BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuan bangsa. Pembangunan infrastruktur sendiri sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. rakyat, oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

BAB I PENDAHULUAN. guna meneruskan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan peningkatan. dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang

BAB I PENDAHULUAN. usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu terciptanya masyarakat adil dan makmur. Wujud nyata dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dan kinerja perusahaan. Salah satu unsur yang sangat. pekerjaan yang diselesaikan dalam tiap periode

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 1. dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. seolah sudah menjadi tradisi tahunan yang wajib dirasakan apabila musim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah harus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanprestasi dalam..., Fauziah Fitri Iskana Pane, FHUI, Universitas 2009 Indonesia. Bakti, 1998), hal. 12.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hampir pada semua kehidupan masyarakat. Pada pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

WALIKOTA PONTIANAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I` PENDAHULUAN. hidup daerah tersebut. Pembangunan juga merupakan usaha untuk. berkembang khususnya Indonesia masih menitikberatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat ini memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 04 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

- 1 - BUPATI PONOROGO

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor kehutanan di Indonesia telah memiliki peranan penting dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kemungkinan akan terjadinya suatu kerugian yang biasa disebut juga risiko,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas untuk keberlangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan manusia dalam rangka bertahan hidup. Pasal 28 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia melalui perjuangan seluruh

- 1 - BUPATI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan tersebut tercermin dengan pencapaian tingkat laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan. Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan bangun perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. persoalannya. Persoalan-persoalan yang kompleks tersebut menyangkut peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang peting bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan bidang fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses. Proses berarti suatu kegiatan yang terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. sosial, manusia memerlukan adanya manusia-manusia lain yang bersamasama

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap industri harus bekerja keras menghadapi persaingan. Tidak terkecuali dengan

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Sebagai gambaran, telah dilakukan perhitungan pekerjaan arsitektur proyek Citra Lake Suites Apartment Tower A lantai typical dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepada daerah menjadi sumber penerimaan daerah.

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bertingkat, perumahan, rumah sakit, jembatan layang, bendungan serta fasilitas

- 1 - BUPATI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan, karena

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PEKERJAAN UMUM KIMPRASWIL KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang, adalah negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pergantian Presiden Republik Indonesia. Dengan berkembangnya tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antara. yang sangat beraneka ragam. Tidak semua dari kebutuhan-kebutuhan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengembang, Kontraktor), maka diperoleh rating keseluruhan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. agar waktu pengerjaan tidak meleset dari yang sudah direncanakan.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB 2 JASA 2.1 Pengertian Jasa 2.2 Karakteristik Jasa

Bab I Pendahuluan BAB. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendorong kemajuan bangsa. Pembangunan infrastruktur sendiri sangat diperlukan oleh semua sektor. Adanya pembangunan infrastruktur ini menunjukkan tingkat kemajuan suatu sektor. Suatu sektor akan lebih cepat berkembang apabila didukung oleh adanya infrastruktur yang baik. Pembangunan infrastruktur sendiri terus menerus dilakukan sesuai perkembangan zaman karena bangunan sendiri memiliki jangka waktu tertentu hingga membutuhkan renovasi. Salah satu sektor yang sangat memerlukan pembangunan infrastruktur adalah sektor pendidikan. Pembangunan infrastruktur dalam sektor pendidikan sendiri sangat diperlukan dalam menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Apabila pembangunan infrastruktur dalam sekolah tidak dilakukan maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal. Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur dalam sekolah tentu saja tidak bisa untuk dihindari. Adanya sarana dan prasarana fisik seperti bangunan dalam sekolah akan mendorong kemajuan sekolah tersebut. Seiring dengan perkembangan dalam masyarakat, pembangunan infrastruktur dalam sektor pendidikan yang berwujud fasilitas sekolah merupakan sebuah tuntutan yang tidak bisa untuk dihindari. Tak hanya di

2 kawasan perkotaan, pembangunan infrastruktur fasilitas sekolah ini sangat diperlukan di seluruh kawasan di Indonesia, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan pedesaan. Pembangunan infrastruktur bagi sekolah sangat diperlukan untuk menjaga agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang. Jika tidak pernah dilakukan pembangunan maupun renovasi fasilitas sekolah yang berupa gedung sekolah misalnya, maka hal ini sangat menhambat kegiatan belajar siswa. Bahkan hal ini juga dapat membahayakan siswa yang belajar apabila bangunan sekolah telah rusak. Dengan adanya fasilitas sekolah berupa gedung sekolah yang baik, hal ini tentu saja sangat penting untuk memberikan keamanan bagi siswa maupun tenaga pengajar di sekolah tersebut. Adanya pembangunan infrastruktur menimbulkan adanya suatu proyek. Proyek tersebut bisa berupa proyek pembangunan oleh pihak pemerintah atau swasta. Proyek pembangunan fisik atau infrastruktur tersebut merupakan pekerjaan konstruksi. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pengertian dari pekerjaan konstruksi yaitu keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan sangat diperlukan peran swasta. Dalam penyelesaian suatu proyek pembangunan infrastruktur, pihak swasta berperan sebagai kontraktor atau investor. Banyaknya kebutuhan akan proyek infrastruktur ini membuat peran swasta sangat diperlukan. Tanpa

3 adanya peran swasta dalam pembangunan infrastruktur fisik ini maka pembangunan fisik ini akan sangat berat untuk dilakukan mengingat tidak semua orang mempunyai kemampuan dalam bidang pekerjaan konstruksi. Pihak swasta sendiri juga merupakan rekan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Pembangunan infrastruktur sendiri dalam pelaksanaan serta penyelesaiannya sangat membutuhkan peran pihak swasta. Semua sektor membutuhkan pembangunan infrastruktur. Sektor pendidikan juga selalu memerlukan pembangunan infrastruktur. Namun apabila pembangunan infrastruktur ini dilaksanakan sendiri maka pembangunan ini akan menyita banyak waktu dan tugas-tugas pun dapat terbengkelai. Tidak semua orang juga berkompeten untuk melaksanakan pembangunan fisik. Banyak orang yang menginginkan pembangunan infrastruktur secara praktis. Kebutuhan akan pemmbangunan infrastruktur secara praktis ini dapat dipenuhi dengan perjanjian pemborongan bangunan. Pembangunan infrastruktur dengan pemborongan ini sangat diminati oleh berbagai pihak yang ingin melakukan pembangunan infrastruktur. Sebagian besar pembangunan infrastruktur baik di sektor pendidikan maupun di sektor lainnya dilaksanakan melalui pemborongan. Dengan pemborongan ini, pihak yang ingin melakukan pembangunan fisik dalam suatu instansi sekolah dapat menikmati hasil dari pembangunan tanpa harus mengorbankan tugas-tugas serta kewajiban sehari-harinya. Proyek dapat dimiliki oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah. Dalam hal penyelesaian proyek yang dimiliki oleh pihak swasta, maka

4 penyelesaiannya dapat dilakukan dengan kerjasama dengan pihak swasta lainnya yaitu pihak kontraktor. Dalam suatu pembangunan fisik, pihak swasta dapat melakukan perjanjian pemborongan dengan pihak pemborong. Penggunaan perjanjian pemborongan ini sangat praktis untuk dilakukan. Banyak pihak swasta yang ingin membangun fasilitas dalam sektor pendidikan misalnya sekolah, menggunakan perjanjian pemborongan untuk menyelesaikan proyek pembangunan tersebut. Banyaknya pihak swasta maupun pemerintah yang ingin melakukan pembangunan dengan cara pemborongan bangunan ini menjadi kesempatan pihak swasta untuk menjalankan usahanya. Bidang usaha Jasa konstruksi ini merupakan salah satu bidang usaha yang sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan pembangunan akan selalu meningkat seiring perkembangan zaman. Suatu perjanjian diperlukan untuk melakukan pembangunan fisik apabila suatu pihak ingin melakukan pembangunan itu dengan memakai usaha jasa konstruksi. Perjanjian inilah yang menjadi dasar bagi pelaksanaan proyek pembangunan. Perjanjian tersebut dilakukan oleh pihak yang memborongkan dan pihak pemborong. Bentuk perjanjian ini dapat tertulis atau lisan, tergantung kesepakatan para pihaknya. Dalam perjanjian pemborongan pembangunan kanopi untuk pembuatan kantin di SMA Bopkri 2 Yogyakarta dipergunakan Nota Kesepakatan dalam perjanjiannya. Namun perjanjian tersebut dibatalkan karena harga yang terlalu mahal. Selanjutnya pihak SMA Bopkri 2 Yogyakarta melakukan perjanjian

5 pemborongan bangunan kembali dengan kontraktor lain untuk pelaksanaan pembangunan kantin yang juga meliputi pembuatan kanopi. Namun dalam perjanjian yang kedua hanya didasarkan Surat Perintah Kerja. Di dalam pelaksanaan suatu perjanjian pemborongan pekerjaan tak bisa lepas dari adanya kemungkinan wanprestasi. Demikian juga yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi di SMA Bopkri 2. Dalam pelaksanaan perjanjian pemborongannya terdapat dugaan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pemborong. Oleh karena itu perlu untuk dibahas lebih lanjut mengenai penggunaan nota kesepakatan dalam perjanjian jika dibandingkan dengan perjanjian pemborongan yang hanya menggunakan Surat Perintah Kerja. Pembahasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan perjanjian pemborongan mengenai proyek pembangunan kanopi di SMA Bopkri 2 hingga selesainya perjanjian juga diperlukan. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk penulisan hukum dengan judul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN NOTA KESEPAKATAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN KANOPI ANTARA SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA DENGAN PEMBORONG. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas adalah :

6 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong? 2. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong? 3. Bagaimana upaya penyelesaian terkait dengan adanya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan Penulisan Hukum yang berjudul Tinjauan Yuridis terhadap Penggunaan Nota Kesepakatan dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan pada Proyek Pembangunan Kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong adalah: 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui dan menganalis pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong b. Mengetahui dan menganalisis bentuk wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong

7 c. Mengetahui dan menganalisis upaya penyelesaian berkaitan dengan adanya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong 2. Tujuan Subjektif Tujuan subjektif dari penulisan hukum ini adalah untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk menyusun penulisan hukm yang berguna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Penelitian berjudul Tinjauan Yuridis terhadap Penggunaan Nota Kesepakatan dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan pada Proyek Pembangunan Kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Perjanjian pemborongan pekerjaan pembangunan kanopi tersebut baru ada pada Desember 2014 dan berdasarkan informasi dari pihak sekolah, belum pernah ada yang meneliti perjanjian tersebut. Penulisan hukum yang sebelumnya pernah ditulis antara lain: 1. Berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PENGEBORAN SUMUR SEMI DALAM ANTARA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KLATEN DENGAN CV. SURYA MAKMUR DI DESA MALANGAN

8 KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN yang ditulis oleh Muhammad Arif Kurniawan,dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Pokok permasalahan dalam penulisan hukum ini yaitu kendala tidak selesainya perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi serta penyelesaian dalam hal terjadi wanprestasi. 2. Berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN ANTARA DINAS PEKERJAAN UMUM BIDANG BINA MARGA KOTA PEKANBARU DENGAN PT. GEMA RIAU PRATAMA DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN JEMBATAN JALAN PAUS KECAMATAN RUMBAI PEKANBARU, yang ditulis oleh Sukma Kumala Sari dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Pokok permasalahan dalam penulisan hukum ini yaitu bentuk wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan serta upaya penyelesaian dalam hal terjadi wanprestasi. Perbedaan penulisan hukum ini dengan penulisan hukum sebelumnya yaitu, pada penulisan hukum yang berjudul Tinjauan Yuridis terhadap Penggunaan Nota Kesepakatan dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan pada Proyek Pembangunan Kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong ini membahas tentang perjanjian pemborongan bangunan yang dilakukan antara pihak swasta dengan swasta. Berbeda dengan penelitian hukum sebelumnya yang membahas mengenai perjanjian pemborongan bangunan antara pihak pemerintah dengan pihak swasta.

9 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan akademis. Manfaat penulisan hukum berjudul Tinjauan Yuridis terhadap Penggunaan Nota Kesepakatan dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan pada Proyek Pembangunan Kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong antara lain: 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu hukum khususnya ilmu hukum perdata mengenai penggunaan nota kesepakatan dalam perjanjian pemborongan pekerjaan pada proyek pembangunan kanopi antara SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan Pemborong 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemborong Penulis berharap penulisan hukum ini bisa menjadi bahan masukan bagi pihak pemborong dalam pembuatan perjanjian pemborongan b. Bagi SMA Bopkri 2 Yogyakarta Penulis berharap dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai acuan untuk pembuatan perjanjian pemborongan yang selanjutnya. c. Bagi Akademisi Dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian berikutnya.