BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian Ilmu Kedokteran Gigi yang terkonsentrasi untuk mengawasi, membimbing, dan mengoreksi pertumbuhan dan kematangan struktur dentofasial. Koreksi ini meliputi pergerakan gigi geligi atau memperbaiki malrelasi dan malformasi struktur yang terkait dengan menyesuaikan hubungan antara gigi-gigi dan tulang fasial (Proffit,2007). Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk memperoleh dan mempertahankan keadaan serta aktivitas fisioligis yang normal dari gigi, jaringan lunak mulut, otot muka dan pengunyahan untuk mendapatkan perkembangan dan fungsi dentofasial yang optimal (Bishara, 2001). Lidah adalah otot pengunyahan, yang terdiri dari otot lurik dan ditutupi oleh membran mukosa (Jablonski, 1982). Lidah memiliki fungsi di dalam proses pencernaan makanan, penelanan, pengecapan, dan proses bicara. Lidah terbagi menjadi dua bagian, duapertiga anterior lidah terletak di dalam cavum oris, sedangkan bagian posterior terletak vertikal dan meluas ke faring (Liebgott, 1994). Pada kondisi relaksasi, ujung lidah berkontak dengan permukaan dalam gigi anterior rahang bawah (Lindberg-Kransmo, 2002). Menurut Tamari dkk (1991) lidah dalam keadaan istirahat terletak pada lengkung gigi baik rahang atas maupun rahang 1
bawah dan hampir selalu kontak dengan gigi-gigi rahang bawah. Volume lidah adalah suatu besaran yang digunakan untuk menjelaskan hubungan morfologis lidah dengan struktur anatomis di sekelilingnya. Volume lidah dan pergerakan lidah yang abnormal dapat menyebabkan kelainan pada gigi geligi. Gigi berjejal dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan dimensi lengkung (Foster, 1990). Kasus ortodontis yang berupa kelainan gigi geligi berjejal relatif banyak dijumpai dibandingkan kelainan posisi gigi yang lain (Harkati, 1993). Pravelensi gigi berjejal pada rahang bawah dua kali lebih besar dibanding rahang atas dan biasanya terjadi di regio anterior (Geiger, 1974 sit. Prayitno, 1984). Lidah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang rahang atas, rahang bawah dan tulang alveolaris, pergerakan lidah akan menstimulir tulang. Tulang merupakan jaringan keras yang dapat berubah jika terjadi perubahan keseimbangan dari lingkungan sekitarnya. Faktor terbesar yang mempengaruhi keseimbangan lingkungan adalah otot (Graber, 1962). Lidah dan otot fasial memainkan peranan yang penting pada pembentukan lengkung alveolar dan posisi yang tepat dari gigi (Bandy dan Hunter, 1996). Lengkung gigi sebelum gigi geligi sulung erupsi tergantung pada faktor keturunan, tetapi pada waktu gigi geligi sulung erupsi lengkung gigi terpengaruh oleh otot bibir, pipi, dan lidah. Posisi gigi yang berjejal dapat dihasilkan dari reaksi terhadap gaya lingkungannya dalam hal ini adalah lidah (Anderson, 1960). Pasien mikroglosia dan makroglosia menunjukkan adanya hubungan dengan lengkung gigi dan gigi berjejal. Pasien makroglosia 2
berhubungan dengan lengkung gigi yang luas sedangkan pasien mikroglosia lengkung giginya sempit. Efek dari lidah yang kecil menghasilkan respon yaitu gigi berjejal dan gigitan yang lebih dalam (Harvold, 1968). Pengukuran volume lidah secara tidak langsung, yaitu lidah dicetak dengan alginat kemudian diisi dengan gips stone. Volume lidah diukur berdasarkan prinsip hukum Archimedes, penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume lidah dibagian depan antara posisi istirahat dan saat dijulurkan secara maksimal, hasilnya memperlihatkan bahwa volume dapat diperkirakan dari jangkauan lidah pada posisi menjulur. Ukuran lidah dari suatu model cetakan lidah pada saat penjuluran yang maksimal, hasil reproduksinya menunjukkan penjuluran lidah yang stabil (Takada, 1980 sit. Tamari dkk, 1991). Bandy dan Hunter (1969) pada penelitiannya menyimpulkan bahwa besarnya volume lidah dipengaruhi oleh lebar, panjang dan tebal lidah. Tamari dkk (1991) meneliti hubungan antara volume lidah dengan lebar dan area lengkung gigi rahang bawah pada 74 orang Jepang dewasa. Didapatkan hasil, bahwa volume lidah pada laki-laki sebesar 25,3 cm 3 dan pada wanita 22,6 cm 3. Volume lidah pada laki-laki 11,8% lebih besar dari pada wanita. Kelainan gigi berjejal merupakan maloklusi yang sering terjadi. Beberapa indeks maloklusi yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan maloklusi, diantaranya : Occlusion Feature Index (OFI), Malalignment Index (MI), Handicaping Labio-lingual Deviation (HLD Index) dan Treatment Priority Index (TPI) (Harkati, 1993). Little (1975) mengusulkan Irregulatary Index dengan pengukuran secara 3
kuantitatif terhadap susunan letak gigi depan bawah. Indeks Gigi Berjejal Harkati (1980) didapatkan dari selisih antara lebar mesiodistal dan panjang lengkung gigi anterior rahang bawah berjejal. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul suatu permasalahan, yaitu : Apakah terdapat hubungan antara volume lidah dengan kaparahan gigi anterior rahang bawah berjejal? C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai volume lidah yang pernah ada diantaranya adalah Volume Lidah dan Pertumbuhan Gigi Mandibula dilakukan oleh Bandy dan Hunter (1969) mengukur volume lidah secara langsung tanpa dilakukan pencetakan terlebih dahulu, didapatkan volume lidah dan panjang lidah berpengaruh terhadap panjang dan lebar lengkung gigi rahang bawah, besar volume lidah mempengaruhi besar sudut interincisal dan sudut antara gigi incisivus rahang bawah terhadap dataran mandibula. Tamari dkk (1991) meneliti Hubungan antara Volume lidah dengan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah mengukur volume lidah secara tidak langsung dengan pencetakan terlebih dahulu. Terdapat hubungan antara volume lidah dengan ukuran lengkung gigi rahang bawah. 4
Penelitian ini pengukuran lidah secara tidak langsung yang mengukur volumenya dalam hubungannya dengan keparahan gigi anterior rahang bawah berjejal. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara volume lidah dengan keparahan gigi anterior rahang bawah berjejal. E. Manfaat penelitian Memberikan informasi tentang pengaruh volume lidah terhadap keparahan gigi anterior rahang bawah berjejal. 5