BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profil miskonsepsi siswa sma pada materi hidrokarbon menggunakan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

MINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 D ESAIN D IDAKTIS PAD A MATERI HID ROLISIS GARAM BERD ASARKAN KESULITAN BELAJAR SISWA SMA D AN REFLEKSI D IRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. education for all (EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

KELAYAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK PADA MATERI ASAM- BASA DAN KESETIMBANGAN KELARUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan kerangka pemikiran gagasan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik, dari yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep kimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa dengan berbagai alasan, diantaranya karena konsep kimia bersifat kompleks dan abstrak. Pada kenyataannya, keberhasilan siswa dalam memahami materi kimia bergantung pada informasi yang mereka peroleh berdasarkan hasil pembelajaran sebelumnya atau prakonsepsi (Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerino, 2007; Wood dalam Orgill dan Sutherland, 2008). Sebagian besar siswa akan merasa nyaman dengan prakonsepsi mereka dan hanya sedikit menerima informasi baru, sehingga kemungkinan terdapat beberapa ide dan penjelasan dalam pemahaman siswa yang tidak sesuai dengan sudut pandang para ilmuwan yang disebut dengan miskonsepsi atau konsepsi alternatif (Osborne dalam Tüysüz, 2009). Hal ini sering terjadi dalam pembelajaran, terutama pada materi yang dianggap sulit oleh siswa, seperti kimia. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa yaitu materi larutan penyangga. Menurut Johnstone, untuk memahami materi larutan penyangga, diperlukan pemahaman makroskopis, mikroskopis, dan simbolik yang bersifat abstrak serta integrasi antar konsep tersebut. Selain itu, penguasaan konsep kesetimbangan kimia dan asam-basa juga harus dikuasai dengan baik (Orgill dan Sutherland, 2008). Pada kenyataannya, dalam memahami konsep kesetimbangan kimia dan asam-basa tersebut siswa masih banyak mengalami miskonsepsi (Barke, 2009). Oleh karena itu, banyak siswa yang menganggap materi larutan penyangga sulit, padahal materi larutan penyangga sangat penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa hasil penelitian menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi larutan penyangga. Orgill dan Sutherland (2008) menemukan banyak miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga. Turyasni (2008) mengungkapkan hanya sebagian kecil siswa (1,2%) yang memiliki pemahaman penuh pada materi larutan penyangga. Hal ini didukung dengan hasil

2 penelitian Dahlia (2011) yang menyatakan sekitar 58% siswa di kelas XI reguler SMA Negeri mengalami kesulitan pada konsep larutan penyangga. Pada umumnya bentuk soal yang sering digunakan untuk mengevaluasi siswa berbentuk pilihan ganda biasa (traditional multiple choice) dan essay. Bentuk soal essay dan pilihan ganda biasa ini hanya dapat mengukur pemahaman siswa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi kesulitan ataupun miskonsepsi siswa. Analisis kesulitan siswa umumnya dilihat berdasarkan jawaban uraian siswa atau hanya sebatas analisis soal secara sekilas, namun diagnosis yang dilakukan melalui jawaban uraian siswa ini pun seringkali diabaikan. Hal ini dikarenakan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendiagnosis kesulitan setiap siswa, sedangkan waktu efektif yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar sangat terbatas. Di sisi lain, instrumen tes yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa secara praktis belum banyak tersedia. Pengembangan instrumen tes standar yang tidak hanya mampu mengukur kedalaman pemahaman siswa namun dapat juga mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi kimia dibutuhkan. Dengan demikian, perlu dikembangkan suatu tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat (Arikunto, 2012). Salah satu jenis tes diagnostik yang banyak digunakan adalah tes diagnostik two-tier. Tes diagnostik two-tier yang digambarkan oleh Treagust (dalam Tüysüz, 2009) dikembangkan dalam dua tingkat yang disusun melalui wawancara, tes tulis dan tes two-tier. Setiap pertanyaan tes two-tier terdapat dua hingga lima pilihan jawaban untuk tier pertama dan satu set alasan untuk tier kedua. Dalam alasan harus sudah termasuk jawaban yang benar dengan dua sampai lima pilihan pengecoh. Pilihan pengecoh ini berasal dari miskonsepsi siswa yang dihimpun berdasarkan wawancara dan respon bebas. Siswa yang berperan sebagai responden dalam pengembangan tes diagnostik two-tier, diterapkan pada siswa yang berbeda untuk setiap tahap pengembangan. Beberapa penelitian sebelumya menunjukkan keefektifan dalam penggunaan tes diagnostik two-tier yang dikembangkan. Tan dan Treagust (1999) mengungkapkan penggunaan tes diagnostik two-tier dapat mengidentifikasi

3 kesulitan dan miskonsepsi siswa dalam memahami ikatan kimia. Tan, Goh, Chia, dan Treagust (2001) menyatakan pemahaman siswa dalam analisis kualitatif kimia anorganik dapat diukur menggunakan tes diagnostik two-tier. Pernyataan tersebut didukung oleh Tüysüz (2009) yang menemukan bahwa tes diagnostik two-tier dapat efektif untuk menentukan miskonsepsi siswa serta dapat digunakan sebagai alternatif dari penggunaan tes pilihan ganda tradisional. Efisiensi instrumen tes diagnostik two-tier ini akan memberikan hasil yang signifikan terhadap evaluasi kemampuan pemahaman konsep dan identifikasi konsepsi alternatif siswa SMA dalam area konten yang terbatas (Tan, Taber, Goh, dan Chia, 2005; Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerani, 2007). Instrumen tes two-tier yang digunakan untuk mengukur pemahaman dan mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA telah dikembangkan dalam beberapa materi kimia, diantaranya pada materi hidrolisis garam, kelarutan dan hasil kali kelarutan, stoikiometri serta hidrokarbon (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012; Anugrah, 2013; Annisa, 2013). Secara umum, keempat instrumen yang telah dikembangkan tersebut memiliki kriteria cukup dan baik secara validitas dan reliabilitas. Instrumen tes two-tier yang dikembangkan dalam materi hidrolisis garam serta kelarutan dan hasil kelarutan masih belum dapat mengukur pemahaman konsep siswa sepenuhnya (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012), sedangkan instrumen tes two-tier dalam materi stoikiometri dan hidrokarbon telah berhasil mengungkap miskonsepsi siswa (Anugrah, 2013; Annisa, 2013). Instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga belum tersedia, padahal miskonsepsi siswa dalam memahami larutan penyangga bukan suatu permasalahan yang dapat diabaikan begitu saja. Dengan demikian, diperlukan pengembangan instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, penelitian mengenai Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas perlu dilakukan. Melalui penelitian ini, miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga diharapkan dapat teridentifikasi menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Miskonsepsi dalam materi larutan penyangga apa yang dapat diidentifikasi dari siswa kelas XI melalui tes diagnostik two-tier? Rumusan masalah tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja miskonsepsi siswa yang dapat diidentifikasi melalui tes diagnostik two-tier pada materi larutan penyangga? 2. Bagaimana konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes diagnostik two-tier yang dihasilkan? 3. Apakah soal-soal pada instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan pada materi larutan penyangga memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas yang baik? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga. 2. Memaparkan konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes diagnostik two-tier yang dihasilkan. 3. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier yang baik secara validitas dan reliabilitas. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan, diantaranya: 1. Bagi Guru a. Dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga menggunakan tes two-tier sehingga lebih mudah dalam menetukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk pembelajaran selanjutnya. b. Memperoleh informasi mengenai tes diagnostik two-tier.

5 2. Bagi Siswa a. Dapat mengetahui kedalaman pemahaman siswa sehingga dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. b. Melatih siswa untuk tidak menjawab soal pilihan ganda dengan cara menebak. 3. Bagi Sekolah Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah, khususnya dalam evaluasi pembelajaran kimia. 4. Bagi Peneliti Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga menjadi suatu acuan yang menjadi titik tolak untuk melakukan penyempurnaan atau mengembangkan instrumen tes diagnostik lainnya. 5. Bagi Peneliti Lain a. Memperoleh informasi baru mengenai tes diagnostik two-tier dalam materi larutan penyangga. b. Sebagai referensi acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. E. Struktur Organisasi Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran penulis. 1. Pendahuluan Bagian pendahuluan memuat latar belakang penelitian yang mengungkapkan alasan peneliti mengembangkan instrumen tes two-tier, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi. 2. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka membahas definisi, ciri-ciri dan sumber miskonsepsi. Selain itu, kajian mengenai tes diagnostik dan tes two-tier yang dikembangkan, dibahas dalam bab ini. Tinjauan materi dan miskonsepsi larutan penyangga turut dijadikan rujukan referensi dalam penelitian ini.

6 3. Metode Penelitian Metode penelitian menguraikan secara rinci mengenai prosedur penelitian yang dilakukan. Dalam bab metode penelitian, dicantumkan lokasi dan obyek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, jenis-jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan dan teknik pengolahan data. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pembahasan atau hasil temuan berdasarkan data hasil penelitian. Miskonsepsi siswa diidentifikasi menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier. Tahap-tahap pengembangan tes two-tier diuraikan untuk mengetahui konstribusi tahap pengembangan terhadap instrumen tes two-tier yang dikembangkan. Nilai validitas dan reliabilitas soal dibahas untuk mengetahui kualitas soal tes two-tier yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. 5. Kesimpulan dan Saran Penulis menuliskan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penulis juga mengungkapkan saran untuk penelitian selanjutnya.