSN 0852-4777 MA U-238 = massa uranium sebesar 238 MM U 3 O 8 = massa molekul U 3 O 8 sebesar 842 Massa U 3 O 8 = massa sampel (UO 2 ) setelah oksidasi. MA O = massa atom oksigen sebesar 16 MA U = massa atom uranium yang sebesar 238. b. Analisis Pola Difraksi XRD dan GSAS Serbuk uranium oksida yang diperoleh di identifikasi fasa nya menggunakan metode difraksi sinar X. Diperolehnya pola difraksi serbuk uranium oksida, kandungan dan komposisi fasa beserta struktur kristalnya dapat diketahui dengan membandingkan data pola difraksi yang diperoleh dengan data kristalografi dari database. Database yang digunakan adalah Crystallography Open Database (COD) REV8354. Data kristalografi yang diperoleh dari database ini digunakan sebagai masukan untuk aplikasi GSAS yang berbasiskan metode RIETVELD untuk melakukan perhitungan kuantitatif komposisi fasa pada serbuk uranium oksida. TATA KERJA Sejumlah yellow cake dilarutkan dengan HNO 3 4 N selama dua hingga tiga jam, kemudian disaring menggunakan penyaring buchner untuk memisahkan uranium terlarut dengan pengotor-pengotor yang tidak larut. Larutan UN dimurnikan dengan menggunakan metode ekstraksi caircair menggunakan pelarut TBP Kerosin, maka diperoleh fasa air dan fasa organik. Fasa organik hasil ekstraksi kemudian direekstraksi menggunakan HNO 3 0,5 N lalu dicuci menggunakan air bebas mineral (ABM) dan diperoleh larutan uranil nitrat UO 2 (NO 3 ) 2. Larutan ini akan menjadi umpan pengendapan sehingga harus dicek terlebih dahulu unsur unsur pengotor yang memiliki tampang lintang terhadap neutron. Proses pengendapan ADU dilakukan dengan variasi terhadap termperatur. Reaksi yaitu pada 65, 70 dan 75 C, dengan waktu kontak 45 menit, dan ph reaksi 7. Kecepatan pengadukan yang konstan dengan konsentrasi NH 4 OH 25 %, dan konsentrasi umpan (FA hasil re-ekstraksi) yaitu 70,01 g/l U. Serbuk U 3 O 8 yang dihasilkan, di reduksi menggunakan reduktor gas hidrogen (H 2 ). Serbuk hasil reduksi tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui fasa dan komposisi kuantitatifnya menggunakan aplikasi GSAS. Pengamatan morfologi serbuk UO 2 menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan Rasio O/U menggunakan metode gravimetri, dimana nilai rasio O/U dari UO 2 adalah ± 2, dan nilai rasio O/U dari U 3 O 8 adalah ± 2,67 [6,3,5]. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rasio O/U digunakan untuk mengetahui jenis uranium oksida yang terbentuk. Hasil penentuan rasio O/U dari serbuk uranium oksida hasil reduksi diperoleh nilai rerata 2,1432, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Nilai rasio O/U yang diperoleh untuk tiap serbuk uranium oksida cenderung menurun seiring dengan meningkatnya temperatur pengendapan ADU yang dilakukan. Gambar 1 menunjukkan pola difraksi serbuk uranium oksida hasil reduksi yang diperoleh. Pola difraksi serbuk uranium oksida yang diproses dengan variasi temperatur menghasilkan pola difraksi yang relatif identik. Identiknya pola difraksi menunjukkan proses reduksi uranium oksida yang dilakukan dengan variasi parameter temperatur pengendapan menghasilkan fasa uranium oksida yang sama. Pola difraksi yang relatif indentik mengakibatkan perlu adanya pengamatan mikrostruktur untuk meyakinkan ukuran partikel serbuk uranium 12

oksida UO 2 yang berkisar 425 μm, agar dapat sinter. Tabel 1. Data uji O/U rasio dari serbuk uranium oksida hasil reduksi pada variasi temperatur. ph t (menit) T ( C) O/U 7 45 65 2,1741 70 2,1397 75 2,1158 Pola difraksi serbuk uranium oksida yang diperoleh dilakukan proses search and match fasa, dimana pola difraksi serbuk uranium oksida dicocokan dengan data kritalografi dari database COD REV8354. Hasil search and macth, teridentifikasi pola difraksi serbuk uranium oksida hasil reduksi terdiri atas fasa UO 2 sebagai fasa dominannya dan fasa U 3 O 8 dan fasa UO 3 sebagai fasa minornya. Data kristalografi yang diperoleh digunakan sebagai masukkan untuk aplikasi GSAS. Hasil refinement aplikasi GSAS ditunjukkan pada Gambar 2 sampai dengan 4. Gambar 2 sampai dengan 4 menunjukkan hasil analisa GSAS. Fasa yang terkandung adalah fasa UO 2 yang merupakan fasa dominan dan fasa U 3 O 8 dan/atau UO 3 sebagai fasa minornya. Fasa U 3 O 8 dan UO 3 yang terbentuk pada serbuk uranium oksida tersebut diperkirakan karena proses reduksi tidak berjalan dengan sempurna, selain itu diperkirakan pula adanya kontaminasi udara, karena diketahui UO 2 memiliki sifat higroskopis sehingga mampu membentuk U 3 O [5] 8. Indeks Miller pada pola difraksi fasa UO 2 pada Gambar 2 sampai dengan 4 bahwa pada bidang (111) menunjukkan intensitas yang tertinggi. Gambar 5 menunjukkan komposisi untuk fasa yang terkandung pada serbuk uranium oksida dari proses yang dilakukan dan pada Tabel 2 ditunjukkan data kristalografi dan data statistik fasa UO 2. Gambar 1. Pola difraksi serbuk uranium oksida hasil reduksi 13

Urania Vol. 17 No 1, Februari 2011 : 1-54 ISSN 0852-4777 Gambar 2. Output GSAS untuk serbuk uranium oksida dengan temperatur pengendapan 65 o C Gambar 3. Output GSAS untuk serbuk uranium oksida dengan temperatur pengendapan 70 o C 14

Gambar 4. Output GSAS untuk serbuk uranium oksida dengan temperatur pengendapan 75 o C Gambar 5. Komposisi fasa-fasa (wt%) pada serbuk uranium oksida. 15

Urania Vol. 17 No 1, Februari 2011 : 1-54 ISSN 0852-4777 Tabel 2. Parameter kisi UO 2 pada serbuk uranium oksida 65 o C 70 o C 75 o C Space Group F m -3 m F m -3 m F m -3 m a (Å) 5.467(9) 5.467(8) 5.468(5) b (Å) - - - c (Å) - - - Chi-Square 1.194 1.272 1.313 Intercept 0.2483 0.2275 0.2067 Slope 1.0405 1.0666 1.0873 Hasil analisa refinement GSAS diperoleh fasa UO 2 dengan wt% yang sekitar 95%. Gambar 5 menunjukkan penurunan wt% fasa UO 2 seiring kenaikan temperatur. Pada temperatur 75 o C masih terdapat fasa UO 3 dan fasa U 3 O 8 yang menunjukkan pada temperatur ini reaksi tidak dapat dipercepat lagi untuk membentuk UO 2. Parameter kisi fasa UO 2 yang terbentuk relatif sama besarnya berkisar 5.467 Å. Hasil analisa GSAS dapat diterima, hal ini ditunjukkan oleh nilai intercept yang mendekati 1 dan nilai slope mendekati nol [7]. Semua serbuk uranium oksida yang dihasilkan memiliki tekstur yang halus. Hasil pengamatan morfologi serbuk pada Gambar 6 sampai dengan 8 secara umum memiliki kecenderungan membentuk aglomerasi. Ukuran aglomerasi yang terbentuk bekisar antara 500 nm hingga 1000 nm. Pada Gambar 6 yaitu pada suhu 65 C membentuk aglomerasi yang besar yaitu sekitar 1 µm sedangkan pada Gambar 7 yaitu pada temperatur 70 C ukuran aglomeratnya lebih kecil sekitar 500 nm dan terdistribusi dengan baik, dan pada Gambar 8 aglomerat yang dihasilkan meningkat lagi menjadi sekitar 800 nm. Hal tersebut dikarenakan temperatur reaksi berpengaruh terhadap kualitas serbuk. Pada temperatur yang rendah yaitu pada temperatur 65 C menghasilkan serbuk yang sangat halus sehingga mudah beraglomerat, dibandingkan serbuk pada temperatur 70 C, namun dengan penambahan temperatur menjadi 75 C, proses pengendapan serbuk sudah tidak optimal karena pada temperatur ini, larutan ammonia mudah terlepas dari larutannya sehingga reaksi sudah tidak dapat dipercepat kembali, dan serbuk yang dihasilkan pun tidak lebih baik dibandingkan pada temperatur 70 C. Gambar 6. Morfologi serbuk uranium oksida dari hasil pengendapan ADU pada ph = 7, t = 45 menit, T = 65 C Gambar 7. Morfologi serbuk uranium oksida dari hasil pengendapan ADU pada ph = 7, t = 45 menit, T = 70 C 16

Dari analisis pola difraksi XRD terlihat komposisi fasa UO 2 yang berkurang diikuti peningkatan ukuran parameter kisi seiring peningkatan temperatur pengendapan ADU, yang menunjukkan bahwa peningkatan temperatur pengendapan ADU tidak meningkatkan pembentukan fasa UO 2. Gambar 8. Morfologi serbuk uranium oksida dari hasil pengendapan ADU pada ph = 7, t = 45 menit, T = 75 C Syarat ukuran partikel serbuk uranium oksida yang dapat disinter seperti sesuai ASTM C753-99 berkisar pada 425 μm. Dari hasil yang diperoleh serbuk yang memenuhi syarat ini adalah serbuk uranium oksida dari proses pengendapan ADU pada temperatur 70 o C. Namun untuk menyatakan serbuk ini dapat sinter, perlu dilakukan uji sinter. Selain itu, perlu dilakukan juga optimasi parameter ph dan waktu pengendapan agar diperoleh kondisi parameter optimal untuk memperoleh serbuk UO 2 yang dapat sinter sesuai yang disyaratkan dalam ASTM C753-99. SIMPULAN Pengamatan menggunakan SEM menunjukkan bahwa temperatur pengendapan ADU pada 70 o C, diperoleh ukuran partikel serbuk uranium oksida yang terbentuk mendekati nilai yang dipersyaratkan ASTM C753-99 sebagai serbuk yang mampu sinter. Hasil perhitungan rasio O/U menunjukkan bahwa fasa yang terbentuk pada serbuk uranium oksida adalah UO 2 dan hasil analisis pola difraksi XRD menggunakan GSAS menunjukkan komposisi terbesarnya adalah fasa UO 2. DAFTAR PUSTAKA [1]. SUPARDJO. (1993). Karakterisasi paduan U x Si y pada daerah komposisi antara 6,62 s/d 7,63 % Si. Jalur material nuklir program magister ilmu dan perekayasa nuklir. ITB : Bandung. Thesis [2]. SUSANTO, BAMBANG GALUNG. (1986). Pengaruh pada kondisi pengendapan ADU secara sinambung terhadap sifat fisis U 3 O 8 dan UO 2. Prosiding ISSN 0216-3128. UPT- PPIN, BATAN : Tangerang. [3]. BENEDICT, MANSON, ET AL. (1981). Nuclear chemical engineering, 2nd. ed. McGraw-Hill Book Company : New York. [4]. MARWOTO. (1984). Pilot Conversion Plant Tinjauan pada bagian pelarutan konsentrat uranium (Seksi 300) IEBE. Tangerang: Unit pengelola teknis persiapan pengembangan industri nuklir BATAN. [5]. ANONIM. (2002). Annual book of ASTM standards Section twelve: nuclear, solar, and geothermal energy. ASTM in international. [6]. RAHMAYANTI, TRI. (2008). Oksidasi gagalan pellet sinter UO 2 pada suhu 600 C dengan variasi waktu. Departemen Fisika FMIPA IPB : Bogor. Skripsi. [7]. LARSON ALLEN C., DAN ROBERT B. VON DREELE. (2004). General Structure Analysis System (GSAS). Los Alamos National Laboratory : Los Alamos 17