BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang menuntut diimbanginya kemajuan dalam segala bidang membuat hampir semua negara berkembang berlomba-lomba untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi maupun sosial. Pembangunan menurut F.X. Djumialdji adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. 1 Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mulai melaksanakan pembangunan nasional sejak kemerdekaan negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus Dasar hukum dilaksanakannya pembangunan nasional Indonesia terdapat dalam sila ke-5 Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-iv sebagai tujuan nasional yang berbunyi untuk melindungi segenap bangsa Indonesia 1 F.X. Djumialdji, 1987, Perjanjian Pemborongan, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 1

2 dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. Pada masa Orde Lama yaitu dimulai tahun 1945 sampai dengan tahun 1965, pembangunan nasional dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS). Pada masa tersebut pembangunan nasional lebih menitikberatkan pada masalah perbaikan ekonomi negara Indonesia dimana masih banyak ditemui kemiskinan akibat masa penjajahan selama kurang lebih tiga setengah abad yang lalu. Pada masa Orde Baru yaitu tahun 1966 sampai dengan tahun 1998, pemerintah melaksanakan program pembangunan nasional pembangunan jangka pendek melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan dalam kurun waktu 25 tahun sampai 30 tahun. 2 APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan salah satu faktor penting dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pada tahun 1980 mulai dilakukan pembenahan dalam pengaturan 2 Afrizal WS Zaini, Pembangunan Indonesia Dari Masa Orde Lama, Orde Baru Sampai Era Reformasi, diakses 17 November 2013

3 mengenai pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 14 tahun 1980 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Peraturan mengenai APBN terus dilakukan penyempurnaan sampai dengan Keputusan Presiden Nomor 28 tahun 1984 Tentang Keikutsertaan Indonesia Dalam Expo 1986 Di Vancouver Canada. Bersamaan dengan hal tersebut, peraturan mengenai jasa kontruksi pun diwujudkan melalui Surat Keputusan Menteri/ Sekretaris Negara selaku Ketua Tim Pengadaan Barang/ Peralatan Pemerintah melalui keputusannya Nomor 3547/TPPBPP/XII 1985 tentang Pedoman Prakualifikasi. Peraturan mengenai pelaksanaan APBN mengalami perubahan kembali dengan lahirnya Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dalam petunjuk teknisnya mengatur secara rinci tata cara pengadaan, dan prakualifikasi yang menilai klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Peraturan tersebut juga mengatur tentang usaha jasa konstruksi terkait dengan sumber dana dari pemerintah, termasuk bidang pemborongan pekerjaan non konstruksi dan pengadaan barang/ jasa lainnya. 3 3 Kementerian Pekerjaan Umum Inspektorat Jenderal, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi : Sejarah Jasa Konstruksi, diakses 17 November 2013

4 Di era Reformasi, pembangunan tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah namun juga melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Kerjasama tersebut tidak terbatas dengan perusahaan milik pemerintah saja, namun juga dengan perusahaan-perusahaan swasta yang khususnya bergerak dalam bidang pengadaan barang dan jasa seperti para pengusaha dan kontraktor. Kerjasama yang dilakukan antara Pemerintah dengan pihak kontraktor tersebut diwujudkan dalam bentuk perjanjian pemborongan. Dalam perjanjian pemborongan tersebut Pemerintah bertindak selaku pihak yang memborongkan dan kontraktor adalah selaku pihak pelaksana pemborongan. Tujuan dari diterapkannya sistem pemborongan dalam melaksanakan pembangunan nasional adalah agar terwujud pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional maka Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Dalam pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 18 tahun 1999, pengguna jasa merupakan orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan atau proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Pengertian penyedia jasa sendiri adalah orang perseorangan

5 atau badan usaha yang bertugas untuk memberi layanan jasa konstruksi kepada pengguna jasa. Masalah transparansi dalam proses pelaksanaan pembangunan nasional menjadi hal yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Dalam pelaksanaan lelang pengadaan barang dan jasa konstruksi seringkali ditemukan praktek peminjaman nama perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah pinjam bendera. Pinjam bendera adalah saat dimana sebuah perusahaan menggunakan nama atau izin milik perusahaan lain untuk melakukan transaksinya. Sebagai imbalan dari peminjaman tersebut, perusahaan pemilik bendera akan mendapatkan fee. Pinjam bendera diambil sebagai jalan tengah karena adanya beberapa kendala atau keterbatasan, misalnya masalah perizinan, agar jumlah penghasilannya tidak bisa dilacak, atau tidak memenuhi persyaratan lainnya. 4 Salah satu contoh perjanjian kerjasama pinjam bendera di bidang jasa konstruksi yaitu perjanjian kerjasama antara PT. Ratna Sejahtera Abadi dengan CV. Purna Wira Abdi. Dalam perjanjian tersebut CV. Purna Wira Abdi meminjam nama perusahaan PT. Ratna Sejahtera Abadi untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan Gedung Pertemuan (DPU 13-36) yang berlokasi Jl. Raya Sukowati No Pajak Penghasilan, Aspek Pajak Akibat Pinjam Meminjam Bendera, diakses 17 November 2013

6 Sragen. Kontrak dalam proyek ini senilai Rp ,00 (Delapan Milyar Sembilan Ratus Satu Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Rupiah). Perjanjian kerjasama tersebut dibuat secara tertulis oleh kedua belah pihak yaitu PT. Ratna Sejahtera Abadi dan CV. Purna Wira Abdi. Isi perjanjian kerjasama yang dibuat adalah berupa kontrak yang mengikat para pihak dalam perjanjian. Tujuan dari perjanjian tersebut yaitu pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh para pihak. Praktek pinjam bendera tidak akan menjadi masalah selama tidak terjadi hambatan dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pada suatu proyek. Pemenuhan hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan merupakan salah satu faktor penting yang turut berpengaruh bagi kelancaran pelaksanaan perjanjian pinjam bendera. Pada prakteknya dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan masih banyak terjadi wanprestasi dimana terdapat kelalaian atau kegagalan pengusaha atau pemborong dalam melaksanakan kewajibannya atau berkaitan dengan kontrak perjanjian pemborongan yang menimbulkan terhambatnya waktu penyelesaian proyek sehingga mengakibatkan kerugian.

7 Faktor lain yang menghambat pelaksanaan proyek adalah adanya overmacht atau force majeur yaitu sesuatu keadaan yang terjadi diluar kekuasaan para pihak dalam perjanjian pemborongan, yang mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tersebut tidak dapat memenuhi prestasinya. 5 Contoh dari keadaan tersebut seperti dikarenakan adanya bencana alam. Permasalahan yang muncul sebagaimana telah disebutkan dalam uraian latar belakang, mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan perjanjian peminjaman nama perusahaan dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul Perjanjian Kerjasama Peminjaman Nama Perusahaan Di Bidang Jasa Konstruksi. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tinjauan yuridis perjanjian peminjaman nama perusahaan di bidang jasa konstruksi? 5 F.X. Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan Dasar-dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 17

8 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian peminjaman nama perusahaan apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaannya? C. TUJUAN PENELITIAN Dalam penulisan ini, adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis dibagi menjadi dua hal yaitu : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian peminjaman nama perusahaan di kalangan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. b. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diperoleh para pihak apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian peminjaman nama perusahaan dan upaya penyelesaiannya. 2. Tujuan Subjektif Untuk memperoleh data dan bahan yang berguna bagi penyusunan Penulisan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

9 D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademik maupun kepentingan praktis. 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum perdata, dan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat umum maupun bagi pihak-pihak yang terkait pada pelaksanaan perjanjian di bidang jasa konstruksi khususnya dalam hal peminjaman nama perusahaan. E. KEASLIAN PENELITIAN Untuk melihat keaslian penelitian, penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Sepanjang penelusuran penulis, terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis, namun terdapat beberapa substansi yang berbeda, dan apabila terdapat kesamaan maka hal tersebut terjadi bukan atas kesengajaan

10 dari penulis. Penelitian dan penulisan hukum yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk menyempurnakan penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun beberapa penelitian hukum yang memiliki keterkaitan atau kesamaan topik dengan penelitian dan penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis, diantaranya : 1. Tanggung Jawab Konsultan Manajemen Konstruksi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada Proyek Pemerintah Di Kotamadya Dati II Yogyakarta yang ditulis oleh Dewi Nurul Musjtari pada tahun Penulisan hukum ini memfokuskan penelitiannya pada tanggung jawab Konsultan Manajemen Konstruksi dalam hal terjadi kesalahan konstruksi suatu bangunan dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan bangunan pada proyek pemerintah. 2. Perlindungan Hukum Terhadap Penyedia Jasa Dalam Kontrak Konstruksi Peningkatan Jembatan Ampera Palembang Tahun Anggaran 2007 yang ditulis oleh Yoanita Hasan Joni pada tahun Penulisan hukum ini memfokuskan penelitiannya pada alasan dicantumkannya klausul eksenorasi pada kontrak konstruksi peningkatan Jembatan Ampera dan perlindungan

11 hukum terhadap penyedia jasa atas klausul eksenorasi yang dicantumkan. 3. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Antara PT Sinar Inti Powerindo Raya Dengan PT Integra Lestari yang ditulis oleh Nailul Amany pada tahun Penulisan hukum ini memfokuskan penelitiannya pada ganti rugi yang harus dilakukan oleh PT Integra Lestari dan upaya penyelesaian sengketa yang terjadi dalam perjanjian Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Gas antara PT Sinar Inti Powerindo Raya dengan PT Integra Lestari. Secara praktis, penulisan hukum yang ditulis oleh penulis memiliki permasalahan yang berbeda dengan beberapa penulisan hukum sebelumnya. Penulis menitikberatkan pada pelaksanaan perjanjian peminjaman nama perusahaan dalam pekerjaan jasa konstruksi dan perlindungan hukum bagi para pihak apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Berdasarkan hal tersebut, penulisan hukum ini dianggap asli dan layak untuk diteliti.